Anda di halaman 1dari 20

Bab I

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang menjadi panutan setiap bangsa
Indonesia. Bangsa Indonesia yang sebenarnya adalah bangsa Indonesia yang tidak hanya
memahami nilai-nilai dari Pancasila, namun dapat mengimplementasikannya ke dalam kehidupan
sehari-hari. Sebesar apapun masalah yang menimpa tanah ibu pertiwi ini, haruslah dihadapi
dengan rasa kesatuan dan persatuan agar bangsa ini tidak terpecah belah dan menjadi bangsa
yang satu.

Nilai-nilai Pancasila haruslah dipegang teguh oleh setiap bangsa Indonesia. Layaknya kitab
suci, nilai-nilai tersebut jika dimaknai dengan baik akan menuntun kita ke dalam hal-hal yang baik,
ke dalam kemajuan bangsa Indonesia. Kebanyakan dari kita hanya mengetahui sila-sila dari
Pancasila. Namun dalam memaknainya masih kurang sehingga masih banyak pelanggaran-
pelanggaran dan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di negeri ini, salah satunya yaitu
korupsi.

Korupsi merupakan masalah serius yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia. Masih
banyak orang yang sadar bahwa korupsi itu merupakan tindakan menyimpang. Oleh karena itu,
orang-orang tersebut harus dibekali dengan ilmu dan nilai-nilai yang baik agar terhindar dari
tindakan menyimpang. Sebagai bangsa Indonesia, nilai-nilai yang baik tersebut berasal dari 5 sila
Pancasila.

2. Rumusan Masalah

• Apa yang dimaksud dengan Pancasila?


• Apa yang dimaksud dengan Korupsi?
• Bagaimana penerapan Pancasila di sebuah perusahaan?
• Dimana potensi terbesar terjadinya korupsi dalam sebuah instansi?

3. Tujuan

• Memahami pengertian Pancasila


• Memahami pengertian korupsi
• Memahami penerapan Pancasila di sebuah perusahaan
• Mengetahui potensi terjadinya korupsi dalam sebuah instansi

1
Bab II
Tinjauan Pustaka

1. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT BANGSA INDONESIA

A. Filsafat Pancasila

Filsafat berasal dari bahasa Yunani “philein” yang berarti cinta dan “shopia” yang berarti
kebijaksanaan. Jadi, filsafat menurut asal katanya berarti cinta akan kebijaksanaan,atau
mencintai kebenaran/pengetahuan. Dengan demikian,filsafat secara sederhana dapat di
artikan sebagai keinginan yang sungguh- sungguh untuk mencari kebenaran yang sejati.
Filsafat merupakan induk dari ilmu pengetahuan menurut J. Gredt dalam bukunya “elementa
philosophiae” filsafat sebagai “ilmu pengetahuan yang timbul dari prinsip – prinsip mencari
sebab musebabnya yang terdalam”.

Menurut Ruslan Abdul Gani,bahwa Pancasila merupakan dasar negara yang lahir dari
cita–cita bersama seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai filsafat,karena Pancasila
merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the founding father
bangsa Indonesia, kemudian di tuangkan dalam suatu sistem yang tepat. Adapun menurut
Notonagoro, filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah, yaitu tentang
hakekat Pancasila.

Sebagai dasar negara, Pancasila harus dapat dipertanggung jawabkan secara yuridis
konstitusional (menurut hukum ketatanegaraan), oleh karena itu setiap orang tidak boleh atau
tidak bebas memberikan pengertian/penafsiran menurut pendapatnya sendiri. Pancasila dalam
pengertian ini sering disebut pula sebagai dasar falsafah negara (philosofische grondslag) atau
ideologi negara (staatsidee).

Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945
adalah di kandung maksud untuk dijadikan dasar bagi negara Indonesia merdeka. Adapun
dasar itu haruslah berupa suatu filsafat yang menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa
dan negara Indonesa yang merdeka. Di atas dasar itulah akan didirikan gedung Republik
Indonesia sebagai perwujudan kemerdekaan politik yang menuju kepada kemerdekaan
ekonomi, sosial dan budaya.

Sidang BPUPKI telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar negara
Indonesia merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945
Pancasila tercantum secara resmi dalam Pembukaan UUD RI, Undang-Undang Dasar yang

2
menjadi sumber ketatanegaraan harus mengandung unsur-unsur pokok yang kuat yang
menjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa dan negara, agar peraturan dasar itu tahan uji
sepanjang masa.

Peraturan selanjutnya yang disusun untuk mengatasi dan menyalurkan persoalan-


persoalan yang timbul sehubungan dengan penyelenggaraan dan perkembangan negara harus
didasarkan atas dan berpedoman pada UUD. Peraturan-peraturan yang bersumber pada UUD
itu disebut peraturan-peraturan organik yang menjadi pelaksanaan dari UUD.

Oleh karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai seluruh isi
peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar negara sebagaimana jelas tercantum
dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tersebut, maka semua peraturan perundang-undangan
Republik Indonesia (Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah sebagai
pengganti Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan peraturan-
peraturan pelaksanaan lainnya) yang dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik
Indonesia haruslah pula sejiwa dan sejalan dengan Pancasila (dijiwai oleh dasar negara
Pancasila). Isi dan tujuan dari peraturan perundang-undangan Republik Indonesia tidak boleh
menyimpang dari jiwa Pancasila. Bahkan dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966
ditegaskan, bahwa Pancasila itu adalah sumber dari segala sumber hukum (sumber hukum
formal, undang-undang, kebiasaan, traktaat, jurisprudensi, hakim, ilmu pengetahuan hukum).

Di sinilah tampak titik persamaan dan tujuan antara jalan yang ditempuh oleh
masyarakat dan penyusun peraturan-peraturan oleh negara dan pemerintah Indonesia. Adalah
suatu hal yang membanggakan bahwa Indonesia berdiri di atas fundamen yang kuat, dasar
yang kokoh, yakni Pancasila dasar yang kuat itu bukanlah meniru suatu model yang
didatangkan dari luar negeri. Dasar negara kita berakar pada sifat-sifat dan cita-cita hidup
bangsa Indonesia, Pancasila adalah penjelmaan dari kepribadian bangsa Indonesia, yang
hidup di tanah air kita sejak dahulu hingga sekarang.

Pancasila mengandung unsur-unsur yang luhur yang tidak hanya memuaskan bangsa
Indonesia sebagai dasar negara, tetapi juga dapat diterima oleh bangsa-bangsa lain sebagai
dasar hidupnya. Pancasila bersifat universal dan akan mempengaruhi hidup dan kehidupan
banga dan negara kesatuan Republik Indonesia secara kekal dan abadi.

3
B. Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia

Menurut Dewan Perancang Nasional, yang dimaksudkan dengan kepribadian Indonesia


ialah : Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia, yang membedakan bangsa Indonesia
dengan bangsa-bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia adalah
pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia sepanjang masa.

Garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang ditentukan oleh


kehidupan budi bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh tempat, lingkungan dan suasana waktu
sepanjang masa. Walaupun bangsa Indonesia sejak dahulu kalah bergaul dengan berbagai
peradaban kebudayaan bangsa lain (Hindu, Tiongkok, Portugis, Spanyol, Belanda dan lain-
lain) namun kepribadian bangsa Indonesia tetap hidup dan berkembang. Mungkin di sana-sini,
misalnya di daerah-daerah tertentu atau masyarakat kota. Kepribadian itu dapat dipengaruhi
oleh unsur-unsur asing, namun pada dasarnya bangsa Indonesia tetap hidup dalam
kepribadiannya sendiri. Bangsa Indonesia secara jelas dapat dibedakan dari bangsa-bangsa
lain. Apabila kita memperhatikan tiap sila dari Pancasila, maka akan tampak dengan jelas
bahwa tiap sila Pancasila itu adalah pencerminan dari bangsa kita. Demikianlah, maka
Pancasila yang kita gali dari bumi Indonsia sendiri merupakan :

1) Dasar negara Republik Indonesia, yang merupakan sumber dari segala sumber hukum
yang berlaku di negara kita.
2) Pandangan hidup bangsa Indonesia yang dapat mempersatukan kita serta memberi
petunjuk dalam masyarakat kita yang beraneka ragam sifatnya.
3) Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, karena Pancasila memberikan corak yang khas
kepada bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta
merupakan ciri khas yang dapat membedakan bangsa Indonesia dari bangsa yang lain.
Terdapat kemungkinan bahwa tiap-tiap sila secara terlepas dari yang lain bersifat universal,
yang juga dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan tetapi kelima sila yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan itulah yang menjadi ciri khas bangsa
Indonesia.
4) Tujuan yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia, yakni suatu masyarakat adil dan makmur
yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah negara kesatuan
Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam
suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalam
lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
5) Perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat Indonesia menjelang
dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang kita junjung tinggi, bukan sekedar karena ia

4
ditemukan kembali dari kandungan kepribadian dan cita-cita bangsa Indonesia yang
terpendam sejak berabad-abad yang lalu, melainkan karena Pancasila itu telah mampu
membuktikan kebenarannya setelah diuji oleh sejarah perjuangan bangsa.

Oleh karena itu yang penting adalah bagaimana kita memahami, menghayati dan
mengamalkan Pancasila dalam segala segi kehidupan. Tanpa ini maka Pancasila hanya akan
merupakan rangkaian kata-kata indah yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945, yang
merupakan perumusan yang beku dan mati, serta tidak mempunyai arti bagi kehidupan bangsa
kita.

Apabila Pancasila tidak menyentuh kehidupan nyata, tidak kita rasakan wujudnya dalam
kehidupan sehari-hari, maka lambat laun kehidupannya akan kabur dan kesetiaan kita kepada
Pancasila akan luntur. Mungkin Pancasila akan hanya tertinggal dalam buku-buku sejarah
Indonesia. Apabila ini terjadi maka segala dosa dan noda akan melekat pada kita yang hidup
di masa kini, pada generasi yang telah begitu banyak berkorban untuk menegakkan dan
membela Pancasila.

Akhirnya perlu juga ditegaskan, bahwa apabila dibicarakan mengenai Pancasila, maka
yang kita maksud adalah Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu :

1) Ketuhanan Yang Maha Esa.


2) Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Persatuan Indonesia.
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawratan / perwakilan.
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 itulah yang kita
gunakan, sebab rumusan yang demikian itulah yang ditetapkan oleh wakil-wakil bangsa
Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI).

Seperti yang telah ditunjukkan oleh Ketetapan MPR No. XI/MPR/1978, Pancasila itu
merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh dari kelima silanya. Dikatakan sebagai kesatuan
yang bulat dan utuh, karena masing-masing sila dari Pancasila itu tidak dapat dipahami dan
diberi arti secara sendiri-sendiri, terpisah dari keseluruhan sila-sila lainnya. Memahami atau
memberi arti setiap sila-sila secara terpisah dari sila-sila lainnya akan mendatangkan
pengertian yang keliru tentang Pancasila.

5
C. Ideologi Pancasila

Secara etimologis, istilah Ideologi berasal dari kata “idea” yang berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita, pemikiran, dan kata “logos” yang berarti ilmu. Kata “oida” berasal
dari bahasa Yunani yang berarti mengetahui, melihat, bentuk. Pengertian ideologi secara
umum dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan,
kepercayaan-kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut dan mengatur
tingkah laku sekelompok manusia tertentu dalam berbagai bidang kehidupan.

Idologi menurut Gunawan Setiardjo: Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan atau
aqidah 'aqliyyah (akidah yang sampai melalui proses berpikir) yang melahirkan aturan-aturan
dalam kehidupan. Pada dasarnya ideologi terbagi dua bagian, yaitu Ideologi Tertutup dan
Ideologi Terbuka. Ideologi Tertutup merupakan suatu pemikiran tertutup. Sedangkan Ideologi
Terbuka merupakan suatu sistem pemikiran terbuka. Ideologi Terbuka memiliki ciri khas yaitu
nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari harta
kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat sendiri. Ideologi terbuka tidak diciptakan oleh
negara melainkan digali dan ditemukan dalam masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, Ideologi
terbuka merupakan milik semua masyarakat dalam menemukan ‘dirinya’ dan ‘kepribadiannya’
dalam Ideologi tersebut.

Pancasila sebagai suatu Ideologi tidak bersifat tertutup dan kaku, tetapi bersifat
reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila besifat aktual,
dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek), serta dinamika perkembangan aspirasi
masyarakat.Keluwesan dan fleksibelitas serta keterbukaan yang dimiliki oleh ideologi Pancasila
menjadikan Pancasila tidak ketinggalan zaman dalam tatanan sosial, namun sifatnya yang
terbuka bukan berarti nilai-nilai dasar Pancasila dapat dirubah /diganti dengan nilai dasar yang
lain. Sebab jika nialai dasar tersebut dirubah berarti meniadakan Pancasila bahkan
membubarkan Negara RI. Yang dimaksud dengan ideologi Pancasila yang bersifat terbuka
adalah nilai-nilai dasar dari Pancasila dapat dikembangkan sesuai dengan bangsa Indonesia
dan tuntutan perkembangan zaman.

Sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka maka secara struktural Pancasila memiliki
tiga dimensi sebagai berikut:

Dimensi idealis. Bahwa nilai-nilai dasar ideologis tersebut mengandung idealisme,


bukan angan-angan yang memberi hambatan tentang masa depan yang lebih baik melalui

6
perwujudan atau pengalamannya dalam praktek kehidupan bersama mereka sehari-hari
dengan berbagai dimensinya

Dimensi Fleksibilitas. Bahwa ideologi tersebut memiliki keluwesan yang memungkinkan


Merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan tentang dirinya,tanpa
menghilangkan hakikat (jati diri) yang terkandung dalam nilai dasar.

Dimensi realitas. adalah suatu Ideologi harus mampu mencerminkan realitas yang hidup
& berkembang dalam masyarakat. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam ideologi secara reel
berakar dan hidup dalam masyarakat/bangsanya, terutama karena nilai-nilai dasar tersebut
bersumber dari budaya dan pengalaman sejarahnya. Oleh karena itu, selain memiliki dimensi
nilai-nilai ideal dan normative, Pancasila juga harus mampu dijabarkan dalam kehidupan
bermasyarakat secara nyata, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
penyelenggaraan Negara.

Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh Pancasila sebagai Ideologi terbuka, maka sifat
Ideologi Pancasila tidak bersifat “utopis”, yaitu hanya merupakan sistem ide-ide belaka yang
jauh dari kehidupan sehari-hari secara nyata. Pancasila juga bukan merupakan Ideologi
“pragmatis” yang hanya menekankan segi praktisi belaka tanpa adanya aspek idealisme.
Ideologi Pancasila yang bersifat terbuka hakikatnya nilai-nilai dasar yang bersifat unviversal
dan tetap. Adapun penjabaran dan realisasinya senantiasa dieksplisitkan secara dinamis-
reformatif yang senantiasa mampu melakukan perubahan sesuai dengan dinamika aspirasi
masyarakat.

2. Korupsi

A. Pengertian Korupsi

Korupsi dan koruptor berasal dari bahasa latin corruptus, yakni berubah dari kondisi
yang adil, benar dan jujur menjadi kondisi yang sebaliknya (Azhar, 2003:28). Sedangkan kata
corruptio berasal dari kata kerja corrumpere, yang berarti busuk, rusak, menggoyahkan,
memutar balik, menyogok, orang yang dirusak, dipikat, atau disuap (Nasir, 2006:281-282).

Korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi (Anwar, 2006:10).


Masyarakat pada umumnya menggunakan istilah korupsi untuk merujuk kepada serangkaian
tindakan-tindakan terlarang atau melawan hukum dalam rangka mendapatkan keuntungan
dengan merugikan orang lain. Hal yang paling mengidentikkan perilaku korupsi bagi
masyarakat umum adalah penekanan pada penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan publik
untuk keuntungan pribadi.

7
Dalam Kamus Lengkap Oxford (The Oxford Unabridged Dictionary) korupsi didefinisikan
sebagai penyimpangan atau perusakan integritas dalam pelaksanaan tugas-tugas publik
dengan penyuapan atau balas jasa. Sedangkan pengertian ringkas yang dipergunakan World
Bank, korupsi adalah penyalahgunaan jabatan publik untuk keuntungan pribadi (the abuse of
public office for private gain).

Definisi lengkap korupsi menurut Asian Development Bank (ADB) adalah korupsi
melibatkan perilaku oleh sebagian pegawai sektor publik dan swasta, dimana mereka dengan
tidak pantas dan melawan hukum memperkaya diri mereka sendiri dan atau orang-orang yang
dekat dengan mereka, atau membujuk orang lain untuk melakukan hal-hal tersebut, dengan
menyalahgunakan jabatan dimana mereka ditempatkan.

Dengan melihat beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa korupsi secara
implisit adalah menyalahgunakan kewenangan, jabatan atau amanah secara melawan hukum
untuk memperoleh keuntungan atau manfaat pribadi dan atau kelompok tertentu yang dapat
merugikan kepentingan umum.

Dari beberpa definisi tersebut juga terdapat beberapa unsur yang melekat pada korupsi.
Pertama, tindakan mengambil, menyembunyikan, menggelapkan harta negara atau
masyarakat. Kedua, melawan norma-norma yang sah dan berlaku. Ketiga, penyalahgunaan
kekuasaan atau wewenang atau amanah yang ada pada dirinya. Keempat, demi kepentingan
diri sendiri, keluarga, kerabat, korporasi atau lembaga instansi tertentu. Kelima, merugikan
pihak lain, baik masyarakat maupun negara.

Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang telah dijelaskan dalam 13
buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo.UU No. 20 Tahun 2001. Berdasarkan pasal-pasal
tersebut, korupsi dirumuskan kedalam tiga puluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang dapat
dikelompokkan; kerugian keuangan negara, suap-menyuap, penggelapan dalam jabatan,
pemerasan, perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan, gratifikasi. Pasal-
pasal tersebut menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan
pidana penjara karena korupsi (KPK, 2006: 19-20).

Dalam UU No. 20 Tahun 2001 terdapat pengertian bahwa korupsi adalah tindakan
melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi yang
berakibat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Ada sembilan tindakan

8
kategori korupsi dalam UU tersebut, yaitu: suap, illegal profit, secret transaction, hadiah, hibah
(pemberian), penggelapan, kolusi, nepotisme, dan penyalahgunaan jabatan dan wewenang
serta fasilitas negara.

B. Model, Bentuk, dan Jenis Korupsi

Tindak pidana korupsi dalam berbagai bentuk mencakup pemerasan, penyuapan dan
gratifikasi pada dasarnya telah terjadi sejak lama dengan pelaku mulai dari pejabat negara
sampai pegawai yang paling rendah. Korupsi pada hakekatnya berawal dari suatu kebiasaan
(habit) yang tidak disadari oleh setiap aparat, mulai dari kebiasaan menerima upeti, hadiah,
suap, pemberian fasilitas tertentu ataupun yang lain dan pada akhirnya kebiasaan tersebut
lama-lama akan menjadi bibit korupsi yang nyata dan dapat merugikan keuangan negara.

Beberapa bentuk korupsi diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Penyuapan (bribery) mencakup tindakan memberi dan menerima suap, baik berupa uang
maupun barang.
2) Embezzlement, merupakan tindakan penipuan dan pencurian sumber daya yang
dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang mengelola sumber daya tersebut, baik berupa
dana publik atau sumber daya alam tertentu.
3) Fraud, merupakan suatu tindakan kejahatan ekonomi yang melibatkan penipuan (trickery
or swindle). Termasuk didalamnya proses manipulasi atau mendistorsi informasi dan fakta
dengan tujuan mengambil keuntungan-keuntungan tertentu.
4) Extortion, tindakan meminta uang atau sumber daya lainnya dengan cara paksa atau
disertai dengan intimidasi-intimidasi tertentu oleh pihak yang memiliki kekuasaan.
Lazimnya dilakukan oleh mafia-mafia lokal dan regional.
5) Favouritism, adalah mekanisme penyalahgunaan kekuasaan yang berimplikasi pada
tindakan privatisasi sumber daya.
6) Melanggar hukum yang berlaku dan merugikan negara.
7) Serba kerahasiaan, meskipun dilakukan secara kolektif atau korupsi berjamaah.

Jenis korupsi yang lebih operasional juga diklasifikasikan oleh tokoh reformasi, M.
Amien Rais yang menyatakan sedikitnya ada empat jenis korupsi, yaitu: (Anwar, 2006:18)

1) Korupsi ekstortif, yakni berupa sogokan atau suap yang dilakukan pengusaha kepada
penguasa.
2) Korupsi manipulatif, seperti permintaan seseorang yang memiliki kepentingan ekonomi
kepada eksekutif atau legislatif untuk membuat peraturan atau UU yang menguntungkan
bagi usaha ekonominya.

9
3) Korupsi nepotistik, yaitu terjadinya korupsi karena ada ikatan kekeluargaan, pertemanan,
dan sebagainya.
4) Korupsi subversif, yakni mereka yang merampok kekayaan negara secara sewenang-
wenang untuk dialihkan ke pihak asing dengan sejumlah keuntungan pribadi.

Diantara model-model korupsi yang sering terjadi secara praktis adalah: pungutan liar,
penyuapan, pemerasan, penggelapan, penyelundupan, pemberian (hadiah atau hibah) yang
berkaitan dengan jabatan atau profesi seseorang.

Jeremy Pope (2007: xxvi) mengutip dari Gerald E. Caiden dalam Toward a General
Theory of Official Corruption menguraikan secara rinci bentuk-bentuk korupsi yang umum
dikenal, yaitu:

1) Berkhianat, subversif, transaksi luar negeri ilegal, penyelundupan.


2) Penggelapan barang milik lembaga, swastanisasi anggaran pemerintah, menipu dan
mencuri.
3) Penggunaan uang yang tidak tepat, pemalsuan dokumen dan penggelapan uang,
mengalirkan uang lembaga ke rekening pribadi, menggelapkan pajak, menyalahgunakan
dana.
4) Penyalahgunaan wewenang, intimidasi, menyiksa, penganiayaan, memberi ampun dan
grasi tidak pada tempatnya.
5) Menipu dan mengecoh, memberi kesan yang salah, mencurangi dan memperdaya,
memeras.
6) Mengabaikan keadilan, melanggar hukum, memberikan kesaksian palsu, menahan
secara tidak sah, menjebak.
7) Tidak menjalankan tugas, desersi, hidup menempel pada orang lain seperti benalu.
8) Penyuapan dan penyogokan, memeras, mengutip pungutan, meminta komisi.
9) Menjegal pemilihan umum, memalsukan kartu suara, membagi-bagi wilayah pemilihan
umum agar bisa unggul.
10) Menggunakan informasi internal dan informasi rahasia untuk kepentingan pribadi;
membuat laporan palsu.
11) Menjual tanpa izin jabatan pemerintah, barang milik pemerintah, dan surat izin pemrintah.
12) Manipulasi peraturan, pembelian barang persediaan, kontrak, dan pinjaman uang.
13) Menghindari pajak, meraih laba berlebih-lebihan.
14) Menjual pengaruh, menawarkan jasa perantara, konflik kepentingan.
15) Menerima hadiah, uang jasa, uang pelicin dan hiburan, perjalanan yang tidak pada
tempatnya.

10
16) Berhubungan dengan organisasi kejahatan, operasi pasar gelap.
17) Perkoncoan, menutupi kejahatan.
18) Memata-matai secara tidak sah, menyalahgunakan telekomunikasi dan pos.
19) Menyalahgunakan stempel dan kertas surat kantor, rumah jabatan, dan hak istimewa
jabatan

11
Bab III

Studi Kasus Pancasila dan Korupsi di Indonesia

1. Penerapan Pancasila di Perusahaan

Penerapan Pancasila di dalam sebuah perusahaan masih sangat jarang dilakukan di


Indonesia ini, padahal efek yang ditimbulkan jika sebuah perusahaan menerapkan Pancasila di
dalam manajemen perusahaan sangat luar biasa.

A. PT Supervulkanin Adijaya

Supervulkanin Adijaya dengan merk dagang "Vulkanin Jaya" adalah industri


yang bergerak di bidang jasa vulkanisir ban. Vulkanisir adalah proses penggantian
telapak ban yang sudah gundul (botak) dengan telapak ban baru. Dengan vulkanisir,
perusahaan dapat mengurangi biaya operasional, karena vulkanisir dapat
memperpanjang usia ban sampai dengan 330%.

Vulkanin Jaya merupakan merk ban yang beroperasi sejak tahun 1973.
Perusahaan ini didirikan dan dibesarkan oleh almarhum Johnson Lumban Tobing
(Mantan Ketua Asosiasi Pengusaha Pabrik Vulkanisir Ban Indonesia). Semasa
hidupnya Johnson Lumban Tobing sangat peduli terhadap perkembangan dan
peningkatan mutu vulkanisir ban dan selalu menjalin kerjasama serta hubungan yang
baik di antaranya Balai Penelitian Karet dan perusahaan-perusahaan yang
berhubungan dengan vulkanisir ban yang ada d dalam dan luar negeri.

Supervulkanin Adijaya dalam melakukan bisnisnya sangat menerapkan nilai nilai


Pancasila. Berikut merupakan beberapa contoh kegiatan yang dilakukan PT
Supervulkanin Adijaya:

1) Memulai dengan Semangat Pagi

Sebelum memulai aktivitas, karyawan berkumpul untuk membakar


semangat bersama. Berbagai yel-yel dan mars penuh semangat dinyanyikan untuk
memulai hari. Dimpimpin oleh satu komandan lapangan, seluruh karyawan yang
akan bertugas diajak untuk memiliki semangat penuh sebelum memulai bekerja.
Disinilah integritas dan etos kerja yang baik dibangun.

12
2) Melakukan Kegiatan yang Unik

Pabrik vulkanisir di Bogor ini memiliki salah satu kegiatan yang unik. Umumnya
karyawan pabrik diwajibkan untuk berkerja dari hari Senin hingga Sabtu. Namun, di PT.
Supervulkanin Adijaya pekerjanya diwajibkan untuk meluangkan hari Sabtu sebagai ajang
untuk menampilkan kreativitas dari pekerja. Speaker, sound system, alat musik, hingga
berbagai macam perlengkapan pendukung telah disiapkan untuk menunjang pameran
kreativitas tersebut. Tapi bukan berarti karena kegiatan ini maka karyawan memiliki
kesempatan untuk bolos, karena absensi tetap diberlakukan.

13
3) Karyawan Diberikan Kebebasan untuk Berekspresi

Dalam ajang pertunjukan seni, karyawan memiliki kebebasan untuk menampilkan


bakat apapun yang mereka miliki. Karyawan membentuk kelompok dan menampilkan
berbagai penampilan seperti nyanyian lagu syukur, sitkom, hingga teater. Karena
penampilan dilakukan dalam kelompok, revolusi mental tampak terbentuk melalui gotong
royong dan kerja sama dalam tim.

4) Penanaman Nilai Kehidupan

Tidak cukup hanya dengan memberikan wadah untuk berekspresi, PT.


Supervulkanin Adijaya menyadari akan pentingnya penanaman nilai yang bermanfaat tidak
hanya di tempat kerja, tapi juga utnuk kehidupan karyawan sehari-hari. Untuk itu, dalam
rentang sebulan sekali PT. Supervulkanin mengundang narasumber yang membawakan
berbagai topik seperti integritas diri, kejujuran, tanggung jawab, dan masih banyak lagi.

14
2. Potensi Korupsi di Berbagai Instansi Pemerintah

A. DANA DESA

Sejak 2015, pemerintah melalui amanat UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa
mengalokasikan anggaran nasional untuk desa atau yang disebut dengan dana desa. Alokasi
dana desa terus mengalami kenaikan hingga tahun 2017, namun di tahun 2018 batal naik
karena mengalami beberapa persoalan.

Suntikan anggaran yang cukup besar untuk desa dengan alokasi dasar masing-masing
desa sebesar Rp 616.345,- diharapkan dapat memajukan desa. Pemerintah berharap,
pelayanan publik di desa semakin meningkat, masyarakat desa maju dan berdaya, dan yang
paling penting desa menjadi subjek pembangunan.

Selain mengukur capaian dan dampak positif dana desa, permasalahan yang muncul
dan tantangan ke depan harus menjadi pokok pembahasan yang serius. Hal ini penting
dilakukan untuk memastikan harapan dan langkah konkret pemerintah tidak digembosi oleh
persoalan misalnya saja korupsi.

Indonesia Corruption Watch (ICW) melihat bahwa korupsi di desa, utamanya yang
menyangkut anggaran desa, merupakan salah satu problem mendasar. Problem ini lahir
karena pengelolaan anggaran yang besar namun implementasinya di level desa tidak diiringi
prinsip transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas dalam tata kelola politik, pembangunan, dan
keuangan desa.

Berbagai bentuk penyalahgunaan anggaran desa dikhawatirkan semakin menjadi pada


2018, tahun kontestasi pilkada serentak 2018 dan pemilu serentak 2019. Kekhawatiran ini tidak
hanya berangkat dari bacaan terhadap fenomena korupsi selama tiga tahun terakhir di desa.
Tetapi juga masih minimnya perhatian publik dan media nasional terhadap desa, khususnya
terkait posisi strategis desa dalam konteks pemenangan pemilu, fenomena afiliasi kepala desa
dengan calon kepala daerah tertentu, serta minimnya pengetahuan dan pengawasan
masyarakat desa.

ICW telah melakukan pemantauan atas korupsi yang terjadi di desa. Hasil pemantauan
ICW, pada tahun 2015 – 2017 kasus tindak pidana korupsi di desa semakin meningkat. Pada
tahun 2015, kasus korupsi mencapai 17 kasus dan meningkat menjadi 41 kasus pada tahun
2016. Lonjakan lebih dari dua kali lipat kemudian terjadi pada tahun 2017 dengan 96 kasus.
Total kasus korupsi yang ditemukan sebanyak 154 kasus.

15
Tidak semua dari 154 kasus korupsi di sektor desa di atas merupakan korupsi anggaran
desa. Jumlah kasus dengan objek anggaran desa mencapai 127 kasus, sementara turut
terdapat 27 kasus dengan objek non-anggaran desa atau total 18% dari jumlah kasus. Kasus
dengan objek non-anggaran desa misalnya pungutan liar yang dilakukan oleh aparat desa.
Sedangkan objek korupsi anggaran desa mencakup korupsi Alokasi Dana Desa (ADD), Dana
Desa, Kas Desa, dan lain-lain.

Kepala desa merupakan aktor yang dominan terjerat kasus. Jumlah kepala desa yang
terjerat sebanyak 112 orang. Angka tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun, dengan 15
kepala desa pada 2015, 32 kepala desa pada 2016, dan 65 kepala desa pada 2017. Tidak
semua pelaku adalah Kepala Desa, pelaku lain adalah 32 perangkat desa dan 3 orang yang
merupakan keluarga kepala desa.

16
Salah satu kasus yang cukup menyita perhatian adalah yang menjerat Agus Mulyadi,
Kepala Desa Dassok, Kabupaten Pamekasan. Agus terlibat dalam dugaan suap ‘pengamanan’
kasus pengadaan yang menggunakan dana desa di Desa Dassok. Yang menarik dari kasus ini
adalah KPK turun tangan melakukan OTT karena melibatkan Bupati dan seorang Jaksa.

Kemudian dari aspek kerugian negara, korupsi di desa turut menimbulkan kerugian
dalam jumlah besar. Pada tahun 2015 kerugian mencapai Rp 9,12 Milyar. Pada tahun 2016,
kerugian mencapai Rp 8,33 milyar. Sementara pada tahun 2017, kerugian melonjak menjadi
Rp 30,11 milyar. Total kerugian negara yang ditimbulkan akibat korupsi di sektor desa
mencapai Rp 47,56 milyar atau setara dengan alokasi dasar dana APBN untuk 77 desa.

Beragam modus dilakukan oleh para aktor korupsi di desa, diantaranya praktik
penyalahgunaan anggaran sebanyak 51 kasus, penggelapan 32 kasus, laporan fiktif dengan
17 kasus, kegiatan/proyek fiktif 15 kasus, dan penggelembungan anggaran sebanyak 14 kasus.

17
Salah satu modus penyalahgunaan anggaran yang melibatkan Kepala Desa Sukaresmi,
Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Ahmad Suryana. Ia diduga menyelewengkan Dana
Desa dan ADD untuk kepentingan pribadi dengan total jumlah Rp 186.881.376. Kasus tersebut
telah mulai diproses oleh Kepolisian Daerah Jawa Barat pada Februari 2017.

Dari aspek penegakkan hukum, semua aparat penegakan hukum diketahui telah
menangani kasus korupsi yang terjadi di desa. Kasus korupsi paling banyak ditangani oleh
jajaran Kepolisian RI dengan total 81 kasus, sementara Kejaksaan RI dengan 72 kasus dan 1
kasus yang melibatkan Bupati Pamekasan ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK).

Pelbagai faktor menjadi penyebab korupsi di sektor desa, diantaranya karena minimnya
pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan pengawasan anggaran desa, tidak
optimalnya lembaga-lembaga desa seperti Badan Permusyawaratan Desa (BPD), terbatasnya
kompetensi kepala desa dan perangkat desa, dan tingginya biaya politik pemilihan kepala desa.

18
Bab IV

Simpulan

Indonesia adalah Negara yang memiliki dasar Negara yaitu pancasila, suatu lima dasar
landasan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia sejak dulu. Akan tetapi tak banyak dari kita yang
mengamalkan pancasila dengan baik, masih banyak masyarakat Indonesia yang mencampakkan
nilai-nilai yang terkandung didalam pancasila, salah satunya adalah korupsi.

Korupsi adalah perbuatan yang menyimpang dari nilai-nilai pancasila yang di sebabkan oleh
lemahnya keimanan seseorang yang menyimpang dari sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa,
serta tidak memiliki rasa kemanusiaan yang adil dan beradap, tidak terciptanya persatuan Indonesia,
tidak terselenggara dengan baik kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, serta menyimpang dari keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sehingga seakan-akan korupsi adalah sebagai tren di kalangan pejabat yang seharusnya melindungi
rakyat Indonesia, yang seharusnya bertugas menjadi wakil rakyat malah terlena dengan
kesenangan dunia yang membawa kehancuran bangsa itu sendiri.

Maka dari itu untuk menyelamatkan bangsa Indonesia kita perlu untuk berbenah diri,
mempelajari sesuatu yang menjadi dasar suatu Negara yaitu pancasila, tidak hanya menghafalnya
akan tetapi mengamalkan seluruh sila yang terkandung didalamnya, meningkatkan moral bangsa
yang berjiwa pancasila serta memperkokoh iman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Negara Indonesia akan menjadi Negara yang bebas dari korupsi apabila seluruh warga
Negara Indonesia mengamalkan pancasila kedalam kehidupan sehari-hari dengan baik.
Pengamalan sila pertama hingga ke lima sangatlah penting, karena semuanya mencangkup
kehidupan moral yang baik. Dengan memahami dan mengamalkan Pancasila bisa menjadi landasan
untuk membangun negara yang jujur dan bertanggung jawab.

19
Daftar Pustaka

Sucipto, Ryan, “Mau Ciptakan Revolusi Mental di Tempat Kerja Kamu? Ini Caranya!”, (2016),
Diakses tanggal 25 September 2019, dari https://inspiratorfreak.com/mau-ciptakan-
revolusi-mental-di-tempat-kerja-kamu-ini-caranya/.

Anonim, “Profil Vulkani Adijaya”, (2019), Diakses tanggal 25 September 2019, dari
https://vulkaninjaya.co.id/about.

Komisi Pemberantasan Korupsi, 2006, Memahami Untuk Membasmi; Buku Saku Untuk Memahami
Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi.

Dinasthi, “Pancasila – Pengertian, Sejarah”, (2013), Diakses tanggal 25 September 2019, dari
http://sistempemerintahan-indonesia.blogspot.com/2013/07/pancasila-sejarah-dasar-
negara-pengertian-makna-lambang-nilai-ideologi.html.

Sunaryanto, Agus, Almas Sjafrina dan Egi Primayogha. “Outlook Dana Desa 2018, Potensi
Penyalahgunaan Anggaran Desa di Tahun Politik”, (2018), ICW: Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai