Anda di halaman 1dari 27

TEKNIK PEMERIKSAAN FISIK

DISUSUN OLEH :

Muhammad tri prihantono


(18.0601.0037)

PRODI D-III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

i
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum. Wr. Wb.
 
Kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-NYA,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Tidak lupa shalawat
serta salam selalu kita curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah
membimbing umatnya di jalan yang benar.Kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
sudah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini saya susun berdasarkan tugas dari mata kuliah keperawatan dasar 2 yang berjudul
“TEKNIK PEMERIKSAAN FISIK”.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya para remaja.
Penyusun juga meminta maaf apabila banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini.
 
Wassalamu‟alaikum. Wr. Wb.
 
Penyun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4
A. Latar belakang...........................................................................................4
B. Rumusan masalah......................................................................................5
C. Tujuan.......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................6
A. Pemeriksaan fisik......................................................................................6
B. Tujuan pemeriksaan fisik..........................................................................8
C. Manfaat pemeriksaan fisik........................................................................9
D. Prosedur pemeriksaan fisik.......................................................................9
BAB III PENUTUP............................................................................................26
A. KESIMPULAN.......................................................................................26
B. SARAN...................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................27

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah
proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk
menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat
dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan
membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan
pasien.
pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari
bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak yaitu kaki.
Pemeriksaan secara sistematis tersebut disebut teknik Head to Toe.
Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin
diperlukan seperti test neurologi.
Dalam Pemeriksaan fisik daerah abdomen pemeriksaan
dilakukan dengan sistematis inspeksi, auskultasi, palpasi, dan
perkusi. Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat
dan fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,
yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala
tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab
tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri
penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang
spesifik.Dalam praktiknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu,
denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.

4
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana teknik pemeriksaan fisik ?
2. Apa tujuan pemeriksaan fisik ?
3. Apa manfaat pemeriksaan fisik ?
4. Bagaimana prosedur pemeriksaan fisik ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan fisik.
2. Untuk mengetahui tujuan pemeriksaan fisik.
3. Untuk mengetahui manfaat pemeriksaan fisik.
4. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan fisik.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai
ujung kaki pada setiap system tubuh yang memberikan informasi
objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk membuat
penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan
terapi yang diterima klien dan penentuan respon terhadap terapi
tersebut. [ CITATION PAP05 \l 1033 ]
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan
atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data
yang sistematif dan komprehensif, memastikan atau membuktikan hasil
anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan
keperawatan yang tepat bagi klien.

Teknik – teknik yang digunakan dalam pemeriksaan fisik adalah :


1. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera
penglihatan, pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan
saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran atau kesan umum
mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian
maju ke suatu inspeksi local yang berfokus pada suatu system
tunggal atau bagian dan biasanya mengguankan alat khusus seperto
optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain. Inspeksi adalah
pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang
diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar).

6
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh,
warna, bentuk, posisi, kesimetrisan, lesi, dan penonjolan atau
pembengkakan.setelah inspeksi perlu dibandingkan hasil normal dan
abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.

2. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba
dengan meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau
tangan.
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera
peraba ; tangan dan jari-jari, untuk mendeterminasi ciri2 jaringan
atau organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran,
kelembaban dan penonjolan. Hal yang di deteksi adalah suhu,
kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau massa,
edema, krepitasi dan sensasi.

3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan
permukaan tubuh unutk menghasilkan bunyi yang akan membantu
dalam membantu penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur di
bawahnya.
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian
permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian
tubuh lainnya (kiri atau kanan) dengan menghasilkan suara, yang
bertujuan untuk mengidentifikasi batas atau lokasi dan konsistensi
jaringan.

7
4. Auskultasi
Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan
oleh bermacam-macam organ dan jaringan tubuh. Auskultasi adalah
pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara
yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang
disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi
jantung, suara nafas, dan bising usus.

Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada prinsip-prinsip yang


harus di perhatikan, yaitu sebagai berikut :
a. Kontrol infeksi
Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan
steril, memasang masker, dan membantu klien mengenakan baju
periksa jika ada.
b. Kontrol lingkungan
Yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan
cukup penerangan untuk melakukan pemeriksaan fisik baik bagi
klien maupun bagi pemeriksa itu sendiri. Misalnya menutup
pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien.

B. Tujuan pemeriksaan fisik


Tujuan pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu:

1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.


2. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang
diperoleh dalam riwayat keperawatan.
3. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.

8
4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan
klien dan penatalaksanaan.
5. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.

C. Manfaat pemeriksaan fisik


Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat
sendiri, maupun bagi profesi kesehatan lain, diantaranya:

1. Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose


keperawatan.
2. Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
3. Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat
4. Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan

D. Prosedur pemeriksaan fisik


a. Persiapan
1. Alat
Meteran, Timbangan BB, Penlight, Steteskop,
Tensimeter/spighnomanometer, Thermometer, Arloji atau
stopwatch, Refleks Hammer, Otoskop, Handschoon bersih
( jika perlu), tissue, buku catatan perawat.
(Alat diletakkan di dekat tempat tidur klien yang akan di
periksa).
2. Lingkungan
Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup
penerangan. Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem
untuk menjaga privacy klien.
3. Klien (fisik dan fisiologis)
Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan anjurkan
klien untuk rileks.

9
b. Prosedur pemeriksaan
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur
3. Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di sebelah kanan klien
dan pasang handschoen bila di perlukan
4. Pemeriksaan umum meliputi : penampilan umum, status
mental dan nutrisi.

Posisi klien : duduk/berbaring


Cara : inspeksi
 Kesadaran, tingkah laku, ekspresi wajah, mood.
(Normal : Kesadaran penuh, Ekspresi sesuai, tidak ada
menahan nyeri/ sulit bernafas)
 Tanda-tanda stress/ kecemasan (Normal :) Relaks, tidak
ada tanda-tanda cemas/takut)
 Jenis kelamin
 Usia dan Gender
 Tahapan perkembangan
 TB, BB ( Normal : BMI dalam batas normal)
 Kebersihan Personal (Normal : Bersih dan tidak bau)
 Cara berpakaian (Normal : Benar/ tidak terbalik)
 Postur dan cara berjalan
 Bentuk dan ukuran tubuh
 Cara bicara. (Relaks, lancar, tidak gugup)
 Evaluasi dengan membandingkan dengan keadaan
normal.
 Dokumentasikan hasil pemeriksaan

10
c. Pengukuran tanda vital
Posisi klien : duduk/ berbaring
1. Suhu tubuh (Normal : 36,5-37,50c)
Pemeriksaan suhu dapat dilakukan melalui oral, rektal, dan
aksila yang digunakan untuk menilai keseimbangan suhu
tubuh serta membantu menentukan diagnosis dini suatu
penyakit. Tempat untuk mengukur suhu badan seseorang
adalah:
 Ketiak/ axilea, pada area ini termometer didiamkan
sekitar 10 – 15 menit.
 Anus/ dubur/ rectal, pada area ini termometer didiamkan
sekitar 3 – 5 menit.
 Mulut/oral, pada area ini termometer didiamkan sekitar
2– 3 menit
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh normal, jika suhu
tubuhnya berada pada 36ºC – 37,5ºC
2. Tekanan darah (Normal : 120/80 mmHg)
Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia
seseorang adalah:
 Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg
 Usia 1 – 6 bulan : 90/60 mmHg
 Usia 6 – 12 bulan : 96/65 mmHg
 Usia 4 – 6 tahun : 100/60 mmHg
 Usia 6 – 8 tahun : 105/60 mmHg
 Usia 8 – 10 tahun : 110/60 mmHg
 Usia 10 – 12 tahun : 115/60 mmHg
 Usia 12 – 14 tahun : 118/60 mmHg
 Usia 14 – 16 tahun : 120/65 mmHg
 Usia 16 tahun ke atas : 130/75 mmHg
 Usia lanjut : 130-139/85-89 mmHg

11
3. Nadi
a) Frekuensi = Normal : 60-100x/menit ; Takikardia: >100 ;
Bradikardia: <6 span="">
b) Keteraturan= Normal : teratur
c) Kekuatan= 0: Tidak ada denyutan; 1+:denyutan kurang
teraba; 2+: Denyutan mudah teraba, tak mudah lenyap;
3+: denyutan kuat dan mudah teraba.

Tempat-tempat menghitung denyut nadi adalah:

 Ateri radalis : Pada pergelangan tangan.


 Arteri temporalis : Pada tulang pelipis.
 Arteri carotis : Pada leher.
 Arteri femoralis : Pada lipatan paha.
 Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki.
 Arteri poplitea : pada lipatan lutut.
 Arteri bracialis : Pada lipatan siku.
Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang
adalah:
Bayi baru lahir : 110 – 180 kali per menit
Dewasa : 60 – 100 kali per menit
Usia Lanjut : 60 -70 kali per menit
4. Pernafasan
a) Frekuensi: Normal= 15-20x /menit; >20: Takipnea; <15
bradipnea="" span="">
b) Keteraturan= Normal : teratur
c) Kedalaman: dalam/dangkal
d) Penggunaan otot bantu pernafasan: Normal : tidak ada.

12
Tabel frekuensi nafas per menit berdasarkan usia :
FREKUENSI NAFAS PER
USIA
MENIT
Bayi baru lahir 30-50
Bayi (6 bulan) 35-40
Toodler 25-32
Anak-anak 20-30
Remaja 16-19
Dewasa 12-20

Tabel pola pernafasan :


POLA PERNAFASAN DESKRIFSI
Susah bernafas yang menunjukkan adanya
Dispnea
retraksi.
Bradipnea Frekuensi pernafasan cepat yang abnormal.
Pernafasan cepat dan normal atau peningkatan
Hiperpnea
frekuensi dan kedalaman pernapasan.
Apnea Tidak ada pernafasan.
Periode pernafasan cepat dalam yang bergantian
dengan periode apnea, umumnya pada bayi dan
Cheyne stokes
anak selama tidur nyenyak, depresi, dan kerusakan
otak.
Nafas normal yang abnormal bisa cepat, normal,
Kusmaul
atau lambat umumnya pada asidosis metabolik.
Nafas tidak teratur, menunjukkan adanya
Biot kerusakan atak bagian bawah dan depresi
pernafasan.
Setelah diadakan pemeriksaan tanda-tanda vital evaluasi hasil
yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal,
dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat.

d. Pemeriksaan Kulit dan Kuku

13
Tujuan :
1. Mengetahui kondisi kulit dan kuku
2. Mengetahui perubahan oksigenasi, sirkulasi, kerusakan
jaringan setempat, dan hidrasi.
Persiapan :
1. Posisi klien: duduk/ berbaring
2. Pencahayaan yang cukup/lampu
3. Sarung tangan (utuk lesi basah dan berair)
Prosedur Pelaksanaan :
a) Pemeriksaan kulit

Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasi,lesi/perlukaan,


pucat, sianosis, dan ikterik.
Normal: kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.
Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur,
ketebalan, turgor kulit, dan edema.
Normal: lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema.
Setelah diadakan pemeriksaan kulit dan kuku evaluasi
hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan
normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat
tersebut.

b) Pemeriksaan kuku

Inspeksi : kebersihan, bentuk, dan warna kuku


Normal: bersih, bentuk normal tidak ada tanda-tanda jari
tabuh (clubbing finger), tidak ikterik/sianosis.

14
Palpasi : ketebalan kuku dan capillary refile ( pengisian
kapiler ).
Normal: aliran darah kuku akan kembali < 3 detik.

Setelah diadakan pemeriksaan kuku evaluasi hasil yang


di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.

e. Pemeriksaan kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut


dan leher

Posisi klien : duduk , untuk pemeriksaan wajah sampai dengan


leher perawat berhadapan dengan klien.

1) Pemeriksaan kepala
 Tujuan :
 Mengetahui bentuk dan fungsi kepala
 Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala

 Persiapan alat
 Lampu
 Sarung tangan (jika di duga terdapat lesi atau
luka)

 Prosedur Pelaksanaan
- Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk,
kesimetrisan, adanya lesi atau tidak, kebersihan
rambut dan kulit kepala, warna, rambut, jumlah dan
distribusi rambut.

15
- Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak
menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi(rambut
jagung dan kering).
- Palpasi : adanya pembengkakan atau penonjolan, dan
tekstur rambut. Normal: tidak ada penonjolan atau
pembengkakan, rambut lebat dan kuat atau tidak
rapuh.
Setelah diadakan pemeriksaan kepala evaluasi hasil yang
di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal,
dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat.
2) Pemeriksaan wajah

- Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan


kesimetrisan.
- Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak
pucat/ikterik, simetris.
- Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan
rahang
- Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.
Setelah diadakan pemeriksaan wajah evaluasi hasil yang
di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal,
dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat
tersebut.

3) Pemeriksaan mata
 Tujuan :
 Mengetahui bentuk dan fungsi mata
 Mengetahui adanya kelainan pada mata.

16
 Persiapan alat :
 Senter Kecil
 Surat kabar atau majalah
 Kartu Snellen
 Penutup Mata
 Sarung tangan
 Prosedur Pelaksanaan
- Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata,
kelopak mata, kesimestrisan, bola mata, warna
konjunctiva dan sclera (anemis/ikterik), penggunaan
kacamata / lensa kontak, dan respon terhadap cahaya.
- Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika,
warna konjungtiva pink, dan sclera berwarna putih.
- Tes Ketajaman Penglihatan

4) Pemeriksaan telinga
 Tujuan :
 Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga,
gendang telinga, dan fungsi pendengaran.
 Persiapan Alat :
 Arloji berjarum detik
 Garpu tala
 Speculum telinga
 Lampu kepala
 Prosedur Pelaksanaan :
- Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan,
integritas, posisi telinga, warna, liang telinga
(cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar.

17
- Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas
kulit bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada
tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar.
- Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
- Normal: tidak ada nyeri tekan.
Setelah diadakan pemeriksaan telinga evaluasi hasil yang di
dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.

5) Pemeriksan hidung dan sinus


 Tujuan :
 Mengetahui bentuk dan fungsi hidung
 Menentukan kesimetrisan struktur dan adanya
inflamasi atau infeksi
 Persiapan Alat :
 Spekulum hidung
 Senter kecil
 Lampu penerang
 Sarung tangan (jika perlu)
 Prosedur Pelaksanaan :
- Inspeksi : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna,
kesimetrisan), rongga, hidung ( lesi, sekret,
sumbatan, pendarahan), hidung internal (kemerahan,
lesi, tanda2 infeksi).
- Normal: simetris kika, warna sama dengan warna
kulit lain, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan,
perdarahan dan tanda-tanda infeksi.
- Palpasi dan Perkusi frontalis dan, maksilaris
(bengkak, nyeri, dan septum deviasi).
- Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan.

18
Setelah diadakan pemeriksaan hidung dan sinus evaluasi
hasil yang di dapat dengan membandikan dengan
keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.
6) Pemeriksaan mulut dan bibir
 Tujuan :
 Mengetahui bentuk kelainan mulut.
 Persiapan Alat :
 Senter kecil
 Sudip lidah
 Sarung tangan bersih
 Kasa
 Prosedur Pelaksanaan :
- Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa
mulut dan bibir, tekstur , lesi, dan stomatitis.
- Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab,
tidak ada lesi dan stomatitis.
- Inspeksi dan palpasi strukur dalam : gigi
lengkap/penggunaan gigi palsu, perdarahan/ radang
gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan keadaan
langit2.
- Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi
berlobang atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan
atau radang gusi, lidah simetris, warna pink, langit2
utuh dan tidak ada tanda infeksi.

Gigi lengkap pada orang dewasa berjumlah 36 buah,


yang terdiri dari 16 buah di rahang atas dan 16 buah di
rahang bawah. Pada anak-anak gigi sudah mulai tumbuh
pada usia enam bulan. Gigi pertama tumbuh dinamakan

19
gigi susu di ikuti tumbuhnya gigi lain yang disebut gigi
sulung. Akhirnya pada usia enam tahun hingga empat
belas tahun, gigi tersebut mulai tanggal dan dig anti gigi
tetap.
Pada usia 6 bulan gigi berjumlah 2 buah (dirahang
bawah), usia 7-8 bulan berjumlah 7 buah(2 dirahang atas
dan 4 dirahang bawah) , usia 9-11 bulan berjumlah 8
buah(4 dirahang atas dan 4 dirahang bawah), usia 12-15
bulan gigi berjumlah 12 buah (6 dirahang atas dan 6
dirahang bawah), usia 16-19 bulan berjumlah 16 buah (8
dirahang atas dan 8 dirahang bawah), dan pada usia 20-
30 bulan berjumlah 20 buah (10 dirahang atas dan 10
dirahang bawah).
Setelah diadakan pemeriksaan mulut dan bibir
evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan
dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
7) Pemeriksaan leher
 Tujuan :
 Menentukan struktur integritas leher
 Mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan
 Memeriksa system limfatik

 Persiapan Alat :
 Stetoskop
 Prosedur Pelaksanaan :
- Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris.
- Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas
kulit baik, bentuk simetris, tidak ada pembesaran
kelenjer gondok.

20
- Inspeksi dan auskultasi arteri karotis: lokasi pulsasi.
- Normal: arteri karotis terdengar.
- Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid (nodus/difus,
pembesaran,batas, konsistensi, nyeri,
gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjer limfe
(letak, konsistensi, nyeri, pembesaran), kelenjer
parotis (letak, terlihat/ teraba).
- Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak
ada nyeri, tidak ada pembesaran kel.limfe, tidak ada
nyeri.
- Auskultasi : bising pembuluh darah.
Setelah diadakan pemeriksaan leher evaluasi hasil yang
di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal,
dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat
tersebut.

f. Pemeriksaan dada( dada dan punggung)


Posisi klien: berdiri, duduk dan berbaring
Cara atau prosedur:
a) System pernafasan
 Tujuan :
 Mengetahui bentuk, kesimetrisas, ekspansi,
keadaan kulit, dan dinding dada.
 Mengetahui frekuensi, sifat, irama pernafasan,
 Mengetahui adanya nyeri tekan, masa,
peradangan, traktil premitus.
 Persiapan alat :
 Stetoskop
 Penggaris centimeter
 Pensil penada

21
 Prosedur pelaksanaan :
- Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan
nafas (frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya
pernafasan/penggunaan otot-otot bantu pernafasan),
warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/ penonjolan.
- Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak
ada tanda-tanda distress pernapasan, warna kulit
sama dengan warna kulit lain, tidak ikterik atau
sianosis, tidak ada pembengkakan atau penonjolan
atau edema.
- Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi,
nyeri, tractile fremitus.
Setelah diadakan pemeriksaan dada evaluasi hasil yang
di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal,
dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat
tersebut.
g. Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan
kaki dan telapak kaki)
- Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan,
integritas kulit, posisi dan letak, ROM, kekuatan dan tonus otot
- Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan
otot penuh
- Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis: denyutan
- Normal: teraba jelas
- Tes reflex :tendon patella dan archilles.
- Normal: reflex patella dan archiles positif
Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas bawah evaluasi hasil
yang di dapat dengan membandingkan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
h. Pemeriksaan genitalia (alat genital, anus, rectum)
Posisi Klien : Pria berdiri dan wanita litotomy.

22
 Tujuan:
 Melihat dan mengetahui organ-organ yang termasuk
dalam genetalia.
 Mengetahui adanya abnormalitas pada genetalia,
misalnya varises, edema, tumor/ benjolan, infeksi,
luka atau iritasi, pengeluaran cairan atau darah.
 Melakukan perawatan genetalia.
 Mengetahui kemajuan proses persalinan pada ibu
hamil atau persalinan.
 Alat :
 Lampu yang dapat diatur pencahayaannya
 Sarung tangan

 Pemeriksaan rectum :
 Tujuan :
 Mengetahui kondisi anus dan rectum
 Menentukan adanya masa atau bentuk tidak teratur
dari dinding rektal
 Mengetahui intregritas spingter anal eksternal
 Memeriksa kangker rectal dll

 Alat :
 Sarung tangan sekali pakai
 Zat pelumas
 Penetangan untuk pemeriksaan
 Prosedur Pelaksanaan :
a) Wanita:

23
- Inspeksi genitalia eksternal: mukosa kulit, integritas
kulit, contour simetris, edema, pengeluaran.
- Normal: bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik,
semetris tidak ada edema dan tanda-tanda infeksi
(pengeluaran pus /bau).
- Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa,
pengeluaran
- Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran,
konsistensi dan, massa.
- Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa
edema, haemoroid, fistula ani pengeluaran dan
perdarahan.
- Normal: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema atau
hemoroid atau polip atau tanda-tanda infeksi dan
pendarahan.
Setelah diadakan pemeriksaan di adakan pemeriksaan
genitalia evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.

b) Pria :
- Inspeksi dan palpasi penis: Integritas kulit, massa
dan pengeluaran
- Normal: integritas kulit baik, tidak ada masa atau
pembengkakan, tidak ada pengeluaran pus atau
darah

24
- Inspeksi dan palpassi skrotum: integritas kulit,
ukuran dan bentuk, turunan testes dan mobilitas,
massa, nyeri dan tonjolan
- Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, massa,
edema, hemoroid, fistula ani, pengeluaran dan
perdarahan.
- Normal: tidak ada nyeri , tidak terdapat edema atau
hemoroid atau polip atau tanda-tanda infeksi dan
pendarahan.
Setelah diadakan pemeriksaan dadadan genitalia wanita
evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan
dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.

25
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara
keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk
memperoleh data yang sistematif dan komprehensif, memastikan atau
membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan
tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.
Pemeriksaan fisik Mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama
pada klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di
rawat, secara rutin pada klien yang sedang di rawat, sewaktu-waktu
sesuai kebutuhan klien.
Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat
bermanfaat, baik untuk untuk menegakkan diagnosa keperawatan .
memilih intervensi yang tepat untuk proses keperawatan, maupun untuk
mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.

B. SARAN
Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik dan benar,
maka petugas kesehatan harus memahami ilmu pemeriksaan fisik
dengan sempurna dan pemeriksaan fisik harus dilakukan secara
berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan prosedur yang benar.

26
DAFTAR PUSTAKA

Perry, P. P. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Edisi 4. Jakarta:


EGC.
Bates, Barbara. 1998. Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta. EGC.
Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan
Bates.Jakarta. EGC.
Burnside, John W. 1995. Diagnosis Fisik. Jakarta. EGC.

27

Anda mungkin juga menyukai