1713101020003
DOSEN PEMBIMBING:
BANDA ACEH
Kesehatan gigi dan mulut telah mengalami peningkatan pada abad terakhir, tetapi
prevalensi terjadinya karies gigi pada anak tetap merupakan masalah klinik yang signifikan.
Penilaian tingkat risiko karies anak secara individu harus diketahui oleh dokter gigi karena
semua anak pada umumnnya mempunyai risiko terkena karies dan perawatannya juga
berbeda pada setiap tingkatan. Tingkat risiko karies anak terbagi atas tiga kategori yaitu
risiko karies tinggi, sedang dan rendah. Pembagian risiko karies ini berdasarkan pengalaman
karies terdahulu, penemuan di klinik, kebiasaan diet, riwayat sosial, penggunaan fluor,
kontrol plak, saliva dan riwayat kesehatan umum anak. Anak yang berisiko karies tinggi
harus mendapatkan perhatian khusus karena perawatan intensif dan ekstra harus segera
dilakukan untuk menghilangkan karies atau setidaknya mengurangi risiko karies tinggi
menjadi rendah pada tingkatan karies yang dapat diterima pada kelompok umur tertentu
sehingga target pencapaian gigi sehat tahun 2010 menurut WHO dapat tercapai.1
Berbagai cara telah dikembangkan untuk mencegah karies gigi, salah satunya adalah
dengan penggunaan fluor. Penggunaan fluor ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
sistemik dan lokal. Pemberian fluor secara sistemik dilakukan dengan kumur-kumur larutan
fluor. Menyikat gigi dengan pasta gigi berfluor serta aplikasi topikal dengan larutan fluor.2
1. Definisi
Topikal aplikasi fluor adalah pengolesan langsung fluor pada enamel. Setelah gigi
dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5 menit, dan selama 1 jam tidak boleh makan,
minum atau berkumur (Welbury,2005).3
Aplikasi topikal fluor adalah pengolesan langsung larutan fluor yang pekat pada email
setelah gigi dibersihkan dan dikeringkan dengan semprotan udara. Permukaan gigi diolesi
larutan fluor serta dibiarkan kering selama 3 menit (Nio,1989).4
Aplikasi topikal fluor merupakan tehnik yang sederhana untuk aplikasi larutan fluor
yang dilakukan oleh praktisi gigi dan dapat diaplikasikan dengan mudah. Fluoridasi topikal
ini sangat dianjurkan pada gigi anak yang baru erupsi di dalam mulut untuk memperkuat
lapisan email gigi.2
2. Tujuan
Tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi dari karies, fluor bekerja
dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat
melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit yang lebih stabil dan
lebih tahan terhadap pelarutan asam.5
Efek aplikasi fluor secara topikal dalam menghambat karies gigi yaitu dapat memacu
proses remineralisasi pada permukaan enamel, menghambat sistem enzim mikrobiologi yang
merubah karbohidrat menjadi asam dalam plak gigi dan adanya efek bakteriostatik yang
menghambat kolonisasi bakteri pada permukaan gigi.6
Penggunaan flour juga memiliki manfaat dan tujuan praerupsi dan pasca erupsi gigi.7
a. Praerupsi
Indikasi
Pasien anak di bawah 5 tahun yang memiliki resiko karies sedang sampai tinggi
Gigi dengan permukaan akar yang terbuka
Gigi yang sensitif
Anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk membersihkan gigi
(contoh: Down Syndrome)
Pasien yang sedang dalam perawatan orthodontic
Kontraindikasi
Pasien anak dengan risiko karies rendah
Pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum terfluoridasi
Ada kavitas besar yang terbuka
4. Mekanisme
Fluoride memiliki beberapa mekanisme proteksi karies. Secara topikal, konsentrasi
fluor yang rendah di plak dan saliva menghambat demineralisasi enamel sehat. Pada
konsentrasi fluor tinggi dapat menghambat metabolisme bakteri. Dalam keadaan pH rendah,
fluoride akan berikatan dengan ion hidrogen membentuk HF (hydrofluoric acid) yang dapat
berdifusi masuk ke sel bakteri dan menghambat enzim enolase (enzim vbakteri untuk
metabolisme karbohidrat) sehingga bakteri tidak bisa menghasilkan asam laktat dan
menghambat bakteri berkembang biak.
Mekanisme fluoride dalam menurunkan karies juga dengan meningkatkan
remineralisasi dari enamel. Terbentuknya endapan calcium fluoride CaF2 (lapisan pelindung
teradapt asam) pada permukaan enamel. saat pH rendah maka CaF2 akan larut dalam asam,
kalsiu akan membentuk brushit (kalsium fosfat) yang paling stabil pada pH < 4,3, sementara
sebagian fluoride membentuk HF (menurunkan produksi asam oleh bakteri), sebagian fluor
bereaksi dengan brushit membentuk fluoroapatit. Fluoroapatit lebih resisten terhadap asam
(pH kritis <4,5) dibandingkan hidroksiapatit (pH kritis <5,5).9
5. Sediaan Fluoride
a. Fluoride Sistemik
Fluoride sistemik adalah fluoride yang diperoleh tubuh melalui pencernaan dan ikut
membentuk struktur gigi. Fluoride sistemik juga memberikan perlindungan topikal karena
fluoride ada di dalam air liur yang terus membasahi gigi.
Fluoridasi air minum
apabila dalam air minum yang dikonsumsi oleh suatu daerah, atau kota tertentu
dibubuhi zat kimia fluor maka penduduk di situ akan terlindung dari karies gigi.
Pemberian fluor dalam air minum ini jumlahnya bervariasi antara 1-1,2 ppm (part per
million). Selain dapat mencegah karies, fluor juga mempunyai efek samping yang
tidak baik yaitu dengan adanya apa yang disebut ‘mottled enamel’ pada mottled
enamel gigi - gigi kelihatan kecoklat-coklatan, berbintik-bintik permukaannya dan
bila fluor yang masuk dalam tubuh terlalu banyak, dapat menyebabkan gigi jadi rusak
sekali. Konsentrasi optimum fluorida yang dianjurkan dalam air minum adalah 0,7
-1,2 ppm. Menurut penelitian Murray and Rugg-gun cit. Linanof bahwa fluoridasi air
minum dapat menurunkan karies 40–50% pada gigi susu.10
Pemberian fluor melalui makanan
Kadang-kadang makanan yang kita makan sudah mengandung fluor yang cukup
tinggi, hingga dengan makanan itu saja sudah mencegah terjadinya karies gigi. Jadi
harus diperhatikan bahwa sumber yang ada sehari-hari seperti di rumah, contohnya di
dalam air mineral, minuman ringan dan makanan sudah cukup mengandung fluoride.
Karena itu makanan fluoride harus diberikan dengan hati-hati. Makanan tambahan
fluoride hanya dianjurkan untuk mereka (terutama anak-anak) yang tinggal di daerah
yang sumber airnya rendah fluor atau tidak difluoridasi. Fluoride dapat berbahaya jika
dikonsumsi secara berlebihan. Apabila pemakaian fluoride tidak terkontrol dan tidak
disiplin, maka tidak akan mencapai sasaran dan dapat menyebabkan kerusakan gigi.
Contohnya adalah fluorosis.
Suplemen Fluoride
Pemberian fluor dapat juga dilakukan dengan tablet, baik itu dikombinasikan dengan
vitaminvitamin lain maupun dengan tablet tersendiri. Pemberian tablet fluor
disarankan pada anak yang berisiko karies tinggi dengan air minum yang tidak
mempunyai konsentrasi fluor yang optimal (2,2 mg NaF, yang akan menghasilkan
fluor sebesar 1 mg per hari).5 Tablet fluor dapat diberikan sejak bayi berumur 2
minggu hingga anak 16 tahun. Umur 2 minggu-2 tahun biasanya diberikan dosis 0,25
mg, 2-3 tahun diberikan 0,5 mg, dan 3-16 tahun sebanyak 1 mg.11
b. Fluoride Topikal
Pasta Gigi Berfluoride
Senyawa utama yang ditemukan dalam pasta gigi berfluoride adalah sodium fluoride
dan sodium monofluorofosfat, walaupun stannous flouride dan amina fluoride juga
kadang digunakan. Standar WHO untuk konsentrasi fluoride dalam pasta gigi adalah
antara 1000-1500 ppm. Pasta gigi dengan fluoride rendah mengandung kurang dari
1000 ppm (sekitar 400-500 ppm F) dan biasanya ditujukan untuk anak-anak. Pasta
gigi dengan fluoride tinggi mengandung lebih dari 1500 ppm (biasanya berkisar
antara 2000-5000 ppm F) dan tersedia untuk orang dewasa dengan risiko karies
tinggi.12
Obat Kumur Berfluoride
Obat kumur ini biasanya mengandung 100-500 ppm dan digunakan sekali atau dua
kali sehari. Obat kumur yang mengandung fluoride 900 ppm digunakan seminggu
sekali. Obat kumur berfluoride dapat menurunkan risiko karies 26%.12
Fluoride Varnish
Fluoride varnish dapat menurunkan risiko karies sebesar 40%. Varnish tersedia baik
dalam viskositas tinggi atau rendah, dan hanya dilakukan oleh profesional/dokter gigi.
Formula yang paling banyak ditemukan adalah 5% sodium fluoride (25.000 ppm),
0.9% difluorosilane, dan 6% sodium fluoride ditambah 6% kalsium flouride (56.300
ppm).12
APF (Acidulated Phosphate Fluor) Gel
APF gel merupakan gel fluoride yang paling banyak digunakan dan merupakan
campuran dari sodium fluoride (NaF), hydrofluoric acid, dan 0,1 M orthophosphoric
acid. APF gel dapat menurunkan karies 25-40%. Konsentrasi yang tersedia adalah
1.23% (setara dengan 12.3 mg ion F/g gel atau 12.300 ppm). APF gel memiliki pH
yang rendah, yaitu sekitar pH 3.5, sehingga menyebabkan penyerapan fluoride ke
enamel lebih cepat dan orthofosfat mencegah pemecahan enamel karena efek ion.
APF gel bersifat stabil, tidak menyebabkan diskolorasi, dan rasa dapat diterima.13
Sodium Fluoride (NaF)
Sodium fluoride pertama kali digunakan pada tahun 1940 dan dapat menurunkan
risiko karies sekitar 30%. Tersedia dalam konsentrasi 2% (setara dengan 10 mg F/g
atau 10.000 ppm). NaF 2% memiliki pH 7 (netral), sehingga direkomendasikan untuk
pasien dengan restorasi porselen dan GIC untuk menghindari kerusakan akibat pH
rendah dari gel, kasus dengan erosi enamel, dentin yang terekspos, karies dentin, dan
hipomineralisasi enamel. NaF bersifat stabil, tidak mengiritasi gingiva, tidak
menyebabkan diskolorasi gigi, dan rasanya dapat diterima.13
Stannous Fluoride (SnF2)
Percobaan pertama SnF2 dilakukan oleh Howell et al pada tahun 1955. Kelebihan
SnF2 adalah penetrasi cepat fluoride dan formasi tin-fluorophosphate complex yang
highly insoluble pada permukaan enamel. Kerugiannya adalah pHnya yang rendah
menyebabkan astringent, menyebabkan diskolorasi gigi, rasanya seperti logam, dan
tidak stabil. Untuk mengatasi kekurangan SnF2, diciptakan SnF2 solution 8-10% dan
gel SnF2 yang terdiri dari 0.4% SnF2 dalam base mehylcellulose dan glycerin. Bahan
ini efektif untuk pasien pasca radiasi kanker dan untuk menurunkan dekalsifikasi di
sekitar band pada pasien ortodontik.14
b. Bahan
Gel fluoride
Sendok cetak
c. Teknik
Instruksi anak menggosok giginya. Awasi anak ang sedang menggsok dan lanjutkan
dengan flossing jika memungkinkan. Sisa makanan harus dihilangkan sebelum
aplikasi fluor.
Isolasi gigi geligi. Gunakan saliva ejector, cotton roll untuk isolasi gigi yang akan
dirawat. Isolasi dilakukan untuk mencegah terjadinya pengenceran fluor oleh saliva.
Keringkan gigi yang diisolasi. Keringkan gigi yang diisolasi menggunakan tiupan
udara. Saliva yang teringgal pada permukaan gigi akan mengencerkan larutan atau
gel.
Ulaskan larutan, gel atau varnish menggunakan kapas kecil atau cotton pellet yang
dijepit dengan pinset, oleskan larutan gel, atau varnish pada semua permukaan
interproksimal dari bukal dan lingual atau dapat juga menggunakan custom tray yang
diisi sebanyak 5ml gel atau 1/3 tray. Jaga agar kapas tidak mengenai gigi . Biarkan
gigi tertutup larutan atau gel selama 4 menit.
Setelah 4 menit, bersihkan larutan gel dari permukaan gigi yang dapat dijangkau,
instruksikan anak untuk meludahkan semua sisa fluor tetapi jangan berkumur.
Pada akhir perawatan, instruksikan agar pasien tidak makan atau minum selama 30
menit untuk memperpanjang kontak fluor dengan permukaan gigi.
Instruksikan pasien untuk tidak berkumur dan tidak makan serta minum selama ± 30
menit
Pasien diinstruksikan untuk datang kontrol 1 minggu kemudian.
Aplikasi fluor topical diuangi setiap 1 minggu hingga 4 kali pemberian sebagai tahap
permulaan. Setelah 4 kali perawatan maka efek pencegahan karies gigi diharapkan
dapat bertahan sampai 3 tahun
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI,. 2000, Pedoman Upaya Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di
Puskesmas, Direktorat Kesehatan Gigi, Jakarta.
2. Tarigan, R. 1990, Kesehatan Gigi dan Mulut, EGC, Jakarta.
3. Welbury RR, Duggal MS, Hosey MT. Pediatric Dentistry. 3rded. New York: Oxford
University Press Inc.; 2005. p.133-42.
4. Nio, B, K,. 1989, Preventive Dentistry.
5. Angela, A., 2005, Pencegahan Primer Pada Anak Yang Berisiko Karies Tinggi,
Majalah Kedokteran Gigi, (Dent. J.), Vol. 38. No. 3.
6. Lubis. S.L.A., 2001, Fluor Dalam Pencegahan Karies Gigi, USU eRepository.
7. Ami Angela. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi. Maj.Ked.Gigi
(Dent J); 2005: 38(3): 130-34
8. Donley, Kevin J. 2003, Fluoride Varnishes, Journal of Californian Dental
Association.
9. Soeprapto A. Pedoman dan Tatalaksana Praktik Kedokteran Gigi. Yogyakarta. STPI
Bina Insan Mulia. 2017; 34-35
10. Ami Angela. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi. Maj.Ked.Gigi
(Dent J); 2005: 38(3): 130-34
11. McDonald RE, Avery DR, Dean JA. Dentistry for The Child and Adolescent. 8th ed.
St. Louis, Missouri: Mosby; 2004. p.227.
12. Koch G, Poulsen S, Espelid I, Haubek D. Pediatric Dentistry: A Clinical Approach.
John Wiley and Sons. 2016. 122
13. Cameron A, R Widmer. Handbook of Pediatric Dentisty. Australia: Elsevier. 39-47
14. Rajendran A. Shafer’s Textbook of Oral Pathology. Elsevier Health Science. 2014.
459-460
15. Phinney DJ, Halstead JH. Dental Assisting: A Comprehensible Approach. 4th Ed.
USA. Maxwell: 2013. 66-67