Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan
pengaruh-pengaruh tertentu bagimereka yang menggunakan dengan
memasukkannya ke dalam tubuh manusia. Pengaruhtersebut berupa
pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat, halusinasi
atautimbulnya khayalan-khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan
bagi pemakainya.Yang termasuk dalam NAPZA adalah : Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.Istilah “narkotika” ada hubungannya
dengan kata “narkan” (bahasa Yunani) yang berarti menjadi kaku.
Umumnya, narkotika sering digunakan untuk mengatasi rasa sakit.
Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan
dan ilmu pengetahuan, akan tetapi kenyataannya zat-zat tersebut banyak
yang disalahgunakan.

Kegawatdaruratan Psikiatrik merupakan aplikasi klinis dari psikiatrik


pada kondisi darurat. Kondisi ini menuntut intervensi psikiatriks seperti
percobaan bunuh diri, penyalahgunaan obat, depresi, penyakit kejiwaan,
kekerasan atau perubahan lainnya pada perilaku. Pelayanan
kegawatdaruratan psikiatrik dilakukan oleh para profesional di bidang
kedokteran, ilmu perawatan, psikologi dan pekerja sosial. Permintaan
untuk layanan kegawatdaruratan psikiatrik dengan cepat meningkat di
seluruh dunia sejak tahun 1960-an, terutama di perkotaan. Penatalaksanaan
pada pasien kegawatdaruratan psikiatrik sangat kompleks. Para profesional
yang bekerja pada pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik umumnya
beresiko tinggi mendapatkan kekerasan akibat keadaan mental pasien
mereka. Pasien biasanya datang atas kemauan pribadi mereka, dianjurkan
oleh petugas kesehatan lainnya, atau tanpa disengaja. Penatalaksanaan
pasien yang menuntut intervensi psikiatrik pada umumnya meliputi
stabilisasi krisis dari masalah hidup pasien yang bisa meliputi gejala atau
kekacauan mental baik sifatnya kronis ataupun akut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan zat Adiktif ?
2. Apa itu Gejala Putus Obat ?
3. Apa itu Depresi, Manic Depresi, dan Halusinasi ?
4. Apa yang dimaksud bunuh diri pada kegawatdaruratan psikiatrik ?
5. Apa saja gangguan lain pada kegawatdaruratan psikiatrik ?

C. Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan zat Adiktif.
2. Mengetahui apa itu gejala putus obat.
3. Mengetahui apa itu depresi, manic depresi, dan halusinasi.
4. Mengetahui yang dimaksud dengan bunuh diri dalam
kegawatdaruratan psikiatrik.
5. Mengetahui apa saja gangguan lain dalam kegawatdaruratan pskiatrik.

D. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui yang dimaksud dengan zat Adiktif.
2. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu gejala putus obat.
3. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu depresi, manic depresi, dan
halusinasi.
4. Mahasiswa dapat mengetahui yang dimaksud dengan bunuh diri dalam
kegawatdaruratan psikiatrik.
5. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja gangguan lain dalam
kegawatdaruratan pskiatrik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Zat Adiktif

B. Gejala Putus Obat

C. Depresi, manic Depresi, dan halusinasi

D. Bunuh Diri dalam Kegawatdaruratan Psikiatrik

Bunuh diri atau suicide atau tentamen suicidum adalah kematian yang
diniatkan dan dilakukan oleh seseorang terhadap dirinya sendiri (Elvira,
Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto, 2010) atau segala perbuatan
seseorang yang dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam waktu singkat
(Maramis dan Maramis, 2009). Ada macam-macam pembagian bunuh-diri
dan percobaan bunuh-diri. Pembagian Emile Durkheim masih dapat
dipakai karena praktis, yaitu:

1. Bunuh diri egoistik Individu ini tidak mampu berintegrasi dengan


masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kondisi kebudayaan atau
karena masyarakat yang menjadi individu itu seolah-olah tidak
berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat
menerangkan mengapa mereka tidak menikah lebih rentan untuk
melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan dengan mereka
yang menikah. Masyarakat daerah pedesaan mempunyai integrasi
social yang lebih baik dari pada daerah perkotaan, sehingga angka
suiside juga lebih sedikit.
2. Bunuh diri altruistik Individu itu terikat pada tuntutan tradisi
khusus ataupun ia cenderung untuk bunuh diri karena identifikasi
terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa bahwa kelompok
tersebut sangat mengharapkannya.
3. Bunuh diri anomik, hal ini terjadi bila tedapat gangguan
keseimbangan integrasi antara individu dengan masyarakat,
sehingga individu tersebut meningglakan norma-norma kelakuan
yang biasa. Individu itu kehilangan pegangan dan tujuan.
Masyarakat atau kelompoknya tidak dapat memberikan kepuasan
kepadanya karena tidak ada pengaturan dan pengawasan terhadap
kebutuhan-kebutuhannya. Hal ini menerangkan mengapa
percobaan bunuh diri pada orang cerai pernikahan lebih banyak
dari pada mereka yang tetap dalam pernikahan. Golongan manusia
yang mengalami perubahan ekonomi yang drastis juga lebih
mudah melakukan percobaan bunuh diri.

Faktor Risiko Berikut ini faktor-faktor resiko untuk bunuh diri


(Sadock, et al, 2007):
a. Jenis kelamin Perempuan lebih banyak melakukan percobaan
bunuh diri dibanding laki-laki. Akan tetapi, keberhasilan
bunuh diri lebih tinggi pada laki-laki. Hal ini berkaitan dengan
metode bunuh diri yang dipilih. Laki-laki lebih banyak dengan
gantung diri, meloncat dari tempat tinggi, dengan senjata api.
Perempuan lebih banyak dengan overdosis obat-obatan atau
menggunakan racun.
b. Usia Kasus bunuh diri meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Pada laki-laki, angka bunuh diri tertinggi
pada usia di atas 45 tahun sedangkan pada perempuan angka
bunuh diri tertinggi pada usia di atas 55 tahun. Orang yang
lebih tua lebih jarang melakukan percobaan bunuh diri, tetapi
lebih sering berhasil.
c. Ras Di Amerika Serikat ras kulit putih lebih banyak
melakukan bunuh diri dibanding ras kulit hitam.
d. Status perkawinan Pernikahan menurunkan angka bunuh diri,
terutama jika terdapat anak di rumah. Orang yang tidak pernah
menikah dua kali lebih beresiko untuk bunuh diri. Perceraian
meningkatkan resiko bunuh diri. Janda atau duda yang
pasangannya telah meninggal juga memiliki angka bunuh diri
yang tinggi.
e. Pekerjaan Semakin tinggi status sosial semakin tinggi resiko
bunuh diri, tetapi status sosial yang rendah juga meningkatkan
resiko bunuh diri. Pekerjaan sebagai
E. Gangguan lain pada Kegawatdaruratan Psikiatrik
Kegawatdaruratan psikiatrik adalah gangguan pikiran, perasaan dan
perilaku yang memerlukan intervensi terapeutik segera, antara lain:
Kondisi gaduh gelisah, Tindak kekerasan (violence), Sindrom Neuroleptik
Maligna, dan Delirium.
1. Kondisi gaduh gelisah
Keadaan gaduh gelisah bukanlah diagnosis tetapi hanya
menunjuk pada suatu keadaan tertentu dengan ciri-ciri utama
gaduh dan gelisah.
a. Delirium, Pasien dengan keadaan gaduh-gelisah yang
berhubungan dengan sindroma otak organik akut
menunjukkan kesadaran yang menurun. Sindroma ini
dinamakan delirium. Istilah sindroma otak organik
menunjuk kepada keadaan gangguan fungsi otak
karena suatu penyakit badaniah. Penyakit badaniah ini
yang menyebabkan gangguan fungsi otak itu yang
mungkin terdapat di otak sendiri dan karenanya
mengakibatkan kelainan patologik-anatomik
(misalnya meningo-ensefalitis, gangguan pembuluh
darah otak, neoplasma intracranial, dan sebagainya),
atau mungkin terletak di luar otak (seperti tifus
abdominalis, pneumonia, malaria, uremia, keracunan
atropine atau alcohol) yang hanya mengakibatkan
gangguan fungsi otak dengan manifestasi sebagai
psikosa atau keadaan gaduh-gelisah, tetapi tidak
ditemukan kelainan patologik-anatomik pada otak
sendiri.
b. Skizofrenia katatonik dan Gangguan skizotipal,
Skizofrenia merupakan psikosis yang paling sering.
Secara mudah dapat dikatakan bahwa bila kesadaran
tidak menurun dan terdapat inkoherensi serta afek-
emosi yang inadequate, tanpa frustasi atau konflik
yang jelas maka hal ini biasanya suatu skizofrenia.
Diagnosa kita diperkuat bila kelihatan juga tidak ada
perpaduan (disharmoni) antara berbagai aspek
kepribadian seperti proses berpikir, afek-emosi,
psikomotorik dan kemauan (kepribadian yang retak,
terpecah-belah atau bercabang = schizo; jiwa =
phren),yaitu yang satu meningkat, tetapi yang lain
menurun. Pokok gangguannya terletak pada proses
berpikir.
c. Gangguan psikotik akut dan sementara, gangguan ini
timbul tidak lama sesudah terjadi stress psikologik
yang dirasakan hebat sekali oleh individu. Stress ini
disebabkan oleh suatu frustasi atau konflik dari dalam
ataupun dari luar individu yang mendadak dan jelas,
misalnya dengan tiba-tiba kehilangan seorang yang
dicintainya, kegagalan, kerugian dan bencana.
Gangguan psikotik akut yang biasanya disertai
keadaan gaduh-gelisah adalah gaduh-gelisah reaktif
dan kebingungan reaktif.
d. Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan
gejala psikotik, Pada psikosa bipolar jenis mania tidak
terdapat inkoherensi dalam arti kata yang sebenarnya,
tetapi pasien itu memperlihatkan jalan pikiran yang
meloncat-loncat atau melayang (“flight of ideas”). Ia
merasa gembira luar biasa (efori), segala hal dianggap
mudah saja. Psikomotorik meningkat, banyak sekali
berbicara.
e. Amok, adalah keadaan gaduh-gelisah yang timbul
mendadak dan dipengaruhi oleh faktor-faktor
sosiobudaya. Kesadaran menurun atau berkabut
(seperti dalam keadaan trance). Sesudahnya terdapat
amnesia total atau sebagian.
2. Tindak kekerasan (violence)
Violence adalah agresi fisik yang dilakukan seseorang terhadap
orang lain. Hal yang perlu diperhatikan:
a. Adanya ide-ide kekerasan disertai rencana dan
sarana yang tersedia.
b. Adanya riwayat kekerasan sebelumnya.
c. Adanya riwayat gangguan impuls termasuk
penjudi, pemabuk, penyalahgunaan zat
psikoaktif,percobaan bunuh diri ataupun melukai
diri sendiri, Psikosis.
d. Adanya masalah dalam kehidupan pribadi yang
nyata.
e. Tatalaksana tergantung dengan diagnosis. Pada
pasien dengan gejala psikosis dapat diberikan
Haloperidol (Haldol) : 5 mg per-oral atau IM,
Lorazepam (Ativan) : 2 mg, atau diazepam 5-10
mg per IV.
3. Sindrom Neuroleptik Maligna
Sindrom Neuroleptik Maligna adalah suatu komplikasi
mengancam nyawa yg dapat terjadi kapan saja saat pengobatan
antipsikotik. Penyebab yg sering: antipsikosis dengan efek
antikolinergik. Dengan gejala sebagai berikut:
Gejala motorik dan perilaku meliputi: Rigiditas, distonia,
akinesia, mutisme, agitasi
Gejala otonom: Demam tinggi, berkeringat, Tekanan darah dan
frekuensi nadi tinggi
Laboratory: Leukositosis, peningkatan creatinin fosfokinase,
peningkatan SGPT/SGOT, mioglobinuria.
5

4. Delirium
Delirium adalah kumpulan gejala mental organik yg ditandai
dengan gangguan kognitif global, gangguan kesadaran,
perubahan aktivitas psikomotor, dan gangguan siklus tidur yg
terjadi secara akut dan berfluktuatif. Perjalanan kurang dari 2
minggu dengan lama perjalanan tergantung kausa. Gambaran
klinis:
a. Prodromal (kelelahan, cemas, menjadi iritabel, gangguan
tidur)
b. Gangguan kesadaran
c. Kewaspadaan
d. Hiperaktivitas à sindrom putus asa : flushing, berkeringat,
takikardia, nausea, hipertermia
e. Hipoaktivitas à depresi
f. Gangguan pemusatan perhatian : kesulitan
mempertahankan, memusatkan dan mengalihkan
perhatian.

Anda mungkin juga menyukai