Anda di halaman 1dari 2

Activity Based Management (ABM) merupakan perbaikan sebagai sistem

pengendalian manajemen yang terpadu, manajemen berdasarkan aktivitas mempunyai


dua dimensi yang terintegrasi, yakni dimensi biaya dan dimensi proses. ABM memiliki
konstribusi yang besar apabila diterapkan, mengapa demikian, karena metode ini
bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam suatu organisasi dengan pendekatan
untuk meningkatkan nilai pelanggan dan laba perusahaan dengan memanfaatkan
informasi dari perhitungan metode Activity Based Costing (ABC).
Keunggulan Manajemen Berdasarkan Aktivitas
1. ABM mengukur efektivitas proses dan aktivitas serta mengidentifikasi
bagaimana proses dan aktivitas tersebut bisa diperbaiki untuk menurunkan
biaya dan meningkatkan nilai bagi pelanggan
2. ABM memperbaiki fokus manajemen dengan cara mengalokasikan sumber daya
untuk mempertahankan kompetitif perusahaan

Perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang rokok bernama PT. Cakra Guna
Cipta Malang pertama kali didirikan pada tanggal 18 Januari 1984. PT. Cakra Guna Cipta
diprakasai oleh tiga orang, yaitu Bapak Edi Indra Winoto, Bapak Achyat, dan Bapak Hadi
Wiranata Lokasi awal berdirinya PT. Cakra Guna Cipta terletak di Jalan Kendalpayak no.
332 Kabupaten Malang. Status perusahaan rokok PT. Cakra Guna Cipta berbentuk PT.
(Perseroan Terbatas). Dalam penentuan Harga Pokok Produksi pada PT. Cakra Guna
Cipta masih menggunakan metode konvensional. Dimana metode konvensional hanya
mengandalkan satu jenis cost driver yaitu unit produksi. Biaya produksi pada PT. Cakra
Guna Cipta meliputi biaya langsung dan biaya tidak langsung.
Pada pehitungan metode harga pokok produksi metode konvensional hanya
memiliki satu cost driver (pemicu biaya) berupa unit produksi, dimana hasil
perhitungan tersebut dalam membebankan biaya overhead pabrik ke aktivitas menjadi
kurang tepat dan menimbulkan distorsi biaya. Sementara pada metode Activity Based
Costing terdapat alternatif cost driver (pemicu biaya) yaitu berupa, unit produksi, units
bahan baku, jam kerja langsung dan jam kerja mesin, sehingga dalam membebankan
biaya overhead pabrik ke masing-masing menjadi lebih tepat dan akurat karena biaya
yang dikeluarkan sesuai dengan sebab akibat timbulnya biaya..
Setelah melakukan perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode
Activity Based Costing dapat diketahui perbandingan harga pokok produksi antara
metode konvensional dengan metode Activity Based Costing (ABC).
Setelah menerapkan harga pokok produksi dengan ABC maka tahapan selanjutnya
menerapkan ABM dengan memanfaatkan informasi dari hasil perhitungan ABC.
Langkah-langkah:
a. Mengidentifikasi Aktivitas Bernilai Tambah (Value Added Activity) dan Tidak
Bernilai Tambah (Non-Value Added Activity)
b. Menerapkan rekayasa aktivitas
c. Melakukan perhitungan rekayasa nilai
d. Pelaporan perbandingan sebelum dan sesudah penerapan ABM
Pada Metode konvensional jenis Sigaret Kretek Tangan (SKT) sebesar Rp.
215.878.286.895, Sigaret Kretek Mesin (SKM) sebesar Rp. 249.536.121.609, Sigaret
Putih Mesin (SPM) sebesar Rp. 2.728.010.831, Tembakau Iris (TIS) sebesar Rp.
164.441.589.162. Dibandingkan dengan perhitungan metode Activity Based Costing
(ABC) mendapat hasil pada produk Sigaret Kretek Tangan (SKT) sebesar Rp.
202.114.501.619, Sigaret Kretek Mesin (SPM) sebesar Rp. 263.526.481.415, Sigaret
Putih Mesin (SPM) sebesar Rp. 2.547.868.227, pada Tembakau Iris (TIS) sebesar Rp.
164.395.157.237. Hasil perbandingan antara metode konvensional dengan metode
Activity Based Costing dapat ditunjukkan dengan besaran persentase untuk
memudahkan pembaca, pada jenis Sigaret Kretek Tangan (SKT) sebesar 3,14% lebih
rendah (undercosting), Sigaret Kretek Mesin (SKM) sebesar 1,72% lebih tinggi
(overcosting), Sigaret Putih Mesin (SPM) sebesar 7,35% lebih rendah (undercosting),
sedangkan Tembakau Iris sebesar 0,02% lebih rendah (undercosting).

Anda mungkin juga menyukai