Anda di halaman 1dari 33

Asuhan Keperawatan Pada TN.

K Dengan Fraktur Femur Dextra


di Ruang Lt. 3 Rumah Sakit Restu Kasih

Tugas Individu Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah III

Disusun Oleh:

Mutadziah Septianti

194201426118

PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah III dalam bentuk makalah ini dengan lancar. Makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Tn.K Dengan Fraktur Femur Dextra di Ruang Lt. 3
Rumah Sakit Restu Kasih”.

Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari


berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini.

Penulis sadar, bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca juga kami sebagai penulis, penulis mohon maaf apabila dalam penulisan
makalah ini terdapat banyak kesalahan.

28 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................................................2
B. Tujuan...........................................................................................................................2
Bab II :PEMBAHASAN
A. Definisi.........................................................................................................................2
B. Etiologi.........................................................................................................................2

C. Manifestasi Klinis......................................................................................................3
D. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................................4
E. Penatalaksanaan.........................................................................................................5
F. Masalah yang Lazim Muncul.....................................................................................5
G. Discharge Planning....................................................................................................5
H. Patofisiologi.................................................................................................................6

BAB III LAPORAN KASUS


A. Pengkajian Pre-op......................................................................................................9
B. Analisa Data.............................................................................................................13
C. Diagnosa Keperawatan.............................................................................................15
D. Perencanaan Keperawatan........................................................................................14
E. Rencana Tindakan Keperawatan..............................................................................16
F. Implementasi Keperawatan......................................................................................18
G. Evaluasi Keperawatan..............................................................................................21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................28
B. Saran........................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................28

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan kehidupan masyarakat sekarang telah mengalami perubahan


dalam berbagai bidang. Menurut Helmi (2012) fraktur merupakan istilah dari
hilangnya konstinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total maupun
sebagian. Secara ringkas dan umum, fraktur adalah patah tulang yang disebabkan
oleh trauma dan tenaga fisik.Fraktur adalah patah tulang, biasanya di sebabakan
trauma atau tenaga fisik (Pendit 2006).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan pengalaman nyata pada penulis untuk melakukan penatalaksanaan


pada pasien fraktur.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada Tn.D

b. Merumuskan dan menegakan diagnosa keperawatan.

c. Menyusun Intervensi keperawatan

d. Melakukan implementasi keperawatan.

e. Melakukan evaluasi keperawatan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut,keadaan tulang, dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
lengkap. (Price & Wilson, 2006)

B. Etiologi
Klasifikasi Fraktur: (Chairuddin)
Klasifikasi etiologis
1. Fraktur traumatic
2. Fraktur patologis terjadi pada tulang karena adanya kelainan atau penyakit yang
menyebabkan Kelemahan pada tulang (infeksi, tumor, kelainan bawaan)dapat
terjadi secara spontan atau akibat trauma ringan
3. Fraktur stress terjadi karena adanya stress yang kecil dan berulang-ulang pada
daerah tulang yang menopang berat badan. Fraktur stress jaringan sekali
ditemukan pada anggota gerak atas
Klasifikasi Klinis
1. Fraktur tertutup (Simple fraktur), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar
2. Fraktur terbuka (Compoun fraktur), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar. Karena adanya perlukaan dikulit
3. Fraktur dengan komplikasi, missal malunion, delayed, union non-union, infeksi
tulang
Klasifikas Radiologis
1. Lokalisasi : Diafisal, metafisial, intra-artikuler, fraktur dengan dislokasi
2. Konfigurasi : F.transfersal, F.oblik, F.SPIRAL, f.z, f. segmental, F.komunitif (lebih
dari deafragmen), F.baji biasa pada vertebra karena trauma, F.AVULSE, F.defresi,
F.pecas, F.epifisis
3. Menurut ekstensi : F.total, F.tidak total, F.buckle,atau torus, F.garis rambut, F.green
stick
4. Menurut hubungan atara fragmen dengan fragmen lainnya: tidak bergeser, bergeser
(bersampingan, angulasi, rotasi, distraksi, over-riding,implikasi)
Fraktur terbuka terbagi atas 3 derajat (menurut R. Gustino), yatu:
Derajat I :
- Luka <1cm
- Kerusakan jaringan lunank sedikit, tidak ada tanda luka remuk
- Fraktur sederhana, transversal, atau kominutif ringan
- Komtaminasi minimal
Derajat II :
- Laserasi >1cm
- Kerusakan jarinagn lunak,tidak luas, flap / avulsi
- Fraktur komunitif sedang
- Kontaminasi sedang
Derajat III :
- Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot, dan
neurovaskuler sertan kontaminasi derajat tinggi
Fraktur dapat dikategorikan berdasarkan :

1. Jumlah garis
a. Simple fraktur : Terdapat satu garis fraktur
b. Multiple fraktur : Lebih ari sat ugaris fraktura
c. Comminutive fraktur : Lebih banyak garis fraktur dan patah
menjadi fragmen kecil
2. Luas garis fraktur
a. Fraktur inkomplit : Tulang tidak terpotong secara total
b. Fraktur komplikasi : Tulang terpotong total
c. Hair line fraktur : Garis fraktur tidak tampak
3. Bentuk fragmen
a. Green stick : Retak pada sebelah sisi dari tulang (sering
pada anak-anak)
b. Fraktur transversal : Fraktur fragmen melintang
c. Fraktur obligue : Fraktur fragmen mering
d. Fraktur spinal : Fraktur fragmen melingkar

C. Manifestasi Klinis
1. Tidak dapat menggunakan anggota gerak
2. Nyeri pembengkakan
3. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jauh dari ketinggian atau jatuh dikamar
mandi pada orang tua, penganiyaan, tertimpa benda berat, kecelakaan kerja, trauma
olah raga)
4. Gangguan fungsio anggota gerak
5. Deformitas
6. Kelainan gerak
7. Krepitasi atau dating dengan gejala-gejala lain
Perkiraan penyembuhan fraktur pada orang
dewasa

Lokalisasi Waktu penyembuhan

Falang/metacarfal/metatarsal/kosta 3-6 minggu

Distal radius 6 minggu

Diafisis ulna dan radius 12 minggu

Humerus 10-12 minggu

Klavikula 6 minggu

Panggul 10-12 minggu

Femur 12-16 minggu

Kondilus femur/tibia 8-10 minngu

Tibia/fibula 12-16 minggu

Vertebra 12 minggu

Sumber : Pengantar ilmu bedah ortopedi hal: 371

D. Pemeriksaan Penunjang
1. X-ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur
2. Scan tulang: memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak
3. Arteriogram: dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler
4. Hitung darah lengkap: hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada
perdarahan;peningkatan lekosit sebagai respon terhadap peradangan
5. Kritinin: trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal
6. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse atau
cedera hati

E. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan fraktur
1. Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan
rotasi anatomis. Reduksi tertutup, mengembalikan fragmen tulang ke posisinya
(ujung-ujungmya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Alat
yang digunakan biasanya traksi, bidai dan alat yang lainnya. Reduksi terbuka,
dengan pendekatan bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup,
plat, paku.
2. Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna mempertahankan
dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran
darah, nyeri, perabaan, gerakan. Perkiraan waktu imobilisasi yang dibutuhkan
untuk penyatuan tulang yang mengalami fraktur adalah selama 3 bulan.

F. Masalah yang Lazim Muncul


1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik, spasme otot, gerak fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak, pemasangan traksi
2. Ketidakefekstifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai darah kejaringan
3. Kerusakan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,
sekrup)
4. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan rangka neuromuscular, nyeri, terapi
restriktif (imobilisasi)
5. Resiko infeksi b.d trauma, imuitas tubuh primer menurun, prosedur invasive
(pemasangan traksi)
6. Resiko syok (hipovolemik) b.d kehilangan volume darah akibat trauma (fraktur)

G. Discharge Planning
1. Meningkatkan masukan cairan
2. Dianjurkan untuk diet lunak terlebih dahulu
3. Dianjurkan untuk istirahat yang adekuat
4. Control sesuai jadwal
5. Minum obat seperti yang telah diresepkan dan segera periksa jika ada keluhan
6. Menjaga masukan nutrisi yang seimbang
7. Aktifitas sedang dapa dilakukan untuk mencegah keletihan karena mengalami
kesulitan nafas
8. Hindari trauma ulang
H. Patofisiologi

Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis

Fraktur

Diskontinuitas tulang Pergeseran frakmen tulang Nyeri akut

Perubahan jaringan sekitar Kerusakan frakme tulang

Tek sumsum tulg lebih


Pergeseran frakmen tulang Spame otot tinggi dari kapitel

Deformitas Peningkatan tek kapitel Melepaskan katekolamin

Ggn fungsi ekstremitas Pelepasan histamin Metabolisme asam lemak

Hambatan mobilisasi fisik Protein plasma hilang Bergabung dgn trombosit

7
Laserasi kulit Edema Emboli

Penekanan pembuluh Emboli


Putus Kerusakan
darah integritas kulit Ketidakefektifan fungsi
vena/arteri Resiko infelksi jaaringan perifer
Putus Kehilangan volume Resiko syok
vena/arteri cairan (hipervolemik)
BAB III

LAPORAN KASUS

LAPORAN KASUS FRAKTUR FEMUR DEXTRA

A. Pengkajian Pre-op
Tanggal pengkajian : 20 September 2019
Jam pengkajian : 16:50 WIB
Diagnosa medis : Fraktur Femur Dextra

1. Identitas
a) pasien
Nama : Tn. K
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Pendidikan : S1
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Kelapa Dua, Depok
Pekerjaan : Mahasiswa
b) Penanggung Jawab
Nama : Tn. L
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Kelapa Dua, Depok
Hubungan dengan pasien : Ayah kandung pasien

9
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama: Sulit bergerak karena fraktur
b) Riwayat penyakit sekarang
Saat dilakukan pengkajian, pasien mengatakan dirinya jatuh
pada tanggal 18 Agustus 2019 karena dirinya terserempet mobil dan
kaki pasien tertimpa motor. Setelah itu pasien dilarikan ke rumah sakit
(UGD) dan langsung digips dan setelah dilakukan rontgen, dokter
mengatakan pasien menderita fraktur kominutif pada 1/3 distal os.
Femur dextra. Pasien mengatakan dirinya dilakukan operasi
pemasangan pen pada area frakturnya tanggal 19 Agustus 2019, dan
jenis operasinya tertutup (close-surgery). Di rumah sakit, pasien
mendapat perawatan luka post-op. Pasien rawat inap selama tiga hari
dan pulang tanggal 22 Agustus, pasien mengatakan setelah pulang dari
rawat inap di rumah sakit tanggal 30 Agustus 2019, pasien sangat sulit
bergerak, pasien hanya bisa tiduran dan duduk karena balutan luka
jahitan bekas operasi pada femur kanannya belum dibuka. Pada
tanggal 6 September 2019 setelah balutan luka jahitannya dibuka,
pasien lebih bisa bergerak namun tetap sulit, karena kakinya belum
bisa menapak dan harus menggunakan alat bantu krug. Pasien
mengatakan dia hanya bergerak menggunakan krug di saat mendesak
saja, seperti BAB dan mandi. Pasien juga mengeluh nyeri saat kakinya
ditekuk atau diregangkan.
c) Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan, pasien
juga tidak pernah menderita penyakit hepatitis, TBC, dan lain-lain.
Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
3. Pola Aktivitas dan Kemandirian
a. Klien mengatakan sulit bergerak karena keadaan kakinya yang
fraktur
b. Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas normal seperti biasanya
karena fraktur tersebut
c. Klien mengatakan kesulitan berpindah dari berdiri ke duduk
d. Klien tampak kesulitan saat bergerak atau berpindah

10
e. Klien tampak lambat saat bergerak
f. Klien tampak kesulitan membolak-balik posisi
4. Pemeriksaan Fisik
1. Penampilan/keadaan umum : Tampak lemah / compos mentis
2. Tanda-Tanda Vital
1) Tekanan Darah : 130/100 mmHg
2) Nadi : 90 x/menit (teratur dan kuat)
3) Pernapasan : 18 x/menit (teratur dan kuat)
4) Suhu : 38 ⁰C
3. Pengukuran antropometri : TB : 170 cm BB : 60 kg BB ideal :
70Kg IMT : 20,7
4. Kepala : Bulat simetris, tidak ada luka
1) Rambut : Hitam, agak ikal, tebal, agak kotor
2) Mata : Mampu melihat jelas pada jarak
normal (6m), ukuran pupil kecil dan keduanya bereaksi terhadap
cahaya (kanan dan kiri), konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, tidak memakai alat bantu penglihatan dan tidak ada
sekret pada mata.
3) Hidung : Bersih, tidak ada sputum deviasi, tidak ada sekret,
tidak ada epistaksis, tidak ada polip, tidak ada nafas cuping
hidung, dan tidak menggunakan oksigen
4) Telinga : Mampu mendengar dengan jelas pada jarak yang
normal, tidak ada nyeri, tidak ada sekret telinga, tidak ada
pembengkakan, tidak menggunakan alat bantu
5) Mulut : Selaput mukosa lembab dan berwarna merah muda,
bersih, gigi utuh, agak kuning, dan bersih, gusi tidak bengkak,
tidak ada bau mulut, bibir lembab dan berwarna merah
kehitaman
6) Leher dan Tenggorokan : Posisi trakea simetris, tidak ada
benjolan pada leher, tidak ada alat yang terpasang, tidak ada
nyeri waktu menelan, tidak ada pembesaran tonsil, vena
jugularis tidak menonjol, tidak ada obstruksi jalan nafas
7) Ekspresi wajah : Tidak menunjukkan ekspresi wajah
nyeri, tetapi saat kakinya ditekuk/diregangkan, ekspresi wajah
pasien tampak meringis/mengernyit menahan nyeri.
5. Dada dan Thorak : Bentuk simetris, pergerakan
simetris dan sama kanan-kiri, tidak ada luka, dan tidak
menggunakan otot bantu pernapasan
1. Paru-Paru
1) Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris, tidak ada
luka, tidak ada jejas, nafas teratur
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
taktil fremitus kanan dan kiri simetris
3) Perkusi : Bunyi sonor
4) Auskultasi : Tidak ada suara nafas tambahan
2. Jantung
1) Inspeksi : Simetris, tidak ada luka, tidak ada memar
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
ictus cordis teraba di SIC ke-5, midclavicula sinistra
3) Perkusi : Bunyi redup, tidak ada pelebaran dinding
jantung
4) Auskultasi : Suara irama jantung teratur, terdengar S1 &
S2 normal, tidak ada bunyi jantung tambahan.
3. Abdomen
1) Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada asites
2) Auskultasi : Terdengar bunyi peristaltik usus 10x/menit
3) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
tidak teraba massa
4) Perkusi : Terdengar bunyi timpani
6. Genital : Bersih, tidak ada luka, tidak ada tanda
infeksi, tidak terpasang kateter dan tidak ada hemoroid
7. Ekstremitas
1) Inspeksi Kuku : Warna merah muda pucat, bersih, utuh
2) Capillary Refill : Cepat (< 2 detik)
3) Kemampuan berfungsi : (mobilitas dan keamanan) untuk semua
ekstremitas
8. Kulit : Kulit bersih, warna sawo matang, lembab, turgor elastis,
tidak ada edema. Terdapat luka bekas jahitan sepanjang ±20 cm di
femur kanan superior, luka sudah mulai kering, tidak ada tanda
infeksi, balutan luka sudah dibuka.
5. Data Penunjang
a. Hasil Pemeriksaan Penunjang (Hasil rontgen)
Hasil rontgen di daerah femur dextra ap-lat menunjukkan tampak
fraktur kominutif pada 1/3 distal os. Femur dextra dengan aposisi
dan aligment kurang baik, tak tampak lusensi soft tisue, tampak soft
tisue swelling
b. Diit yang diperoleh : TKTP, tiga kali sehari satu porsi

B. Analisa Data
Pengelompokan Data
1. Data Subyektif
a. Pasien mengatakan dirinya dilakukan operasi pemasangan pen pada
area frakturnya
b. Klien mengatakan sulit bergerak karena keadaan kakinya yang fraktur
c. Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas normal seperti biasanya
karena fraktur tersebut
d. Klien mengatakan belum bisa menapakkan telapak kaki kanannya
e. Klien mengatakan kesulitan berpindah dari berdiri ke duduk
f. Klien mengatakan takut jatuh karena jalannya yang tidak seimbang
2. Data Obyektif
a. pasien menderita fraktur kominutif pada 1/3 distal os. Femur dextra
b. Klien tampak kesulitan saat bergerak atau berpindah
c. Klien tampak lambat saat bergerak
d. Klien tampak kesulitan membolak-balik posisi
e. Klien tampak tidak nyaman dengan keadaannya
f. Klien tidak seimbang saat berjalan dan tampak kesulitan
TGL/JAM Data Fokus Masalah Etiologi

20-09-2019 DS: Hambatan Gangguan


16.50 WIB a. Klien mengatakan Mobilitas Fisik muskuloskeletal
sulit bergerak
karena fraktur pada
femur kanannya
b. Klien mengatakan
tidak bisa
beraktivitas normal
seperti biasanya
karena fraktur
tersebut
c. Klien mengatakan
belum bisa
menapakkan telapak
kaki kanannya
d. Klien mengatakan
kesulitan berpindah
dari berdiri ke
duduk
DO:
a. pasien menderita
fraktur kominutif
pada 1/3 distal os.
Femur dextra
b. Klien tampak
kesulitan saat
bergerak atau
berpindah
c. Klien tampak
lambat saat
bergerak
d. Klien tampak
kesulitan
membolak-balik
posisi
20-09-2019 DS: Klien mengatakan Resiko Jatuh Penggunaan alat
16.50 WIB takut jatuh karena bantu (krug)
jalannya yang tidak
seimbang
DO: Klien tidak
seimbang saat berjalan
dan tampak kesulitan

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal dibuktikan dengan klien kesulitan bergerak
Diagnosa 2 : Resiko jatuh berhubungan dengan penggunaan alat bantu (krug)

D. D. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Prioritas Rasional

Masalah tersebut yang


paling mengganggu klien
dan menghambat
Hambatan mobilitas fisik
penyembuhan klien, jika
berhubungan dengan
tidak teratasi maka klien
gangguan muskuloskeletal Prioritas Sedang
akan terganggu pergerakan
ditandai dengan klien
dan aktivitasnya, masalah
kesulitan bergerak
tersebut jika tidak teratasi
maka masalah lain juga tidak
bisa teratasi

Resiko jatuh berhubungan Prioritas Rendah Resiko jatuh akan teratasi


dengan penggunaan alat dengan sendirinya jika
bantu (krug) masalah dengan prioritas
sedang (hambatan mobilitas
fisik) teratasi

E. Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan &
Dx. Kep. Intervensi Rasional Paraf
Kriteria Hasil

Setelah Kaji kemampuan Sebagai data dasar


dilakukan pasien dalam untuk melakukan
tindakan mobilisasi intervensi
keperawatan selanjutnya
selama 3 x 1 Dessy
pertemuan, Bantu klien untuk Memudahkan
Hambatan
diharapkan menggunakan pasien dalam
mobilitas
hambatan tongkat saat mobilisasi
fisik
mobilitas fisik berjalan dan
berhubunga
n dengan klien dapat cegah terhadap
teratasi, cedera
gangguan
muskuloske dengan kriteria
hasil : Ajarkan pasien Menambah
letal
a. Klien tentang teknik pengetahuan pasien
ditandai
mampu ambulasi dan pasien dapat
dengan
meningkat kooperatif
klien
kesulitan dalam
aktivitas Ajarkan pasien Agar menambah
bergerak
fisik bagaimana pengetahuan pasien
b. Klien merubah posisi dan pasien dapat
mampu dan berikan kooperatif
berjalan bantuan jika
dengan diperlukan
langkah
yang
efektif
dengan alat
bantu
c. Klien
mampu
bergerak
dengan
mudah
Setelah Identifikasi Mengetahui
dilakukan perilaku dan seberapa besar Dessy
tindakan faktor yang resiko pasien akan
keperawatan mempengaruhi mengalami jatuh
selama 3 x 1 risiko jatuh
pertemuan, Menghindari atau
diharapkan Identifikasi meminimalisir
klien tidak karakteristik faktor lingkungan
beresiko jatuh, lingkungan yang yang dapat
Resiko
dengan kriteria dapat meningkatkan
jatuh
hasil : meningkatkan potensi pasien jatuh
berhubunga
potensi untuk
n dengan a. Perilaku
penecgaha jatuh Menurunkan resiko
penggunaan
n jatuh: jatuh klien
alat bantu
tindakan Sarankan
(krug)
individu perubahan dalam
atau gaya berjalan Menambah
pemberi pasien pengetahuan
asuhan anggota keluarga
untuk Didik anggota pasien dan anggota
meminimal keluarga tentang keluarga pasien
kan faktor faktor risiko yang dapat kooperatif
resiko yang berkontribusi
dapat terhadap jatuh
memicu dan bagaimana
jatuh di mereka dapat
lingkungan menurunkan
individu resiko tersebut
b. Tidak ada
kejadian
jatuh

F. Implementasi Keperawatan
No.
Dx. Tgl./Jam Tindakan Respon Pasien Paraf
Kep.

S: Pasien mengatakan
otot kaki kanannya
belum kuat untuk
menopang berat
badan, berjalan masih
kesulitan, masih
kesulitan berpindah
27-09-19 Dessy
Mengkaji kemampuan dari duduk ke berdiri
1 16.00
pasien dalam mobilisasi maupun sebaliknya
WIB
O: Pasien tampak
masih kesulitan dalam
bergerak dan berjalan,
pasien membutuhkan
tenaga lebih untuk
menggerakkan kaki
kanannya

2 27-09-19 Mengidentifikasi S: Pasien mengatakan


16.10 perilaku dan faktor sering hampir jatuh
WIB yang mempengaruhi saat dirinya latihan Dessy
risiko jatuh berjalan, dan pasien
menggunakan dinding
sebagai pegangannya
selain dari alat bantu
jalannya
O: Saat latihan, pasien
tampak tidak
seimbang saat berdiri
dan berpotensi untuk
jatuh

S: Pasien mengatakan
sering hampir jatuh
saat dirinya berjalan
menggunakan alat
Mengidentifikasi bantu karena lantai
27-09-19 karakteristik rumah yang agak Dessy
2 16.20 lingkungan yang dapat licin, terkhusus di
WIB meningkatkan potensi kamar mandi
untuk jatuh O: Lantai rumah
pasien tampak licin
dan berpotensi untuk
meningkatkan resiko
jatuh pasien

S: Pasien mengatakan
paham dan Dessy
28-09-19 mengetahui setelah
Mengajarkan pasien
1 16.30 diajarkan materi
tentang teknik ambulasi
WIB tersebut
O: Pasien dapat
mendemonstrasikan
apa yang telah
diajarkan

S: Pasien mangatakan
paham dan tahu
Mengajarkan pasien
28-09-19 terhadap apa yang Dessy
bagaimana merubah
1 16.45 disampaikan
posisi dan berikan
WIB O: Pasien dapat
bantuan jika diperlukan
mengikuti apa yang
diajarkan

S: Pasien mengatakan
dirinya dirumah sudah
mencoba Dessy
menggunakan tongkat
Membantu klien untuk pembantu (krug)
28-09-19
menggunakan tongkat untuk berjalan
1 17.00
saat berjalan dan cegah O: Pasien dapat
WIB
terhadap cedera menggunakan alat
bantu jalan, tetapi
belum mengetahui
cara menggunakannya
dengan benar

S: Pasien mengatakan
akan mengikuti apa
yang telah disarankan Dessy
29-09-19 Menyarankan
O: Gaya berjalan
2 16.30 perubahan dalam gaya
pasien masih tampak
WIB berjalan pasien
sama seperti
sebelumnya, belum
ada perubahan

29-09-19 Membantu klien untuk S: Pasien mengatakan Dessy


1
16.35 menggunakan tongkat sudah bisa berjalan

20
saat berjalan dan cegah menggunakan alat
terhadap cedera bantu dengan mudah
dan tidak sesulit
kemarin
O: Pasien tampak
berjalan menggunakan
alat bantu dengan
langkah yang sudah
tidak tertatih-tatih,
namun belum efektif

S: Anggota keluarga
Mendidik anggota mengetahui dan
keluarga tentang faktor paham terhadap apa Dessy
risiko yang yang disampaikan
29-09-19
berkontribusi terhadap O: Ekspresi muka
2 16.45
jatuh dan bagaimana anggota keluarga
WIB
mereka dapat pasien tampak paham
menurunkan resiko dan tidak
Tersebut menunjukkan
kebingungan

G. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Tujuan & Catatan
Tgl./Jam Paraf
Keperawatan Kriteria Hasil Perkembangan

Hambatan Setelah S: Pasien mengatakan


mobilitas fisik dilakukan 27-09-19 masih kesulitan untuk
berhubungan tindakan 16.30 bergerak dan berjalan, Dessy
dengan keperawatan WIB masih sulit berpindah
gangguan selama 3 x 1 posisi
muskuloskelet pertemuan O: Pasien tampak masih
al ditandai jam, kesulitan untuk
dengan klien diharapkan bergerak, menggunakan
kesulitan hambatan tenaga lebih untuk
bergerak mobilitas fisik menggerakkan kaki
klien dapat kanannya
teratasi, A: Masalah hambatan
dengan kriteria mobilitas fisik belum
hasil : teratasi
a. Klien P: Lanjutkan intervensi:
mampu a. Ajarkan pasien
meningkat tentang teknik
dalam ambulasi
aktivitas b. Ajarkan pasien
fisik bagaimana
b. Klien merubah posisi
mampu dan berikan
berjalan bantuan jika
dengan diperlukan
langkah c. Bantu klien
yang untuk
efektif menggunakan
dengan alat tongkat saat
bantu berjalan dan
c. Klien cegah terhadap
mampu cedera
bergerak S: Pasien mengatakan
dengan sudah mulai paham
mudah teknik ambulasi yang
28-09-19
diajarkan dan mulai
17.15
bisa berpindah posisi
WIB
dengan mudah, namun
masih kesulitan untuk
berjalan
O: Pasien tampak lebih
kooperatif dengan apa
yang diajarkan, yaitu
teknik ambulasi dan
merubah posisi. Pasien
juga sudah mulai bisa
berjalan menggunakan
alat bantu dengan
benar, namun jalannya
masih tertatih-tatih.
A: Masalah hambatan
mobilitas fisik belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
Bantu klien untuk
menggunakan tongkat
saat berjalan dan cegah
terhadap cedera

S: Pasien mengatakan
sudah latihan berjalan
keliling ruangan
didalam rumah dan
berjalannya sudah tidak

29-09-19 sesulit kemarin

17.00 O: Pasien tampak

WIB berjalan dan bergerak


dengan lebih mudah,
sudah tidak terlalu
menggunakan
tenaganya untuk
menggerakkan kaki
kanannya, namun
belum bisa berjalan
dengan langkah yang
efektif
A: Masalah hambatan
mobilitas fisik sebagian
teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
Bantu klien untuk
menggunakan tongkat
saat berjalan dan cegah
terhadap cedera

Setelah S: Pasien mengatakan


dilakukan sering hampir jatuh saat
tindakan latihan karena lantai Dessy
keperawatan rumahnya yang licin,
selama 3 x 1 terkhusus lantai kamar
pertemuan, mandi
diharapkan O: Pasien tampak tidak
klien tidak seimbang saat berjalan
Resiko jatuh
beresiko jatuh, dan berpotensi untuk
berhubungan
dengan kriteria 27-09-19 jatuh jika tidak
dengan
hasil : 16.30 menggunakan alat
penggunaan
c. Perilaku WIB bantu saat berjalan
alat bantu
penecgaha A: Masalah resiko jatuh
(krug)
n jatuh: belum teratasi
tindakan P: Lanjutkan intervensi:
individu a. Sarankan
atau perubahan
pemberi dalam gaya
asuhan berjalan pasien
untuk b. Didik anggota
meminimal keluarga tentang
kan faktor faktor risiko
resiko yang yang
dapat berkontribusi
memicu terhadap jatuh
jatuh di dan bagaimana
lingkungan mereka dapat
individu menurunkan
d. Tidak ada resiko tersebut
kejadian
S: Pasien mengatakan
jatuh
selama sakit ini belum
pernah terjatuh tapi
sering mengalami
resiko jatuh (hampir
jatuh), pasien sudah
lebih berhati-hati dalam
latihan berjalan dan saat
di kamar mandi
O: Pasien masih belum
seimbang gaya
28-09-19
berjalannya, dan
17.15
tampak akan jatuh,
WIB
namun pasien sudah
lebih berhati-hati dalam
latihan berjalan
A: Masalah resiko jatuh
sebagian teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
a. Sarankan
perubahan
dalam gaya
berjalan pasien
b. Didik anggota
keluarga tentang
faktor risiko
yang
berkontribusi
terhadap jatuh
dan bagaimana
mereka dapat
menurunkan
resiko tersebut

S: Pasien mengatakan
sudah mengetahui dan
paham perilaku/faktor
dan kondisi lingkungan
yang dapat
meningkatkan potensi
untuk jatuh, sudah tidak
pernah merasa hampir
jatuh, dan keluarga
pasien sudah kooperatif
29-09-19 untuk meminimalisir
17.00 faktor resiko jatuh
WIB pasien
O: Pasien dan keluarga
pasien sudah tampak
kooperatif, dan gaya
berjalan pasien sudah
seimbang, pasien sudah
sepenuhnya berhati-hati
dalam berjalan demi
keselamatannya
A: Masalah resiko jatuh
teratasi
P: Hentikan intervensi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Fraktur merupakan patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
atau tenaga fisik Fraktur tertutup (Simple fraktur), bila tidak terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Di klasifikasikan
menjadi dua yaitu Fraktur terbuka (Compoun fraktur), bila terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Karena adanya
perlukaan dikulit dan Fraktur dengan komplikasi, missal malunion,
delayed, union non-union, infeksi tulang.

B. Saran
Mahasiswa dapat mengetahui lebih lanjut apa itu Sistem
Muskuloskeletal dan bagaimana Asuhan Keperawatan Fraktur
DAFTAR PUSTAKA

Hardhin,Amri. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 2
Price, Wilson. 2006. Patofisiologi Vol 2 ; Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit.
Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
Helmi, N.Z. (2012). Buku Ajar : Gangguan Muskuloskeletal, Jakarta :
Salemba Medika
Pendit, B.U. (2006), Buku Ajar : Keperawatan Perioperatif. Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat, R. & Jong, D (2011), Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-3.
Jakarta : EGC
NANDA. (2007-2008). Diagnosa Nanda NIC & NOC. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai