MEGAWATI H031171016
MARFA WAHYUNI A.P. H031171024
YAYUK TRI UTAMI H031171323
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENG. ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini ketergantungan dunia akan bahan bakar fosil semakin meningkat,
rumah kaca dari pembakaran yang dihasilkan. Gas hidrogen (H2) merupakan salah
satu energi yang bersih karena pembakarannya hanya menghasilkan uap air dan panas
serta tidak meninggalkan emisi karbon dan gas pencemar lainnya. Gas ini merupakan
energi masa depan yang menjanjikan baik dari aspek sosial, ekonomi, maupun
lingkungan.
nasional saat ini terus bergulir oleh berbagai pihak, baik dari dalam negeri maupun
luar negeri, termasuk dari pemerintah Indonesia. Langkah tersebut diperlukan agar
Indonesia keluar dari krisis energi yang berkelanjutan. Badan Pengkajian Penerapan
jumlah penduduk, pembukaan lahan untuk wilayah pemukiman dan pertanian, dan
bangsa, dan negara. Sementara itu sumber energi yang tersedia sudah mulai menipis
dan hanya mengandalkan sumber daya yang tak dapat diperbarui. Oleh sebab itu,
energi alternatif yang dapat diperbarui dan ramah lingkungan perlu dikembangkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gas hidrogen selain diproduksi melalui proses biologis, juga lebih dulu
diproduksi melalui proses gasifikasi minyak bumi dan juga hidrolisis dengan sistem
elektrolisis, yaitu memecah air menjadi hidrogen dan oksigen dengan sel
elektrokimia atau proses fotokatalisis. Akan tetapi menimbang dengan semakin
berkurangnya cadangan minyak bumi dunia, gasifikasi minyak bumi untuk
menghasilkan hidrogen dikurangi atau dihilangkan. Sedangkan untuk mendapatkan
hidrogen dengan sistem elektrolisis membutuhkan energi yang sangat besar. Oleh
karena itu, produksi hidrogen melalui sistem biologi terasa lebih visioner untuk
dikembangkan pada masa yang akan datang.
Jika molekul nitrogen tidak ada, maka enzim nitrogenase dapat mereduksi
proton menjadi gas hidrogen (H2) dibantu dengan energi dalam bentuk ATP dan
elektron yang diperoleh dari feridoksin (Fd) (Chen, et al.. 2005). Secara keseluruhan
fotosistem bakteri fotosintetik ini mengubah komponen utama dari asam organik
menjadi gas hidrogen (H2) dan karbon dioksia (CO2) (Gambar 10.2). Fotosistem
bakteri ini tidak menghasilkan oksigen (O 2) sehingga tidak menghambat kerja enzim
nitrogenase, mengingat enzim nitrogenase sangat sensitif terhadap oksigen
(Akkerman, 2002).
2.5.2 Secara Fermentasi
Fermentasi merupakan proses penting dalam kehidupan sehari-hari manusia.
Fermentasi berasal dari bahasa latin ferfere yang artinya mendidihkan. Hal ini
berdasarkan pengamatan sehari-hari bahwa dalam proses fermentasi minuman
beralkohol akan menghasilkan buih yang kemudian satu komponennya diketahui
sebagai gas karbondioksida. Fermentasi secara umum dapat dinyatakan sebagai
proses katabolisme, suatu pemecahan senyawa organik yang kompleks menjadi
bentuk yang lebih sederhana. Aplikasi proses ini dapat dilihat pada produksi
minuman beralkohol atau produk yang bersifat asam (seperti asam asetat atau cuka)
(Hidayat, 2006). Pengetahuan mengenai proses ini berkembang pesat sejak
penelitian Louis Pasteur mengenai proses fermentasi yang terjadi dalam pembuatan
wine (anggur). Penelitian mengenai proses ini berkembang pesat semenjak
tumbuhnya industri minuman beralkohol dan industri antibiotik.
Fermentasi terbagi menjadi dua berdasarkan kebutuhan akan oksigen, yaitu
fermentasi aerobik dan anaerobik. Fermentasi aerobik adalah fermentasi yang
prosesnya memerlukan oksigen. Keberadaan oksigen membuat mikroorganisme
dapat mencerna glukosa menghasilkan air, karbondioksida dan sejumlah besar
energi. Fermentasi dalam proses anaerobik tidak memerlukan oksigen. Ada berbagai
produk (metabolit) yang bisa dihasilkan dalam proses fermentasi, antara lain
berbagai jenis asam (asam laktat, asetat, asam butirat), alkohol, etanol, protein, dan
ester (Dunn, 1959). Produk suatu hasil fermentasi dapat diubah lebih lanjut melalui
proses fermentasi lain untuk menghasilkan produk akhir yang lain, seperti gas
hidrogen.
Ada tiga jenis sistem fermentasi yang dioperasikan dalam proses
bioteknologi, yaitu sistem diskontinu (batch), kontinu, dan semikontinu (fed-batch)
(Smith, 1985). Pada sistem diskontinu, pemberian medium, nutrisi, dan bakteri
dilakukan hanya di awal fermentasi (tidak ada penambahan medium, nutrisi, dan
bakteri selama fermentasi berlangsung). Sedangkan pada sistem kontinu, pemberian
medium dan nutrisi serta pengeluaran sejumlah fraksi dari volume kultur terjadi
secara terus-menerus. Sistem semikontinu adalah suatu sistem fermentasi yang
medium atau substratnya ditambahkan secara kontinu selama fermentasi
berlangsung tanpa mengeluarkan sesuatu dari sistem selama proses fermentasi
(Smith, 1985).
Fermentasi terjadi sebagai hasil metabolisme tipe anaerobik, yang mana
mikroba dapat mencerna glukosa sebagai bahan baku energinya tanpa adanya
oksigen, dan sebagai hasilnya hanya sebagian glukosa yang dipecah dan
menghasilkan sejumlah kecil energi, karbon-dioksida, air, dan produk akhir
metabolisme lainnya (Nelson & Cox, 2004). Fermentasi dalam proses bioteknologi
merupakan bagian penting dari pemanfaatan mikroba untuk mengubah substrat
menjadi produk yang diinginkan dengan pengkondisian sistem, seperti temperatur,
pH, oksigen terlarut, dan lain-lain (Suwandi, 2009).
2.5.3 Secara Termokimia
Cara lain untuk memproduksi hidrogen dari air dapat dilakukan dengan
menguraikan air langsung menggunakan panas pada suhu sekitar 4.000 K (3.727oC).
Suhu peruraian air dengan panas dapat diperendah dengan proses termokimia, yaitu
proses peruraian air dengan panas menggunakan bantuan zat kimia. Dalam proses
ini, bahan baku yang diperlukan secara kontinyu hanyalah air, karena bahan kimia
yang digunakan dalam reaksi didaur ulang ke dalam proses. Produksi gas hidrogen
dari biomassa dapat dilakukan dengan pirolisis dan gasifikasi biomassa.
a. Pirolisis
Pirolisis adalah peruraian (lysis) suatu zat menggunakan panas (pyro). Jika
biomassa dipanasi sampai suhu sekitar 350 oC tanpa adanya oksigen, maka ia akan
terurai menjadi arang dengan penyusun atom C, gas yang terdiri atas CO, CO 2, H2,
H2O, dan CH4, dan uap tir dengan perkiraan rumus molekul CH1,2O0,5. Uap tir ini
berfasa gas pada suhu pirolisis tetapi akan mengembun menjadi butiran halus tir jika
didinginkan (Reed dan Das, 1988).
Pirolisis adalah pemanasan bahan organik biomassa tanpa oksigen pada suhu
tinggi 650-800 K dan tekanan 0,1-0,5 MPa untuk mengkonversi biomassa menjadi
cairan minyak, arang padat dan senyawa gas. Produk dari proses pirolisis berupa
gas, cair dan padat.
Produk gas berupa H2, CH4, CO, CO2 dan gas-gas lainnya tergantung pada
bahan organik biomassa yang digunakan untuk pirolisis. Produk cair berupa tar dan
minyak yang tetap berbentuk cair pada suhu kamar seperti aseton, asam asetat, dll.
Produk padat utama terdiri dari arang dan karbon hampir murni dan bahan inert
lainnya, seperti yang ditunjukan pada reaksi sebagai berikut:
Biomassa + panas → H2 + CO + CH4 + produk lain
Uap metana dan hidrokarbon lainnya yang dihasilkan dapat dilakukan proses
steam reforming untuk produksi hidrogen lebih lanjut:
CH4 + H2O → CO + 3H2
Untuk meningkatkan produksi hidrogen, dilakukan reaksi water-gas shift
seperti yang ditunjukan pada reaksi sebagai berikut:
CO + H2O → CO2 + H2
Selain produk gas, produk berminyak juga dapat diolah untuk produksi
hidrogen. Minyak pirolisis dapat dipisahkan menjadi dua fraksi berdasarkan
kelarutan dalam air. Fraksi yang larut dalam air dapat digunakan untuk produksi
hidrogen sementara fraksi yang tidak larut dalam air sebagai bahan perekat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika katalis Ni digunakan, maksimum
hasil hidrogen bisa mencapai 90%. Dengan proses tambahan steam reforming dan
reaksi water-gas shift, yield hidrogen dapat meningkat secara signifikan.
b. Gasifikasi Biomassa
Gasifikasi adalah reaksi oksidasi biomassa dengan jumlah oksigen terbatas
dan hasilnya merupakan bahan bakar gas. Dalam kondisi tertentu, jumlah oksigen
dibatasi kurang dari 40% jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk pembakaran
sempurna, dan hasil utamanya adalah CO dan H2 (Evans dan Milne, 1987). Kecuali
CO dan H2, pada gas hasil gasifikasi biomassa terdapat pula CO2, CH4, dan senyawa
lainnya. Reaksi yang terjadi pada proses gasifikasi biomassa dengan penambahan
uap air super kritis sangat kompleks karena terjadi reaksi berantai yang
menghasilkan campuran gas dan cairan.
Gasifikasi merupakan teknologi konversi biomasa menjadi bahan bakar gas
atau synthesis gas. Biomassa dapat digasifikasi pada temperatur tinggi (diatas
1000K), seperti yang ditunjukan pada persamaan reaksi berikut ini:
Biomassa + Panas + steam → H2 + CO + CO2 + CH4
+ hidrokarbon fraksi ringan dan berat + tar
Gas hasil gasifikasi biomasa terdiri dari H 2, CO, CH4, N2, CO2, O2, dan tar
(karbon cair). Tar sangat susah dipisahkan dari syngas. Kandungan tar tergantung
temperatur dan tipe reaktor. Tipe reaktor yang biasa digunakan untuk proses
gasifikasi adalah reaktor fixed bed dan fluidized bed dan reaktor bentuk lain. Semua
jenis reaktor memerlukan alat pembersih gas (gas cleaning). Uap air (steam)
ditambahkan ke dalam water gas shift untuk mengkonversi CO dan H2O menjadi
CO2 dan H2.
Sistem reaktor terdiri dari ruang pembakaran berbentuk menara dilengkapi
dengan sistem pemasukan udara dan satu reaktor gasifikasi yang dihubungkan
dengan ruang pembakaran. Reaktor dilengkapi dengan sistem pemasukan biomasa,
pemasukan uap air dan sistem pengeluaran gas hasil reaksi. Karbon dan gas CO
yang terbentuk dialirkan ke ruang pembakaran dan bereaksi dengan oksigen (udara)
menghasilkan gas CO2.
BAB III
KESIMPULAN