Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Aqidatul Izzah
(17108040036)
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi ini, pertumbuhan perekonomian terhadap kebutuhan dana untuk
program pembangunan terus meningkat. Untuk dapat bertahan dan terus memperbaiki
kondisi ekonomi Negara, pemerintah harus bisa untuk memaksimalkan seluruh potensi
penerimaan yang ada, baik dari dalam, maupun dari luar negeri. Namun, jika
mempertimbangkan analisis dari para praktisi ekonomi yang menyatakan bahwa jika kita
mengandalkan pinjaman luar negeri dijadikan sebagai bagian dari sumber pendapatan
negara, hal tersebut hanya akan menjadi boomerang dikemudian hari, sehingga potensi
penerimaan dari luar negeri harus dikurangi. Fakta ini mendorong pemerintah untuk terus
berupaya untuk menggali potensi-potensi sumber pendapatan negara yang strategis,
khususnya melalui pajak.
Indonesia merupakan negara yang sumber utama pendapatannya berasal dari pajak.
Definisi pajak ialah iuran yang harus (wajib dan bersifat memaksa) dibayarkan oleh
warga negara kepada negara yang timbal balik atau manfaat dari pembayaran tersebut
tidak dapat dirasakan secara langsung oleh pembayar (wajib pajak) itu sendiri. Di
Indonesia, pajak memiliki kedudukan hukum yang tinggi. Pajak diatur dan dituangkan
dalam landasan konstitusional bangsa Indonesia yaitu UUD 1994 dan dalam UU No. 28
tahun 2007.
Sampai dengan saat ini, pemerintah terus berupaya untuk dapat melakukan
penyempurnaan terhadap sistem perpajakan nasional dalam rangka memaksimalkan
penerimaan pajak di sekotr perpajakan. Salah satunya yaitu dengan mengubah sistem
pemungutan pajak nasional yaitu dari Official Assessement System menjadi Self
Assessement System.
Pada Official Assessement System, jumlah pajak terutang yang harus dibayarkan oleh
tiap wajib pajak sepenuhnya akan ditentukan oleh aparat pajak, sedangkan pada Self
Assessement System, wajib pajak diberikan tanggung jawab dan kepercayaan secara
penuh dalam proses menghitung, membayar dan melaporkan pajak terutangnya. Ada misi
dan konsekuansi yang akan timbul dari adanya penerapan Self Assessement System ini
yaitu adanya perubahan sikap (dalam hal ini kepatuhan dan kesadaran) wajib pajak untuk
membayar pajak secara sukarela (Harahap ; 2004 ; 43). Karena kepatuhan untuk
memenuhi kewajiban perpajakan dengan sukarela adalah pondasi utama dalam penerapan
sistem Self Assessement.
Reformasi ini menuntut wajib pajak untuk turut ikutserta secara aktif dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan yang membutuhkan kepatuhan Wajib Pajak yang
tinggi, karena dalam pemenuhan kewajiban perpajakan ini sebagian besar pekerjaannya
akan dilakukan oleh Wajib Pajak itu sendiri.
Adanya reformasi atau perubahan kebijakan mengenai perpajakan ini diharapkan
menjadi keputusan yang tepat sehingga tidak ada peraturan yang saling bertentangan.
Karena dapat meningkatkan kompleksitas sehingga meningkatkan ketidakpastian bagi
wajib pajak, yang selanjutnya mendorong mereka untuk tidak patuh terhadap peraturan
yang telah dibuat (Westat dalam Jackson et al., 1986). Melalui reformasi kebijakan ini,
diharapkan mampu untuk mengoptimalkan kepatuhan dan kemauan wajib pajak dalam
melaporkan dan membayar kewajiban mereka.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pelaksanaa pemungutan pajak, terdapat
perbedaan kepentingan yang signifikan antara wajib pajak dan fiskus (pemerintah).
Dimana wajib pajak berusaha untuk membayar pajak sekecil mungkin untuk mengurangi
bebannya dalam membayar pajak, sedangkan pemerintah memerlukan dana maksimal
yang berasal dari pajak untuk membiayai kegiatan penyelenggaraan pemerintah
(Suandy,2001:2) dan digunakan untuk pembiayaan pembangunan Negara dan
kesejahteraan warganya (Soemitro, 1991 : 89). Keberadaan perbedaan kepentingan ini
menjadi salah satu faktor utama yang mendorong wajib pajak untuk melakukan
penghindaran pajak yang mengakibatkan hilangnya potensi yang besar untuk mengurangi
beban deficit anggaran Negara (Brotodihardja, 1995 :3).
Pada umumnya, Direktorat Jenderal Pajak tiap tahunnya selalu meningkatkan target
penerimaan pajak, sehingga untuk mencapai target tersebut perlu meningkatkan
kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban pajaknya. Masalah
terkait dengan kepatuhan wajib pajak adalah suatu problematika yang terjadi di seluruh
dunia. Wajib pajak yang tidak patuh terhadap kewajibannya tentu akan melakukan
penyelewengan seperti tindakan penyelundupan, pelalaian dan penghindaran pajak yang
pada akhirnya akan berdampak pada berkurangnya penerimaan pajak di suatu Negara
(Kurnia Rahayu dan Devano, 2006).
Namun masalah terbesar yang dihadapi saat ini adalah masih kurangnya kesadaran,
kemauan dan kepatuhan dari wajib pajak dalam melakukan pelaporan dan pembayaran
pajak. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya wajib pajak yang dengan sengaja tidak patuh,
tidak jujur bahkan enggan untuk melaksanakan kewajibannya untuk membayar pajak.
Dalam hal ini, paran aktif dari petugas dan wajib pajak sangat diperlukan untuk dapat
memanfaatkan potensi penerimaan pendapatan Negara.
Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak adalah
dengan memberikan pelayanan yang baik kepada wajib pajak. Meningkatnya kualitas dan
kuantitas pelayanan diharapkan mampu untuk meningkatkan kepuasan wajib pajak
sehingga juga mampu untuk meningkatkan kepatuhan dalam membayar pajak. Selain itu
pemerintah juga telah melakukan pemeriksaan atau audit pajak. Hal ini bertujuan untuk
memberikan keadilan, kepastian hukum dan pembinaan kepada wajib pajak serta
bertujuan untuk memaksimalkan potensi pendapatan Negara yang berasal dari pajak.
Namun upaya-upaya tersebut belum bisa menyadarkan Wajib Pajak secara penuh.
Adanya reformasi atau perubahan sistem yang diberlakukan dan kegiatan pemeriksaan
atau audit pajak masih memperlihatkan hasil yang belum maksimal.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Self Assessement System dan kegiatan audit pajak mampu meningkatkan
kepatuhan wajib pajak dalam pelaporan pajak?
2. Apakah Official Assessement System dan kegiatan audit pajak mampu
meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam pelaporan pajak?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis penerapan sistem
pemungutan pajak dan kegiatan audit dalam membantu untuk meningkatkan kepatuhan
wajib pajak pribadi dalam menghitung, membayar dan melaporkan pajak mereka.
LITERATUR REVIEW DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Literatur Reviev
1. Compliance theory (Teori Kepatuhan)
Teori kepatuhan adalah sebuah teori yang yang menjelaskan dan mendeskripsikan
tentang ketaatan seseorang terhadap aturan atau perintah yang diberikan. Dalam hal
ini, kepatuhan terhadap perpajakan adalah sebuah tanggung jawab kita kepada Tuhan,
pemerintah dan warga Negara sebagai wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban
perpajakan sebagai sebuah perilaku yang didasari oleh adanya kesadaran dari masing-
masing individu.
2. Pajak
Pajak adalah iuran yang dibayarkan oleh rakyat kepada kkas Negara berdasarkan
undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan jasa timbal secara
langsung dan dipergunakan untuk membayar pengeluaran umum (Soemitro dalam
Mardiasmo; 2009). Menurut Mardiasmo (2009), pajak memiliki dua fungsi yaitu :
a. Fungsi Budgetair, yaitu pajak dijadikan sebagai sumber dana oleh pemerintah
dalam rangka membiayai pengeluaran Negara.
b. Fungsi Regulerend, yaitu pajak dijadikan sebagai alat untuk mengatur dan
melaksanakan kebijakan yang dibuat pemerintah dalam sektor sosial dan
ekonomi.
Terdapat dua bentuk perlawanan pajak yang biasanya dilakukan oleh wajib pajak
(Rahayu dan Devano ; 2006), yaitu :
a. Perlawanan pasif, yaitu permasalahan yang timbul karena kondisi struktur
perekonomian, sosial,intelektual, moral dan cacatnya sistem pemungutan pajak
itu sendiri.
b. Perlawanan aktif,.
1) Penghindaran Pajak, yaitu upaya yang dilakukan oleh wajip pajak untuk
mengurangi pajak yang masih dalam batasan ketentuan dan dapat
dibenarkan (Rahayu dan Devano;2006)
2) Penyelundupan atau pengelakan pajak, yaitu upaya yang dilakukan oleh
wajib pajak untuk mengurangi atau bahkan menghapus utang pajak sebagai
bentuk pelanggaran terhadap aturan perundang-undangan perpajakan.
(Balter dalam Moh Zain yang diacu oleh Rahayu dan Devano ;2006)
3) Pelalaian pajak, yaitu upaya yang dilakukan oleh wajib pajak untuk
menolak melakukan pembayaran pajak dan pemenuhan formalitas-
formalitas yang harus dipenuhinya (Santoso Brotodiharjo dalam Rahyu dan
Devano ; 2006)
3. Sistem Pemungutan Pajak
Segala hal yang berkaitang dengan perpajakan telah diatur dan dijelaskan dalam
Undang-Undang Nomor 9 tahun 1994 dan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2000.
Terdapat tiga sistem perpajakan yang berlaku di Indonesia dalam pemungutan pajak.
Namun penelitian ini hanya membandingkan antara dua sistem yang berbeda yaitu Self
Assessement System dan Official Assessement System.
a. Self Assessement System
Sistem ini memberikna kewenangan atau keleluasaan kepada wajib pajak untuk
menentukan sendiri besarnya pajak terutang. Sistem pemungutan ini meletakkan
tanggungjawab dan kepercayaan dalam seluruh rangkaian pelaporan kewajiban
perpajakan oleh wajib pajak (Dirjen Pajak, 2006 : 10). Fungsi perhitungan
merupakan fungsi yang memberikan hak kepada wajib pajak untuk dapat
menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang, kemudian atas dasar fungsi
penghitungan tersebut wajib pajak memiliki kewajiban untuk membayar sesuai
dengan besarnya pajak terutang. Dalam pemberlakuan Self Assessement,System
terdapat beberapa indikator yang diharapkan ada pada diri wajib pajak, yaitu :
1) Tax conscioussness atau kesadarann wajib pajak.
2) Tax Honesty atau kejujuran wajib pajak.
3) Tax mindedness atau hasrat wajib pajak untuk membayar pajak.
4) Tax discipline atau kedisiplinan wajib pajak dalam pelaksanaan peraturan
perpajakan. (Suandy, 2002 : 95)
b. Official Assessement System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan kewenangan
atau keleluasaan kepada Fiskus (pemerintah, dalam hal ini petugas pajak) untuk
menentukan besarnya pajak terutang. Dalam penerapan sistem ini, yang bersifat
aktif adalah fiskus (pemerintah, yaitu petugas pajak). Pajak terutang akan timbul
setelah terbitnya Surat Ketetapan Pajak yang dikeluarkan oleh fiskus, sehingga
besarnya utang pajak akan diketahui setelah adanya ketetapan pajak.
4. Audit Pajak
Audit pajak atau pemeriksaan pajak adalah suatu bentuk penegakan hukum yang
dilakukan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan sebagai
bentuk control atau pengendalian terhadap penyelewengan pelaporan pajak yang
mungkin terjadi. Audit pajak dilakukan dalam rangka untuk memberikan keadilan,
kepastian hukum dan pembinaan kepada wajib pajak. Namun pada nyatanya, audit
pajak adalah satu hal yang paling dihindari oleh wajib pajak karena pada
kenyataannya, wajip pajak seringkali ditemukan adanya pajak kurang bayar oleh wajib
pajak sehingga mereka harus membayar kembali kekurangan tersebut.
Selain itu juga karena memang kualitas dari wajib pajak itu sendiri yang selalu
mencoba mencari cara untuk menghindar dari kewajiban membayar pajak. Audit pajak
merupakan salah satu bentuk pengawasan dan pembinaan oleh Direktorat Jenderal
Pajak dengan tujuan agar pemungutan pajak dapat dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Sehinggan dengan adanya kegiatan ini, bagi pemerintah
diharapkan mampu untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam hal memnuhi
kewajibannya. Sedangkan bagi wajib pajak, diharpkan dengan adanya temuan dalam
proses audit pajak dapat dijadikan sebagai pengalaman sekaligus sebagai pembelajaran
sehingga kedepannya dapat untuk memperbaiki kesalahan dan tidak mengulanginya
lagi (Hutagaol, 2007).
Sasaran dilakukannya pemeriksaan pajak adalah untuk memeriksa apakah terdapat
kesalahan-kesalahan dalam menginterpretasikan undang-undang, adanya kesalahan
dalam menghitung, adanya penggelapan secara khusus yang dilakukan oleh wajib
pajak dari penghasilannya, dan menghindari adanya pemotongan atau pengurangan
pembayaran kewajiban pajak yang dilakukan oleh wajiib pajak (Mardiasmo, 2009).
Dalam proses audit pajak ini peranan pembukuan atau akuntansi sangat diperlukan
karena informasi keuangan akan dihasilkan dari kegiatan tersebut yang mana akan
digunakan untuk keperluan menghitung pajak terutang dan verifikasi serta
pemeriksaan dan investigasi terhadap kebenaran pelaporan dan pembayaran pajak
terutang.
B. Pengembangan hipotesis.
Penelitian ini mengangkat isu terkait dengan pelaksanaan sistem pemungutan pajak
(Self Assessement dan Official Assessement). Dalam hal pelaksanaan Self Assessement
pada wajib pajak yang kini diberlakukan saat ini, dalam prakteknya kurang dapat berjalan
sesuai dengan harapan adanya reformasi atau perubahan sistem pemungutan, bahkan
penerapan sistem Self Assessement banyak disalahgunakan. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat kepatuhan wajib pajak dalam penerapan Self Assessement System untuk melapor,
menghitung dan membayar pajak masih rendah (Direktorat Jenderal Pajak Kementerian
Keuangan), sehingga berdasarkan fenomena tersebut, peneliti mencoba untuk
menganalisis dengan menggunakan data primer terkait dengan pengaruh penerapan sistem
pemungutan pajak dan kegiatan audit pajak terhadap kepatuhan pelaksanaan kewajiban
perpajakan. Dari masalah tersebut, muncul hipotesis bahwa :
Penelitian ini mencoba untuk menjawab apakah penerapan sistem pemungutan pajak
yang berlaku sekarang (Self Assessement System) menjadi sistem yang yang memiliki
sistem administrasi perpajakan yang efisien dan menumbuhakan kepatuhan yang optimal
serta berjalan lebih efektif dari pada sistem sebelumnya (Official Assessement System).
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif. Hal ini didasari
bahwa dalam pelaksanaannya menggunakan data yang di analisis dan kemudian
diinterpretasikan menjadi deskripsi singkat mengenai data lapangan yang telah diperoleh.
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat dua jenis variable, yaitu variable independen dan
dependen. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu sistem pemungutan pajak dan
kegiatan audit pajak (X). Variable dependen yaitu kepatuhan dalam pelaporan pajak (Y).
Definisi operasional
Untuk mengukur sistem pemungutan pajak dan kegiatan audit pajak digukanan Skala
Likert lima point (1 = sangat tidak setuju – 5 = sangat setuju). Dimana pertanyaan
mengenai Self Assessement System dan Official Assessement System ditanyakan pada
sub-bagian kuesioner yang berbeda.
Untuk mengukur tingkat kepatuhan adalah dengan melihat perilaku wajib pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan yang diukur melalui kuesioner dengan Skala Likert
lima point.
Beti Agustina, Anwar Made, Eris Dianawati, “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak (Tax
Consciouness), Kejujuran Wajib Pajak (Tax Honesty), Kemauan Membayar Dari
Wajib Pajak (Tax Mindedness), Kedisiplinan Wajib Pajak (Tax Disclipne) Terhadap
Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Tax Complience) (Studi Di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Kepanjen)” Journal Risaet Mahasiswa Akuntansi.
Brotodihardja, Santoso, R, 1995, “ Pengantar Ilmu Pajak ”, Edisi 3, Refika Aditama,
Bandung.
Devano, Sony dan Siti Kurnia Rahayu, 2006, “Perpajakan; Konsep, Teori, dan Isu”, Jakarta:
Kencana Prenada Media.
Dirjen Pajak, 2006, “Tinjauan Perpajakan Indonesia”, Jakarta.
Fajar Catur Martian, “Pengaruh Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Badan Berdasarkan Persepsi Pemeriksa Pajak Dan Wajib Pajak : (Studi
Kasus Pada Kpp Pratama Bandung Cicadas)”, Bandung.
Harahap Abdul Asri, 2004, “Paradigma Baru Perpajakan Indonesia Perspektif Ekonomi”
Hutagaol, John, 2007, “Perpajakan: Isu-isu Kontemporer”, Jakarta, Graha Ilmu.
Jackson, B., Millirion, V. and D. Toy. (1986). “Tax compliance research, finding, problems
and prospects”. Journal of Accounting Literature, pp. 125-166.
Mardiasmo, 2009, “Perpajakan; Edisi Revisi 2009”, Yogyakarta: ANDI
Septianawati, Umaimah, 2010, “ Pengaruh Penerapan Self Assessement System Terhadap
Kecenderungan Penghindaran Pajak”, Jurnal Ekonomi Vol 1 No 2.,
Soemitro, Rachmat, 1991, “Azas dan Dasar Perpajakan I”, PT Eresco, Bandung.
Suandy, Early, 2001, “Perencanaan Pajak, Edisi Pertama”, Salemba Empat.
Tarjo, Indra Kusumawati,2005,”Analisis Perilaku Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap
Pelaksanaan Self Assessement System: Suatu Studi di Bangkalan”, JAAI Volume 10
No 1.