Teknik Pemeriksaan Fisik
Teknik Pemeriksaan Fisik
DISUSUN OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum. Wr. Wb.
Kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-NYA,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Tidak lupa shalawat
serta salam selalu kita curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah
membimbing umatnya di jalan yang benar.Kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
sudah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini saya susun berdasarkan tugas dari mata kuliah keperawatan dasar 2 yang berjudul
“TEKNIK PEMERIKSAAN FISIK”.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya para remaja.
Penyusun juga meminta maaf apabila banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini.
Wassalamu‟alaikum. Wr. Wb.
Penyun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4
A. Latar belakang...........................................................................................4
B. Rumusan masalah......................................................................................5
C. Tujuan.......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................6
A. Pemeriksaan fisik......................................................................................6
B. Tujuan pemeriksaan fisik..........................................................................8
C. Manfaat pemeriksaan fisik........................................................................9
D. Prosedur pemeriksaan fisik.......................................................................9
BAB III PENUTUP............................................................................................26
A. KESIMPULAN.......................................................................................26
B. SARAN...................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................27
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah
proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk
menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat
dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan
membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan
pasien.
pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari
bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak yaitu kaki.
Pemeriksaan secara sistematis tersebut disebut teknik Head to Toe.
Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin
diperlukan seperti test neurologi.
Dalam Pemeriksaan fisik daerah abdomen pemeriksaan
dilakukan dengan sistematis inspeksi, auskultasi, palpasi, dan
perkusi. Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat
dan fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,
yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala
tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab
tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri
penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang
spesifik.Dalam praktiknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu,
denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.
4
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana teknik pemeriksaan fisik ?
2. Apa tujuan pemeriksaan fisik ?
3. Apa manfaat pemeriksaan fisik ?
4. Bagaimana prosedur pemeriksaan fisik ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan fisik.
2. Untuk mengetahui tujuan pemeriksaan fisik.
3. Untuk mengetahui manfaat pemeriksaan fisik.
4. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan fisik.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai
ujung kaki pada setiap system tubuh yang memberikan informasi
objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk membuat
penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan
terapi yang diterima klien dan penentuan respon terhadap terapi
tersebut. [ CITATION PAP05 \l 1033 ]
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan
atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data
yang sistematif dan komprehensif, memastikan atau membuktikan hasil
anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan
keperawatan yang tepat bagi klien.
6
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh,
warna, bentuk, posisi, kesimetrisan, lesi, dan penonjolan atau
pembengkakan.setelah inspeksi perlu dibandingkan hasil normal dan
abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.
2. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba
dengan meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau
tangan.
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera
peraba ; tangan dan jari-jari, untuk mendeterminasi ciri2 jaringan
atau organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran,
kelembaban dan penonjolan. Hal yang di deteksi adalah suhu,
kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau massa,
edema, krepitasi dan sensasi.
3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan
permukaan tubuh unutk menghasilkan bunyi yang akan membantu
dalam membantu penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur di
bawahnya.
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian
permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian
tubuh lainnya (kiri atau kanan) dengan menghasilkan suara, yang
bertujuan untuk mengidentifikasi batas atau lokasi dan konsistensi
jaringan.
7
4. Auskultasi
Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan
oleh bermacam-macam organ dan jaringan tubuh. Auskultasi adalah
pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara
yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang
disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi
jantung, suara nafas, dan bising usus.
8
4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan
klien dan penatalaksanaan.
5. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.
9
b. Prosedur pemeriksaan
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur
3. Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di sebelah kanan klien
dan pasang handschoen bila di perlukan
4. Pemeriksaan umum meliputi : penampilan umum, status
mental dan nutrisi.
10
c. Pengukuran tanda vital
Posisi klien : duduk/ berbaring
1. Suhu tubuh (Normal : 36,5-37,50c)
Pemeriksaan suhu dapat dilakukan melalui oral, rektal, dan
aksila yang digunakan untuk menilai keseimbangan suhu
tubuh serta membantu menentukan diagnosis dini suatu
penyakit. Tempat untuk mengukur suhu badan seseorang
adalah:
Ketiak/ axilea, pada area ini termometer didiamkan
sekitar 10 – 15 menit.
Anus/ dubur/ rectal, pada area ini termometer didiamkan
sekitar 3 – 5 menit.
Mulut/oral, pada area ini termometer didiamkan sekitar
2– 3 menit
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh normal, jika suhu
tubuhnya berada pada 36ºC – 37,5ºC
2. Tekanan darah (Normal : 120/80 mmHg)
Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia
seseorang adalah:
Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg
Usia 1 – 6 bulan : 90/60 mmHg
Usia 6 – 12 bulan : 96/65 mmHg
Usia 4 – 6 tahun : 100/60 mmHg
Usia 6 – 8 tahun : 105/60 mmHg
Usia 8 – 10 tahun : 110/60 mmHg
Usia 10 – 12 tahun : 115/60 mmHg
Usia 12 – 14 tahun : 118/60 mmHg
Usia 14 – 16 tahun : 120/65 mmHg
Usia 16 tahun ke atas : 130/75 mmHg
Usia lanjut : 130-139/85-89 mmHg
11
3. Nadi
a) Frekuensi = Normal : 60-100x/menit ; Takikardia: >100 ;
Bradikardia: <6 span="">
b) Keteraturan= Normal : teratur
c) Kekuatan= 0: Tidak ada denyutan; 1+:denyutan kurang
teraba; 2+: Denyutan mudah teraba, tak mudah lenyap;
3+: denyutan kuat dan mudah teraba.
12
Tabel frekuensi nafas per menit berdasarkan usia :
FREKUENSI NAFAS PER
USIA
MENIT
Bayi baru lahir 30-50
Bayi (6 bulan) 35-40
Toodler 25-32
Anak-anak 20-30
Remaja 16-19
Dewasa 12-20
13
Tujuan :
1. Mengetahui kondisi kulit dan kuku
2. Mengetahui perubahan oksigenasi, sirkulasi, kerusakan
jaringan setempat, dan hidrasi.
Persiapan :
1. Posisi klien: duduk/ berbaring
2. Pencahayaan yang cukup/lampu
3. Sarung tangan (utuk lesi basah dan berair)
Prosedur Pelaksanaan :
a) Pemeriksaan kulit
b) Pemeriksaan kuku
14
Palpasi : ketebalan kuku dan capillary refile ( pengisian
kapiler ).
Normal: aliran darah kuku akan kembali < 3 detik.
1) Pemeriksaan kepala
Tujuan :
Mengetahui bentuk dan fungsi kepala
Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala
Persiapan alat
Lampu
Sarung tangan (jika di duga terdapat lesi atau
luka)
Prosedur Pelaksanaan
- Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk,
kesimetrisan, adanya lesi atau tidak, kebersihan
rambut dan kulit kepala, warna, rambut, jumlah dan
distribusi rambut.
15
- Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak
menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi(rambut
jagung dan kering).
- Palpasi : adanya pembengkakan atau penonjolan, dan
tekstur rambut. Normal: tidak ada penonjolan atau
pembengkakan, rambut lebat dan kuat atau tidak
rapuh.
Setelah diadakan pemeriksaan kepala evaluasi hasil yang
di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal,
dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat.
2) Pemeriksaan wajah
3) Pemeriksaan mata
Tujuan :
Mengetahui bentuk dan fungsi mata
Mengetahui adanya kelainan pada mata.
16
Persiapan alat :
Senter Kecil
Surat kabar atau majalah
Kartu Snellen
Penutup Mata
Sarung tangan
Prosedur Pelaksanaan
- Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata,
kelopak mata, kesimestrisan, bola mata, warna
konjunctiva dan sclera (anemis/ikterik), penggunaan
kacamata / lensa kontak, dan respon terhadap cahaya.
- Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika,
warna konjungtiva pink, dan sclera berwarna putih.
- Tes Ketajaman Penglihatan
4) Pemeriksaan telinga
Tujuan :
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga,
gendang telinga, dan fungsi pendengaran.
Persiapan Alat :
Arloji berjarum detik
Garpu tala
Speculum telinga
Lampu kepala
Prosedur Pelaksanaan :
- Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan,
integritas, posisi telinga, warna, liang telinga
(cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar.
17
- Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas
kulit bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada
tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar.
- Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
- Normal: tidak ada nyeri tekan.
Setelah diadakan pemeriksaan telinga evaluasi hasil yang di
dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
18
Setelah diadakan pemeriksaan hidung dan sinus evaluasi
hasil yang di dapat dengan membandikan dengan
keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.
6) Pemeriksaan mulut dan bibir
Tujuan :
Mengetahui bentuk kelainan mulut.
Persiapan Alat :
Senter kecil
Sudip lidah
Sarung tangan bersih
Kasa
Prosedur Pelaksanaan :
- Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa
mulut dan bibir, tekstur , lesi, dan stomatitis.
- Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab,
tidak ada lesi dan stomatitis.
- Inspeksi dan palpasi strukur dalam : gigi
lengkap/penggunaan gigi palsu, perdarahan/ radang
gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan keadaan
langit2.
- Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi
berlobang atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan
atau radang gusi, lidah simetris, warna pink, langit2
utuh dan tidak ada tanda infeksi.
19
gigi susu di ikuti tumbuhnya gigi lain yang disebut gigi
sulung. Akhirnya pada usia enam tahun hingga empat
belas tahun, gigi tersebut mulai tanggal dan dig anti gigi
tetap.
Pada usia 6 bulan gigi berjumlah 2 buah (dirahang
bawah), usia 7-8 bulan berjumlah 7 buah(2 dirahang atas
dan 4 dirahang bawah) , usia 9-11 bulan berjumlah 8
buah(4 dirahang atas dan 4 dirahang bawah), usia 12-15
bulan gigi berjumlah 12 buah (6 dirahang atas dan 6
dirahang bawah), usia 16-19 bulan berjumlah 16 buah (8
dirahang atas dan 8 dirahang bawah), dan pada usia 20-
30 bulan berjumlah 20 buah (10 dirahang atas dan 10
dirahang bawah).
Setelah diadakan pemeriksaan mulut dan bibir
evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan
dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
7) Pemeriksaan leher
Tujuan :
Menentukan struktur integritas leher
Mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan
Memeriksa system limfatik
Persiapan Alat :
Stetoskop
Prosedur Pelaksanaan :
- Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris.
- Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas
kulit baik, bentuk simetris, tidak ada pembesaran
kelenjer gondok.
20
- Inspeksi dan auskultasi arteri karotis: lokasi pulsasi.
- Normal: arteri karotis terdengar.
- Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid (nodus/difus,
pembesaran,batas, konsistensi, nyeri,
gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjer limfe
(letak, konsistensi, nyeri, pembesaran), kelenjer
parotis (letak, terlihat/ teraba).
- Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak
ada nyeri, tidak ada pembesaran kel.limfe, tidak ada
nyeri.
- Auskultasi : bising pembuluh darah.
Setelah diadakan pemeriksaan leher evaluasi hasil yang
di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal,
dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat
tersebut.
21
Prosedur pelaksanaan :
- Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan
nafas (frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya
pernafasan/penggunaan otot-otot bantu pernafasan),
warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/ penonjolan.
- Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak
ada tanda-tanda distress pernapasan, warna kulit
sama dengan warna kulit lain, tidak ikterik atau
sianosis, tidak ada pembengkakan atau penonjolan
atau edema.
- Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi,
nyeri, tractile fremitus.
Setelah diadakan pemeriksaan dada evaluasi hasil yang
di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal,
dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat
tersebut.
g. Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan
kaki dan telapak kaki)
- Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan,
integritas kulit, posisi dan letak, ROM, kekuatan dan tonus otot
- Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan
otot penuh
- Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis: denyutan
- Normal: teraba jelas
- Tes reflex :tendon patella dan archilles.
- Normal: reflex patella dan archiles positif
Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas bawah evaluasi hasil
yang di dapat dengan membandingkan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
h. Pemeriksaan genitalia (alat genital, anus, rectum)
Posisi Klien : Pria berdiri dan wanita litotomy.
22
Tujuan:
Melihat dan mengetahui organ-organ yang termasuk
dalam genetalia.
Mengetahui adanya abnormalitas pada genetalia,
misalnya varises, edema, tumor/ benjolan, infeksi,
luka atau iritasi, pengeluaran cairan atau darah.
Melakukan perawatan genetalia.
Mengetahui kemajuan proses persalinan pada ibu
hamil atau persalinan.
Alat :
Lampu yang dapat diatur pencahayaannya
Sarung tangan
Pemeriksaan rectum :
Tujuan :
Mengetahui kondisi anus dan rectum
Menentukan adanya masa atau bentuk tidak teratur
dari dinding rektal
Mengetahui intregritas spingter anal eksternal
Memeriksa kangker rectal dll
Alat :
Sarung tangan sekali pakai
Zat pelumas
Penetangan untuk pemeriksaan
Prosedur Pelaksanaan :
a) Wanita:
23
- Inspeksi genitalia eksternal: mukosa kulit, integritas
kulit, contour simetris, edema, pengeluaran.
- Normal: bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik,
semetris tidak ada edema dan tanda-tanda infeksi
(pengeluaran pus /bau).
- Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa,
pengeluaran
- Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran,
konsistensi dan, massa.
- Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa
edema, haemoroid, fistula ani pengeluaran dan
perdarahan.
- Normal: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema atau
hemoroid atau polip atau tanda-tanda infeksi dan
pendarahan.
Setelah diadakan pemeriksaan di adakan pemeriksaan
genitalia evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
b) Pria :
- Inspeksi dan palpasi penis: Integritas kulit, massa
dan pengeluaran
- Normal: integritas kulit baik, tidak ada masa atau
pembengkakan, tidak ada pengeluaran pus atau
darah
24
- Inspeksi dan palpassi skrotum: integritas kulit,
ukuran dan bentuk, turunan testes dan mobilitas,
massa, nyeri dan tonjolan
- Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, massa,
edema, hemoroid, fistula ani, pengeluaran dan
perdarahan.
- Normal: tidak ada nyeri , tidak terdapat edema atau
hemoroid atau polip atau tanda-tanda infeksi dan
pendarahan.
Setelah diadakan pemeriksaan dadadan genitalia wanita
evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan
dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
25
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara
keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk
memperoleh data yang sistematif dan komprehensif, memastikan atau
membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan
tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.
Pemeriksaan fisik Mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama
pada klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di
rawat, secara rutin pada klien yang sedang di rawat, sewaktu-waktu
sesuai kebutuhan klien.
Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat
bermanfaat, baik untuk untuk menegakkan diagnosa keperawatan .
memilih intervensi yang tepat untuk proses keperawatan, maupun untuk
mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.
B. SARAN
Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik dan benar,
maka petugas kesehatan harus memahami ilmu pemeriksaan fisik
dengan sempurna dan pemeriksaan fisik harus dilakukan secara
berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan prosedur yang benar.
26
DAFTAR PUSTAKA
27