Disusun Oleh:
Mutadziah Septianti
194201426118
UNIVERSITAS NASIONAL
TAHUN 2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah III dalam bentuk makalah ini dengan lancar. Makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Tn.K Dengan Fraktur Femur Dextra di Ruang Lt. 3
Rumah Sakit Restu Kasih”.
Penulis sadar, bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca juga kami sebagai penulis, penulis mohon maaf apabila dalam penulisan
makalah ini terdapat banyak kesalahan.
28 Maret 2020
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................................................2
B. Tujuan...........................................................................................................................2
Bab II :PEMBAHASAN
A. Definisi.........................................................................................................................2
B. Etiologi.........................................................................................................................2
C. Manifestasi Klinis......................................................................................................3
D. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................................4
E. Penatalaksanaan.........................................................................................................5
F. Masalah yang Lazim Muncul.....................................................................................5
G. Discharge Planning....................................................................................................5
H. Patofisiologi.................................................................................................................6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut,keadaan tulang, dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
lengkap. (Price & Wilson, 2006)
B. Etiologi
Klasifikasi Fraktur: (Chairuddin)
Klasifikasi etiologis
1. Fraktur traumatic
2. Fraktur patologis terjadi pada tulang karena adanya kelainan atau penyakit yang
menyebabkan Kelemahan pada tulang (infeksi, tumor, kelainan bawaan)dapat
terjadi secara spontan atau akibat trauma ringan
3. Fraktur stress terjadi karena adanya stress yang kecil dan berulang-ulang pada
daerah tulang yang menopang berat badan. Fraktur stress jaringan sekali
ditemukan pada anggota gerak atas
Klasifikasi Klinis
1. Fraktur tertutup (Simple fraktur), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar
2. Fraktur terbuka (Compoun fraktur), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar. Karena adanya perlukaan dikulit
3. Fraktur dengan komplikasi, missal malunion, delayed, union non-union, infeksi
tulang
Klasifikas Radiologis
1. Lokalisasi : Diafisal, metafisial, intra-artikuler, fraktur dengan dislokasi
2. Konfigurasi : F.transfersal, F.oblik, F.SPIRAL, f.z, f. segmental, F.komunitif (lebih
dari deafragmen), F.baji biasa pada vertebra karena trauma, F.AVULSE, F.defresi,
F.pecas, F.epifisis
3. Menurut ekstensi : F.total, F.tidak total, F.buckle,atau torus, F.garis rambut, F.green
stick
4. Menurut hubungan atara fragmen dengan fragmen lainnya: tidak bergeser, bergeser
(bersampingan, angulasi, rotasi, distraksi, over-riding,implikasi)
Fraktur terbuka terbagi atas 3 derajat (menurut R. Gustino), yatu:
Derajat I :
- Luka <1cm
- Kerusakan jaringan lunank sedikit, tidak ada tanda luka remuk
- Fraktur sederhana, transversal, atau kominutif ringan
- Komtaminasi minimal
Derajat II :
- Laserasi >1cm
- Kerusakan jarinagn lunak,tidak luas, flap / avulsi
- Fraktur komunitif sedang
- Kontaminasi sedang
Derajat III :
- Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot, dan
neurovaskuler sertan kontaminasi derajat tinggi
Fraktur dapat dikategorikan berdasarkan :
1. Jumlah garis
a. Simple fraktur : Terdapat satu garis fraktur
b. Multiple fraktur : Lebih ari sat ugaris fraktura
c. Comminutive fraktur : Lebih banyak garis fraktur dan patah
menjadi fragmen kecil
2. Luas garis fraktur
a. Fraktur inkomplit : Tulang tidak terpotong secara total
b. Fraktur komplikasi : Tulang terpotong total
c. Hair line fraktur : Garis fraktur tidak tampak
3. Bentuk fragmen
a. Green stick : Retak pada sebelah sisi dari tulang (sering
pada anak-anak)
b. Fraktur transversal : Fraktur fragmen melintang
c. Fraktur obligue : Fraktur fragmen mering
d. Fraktur spinal : Fraktur fragmen melingkar
C. Manifestasi Klinis
1. Tidak dapat menggunakan anggota gerak
2. Nyeri pembengkakan
3. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jauh dari ketinggian atau jatuh dikamar
mandi pada orang tua, penganiyaan, tertimpa benda berat, kecelakaan kerja, trauma
olah raga)
4. Gangguan fungsio anggota gerak
5. Deformitas
6. Kelainan gerak
7. Krepitasi atau dating dengan gejala-gejala lain
Perkiraan penyembuhan fraktur pada orang
dewasa
Klavikula 6 minggu
Vertebra 12 minggu
D. Pemeriksaan Penunjang
1. X-ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur
2. Scan tulang: memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak
3. Arteriogram: dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler
4. Hitung darah lengkap: hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada
perdarahan;peningkatan lekosit sebagai respon terhadap peradangan
5. Kritinin: trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal
6. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse atau
cedera hati
E. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan fraktur
1. Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan
rotasi anatomis. Reduksi tertutup, mengembalikan fragmen tulang ke posisinya
(ujung-ujungmya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Alat
yang digunakan biasanya traksi, bidai dan alat yang lainnya. Reduksi terbuka,
dengan pendekatan bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup,
plat, paku.
2. Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna mempertahankan
dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran
darah, nyeri, perabaan, gerakan. Perkiraan waktu imobilisasi yang dibutuhkan
untuk penyatuan tulang yang mengalami fraktur adalah selama 3 bulan.
G. Discharge Planning
1. Meningkatkan masukan cairan
2. Dianjurkan untuk diet lunak terlebih dahulu
3. Dianjurkan untuk istirahat yang adekuat
4. Control sesuai jadwal
5. Minum obat seperti yang telah diresepkan dan segera periksa jika ada keluhan
6. Menjaga masukan nutrisi yang seimbang
7. Aktifitas sedang dapa dilakukan untuk mencegah keletihan karena mengalami
kesulitan nafas
8. Hindari trauma ulang
H. Patofisiologi
Fraktur
7
Laserasi kulit Edema Emboli
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian Pre-op
Tanggal pengkajian : 20 September 2019
Jam pengkajian : 16:50 WIB
Diagnosa medis : Fraktur Femur Dextra
1. Identitas
a) pasien
Nama : Tn. K
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Pendidikan : S1
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Kelapa Dua, Depok
Pekerjaan : Mahasiswa
b) Penanggung Jawab
Nama : Tn. L
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Kelapa Dua, Depok
Hubungan dengan pasien : Ayah kandung pasien
9
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama: Sulit bergerak karena fraktur
b) Riwayat penyakit sekarang
Saat dilakukan pengkajian, pasien mengatakan dirinya jatuh
pada tanggal 18 Agustus 2019 karena dirinya terserempet mobil dan
kaki pasien tertimpa motor. Setelah itu pasien dilarikan ke rumah sakit
(UGD) dan langsung digips dan setelah dilakukan rontgen, dokter
mengatakan pasien menderita fraktur kominutif pada 1/3 distal os.
Femur dextra. Pasien mengatakan dirinya dilakukan operasi
pemasangan pen pada area frakturnya tanggal 19 Agustus 2019, dan
jenis operasinya tertutup (close-surgery). Di rumah sakit, pasien
mendapat perawatan luka post-op. Pasien rawat inap selama tiga hari
dan pulang tanggal 22 Agustus, pasien mengatakan setelah pulang dari
rawat inap di rumah sakit tanggal 30 Agustus 2019, pasien sangat sulit
bergerak, pasien hanya bisa tiduran dan duduk karena balutan luka
jahitan bekas operasi pada femur kanannya belum dibuka. Pada
tanggal 6 September 2019 setelah balutan luka jahitannya dibuka,
pasien lebih bisa bergerak namun tetap sulit, karena kakinya belum
bisa menapak dan harus menggunakan alat bantu krug. Pasien
mengatakan dia hanya bergerak menggunakan krug di saat mendesak
saja, seperti BAB dan mandi. Pasien juga mengeluh nyeri saat kakinya
ditekuk atau diregangkan.
c) Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan, pasien
juga tidak pernah menderita penyakit hepatitis, TBC, dan lain-lain.
Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
3. Pola Aktivitas dan Kemandirian
a. Klien mengatakan sulit bergerak karena keadaan kakinya yang
fraktur
b. Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas normal seperti biasanya
karena fraktur tersebut
c. Klien mengatakan kesulitan berpindah dari berdiri ke duduk
d. Klien tampak kesulitan saat bergerak atau berpindah
10
e. Klien tampak lambat saat bergerak
f. Klien tampak kesulitan membolak-balik posisi
4. Pemeriksaan Fisik
1. Penampilan/keadaan umum : Tampak lemah / compos mentis
2. Tanda-Tanda Vital
1) Tekanan Darah : 130/100 mmHg
2) Nadi : 90 x/menit (teratur dan kuat)
3) Pernapasan : 18 x/menit (teratur dan kuat)
4) Suhu : 38 ⁰C
3. Pengukuran antropometri : TB : 170 cm BB : 60 kg BB ideal :
70Kg IMT : 20,7
4. Kepala : Bulat simetris, tidak ada luka
1) Rambut : Hitam, agak ikal, tebal, agak kotor
2) Mata : Mampu melihat jelas pada jarak
normal (6m), ukuran pupil kecil dan keduanya bereaksi terhadap
cahaya (kanan dan kiri), konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, tidak memakai alat bantu penglihatan dan tidak ada
sekret pada mata.
3) Hidung : Bersih, tidak ada sputum deviasi, tidak ada sekret,
tidak ada epistaksis, tidak ada polip, tidak ada nafas cuping
hidung, dan tidak menggunakan oksigen
4) Telinga : Mampu mendengar dengan jelas pada jarak yang
normal, tidak ada nyeri, tidak ada sekret telinga, tidak ada
pembengkakan, tidak menggunakan alat bantu
5) Mulut : Selaput mukosa lembab dan berwarna merah muda,
bersih, gigi utuh, agak kuning, dan bersih, gusi tidak bengkak,
tidak ada bau mulut, bibir lembab dan berwarna merah
kehitaman
6) Leher dan Tenggorokan : Posisi trakea simetris, tidak ada
benjolan pada leher, tidak ada alat yang terpasang, tidak ada
nyeri waktu menelan, tidak ada pembesaran tonsil, vena
jugularis tidak menonjol, tidak ada obstruksi jalan nafas
7) Ekspresi wajah : Tidak menunjukkan ekspresi wajah
nyeri, tetapi saat kakinya ditekuk/diregangkan, ekspresi wajah
pasien tampak meringis/mengernyit menahan nyeri.
5. Dada dan Thorak : Bentuk simetris, pergerakan
simetris dan sama kanan-kiri, tidak ada luka, dan tidak
menggunakan otot bantu pernapasan
1. Paru-Paru
1) Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris, tidak ada
luka, tidak ada jejas, nafas teratur
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
taktil fremitus kanan dan kiri simetris
3) Perkusi : Bunyi sonor
4) Auskultasi : Tidak ada suara nafas tambahan
2. Jantung
1) Inspeksi : Simetris, tidak ada luka, tidak ada memar
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
ictus cordis teraba di SIC ke-5, midclavicula sinistra
3) Perkusi : Bunyi redup, tidak ada pelebaran dinding
jantung
4) Auskultasi : Suara irama jantung teratur, terdengar S1 &
S2 normal, tidak ada bunyi jantung tambahan.
3. Abdomen
1) Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada asites
2) Auskultasi : Terdengar bunyi peristaltik usus 10x/menit
3) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
tidak teraba massa
4) Perkusi : Terdengar bunyi timpani
6. Genital : Bersih, tidak ada luka, tidak ada tanda
infeksi, tidak terpasang kateter dan tidak ada hemoroid
7. Ekstremitas
1) Inspeksi Kuku : Warna merah muda pucat, bersih, utuh
2) Capillary Refill : Cepat (< 2 detik)
3) Kemampuan berfungsi : (mobilitas dan keamanan) untuk semua
ekstremitas
8. Kulit : Kulit bersih, warna sawo matang, lembab, turgor elastis,
tidak ada edema. Terdapat luka bekas jahitan sepanjang ±20 cm di
femur kanan superior, luka sudah mulai kering, tidak ada tanda
infeksi, balutan luka sudah dibuka.
5. Data Penunjang
a. Hasil Pemeriksaan Penunjang (Hasil rontgen)
Hasil rontgen di daerah femur dextra ap-lat menunjukkan tampak
fraktur kominutif pada 1/3 distal os. Femur dextra dengan aposisi
dan aligment kurang baik, tak tampak lusensi soft tisue, tampak soft
tisue swelling
b. Diit yang diperoleh : TKTP, tiga kali sehari satu porsi
B. Analisa Data
Pengelompokan Data
1. Data Subyektif
a. Pasien mengatakan dirinya dilakukan operasi pemasangan pen pada
area frakturnya
b. Klien mengatakan sulit bergerak karena keadaan kakinya yang fraktur
c. Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas normal seperti biasanya
karena fraktur tersebut
d. Klien mengatakan belum bisa menapakkan telapak kaki kanannya
e. Klien mengatakan kesulitan berpindah dari berdiri ke duduk
f. Klien mengatakan takut jatuh karena jalannya yang tidak seimbang
2. Data Obyektif
a. pasien menderita fraktur kominutif pada 1/3 distal os. Femur dextra
b. Klien tampak kesulitan saat bergerak atau berpindah
c. Klien tampak lambat saat bergerak
d. Klien tampak kesulitan membolak-balik posisi
e. Klien tampak tidak nyaman dengan keadaannya
f. Klien tidak seimbang saat berjalan dan tampak kesulitan
TGL/JAM Data Fokus Masalah Etiologi
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal dibuktikan dengan klien kesulitan bergerak
Diagnosa 2 : Resiko jatuh berhubungan dengan penggunaan alat bantu (krug)
D. D. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Prioritas Rasional
F. Implementasi Keperawatan
No.
Dx. Tgl./Jam Tindakan Respon Pasien Paraf
Kep.
S: Pasien mengatakan
otot kaki kanannya
belum kuat untuk
menopang berat
badan, berjalan masih
kesulitan, masih
kesulitan berpindah
27-09-19 Dessy
Mengkaji kemampuan dari duduk ke berdiri
1 16.00
pasien dalam mobilisasi maupun sebaliknya
WIB
O: Pasien tampak
masih kesulitan dalam
bergerak dan berjalan,
pasien membutuhkan
tenaga lebih untuk
menggerakkan kaki
kanannya
S: Pasien mengatakan
sering hampir jatuh
saat dirinya berjalan
menggunakan alat
Mengidentifikasi bantu karena lantai
27-09-19 karakteristik rumah yang agak Dessy
2 16.20 lingkungan yang dapat licin, terkhusus di
WIB meningkatkan potensi kamar mandi
untuk jatuh O: Lantai rumah
pasien tampak licin
dan berpotensi untuk
meningkatkan resiko
jatuh pasien
S: Pasien mengatakan
paham dan Dessy
28-09-19 mengetahui setelah
Mengajarkan pasien
1 16.30 diajarkan materi
tentang teknik ambulasi
WIB tersebut
O: Pasien dapat
mendemonstrasikan
apa yang telah
diajarkan
S: Pasien mangatakan
paham dan tahu
Mengajarkan pasien
28-09-19 terhadap apa yang Dessy
bagaimana merubah
1 16.45 disampaikan
posisi dan berikan
WIB O: Pasien dapat
bantuan jika diperlukan
mengikuti apa yang
diajarkan
S: Pasien mengatakan
dirinya dirumah sudah
mencoba Dessy
menggunakan tongkat
Membantu klien untuk pembantu (krug)
28-09-19
menggunakan tongkat untuk berjalan
1 17.00
saat berjalan dan cegah O: Pasien dapat
WIB
terhadap cedera menggunakan alat
bantu jalan, tetapi
belum mengetahui
cara menggunakannya
dengan benar
S: Pasien mengatakan
akan mengikuti apa
yang telah disarankan Dessy
29-09-19 Menyarankan
O: Gaya berjalan
2 16.30 perubahan dalam gaya
pasien masih tampak
WIB berjalan pasien
sama seperti
sebelumnya, belum
ada perubahan
20
saat berjalan dan cegah menggunakan alat
terhadap cedera bantu dengan mudah
dan tidak sesulit
kemarin
O: Pasien tampak
berjalan menggunakan
alat bantu dengan
langkah yang sudah
tidak tertatih-tatih,
namun belum efektif
S: Anggota keluarga
Mendidik anggota mengetahui dan
keluarga tentang faktor paham terhadap apa Dessy
risiko yang yang disampaikan
29-09-19
berkontribusi terhadap O: Ekspresi muka
2 16.45
jatuh dan bagaimana anggota keluarga
WIB
mereka dapat pasien tampak paham
menurunkan resiko dan tidak
Tersebut menunjukkan
kebingungan
G. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Tujuan & Catatan
Tgl./Jam Paraf
Keperawatan Kriteria Hasil Perkembangan
S: Pasien mengatakan
sudah latihan berjalan
keliling ruangan
didalam rumah dan
berjalannya sudah tidak
S: Pasien mengatakan
sudah mengetahui dan
paham perilaku/faktor
dan kondisi lingkungan
yang dapat
meningkatkan potensi
untuk jatuh, sudah tidak
pernah merasa hampir
jatuh, dan keluarga
pasien sudah kooperatif
29-09-19 untuk meminimalisir
17.00 faktor resiko jatuh
WIB pasien
O: Pasien dan keluarga
pasien sudah tampak
kooperatif, dan gaya
berjalan pasien sudah
seimbang, pasien sudah
sepenuhnya berhati-hati
dalam berjalan demi
keselamatannya
A: Masalah resiko jatuh
teratasi
P: Hentikan intervensi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fraktur merupakan patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
atau tenaga fisik Fraktur tertutup (Simple fraktur), bila tidak terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Di klasifikasikan
menjadi dua yaitu Fraktur terbuka (Compoun fraktur), bila terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Karena adanya
perlukaan dikulit dan Fraktur dengan komplikasi, missal malunion,
delayed, union non-union, infeksi tulang.
B. Saran
Mahasiswa dapat mengetahui lebih lanjut apa itu Sistem
Muskuloskeletal dan bagaimana Asuhan Keperawatan Fraktur
DAFTAR PUSTAKA