Anda di halaman 1dari 1

BAB 4

SANKSI ETIS atau HUKUM:


KODE ETIK ADVOKAT dan UU No 18 Tahun 2003 tentang Advokat

Para advokat yang melanggar berbagai ketentuan KODE ETIK ADVOKAT


INDONESIA itu akan dikenai sanksi etis profesi (Pasal 16 Kode Etik Advokat
Indonesia) yang berupa:

1. Peringatan biasa.
2. Peringatan keras.
3. Pemberhentian sementara untuk waktu tertentu.
4. Pemecatan dari keanggotaan organisasi profesi.

Berbagai sanksi itu diterapkan oleh MAJELIS DEWAN KEHORMATAN ADVOKAT


(Pasal 15 Kode Etik Advokat Indonesia).
Perilaku advokat yang menyimpang dari KODE ETIK ADVOKAT INDONESIA
ini bisa diketahui berdasarkan PENGADUAN dari Klien,Teman sejawat Advokat,
Pejabat Pemerintah, Anggota Masyarakat, dan Dewan Pimpinan
Pusat/Cabang/Daerah dari organisasi profesi dimana Teradu menjadi anggota (Pasal
11 KODE ETIK ADVOKAT INDONESIA).
Walau demikian, setahun setelah berlakunya KODE ETIK ADVOKAT
INDONESIA itu, pemerintah memberlakukan UU Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Advokat. UU ini pada dasarnya tak berbeda dari KODE ETIK ADVOKAT Indonesia,
yakni sama-sama mengatur perilaku etis profesi advokat.
Padahal perilaku profesional itu adalah tuntutan privat sebuah organisasi profesi
agar seorang karyawan atau anggota organisasi itu bisa bekerja sesuai dengan patokan
pelayanan yang ada di visi dan misi sebuah organisasi. Karena itu ia hanya bisa diatur
dengan KODE ETIK PROFESI. Maka mengatur perilaku profesional (yang merupakan
bagian dari perilaku privat) dengan UU adalah merupakan bentuk intervensi negara
pada kehidupan privat. Karena negara juga akan menjatuhkan sanksi PIDANA atau
administratif terhadap seorang anggota komunitas profesi.
Tapi rupanya UU Nomor 18 Tahun 2003 ini tidak efektif. Karena sanksi yang
bisa dijatuhkan kepada seorang advokat yang melanggar kode etik sama dengan sanksi
yang dijatuhkan kepada advokat tersebut berdasarkan Pasal 16 Kode Etik Advokat. UU
ini hanya memberi sanksi pidana kepada seorang yang bukan advokat, tetapi mengaku
advokat. Ini memang merupakan tindak pidana penipuan:

“Setiap orang yang dengan sengaja menjalankan pekerjaan profesi Advokat dan
bertindak seolah-olah sebagai Advokat, tetapi bukan Advokat sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini, dipidana dengan pidana penjara paling lama
5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta)
rupiah” [Pasal 31 UU Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat]

Anda mungkin juga menyukai