Anda di halaman 1dari 60

RANGKUMAN JURNAL MATERI FISIOLOGI TUMBUHAN

DISUSUN OLEH:

Nama : Lana Taiba

Nim : 1805901020027

PRODI AGROTEKNOLGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MELABOH-ACEH BARAT

2020/2021
Jurnal 1

Judul: Struktur sel Epidermis dan Stomata Beberapa Tumbuhan Suku Euphorbiaceae

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuhan tersusun dari berbagai organ seperti akar,batang,daun dan organ reproduksi.
Organ –organ tesebut juga tersusun dari berbagai jaringan,seperti jaringan
meristem,parenkim,sklerenkim,kolenkim,epidermis dan jaringan pengangkut. Terkait dengan
tumbuhan suku Euphorbia merupakan tumbuhan perdu atau pohon kecil yang dapat
dimanfaatkan sebagai tanaman hiasan rumah dan banyak ditemukan di daerah tropis.
Kelompok Euphorbia terdiri dari marga codiaceum,Euphorbia,dan Jatropha.
Setiap jenis tumbuhan memiliki stomata yang berbeda terlihat dari
ukuran,bentuk,letak,jarak dan arah stomata pada daun. Pengklasifikasian dilihat berdasarkan
morfologi dan anatomi tumbuhan,tumbuhan yang memiliki ciri yang sama akan
dikelompokkan dalam kelompok yang sama.

1.2 Tujuan
Untuk mengkaji struktur sel epidermis dan stomata pada daun Tumbuhan suku Euphorbia
khususnya pakis giwang,puring dan jarak pagar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Epidermis merupakan lapisan sel-sel paling luar dan menutupi permukaan daun,bunga,
buah,batang dan akar (Metcalfet al.,1950). Jaringan epidermis berfungsi melindungi jaringan dari
lingkungan luar,berperan dalam pertukaran gas pada daun dan bagian permukaan luarnya dilapisi
oleh kutikula(Nurul,2013).

Stomata merupakan modifikasi dari sel epidermis dan berupa sepasang sel penjaga yang bisa
menimbulkan celah sehingga uang air dan gas dapat dipertukarkan antara bagian dalam stomata
dengan lingkungan. Stomata biasanya ditemukan pada bagian tumbuhan yang berhubungan
dengan udara terutama di daun,batang dan rizoma.(Fahn,1991).

Stomata umunya terdapat pada bagian bawah daun,tetapi ada beberapa jenis
tumbuhan,stomata dapat dijumpai pada permukaan atas dan bawah daun,adapula tumbuhan yang
hanya mempunyai stomata pada permukan atas daun yaitu pada bunga lili air.Bentuk atau tipe
stomata dibedakan atas empat yaitu anomositik,anisositik,parasitik,dan diasitik(Lakitan,1993).
BAB III

MATERIAL DAN METODE

3.1 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroskopnOlympus tipe


11067,kamera optilab advance tipe2.2, image raster tipe 3.0,laptop,kaca benda,kaca
penutup,pinset,kertas label,silet,cat kuku bening,dan cool box. Bahan yang digunakan adalah
masing-masing 5 helaian daun puring,pakis giwang dan jarak pagar.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif komperatif,yaitu


menggambar,menginterpretasi,dan membandingkan struktur sel epidermis dan stomata yaitu
pada tumbuhan puring,pakis giwang dan jarak pagar.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Bentuk sel epidermis dan stomata daun puring

Dari hasil pengamatan didapatkan pada daun puring memiliki bentuk sel epidermis tidak
beraturan ada yang rata dan bergelombang. Adapun letak stomata pada sel epidermis daun puring
dikelilingi oleh 2 sel tetangga sejajar pada setiap sisi kana dan kiri yang merupakan sel
penjaga.Bentuk stomata daun puring yaitu berbentuk ginjal dan mempunyai tipe
parasitik.Parasitik adalah sel penutup diiringi sebuah sel tetangga atau lebih dengan sumbu
panjang sel tetangga sejajar dengan sumbu sel penutup dan celah.

Gambar 2. Bentuk sel epidermis dan stomata daun pakis giwang


Dari hasil pengamatan bentuk sel epidermis dari daun pakis giwang adalah berbentuk
memanjang dan tidak rata ada juga yang rata,susunan sel epidermis mengelilingi stomata dan
tidak beraturan satu sama lain.stomata daun pakis giwang berbentuk ginjal dan memiliki tipe
parasitik.

Gambar 3. Bentuk sel epidermis dan stomata daun jarak pagar

Dari hasil pengamatan bentuk sel epidermis daun jarak pagar yaitu berbentuk segi
lima,segi enam,dan ada yang berbentuk tidak beraturan dengan dinding sel rata.Bentuk stomata
dari jarak pagar berbrntuk ginjal dan memiliki tipe parasitik
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pada daun tumbuhan
puring(Codiaceum variegatum)dan pakis giwang (Euphorbia m) memiliki bentuk sel epidermis
tidak beraturan sedangkan jarak pagar( Jatropha curcas) bentuk sel epiermis segi lima,segi
enam,dan tidak beraturan. Stomata ketiga daun tumbuhan tersebut dikelilingi oleh 2 sel tetangga
berbentuk ginjal memiliki tipe parasitik pada tumbuhan dikotil.Arah membuka sel penutup
stomata sejajar terhadap sel tetagga.
Jurnal 2

Judul: Peranan Xilem dan Floem Dalam Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan dan perkembangan adalah merupakan aktivitas tumbuhan yang saling
berkaitan dan berlangsung secara bersinambungan. Pertumbuhan adalah perta bahan volume
sel atau ukuran sel secara irreversible,sedangkan perkembangan adalah proses perubahan
menuju kedewasaan atau diferensiasi sel secara reversible.Pertumnuah dan perkembangan
dipenagaruhi oleh dua faktor,yaitu faktor eksternal meliputi cahaya,air,unsur hara dll, dan
faktor internal meliputi genetik dan hormon.
Di dalam batang tumbuhan terdapat jaringan pengangkut yaitu xilem dan floem,dimana
fungsi xilem sebagai pengangkut unsur hara dan gaam minral dari dalam tanah menuju ke
batang tumbuhan,sedangkan floem berfungsi sebagai pengangkut hasil dari fotosintesis ke
seluruh bagian organ tumbuhan.
Cekaman lingkungan merupakan tantangan utama dalam produksi tanaman,ya g dapat
membatasi pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman.tanaman akan memberikan respon
baik secara fisiologi maupun anatomi ketika menghadapi cekaman lingkungan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan sesungguhnya adalah suatu konsep yang universal dalam bidang
biologi dan merupakan hasil dari integrasi berbagai reaksi biokimia,peristiwa biofisik
dan proses fisiologi yang berinteraksi di dalam tubuh tanaman bersmaa dengan faktor
luar.Titik awalnya adalah sel tunggal,yaitu zigot yang tumbuh dan berkembang
menjadi organisme multisel. Selama pertumbuhan tidak saja terjadi perubahan
bentuk,tetap juga perubahan aktivitas fisiologis,susunan biokimia serta struktur
dalamnya yang disebut differensiasi.Pertumbuhan serta differensiasi sel menjadi
jaringan,organ dan organisme disebut perkembangan atau morfogenesis,karena
melalui perkembangan tumbuhan berubah bentuk dari zigot menjadi
pohon(Hasnunidah,2011:85).
b. Xilem
Xilem merupakan suatu jaringan pengangkut yang kompleks terdiri dari berbagai
macam bentuk sel. Pada umumnya sel-sekl penyusun xilem telah mati dengan dinding
yang sangat tebal tersusun dari zat lignin sehingga xilem berfungsi juga sebagai
jaringan penguat.Xilem terdiri dari trakeid dan unsur pembuluh.Trakeid ditemukan di
dalam xilem hampir semua tumbuhan vaskuler.Selain trakeid,sebagian besar
angiosperma,serta segelincir gimnosperma dan tumbuhan vaskuler tdak
berbiji,memiliki unsur-unsur pembuluh( Campbell,2008:323)
Menurut Nugroho dkk(2012:95),unsur-unsul xilem terdiri dari unsur trakeal,serat
xilem,dan parenkim xilem.
c. Floem
Menurut Nugroho dkk(2012:95). Floem merupakan jaringan pengangkut yang
berfungsi mengangkut dan mendistribusikan zat-zat makanan hasil fotosintesis dari
daun ke bagian tumbuhan yang lain. Floem tersusun dari berbagai macam bentuk sel-
sel yang bersifat hidup dan mati.Unsur-unsur floem meliputi unsur tapis,sel
pengiring,sel albumin(pada gimnosperma),serat-serat floem,dan parenkim floem
BAB III
PEMBAHASAN

Salah satu pembeda antara tumbuhan tingkat tinggi dan tumbuhan tingkat rendah adalah
keberadaan jaringan pengangkut( vaskuler) yang bertugas mengangkut garam mineral dan air ke
organ fotosintetik tumbuhan dan mengedarkan makanan ke seluruh organ tumbuhan.jaringan
yang bertugas mengangkut air dan garam mineral dari dalam tanah menuju batang yaitu jaringan
xilem dan jaringan yang bertugas mengangkut hasil fotosintesis adalah jaringan floem.
BAB IV
KESIMPULAN

jaringan yang bertugas mengangkut air dan garam mineral dari dalam tanah menuju
batang yaitu jaringan xilem dan jaringan yang bertugas mengangkut hasil fotosintesis adalah
jaringan floem.
Jurnal 3

Judul: Pola Akumulasi Prolin dan Poliaminin Beberapa Aksesi tanaman Terung ada Cekaman
Kekeringan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terung( Solanum melongena L.,Solanaceae ) merupakan salah satu tanaman sayuran
yang tumbuh pada iklim hangat,mempunyai manfaat luas sebagai sumber vitamin dan
mineral ( Demir et al.,2010 ). Khususnya kandungan zat besi yang lebih baik jika
dibandingkan dengan tomat( Kashyap et al.,2002). Tanaman ini dapat tumbuh di daerah
tropis dan subtropis. Indonesia merupakan negara penghasil terung keenam dunia setelah
China,India,Iran,Mesir dan Turki. Perhatian terhadap komoditas terung di Indonesia terutama
dalam pemuliaan tanaman masih sangat kurang. Oleh karena itu perbaikan tanaman terung
perlu dilakukan.
Kekeringan merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan seiring dalam jangka waktu yang lama
dapat mengakibatkan efek kecil maupun besar terhadap tanaman. Oleh karena itu
mempelajari mekanisme adaptasi terhadap cekaman kekeringan yang dapat membatasi
produksi hasil sangat menarik untuk dipelajari.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pola akumulasi senyawa osmotikum prolin dan
poliamin beberapa aksesi tanaman terung sebagai respon terhadap cekaman kekeringan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Selain kandungan nutrisi,menurut Bebbodian(1977) tanaman terung memiliki sifat


ketahanan terhadap kekeringan yang tinggi dibandingkan tanaman sayuran lainnya. Tanaman
terung lebih tahan terhadap kekeringan dan curah hujan yang tinggi jika dibadingkan dengan
tomat,tetapi pertumbuhannya akan terhambat pada kondisi suhu tinggi yang dapat
menyebabkan kekerdilan tanaman( Chen dan Li,1996 ). Menurut Radwan (2007),cekaman
dapat memacu tanaman untuk berdaptasi secara morfologi dan anatomi.
Akumulasi prolin dapat menurunkan potensial osmotik sehingga menurunkan potensial
air di dalam sel tanpa membatasi fungsi enzim dan menjaga turgor
sel(Tuasamu,2009).Poliamin ( putresin,spermidin,dan spermin) mempunyai peran yang
sangat penting sebagai respon pertahanan tanaman dari cekaman abiotik terutama terkait
dengan jalur metabolisme hormon saat tercekam dan sinyal reactive oxygen species (ROS)
( Alcazar et al.,2012).
BAB III
BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilksanakan pada bulan januari 2012 sampai dengan Maret 2013 di Rumah
Kaca dan Laboratorium Genetika Molekuler Tanaman dan Modifikasi Jalur Biosintesa. Bahan
tanaman yang digunakan adalah enam (6) aksesi terung yang berasal dari beberapa daerah di
Indonesia dan Varietas Panjalu F1 sebagai aksesi pembimbing. Percobaan disusun berdasarkan
rancangan Acak Kelompok.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian di dapatkan hasil berupa tabel dan gambar grafik dari kadar media,tingkat prolin
dan poliamin
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa cekaman kekeringan secara nyata menurunkan
kadar air media yang menyebabkan penghambatan pertumbuhan tanaman pada semua aksesi
terung,Respon tanaman terung ketika tercekam kekeringan ditunjukkan dengan penurunan
kerapatan jumlah stomata dan persentase stomata terbuka untuk mengurangi laju transpirasi yang
berlebihan.Kekeringan juga dapat mengakibatkan terjadinya akumulasi senyawa prolin dan
poliamin (PA) pada jaringan daun terung. Akumulasi prolin tejadi sejak 14 HSP cekaman
kekeringan ketika kadar air media mencapai kurang dari 20% dan akumulasi meningkat pada 21
HSP cekaman kekeringan,kadar prolin tertinggi (134,70mmol) g) dan kadar putresin tertinggi
(20,836 mg g) dapat dijadikan tercekamnya terung terhadap kekeringan.
BAB V

KESIMPULAN

Cekaman kekeringan secara nyata menurunkan pertumbuhan tinggi tajuk, kerapatan


stomata dan persentase stomata terbuka pada tanaman terung. Akumulasi senyawa prolin
dan/atau poliamin berperan penting dalam mekanisme adaptasi tanaman terung terhadap
cekaman kekeringan. Prolin maupun poliamin dapat dijadikan indikator bahwa tanaman terung
dalam kondisi tercekam kekeringan terutama setelah periode cekaman mencapai 14 sampai 21
hari dengan tingkat akumulasi prolin mencapai di atas 10 kali kondisi tidak tercekam dan
kandungan putresin mencapai 10 kali dari kondisi tidak tercekam.

Jurnal 4
Judul :Proses Respirasi Seluler Pada Tumbuhan

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam.Dari kekayaan alam tersebut
terdapat banyak keanekaragaman hayati yang dijumpai.Salah satunya berbagai flora yang
memiliki jenis yang beraneka. Tumbuhan memiliki ciri khas yaitu adanya zat hijau daun atau
klorofil yang digunakan untuk proses fotosintesis.setia makhluk hidup pasti melakukan proses
metabolisme salah satunya tumbuhan. Tumbuhan memiliki ciri makhluk hidup yaitu respirasi
atau bernapas. Respirasi adalah proses menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida

Sel pada tumbuhan dan hewan menggunakan respirasi seluer sebagai alat untuk
mengubah energi tersimpan menjadi bahan kimia yang dikonsumsi oleh sel individual.
Pernapasan tumbuhan berbeda dengan pernapasan hewan dan manusia karena pernapasan
tumbuhan lebih kompleks prosesnya.Tumbuhan memiliki alat respirasi di antaranya yaitu
stomata,lenti sel,dan ujung akar.Salah satu proses metabolisme primer adalah respirasi,dimana
proses ini merupakan proses esensial bagi kehidupan tumbuhan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Metabolisme
Metabolisme adalah reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam sel. Reaksi kimia
ini akan mengubah suatu zat menjadi zat lain. Metabolisme terdiri dari dua proses yaitu
anabolisme dan katabolisme. Anabolisme adalah proses-proses penyusunan energi kimia
melalui sintesis senyawa-senyawa organik. Sedangkan katabolisme adalah proses
penguraian dan pembebasan energi dari senyawa-senyawa organik melalui proses
respirasi. Semua reaksi tersebut dikatalis oleh enzim,baik oleh reaksi yang sederhana
maupun reaksi yang rumit(Renobayan,2011)
Transpirasi ,fotosintesis dan respirasi termasuk proses metabolisme tumbuhan
yang umum dikenal. Transpirasi ialah proses kehilangan aiar atau penguapan dari
jaringan tumbuhan melalui mulut daun atau stomata. Transpirasi berlangsung selama
tumbuhan hidup. Keuntungan yang didapat dari proses ini adalah,mempercepat laju
pengangkutan unsur hara melalui pembuluh xilem akar,menjaga turginitas sel tumbuhan
agar kondisinya tetap optimal dan sebagai usaha mempertahankan stabilitas suhu
daun( Lakitan,2008).
Enzim merupakan biomolekul yang mengkatalis reaksi kimia,dimana hampir
semua enzim adalah protein. Pada reaksi enzimatik,molekul yang mengawali reaksi
disebut produk.Cara enzim dalam mengkatalisis reaksi kimia substansi lain tidak
merubah atau merusak reaksi ini. Dalam metabolisme diperlukan suatu biokatalisator
enzim( Susantiningsih,2013).
B. Metabolisme Primer
Metabolisme primer pada tumbuhan seperti respirasi dan fotosintesis yang
merupakan proses esensial bagi kehidupan tumbuhan. Contoh metabolisme primer yaitu
protein,karbohidrat,lipid,dan asam amino. Respirasi adalah suatu proses biologis,yaitu
oksigen diserap untuk digunakan pada proses pembakaran(Oksidatif) yang menghasilkan
energi diikuti oleh pengeluaran sisa pembakaranberupa gas karbondioksida dan
air( Octavianti Paramita,2010).
Pada fase pertumbuhan,tumbuhan utamanya memproduksi metabolit
primer,sedangkan metabolit primer dan sekunder belum atau hanya sedikit di
metabolisme.Sedangkan metabolitsme sekunder terjadi pada saat sel dalam tahap
diferensiasi menjadi sel yang lebih terspesialisasi(fasestasioner)(Mohr & Schopfer 1995).
Metabolisme primer disebutjuga metabolit primer seperti protein,karbohidrat,dan
lemak yang digunakan sendiri oleh tumbuhan untuk pertumbuhannya,maupun sebagai
sumber bahan senyawa metabolic sekunder seperti terpenoid ,flavonoid,alkaloid,steroid.
Metabolisme primer memiliki beberapa fungsi bagi tumbuhan di antaranya diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup bagi tumbuhan,untuk pertumbuhan atau
perkembangan bagi tumbuhan tersebut,dan sebagai cadangan makanan(Sari,2012)
C. Respirasi Seluler Menurut Winarno dan Kartakusuma (1981), respirasi adalah suatu
proses metabolisme dengan cara menggunakan oksigen dalam pembakaran senyawa yang
lebih kompleks seperti pati, gula, protein, lemak, dan asam organik, sehingga
menghasilkan molekul yang sederhana seperti CO2, air serta energi dan molekul lain
yang dapat digunakan oleh sel untuk reaksi sintesa.
Respirasi adalah suatu proses biologis, yaitu oksigen diserap untuk digunakan
pada proses pembakaran (oksidatif) yang menghasilkan energi diikuti oleh pengeluaran
sisa pembakaran berupa gas karbondioksida dan air. Substrat yang paling banyak
diperlukan tanaman untuk proses respirasi dalam jaringan tanaman adalah karbohidrat
dan asam-asam organik bila dibandingkan dengan lemak dan protein. respirasi dapat
dibedakan dalam tiga tingkat : (a) pemecahan polisakarida menjadi gula sederhana, (b)
oksidasi gula menjadi asam piruvat dan (c) transformasi piruvat dan asam-asam organik
secara aerobic menjadi karbondioksida, air dan energi. Protein dan lemak dapat pula
berperan sebagai substrat dalam proses pemecahan ini (Paramita, 2010).
Pada hakikatnya, respirasi adalah pemanfaatan energi bebas dalam makanan
menjadi energi bebas yang ditimbun dalam bentuk ATP. Dalam sel, ATP digunakan
sebagai sumber energi bagi seluruh aktivitas hidup yang memerlukan energi. Menurut
Campbell et al (2002)

BAB III
PEMBAHASAN

Kajian mengenai kehidupan tumbuhan tidak terlepas dari adanya proses metabolisme
karena metabolisme merupakan proses yang sangat penting bagi setiap makhluk hidup termasuk
tumbuhan. Pada proses metabolisme terdapat 2 jenis yaitu metabolisme primer dan sekunder
yang masing-masing jenis memiliki peranan masingmasing terhadap tumbuhan sehingga
tumbuhan dapat melaksanakan kehidupannya. Respirasi pada tumbuhan berlangsung siang dan
malam karena cahaya bukan merupakan syarat. Jadi proses respirasi selalu berlangsung
sepanjang waktu selama tumbuhan hidup. . Tumbuhan melakukan proses respirasi untuk
kegiatan pembongkaran atau pembakaran suatu zat sumber energi di dalam tubuh untuk
mendapatkan energi. Zat makanan yang mengandung sumber tenaga paling utama adalah
karbohidrat. Oleh karena itulah, maka tumbuhan sangat penting melakukan proses respirasi
karena untuk mempertahankan kehidupannya dengan menyediakan energi. Energi-energi
tersebut terbentuk dari energi kimia yang terbentuk dalam suatu molekul organ.

BAB V
KESIMPULAN

Tumbuhan sangat penting melakukan proses respirasi karena untuk


mempertahankan kehidupannya dengan menyediakan energi untuk melakukan
aktivitasnya. Tumbuhan memiliki alat respirasi yaitu stomata, lenti sel, dan ujung akar.
Proses respirasi seluler pada tumbuhan memiliki proses yang kompleks dimulai dari
tahap glikolisis, siklus Krebs, dan transpor elektron yang pada hasil ahirnya
menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Proses respirasi seluler ini terjadi di mitondria
yang memiliki fungsi dalam sel yaitu sebagai penghasil ATP.
Jurnal 5

Judul: PENGARUH FOTOSINTESIS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN


KENTANG (SOLANUM TUBEROSUM L.) DALAM LINGKUNGAN FOTOAUTOTROF
SECARA INVITRO (The responses of potatoes (Solanum tuberosum L.) explant in vitro
growth in photoautorof condition)

BAB I

PENDAHULUAN

Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) menghasilkan umbi sebagai komoditas


sayuran dan bahan makanan olahan. Umbi kentang kultivar Atlantic yang merupakan salah satu
kultivar kentang terseleksi di Amerika Serikat, mempunyai beberapa keunggulan seperti
produktivitas tinggi, kadar air rendah, mudah dalam pengolahan hasil umbi, tidak mengalami
perubahan setelah diproses dan mempunyai kualitas umbi chip and fried walaupun juga
mengandung kelemahan, yaitu tidak tahan terhadap penyakit dan hama (Wattimena 2000).

Metode perbanyakan tanaman secara in-vitro sudah sangat berkembang dan digunakan dalam
berbagai penelitian mutakhir maupun secara komersial, terutama di bidang hortikultur, agrikultur
maupun kehutanan. Bila dibandingkan dengan pengadaan bibit kentang secara teknik
konvensional yang hasilnya kadang tidak stabil dan tidak seragam, maka dengan penerapan
metode perbanyakan tanaman secara in-vitro akan diperoleh bibit dalam jumlah yang banyak,
dalam waktu yang singkat, seragam, bebas penyakit, serupa dengan induknya dan bermutu tinggi
(Gunawan 1987).

Fotoautotrof Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan


sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari
dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen. Bila sumber energi berasal dari
matahari maka disebut fotoautotrof. Diketahui bahwa kentang merupakan tanaman tinggi yang
bersifat autotrof, yaitu mampu mensintesis semua komponen molekuler dari hara
anorganik yang berasal dari lingkungan di sekitarnya untuk pertumbuhannya.

Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis
karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Reaksi
dalam fotosintesis yang menghasilkan glukosa ialah sebagai berikut : 6H2O + 6CO2 + cahaya →
C6H12O6 (glukosa) + 6O2 Glukosa digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti
selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui respirasi
seluler. Secara umum reaksi yang terjadi pada respirasi seluler berkebalikan dengan persamaan
di atas. Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi dengan oksigen untuk
menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi kimia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

. Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu
reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi
memerlukan karbon dioksida) (Salisbury & Ross 1995).

Bila dibandingkan dengan pengadaan bibit kentang secara teknik konvensional yang
hasilnya kadang tidak stabil dan tidak seragam, maka dengan penerapan metode perbanyakan
tanaman secara in-vitro akan diperoleh bibit dalam jumlah yang banyak, dalam waktu yang
singkat, seragam, bebas penyakit, serupa dengan induknya dan bermutu tinggi (Gunawan 1987).

Hal ini terjadi juga pada tanaman yang dikulturkan secara in-vitro, karena semua bahan
yang menunjang kehidupan tanaman tersebut tersedia, sehingga tanaman dapat melakukan
proses kehidupannya sama seperti halnya bila tanaman tumbuh di tanah. (Kozai et al 1992).
BAB III

BAHAN DAN METODE

Bahan tanaman (eksplan) yang digunakan adalah batang kentang kultivar Atlantic in-
vitro berukuran 1 ruas (+ 1 cm). Media yang digunakan adalah media dasar MS (Murashige &
Skoog) tanpa penambahan sukrosa.Perlakuan yang diberikan ialah perbedaan suhu pada periode
terang dan gelap dengan intensitas cahaya yang berbeda, tiap perlakuan diulang 5 kali dan tiap
ulangan terdiri dari 1 botol kultur yang berisi 10 eksplan. Penelitian ini dirancang secara acak
lengkap (RAL).
BAB IV

PEMBAHASAN

Intensitas cahaya Laju fotosintesis akan berjalan maksimum ketika banyak cahaya.
Dalam perco- baan terlihat bahwa eksplan yang ditumbuhkan dalam intensitas cahaya yang
tinggi daunnya berwarna lebih hijau daripada eksplan yang ditumbuhkan dalam intensias cahaya
yang rendah, selain itu daun eksplan yang ditumbuhkan dalam intensitas cahaya tinggi lebih
berat daripada daun eksplan yang ditumbuhkan dalam intensitas cahaya rendah

Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung setengah juta
kloroplas setiap milimeter perseginya. Cahaya akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan
yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya.

. Konsentrasi karbon dioksida Semakin banyak karbon dioksida di udara, semakin banyak
jumlah bahan yang dapat digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis. Jika kadar
CO2 dalam sel rendah (misalnya karena meningkatnya penyinaran dan suhu sehingga laju
produksi oksigen sangat tinggi dan stomata menutup), maka fotosintesis akan menurun.
Sebaliknya bila intensitas cahaya tinggi dan suhu rendah atau bila intensitas cahaya rendah dan
suhu tinggi atau intensitas cahaya rendah dan suhu rendah , maka proses fotosintesis tidak akan
berjalan optimal, bahkan tidak terjadi proses fotosintesis.
BAB V

KESIMPULAN

Kondisi lingkungan in vitro fotoautotrof berpengaruh positif terhadap pertumbuhan


planlet kentang varietas Atlantic. Semakin lama masa kultur semakin meningkat fotosintat yang
dihasilkan dalam proses fotosintesis, terlihat dari semakin meningkatnya pertumbuhan planlet
Proses fotosintesis dalam kondisi suhu dan intensitas cahaya yang lebih tinggi berjalan lebih baik
sehingga menghasilkan planlet yang lebih berat, daun yang lebih berat tetapi batang planlet lebih
pendek.
LAMPIRAN JURNAL 1 HALAMAN 1
JURNAL 1 HALAMAN 2
JURNAL 1 HALAMAN 2
JURNAL 1 HALAMAN 4
JURNAL 1 HALAMAN 5
JURNAL 2 HALAMAN 1
JURNAL 2 HALAMAN 2
JURNAL 2 HALAMAN 3
JURNAL 2 HALAMAN 4
JURNAL 2 HALAMAN 5
JURNAL 2 HALAMAN 6
JURNAL 2 HALAMAN 7
JURNAL 3 HALAMAN 1
JURNAL 3 HALAMAN 2
JURNAL 3 HALAMAN 3
JURNAL 3 HALAMAN 4
JURNAL 3 HALAMAN 5
JURNAL 3 HALAMAN 6
JURNAL 4 HALAMAN 1

JURNAL 4 HALAMAN 2
JURNAL 4 HALAMAN 3
JURNAL 4 HALAMAN 4
JURNAL 4 HALAMAN 5
JURNAL 4 HALAMAN 6
JURNAL 5 HALAMAN 1
JURNAL 5 HALAMAN 2
JURNAL 5 HALAMAN 3
JURNAL 5 HALAMAN 4
JURNAL 5 HALAMAN 5
JURNAL 5 HALAMAN 6
JURNAL 5 HALAMAN 7

Anda mungkin juga menyukai