Anda di halaman 1dari 14

1) Pengertian Doktrin

Doktrin merupakan pendapat atau pendirian ilmiah yang disusun dan


dikemukakan secara rasional dan dapat meyakinkan orang lain. Doktrin ini memiliki
peranan penting karena doktrin ini dikemukakan oleh seorang ilmuwan hukum yang bisa
mempengaruhi jurisprudensi dan bisa menjadi kaedah hukum, karena itu doktrin itu dapat
menjadi bagian dari sumber hukum positif. Menurut B. Arief Sidarta istilah lain doktrin
adalah ajaran. Ajaran itu juga dapat disamakan dengan doktrin, doktrin ini merupakan
tampungan dari norma sehingga dokrin menjadi sumber hukum.

Mengutip pendapat Apeldorn, doktrin hanya membantu dalam pembentukan


norma, doktrin itu harus dipindahkan lebih dahulu ke dalam norma yang langsung
misalnya putusan hakim atau peraturan perundang-undangan sehingga doktrin itu
menjadi sumber tidak langsung dalam penerapan hukum. Menurutnya ajaran berbeda
dengan teori. Suatu ajaran membahas pada satu hal tertentu atau satu pasal tertentu yang
lebih kecil dan belum berlaku secara umum. Ketika ajaran tersebut diobjektifkan dan
berlaku secara umum maka akan berubah menjadi teori. Apa yang dikemukakan oleh B.
Arief Sidarta tentang pemaknaan doktrin, hampir sama seperti yang dikemukan oleh
Agell (2002). Dia mengatakan bahwa doktrin dalam ilmu hukum diartikan sebagai
“analytical study of law atau “doctrinal study of law” yang bersifat science. “Legal
doctrine” adakalanya disebut juga dengan “legal dogmatics”. Kedua istilah ini lazim
ditemukan dalam civil law sementara itu di dalam anglo-american istilah legal doctrine
maupun legal dogmatic tidak begitu dikenal.

2) Islam Sebagai Doktrin


Agama adalah suatu sistem kepercayaan kepada Tuhan yang dianut oleh
sekelompok manusia dengan selelau mengadakan interaksi dengan-Nya. Pokok persoalan
yang dibahas dalam agama adalah eksistensi Tuhan, manusia, dan hubungan antara
manusia dengan Tuhan. Tuhan dan hubungan manusia dengan-Nya merupakan aspek
metafisika, sedangkan manusia sebagai makhluk dan bagian dari benda alam termasuk
dalam katagori fisika. Taib Thahir Abdul Muin mengemukakan definisi agama sebagai
suatu peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal untuk
dengan kehendak dan pilihannya sendiri mengikuti peraturan tersebut, guna mencapai
kebahagiaan hidupnya di dunia akhirat.
Ada empat unsur yang menjadi karakteristik agama sebagai
berikut: pertama  unsur kepercayaan terhadap makhluk gaib, kedua unsur kepercayaan
bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia ini dan di akhirat tergantung pada adanya
hubungan yang baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud, ketiga unsur respon yang
bersifat emosional dari manusia, keempat unsur paham adanya yang kudus (secred) dan
suci, dalam bentuk gaib, dalam bentuk kitab suci yang mengandung ajaran-ajaran agama
yang bersangkutan, tempat-temoat tertentu, peralatan untuk menyelenggarakan upacara
dan sebagainya.

Adapun ruang lingkup agama sebagai suatu sistem nilai meliputi tiga persoalan
pokok, yaitu pertama, tata keyakinan atau credial, yaitu bagian agama yang paling
mendasar berupa keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan yang supranatural, Dzat Yang
Maha Mutlak di luar kehidupan manusia. Kedua,tata kepribadian atau ritual, yaitu
tingkah laku dan perbuatan manusia dalam berhubungan dengan dzat yang diyakini
sebagai konsekuensi dari keyakinan akan keberadaan Tuhan. Ketiga, tata aturan, kaidah-
kaidah atau norma-norma yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, atau
manusia dengan alam lainnya sesuai dengan keyakinan dan peribadatan tersebut.

Agama Islam merupakan satu-satunya agama yang paling sesuai untuk manusia.
Islam datang dari Allah Pencipta manusia. Pencipta lebih tahu tentang kemampuan dan
karakter yang diciptakannya. Oleh karena itu, Agama Islam akan sesuai dengan segala
dimensi kemanusiaannya.

Ajaran islam yang terhimpun dalam Al-Qur’an diturunkan Allah untuk mengatur
seluruh aspek kehidupan manusia dimuka bumi, memberi petunjuk dasar kepada manusia
apa yang harus dilakukannya dalam rangka mencapai kehidupan yang sejahtera di dunia
dan di akhirat.
Dengan demikian, Agama Islam menjadi dasar pedoman hidup bagi manusia
dalam mengatur kehidupannya baik dalam hubungannya dengan Allah, hubungan dengan
sesama manusia serta dengan alam secara keseluruhan.

a. Pengertian Islam

Pengertian Islam dari segi bahasa adalah sebagai berikut sebagaimana yang
dijelaskan oleh Drs. Shalahuddin Sanusi :
1) Islam dari kata-kata “assalmu”, “assalamu”, dan “assalamatu”, yang berarti bersih
dan selamat dari kecacatan-kecacatan lahir dan batin.
2) Islam dari kata-kata “assilmu” dan “assalmu” yang berarti perdamaian dan
keamanan (assulhu wal amaan)
3) Islam dari kata-kata “assalmu” (la= dibaca pendek), “assalmu” dan “assilmu”
yang berarti menyerahkan diri, tunduk dan taat (al-istislamu-al-idz’aanu-ath
thaa’atu).

Sedangkan kata Islam menurut bahasa berasal dari kata “aslama”, yang berarti
tunduk, patuh dan berserah diri. Islam adalah nama dari agama wahyu yang diturunkan
Allah SWT kepada Rasul-rasul-Nya untuk disampaikan kepada manusia. Agama Islam
berisi ajaran-ajaran Allah yang mengatur hubungan dengan Allah, manusia dengan
manusia, dan manusia dengan alam. Islam dalam pengertian ini adalah agama yang
dibawa oleh para rasul Allah, sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad SAW.

Agama Islam di setiap zaman mengajarkan aqidah yang sama, yaitu tauhid atau
mengesakan Allah SWT. Letak perbedaan ajaran di antara wahyu yang diterima setiap
Nabi pada syariat yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kecerdasan umat
pada saat itu.

Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah whyu Allah terakhir
untuk manusia. Oleh karena itu, agama ini sudah sempurna dan senantiasa sesuai dengan
tingkat perkembangan manusia sejak masa diturunkannya, empat belas abad yang lalu
hingga akhir peradaban manusia hari kiamat kelak.

Adapun pengertian Islam secara istilah akan kita dapati rumusan yang berbeda-
beda. Harun Nasution misalnya mengatakan bahwa Islam menurut istilah (Islam sebagai
agama), adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat
manusia Nabi Muhammad SAW sebagai rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-
ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenal berbagai segi dari
kehidupan manusia.

Sementara itu Maulana Muhammad Ali mengatakan bahwa Islam adalah agama
perdamaian; dan dua ajaran pokoknya, yaitu keesaan Allah dan kesatuan atau
persaudaraan umat manusia menjadi bukti nyata, bahwa agama Islam selaras benar
dengan namanya. Islam bukan saja dikatakan sebagai agama seluruh Nabi Allah,
sebagaimana tersebut pada beberapa ayat kitab suci al-Qur’an, melainkan pula pada
segala sesuatu yang tak sadar tunduk sepenuhnya kepada undang-undang Allah, yaitu kita
saksikan pada alam semesta.

H.A. Gaffar Ismail, seorang muballigh terkemuka menulis : Islam nama agama
yang dibawa oleh Muhammad SAW berisi kelengkapan dari pelajaran-pelajaran meliputi
(a) kepercayaan, (b) seremoni peribadatan, (c) tata tertib penghidupan pribadi, (d) tata
tertib pergaulan hidup, (e) peraturan-peraturan Tuhan, (f) bangunan budi pekerti yang
utama, dan menjelaskan rahasia penghidupan yang kedua (akhirat).

T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, guru besar dan dekan Fakultas Syariah Sunan
Kalijaga Yogyakarta, antara lain menulis : Agama adalah suatu kumpulan peraturan yang
ditetapkan Allah untuk menarik dan menuntun para umat yang berakal kuat, yang suka
tunduk dan patuh kepada kebaikan, supaya mereka memperoleh kebahagiaan dunia,
kejayaan dan kesentosaan akhirat, negeri yang abadi, supaya dapat mendiami surga
Jannatul-Khuld, mengecap kelezatan yang tak ada tolak bandingnya serta kekal selama-
lamanya. Ta’arif definisi ini meliputi segi-segi I’tiqad, (kepercayaan bathin), budi pekerti
(akhlak) dan amal saleh (amal kebijakan).
b. Wahyu Sebagai Doktrin Agama

Agama Islam yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya tidak selengkap wahyu yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad. Wahyu yang turun pada saat itu bersifat local untuk satu
atau dua suku bangsa saja. Misalnya wahyu yang turun kepada Nabi Isa dan sebagainya.

Al-Qur’an menjelaskan dengan gambling bahwa para nabi Allah mambawa agama Islam
bagi para umatnya, seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an surat al-Baqaarah ayat 136, yang
artinya :
Katakanlah (hai orang-orang mukmin: kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang
diturunkan kepada Ibrahim, Islmail, Ishak, Yakub, serta anak cucunya dan kepada apa yang
telah diturunkan kepada Musa, Isa serta para Nabi Tuhan mereka. Kami tidak membeda-
bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk dan patuh kepada-Nya (QS. Al-
Baqarah:136)

Demikian pula wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Isa as., Nabi yang paling dekat
urutannya dengan Nabi Muhammad, dinyatakan Allah sebagai agama Islam, dalam firman-Nya,
yang artinya :
Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran dari mereka (bani Israil) berkatalah ia : Siapakah
yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah? Para Hawariyyin
(sahabat-sahabat setia) menjawab : Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kemi beriman
kepada Allah dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah
diri (muslimin) (Qs. Ali Imran, 3:52)

Wahyu yang diturunkan Allah kepada para Nabi sebelum Nabi Muhammad, tidak
dijamin oleh Allah orisinalitasnya, setelah para Nabi pembawanya tiada. Oleh karena itu pada
waktu selanjutnya umat dan para penganutnya menambah dan mengurangi ajaran yang
ditinggalkan para nabi itu bahkan mengganti nama Islam yang melekat pada ajaran agama itu
dengan nama lain yang diinginkan mereka. Penyimpangan-penyimpangan itu dijelaskan oleh al-
Qur’an, misalnya dalam ayat yang menjelaskan penyimpangan kaum yahudi :
Yaitu orang-orang Yahudi, mereka meruba prkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata;
Kami mendengar, tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula) : Ra’ina
dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. (Qs. An-Nisa:46)

Berdasarkan ayat-ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa agama yang diturunkan
Allah kepada para Rasul sebelum Nabi Muhammad telah diintervensi, ditambah dan dikurangi
para pengikutnya setelah para Rasul itu wafat.

Dengan demikian, Agama Islam menjadisatu-satunya nama bagi wahyu Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang terkumpul dalam kitab suci al-Qur’an. Wahyu
yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya tidak berlaku lagi, telah dikoreksi dan
disempurnakan oleh wahyu yang turun kepada Nabi Muhammad, yaitu al-Qur’an.

Wahyu Allah berfungsi membimbing, memberi petunjuk, memberikan pertolongan, dan


menunjukkan jalan lurus agar manusia tidak tersesat dalam mencari dam menyembah kepada
Dia, Tuhan yang sebenarnya, yang dalam rentang perjalanan sejarahnya dan secara psikis, tak
henti-hentinya manusia mencoba mencari jawaban dari pertanyaan yang mereka ajukan sendiri,
siapakah hakekat Dia dibalik ala mini. Keyakinan akan adanya wahyu Allah berarti memberikan
pengakuan akan adanya campur tangan Tuhan bagi perjalanan sejarah manusia dalam bentuk
pengutusan para rasul-Nya. Dan apa yang terjadi setelah itu adalah, apakah manusia menerima
kedatangan rasul-Nya yang membawa wahyu ilahi secara ikhlas, ataukah mereka menolaknya.
Apakah manusia mau menerima wahyu Tuhan yang sebenarnya, ataukah mengingkarinya.

c. Fungsi Wahyu Al- Qur’an

Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umat
manusia, sudah barang tentu memiliki sekian banyak baik bagi Nabi Muhammad itu sendiri
maupun bagi kehidupan manusia secara keseluruhan. Diantara fungsi al-Qur’an adalah sebagai
berikut :
1) bukti kerasulan Muhammad dan kebenaran jalannya;
2) Petunjuk aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia, yang tersimpul dalam
keimanan akan keesaan Allah dan kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan;
3) petunjuk mengenai akhlak  yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma
keagamaan san susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara
individual dan kolektif;
4) petunjuk syariat dan hokum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hokum yang harus
diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesame manusia. Atau
dengan kata lain, al-Qur’an adalah petunjuk bagi seluruh manusia ke jalan yang harus
ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Lebih dari itu, fungsi al-Qur’an adalah sebagai hujjah umat manusia yang merupakan
sumber nilai objektif, universal dan abadi, karena ia diturunkan dari Dzat yang Maha Tinggi.
Kehujjah al-Qur’an dapat dibenarkan, karena ia merupakan sumber segala macam aturan tentang
hukum, sosial ekonomi, kebudayaan, pendidikan, moral dan sebagainya, yang harus dijadikan
pandangan hidup bagi seluruh umat manusia dalam memecahkan setiap persoalan. Demikian
juga al-Qur’an berfungsi sebagai hakim yang memberikan keputusan terakhir mengenai
perselisihan di kalangan para pemimpin, dan lain-lain. Sekaligus sebagai korektor yang
mengoreksi ide, kepercayaan, undang-undang yang salah dikalangan umat beragama. Oleh
karena itu al-Qur’an merupakan penguat bagi kebenaran kitab-kitab suci terdahulu yang
dianggap lebih positif. Fungsi itu berlaku karena isi kitab-kitab suci terdahulu terdapat perubahan
dan perombokan dari aslinya dari para pemeluknya, disamping itu juga sebagian isinya dianggap
kurang relevan dengan perubahan dan perkembangan zaman dan tempat.

d. Fungsi Al-Sunnah

Al-sunnah sebagai sumber kedua setelah al-Qur’an mempunyai fungsi-fungsi terhadap al-
Qur’an sebagai berikut :
1) As-Sunnah berfungsi menetapkan dan menguatkan hukum-hukum yang telah ditentukan al-
Qur’an, maka dalam hal ini kedua-duanya bersama-sama menjadi sumber hukum dari
permasalahan yang dikuatkan tersebut. Seperti Sunnah (hadist) perintah shalat, zakat,
larangan riba dan lain-lain.
2) As-Sunnah berfungsi memberikan penjelasan makna yang dikehendaki al-Qur’an,
menafsirkan dan merinci ayat-ayat al-Qur’an. Bentuk penjelasan, penafsiran dan perincian ini
meliputi 4 kategori :
a. Bayanul-mujmal, artinya memberi penjelasam terhadap ayat-ayat al-qur’an yang
bersifat global atau merincinya. Contohnya dapat dilihat pada as-sunnah yang
memberi kejelasan bagaimana cara shalat, cara manasik haji.
b. Taqyidul-mutlaq, artinya membatasi ayat-ayat al-Qur’an yang masih mutlak (belum
ada batasnya). Contohnya : sunnah yang menerangkan arti yad dalam ayat tentang
pencurian, yalni membatasi  tangan kanan dan hanya sampai pergelangan saja yang
harus dipotong.
c. Tahsisul-‘am, artinya penentuan khuss ayat-ayat al-Qur’an yang masih umum.
Misalnya ketentuan anak-anak dapat mempusakai orang tuanya dan keluarganya di
dalam al-Qur’an yang masih umum kemudian sunnah mengemukakan syarat tidak
berlainan agama dan tidak adanya tindakan pembunuhan.
d. Taudihul-musykil, artinya memberi penjelasan pada hal-hal yang rumit. Seperti kata
al-khaitul-abyad dalam al-Qur’an, kemudian sunnah menjelaskan kata tersebut
dengan bayadun-nahar (terangnya-siang).

3) As-Sunnah berfungsi menetapkan hukum atau aturan-aturan yang tidak didapati di dalam al-
qur’an (legislasi tanpa al-Qur’an). Didalam hal ini, aturan-aturan atau hukum-
hukumnyahanya berasaskan pada as-Sunnah semata. Seperti sunnah yang berisi tentang
keharaman memadu seorang wanita bersama-sama dengan bibinya. Keharaman mengawini
wanita yang sepersusuan, dan lain-lain.

3. Penjelasan Doktrin-Doktrin Sentral Dalam Islam


a. Allah
Doktrin sentral agama islam berkaitan dengan konsep tentang tuhan yang ditinjau dari
Diri-Nya sendiri, juga nama nama dan Sifat sifat-Nya.Doktrin yang integral tentang sifat
ketuhanan, sekaligus yang absolut,yang azali, dan yang maha baik yang berada pada jantung
ajaran islam. Realitas tertinggi, atau Allah (demikianlah, dia sudah sepatutnya di panggil, adalah
kata dari bahasa Arab untuk menunjukkan Tuhan yang di pakai oleh penganut Arab Kristen,
penganut Yahudi yang terarahkan, juga kaum muslim), yang sekaligus sebagai Tuhan, realitas
supra personal atau Tuhan tertinggi. Allah bukanlah wujud yang murni melainkan bukan hanya
sekedar wujud, sehingga tidak ada deskripsi yang dapat menyifati-Nya, yang justru tidak dapat
mengelakkan pereduksian sifat-nya yang azali dan Esensi-Nya yang absolute, karena Dia
mengatasi segala pembatasan dan definisi. Itulah alasan yang menjadikan syahadat,la ilaha
illa’Llah (“tidak ada tuhan selain allah”),yang memuat dokrtin islam yang sempurna tentang sifat
tuhan, bermula denga awalan la, untuk menegaskan segala sesuatu berupa esensi ketuhanan atau
tuhan, pada-nya diri dan realitas-nya yang maha tinggi. Adalah dengan hanya membatasi itu
melalui penegasan yang pasti. Sebagaimana dalam salah satu ayat al-Qur’an “tidak ada satupun ,
yang dapat mnyerupai-Nya.”(Q.s.42:2). Allah adalah yang absolut, yang maha, Esa yang
sepenuhnya transenden dan mengatasi semua batas – batas dan pembatasan, dari setiap konsep
dan ide.

Di sisi lain , Dia juga yang iman, karena, menurut al-Qur’an “dia adalah yang pertama
dan yang terakhir , juga yang lahir dan yang batin , dia juga maha mengetahui segala
sesuatu”(Q.s57:3). Tuhan adalah yang pertama (al-awwal) karena Dia adalah asal-usul, aifa dari
segala sesuatu. Dia adalah yang terahir (al-akhir), kerena kepada-nya segala sesuatu, bukan
hanya jiwa manusia, melainkan seluruh kosmos akan kembali. Dia adalah yang lahir (azh-
zhahir). Karena manifestasi yang tampak dasarnya adalah tidak lebih tifani dari nama dan sifat-
Nya dalam substansi “ketiadaan”, dan seluruh yang ada hakikatnya adalah bias dari wujud-
Nya .bahkan pada sisi lain, Dia juga yang bathin (al-bathin), karena Dia adalah iman dalam
segala sesuatu, hanya ahli hikmah yang mampu memahami dan mengetahui dengan
pengertian sepenuhnya bahwa Allah adalah Imanen. Sebagaimana Allah transenden bersifat
Iman dan memahami sepenuhnya ayat “ kemana saja kalian berpaling , disanalah wajah
allah.”(Q.s.2:115). Lebih jauh lagi, ahli hikmah dapat mencapai pada pemahaman seperti ini
hanya dengan hikmah, oleh baik seorang laki laki maupun perempuan, dengan menyadari dan
menerima penerangan sepenuhnya akan transendasi Ilahi (ta’la), karena kekuatan yang
adikodrati akan menampakkan diri-nya sendirinya dalam wujud iman hanya melalui pencapaian
diketahui dan dialami untuk pertama kali yang transenden.

Allah memiliki Esansi (Dzat) yang mengatasi dan melampaui seluruh kata gori dan
definisi, seperti warna gelap yang pekad karena intensitas sinarnya sehingga tidak diketahui,
Berupa radiasi sinar gelombang sinar ultraviolet sebaimana pernah di ungkapkan oleh sebagian
sufi, meskipun mengatasi dan melampaui penggambaran tentang semua duolitas dan gender,
Esensi Tuhan terkadang digambarkan melalui format gender fiminin.dari sisi sifat keazalian-nya,
dalam konteks pembahasan tentang metafisika, terkadang prinsip -prinsip sifat feminitas yang
ultima, melekat dan menembus pada aspek ketuhanan sebagai pencipta sedangkan dari aspek
keobselutan-nya mengandung prinsip-prinsip sifa maskulinitas diri-nya sendiri.

Sebagian ulama’ mengklasifikasi dengan sifat- sifatnya dikatakan bahwa allah


mempunyai beberapa sifat yang wajib bagi Allah, dan beberapa sifat mustahil baginya, yang
keteranganya banyak dijelaskan dalam kitab- kitab tauhid.
i. Kemustahilan menemukan dzat Allah
  Allah adalah Maha Esa, baik dalam dzat, sifat, maupun perbuatan. Esa dalam dzat
artinya Allah itu tidak tersusun dari beberapa bagian yang terpotong-potong dan diapun tidak
sekutu. Esa dalam sifat berarti bahwa tak seorangpun yang memiliki sifat-sifat seperti yang
dimiliki oleh Allah. Dan esa dalam perbuatan (af’al) ialah bahwa tidak ada seorangpun yang
mampu mengerjakan sesuatu yang menyerupai perbuatan Allah.

Allah dengan sifat Rahman dan Rahim nya telah membekali manusia dengan akal dan
pikiran untuk digunakan dalam menjalankan kehidupannya. Akal pikiran itu merupakan cirri
keistimewaan manusia, sekaligus factor pembeda antara manusia dan mahluk lainnya. Manusia
dapat mencapai taraf kehidupan yang mulia melallui akal pikirannya; Sbaliknya, manusiapun
dapat terpuruk ke kehidupan yang hina melalui akalnya.  Akal, sekalipun telah dipergunakan
dengan sungguh-sungguh keberadaannya tetap dalam ruang lingkup yang terbatas. Artinya, ada
sejumlah persoalan yang tidak dapat diselesaikam oleh akal. Salah satu persoalan yang tidak
diselesaikan oleh akal ialah dzat Allah.  Dalam Al-qur’an, Allah berfirman, “Allah tidak dapat
dicapai oleh penglihatan mata, sedang dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dia-lah yang
maha halus lagi maha mengetahui.” (Q.S. Al-An’am[6]:103).[5]

ii. Argumen Keberadaan Allah SWT

Ada tiga teori yang menerangkan asal kejadian alam semesta yang mendukung
keberadaan Allah. Pertama, paham yang mengatakan alam semesta ini ada dari yang tidak ada
(creatio ex-nihilo). Kedua, paham yang mengatakn alam semesta ini berasal dari sel (jauhar)
yang merupakan inti. Ketiga, paham yang mengatakan alam semesta itu ada yang menciptakan.

Al-Farabi dengan teori pancarannya mengatakan alam semesta ini adalah hasil pancaran
wujud kesebelas atau akal kesepuluh. Akal pertama adalah sebab pertama, yang merupakan
wujud pertama yang melahirkan wujud berikutnya. Wujud pertama adalah Allah.

Ibnu Sina membangun sebuah teori yang disebut teori wujud yang dibangun dalam upaya
membuktikan eksistensi tuhan. Teori ini sifat wujud lebih penting dari sifat-sifat lainnya,
meskipun sifat esensi sendiri. Wujud menjadikan esensi yang berada didalam akal mempunyai
kenyataan diluar akal.

Teori kedua mengatakan alam semesta berasal dari sel, melihat sebagai teori yang lebih
sesak daripada teori pertama. Menurutnya sel tidak mungkin mampu menyusun dan memberinya
sesuatu pada struktur alam semesta umpamanya, aspek gender dan tatat surya.Teori ketiga
mengatakan alam semesta ada yang menciptakan adalah teori yang bersesuain dengan pemikiran
akal yang sehat. Masalah yang kemudian muncul teori ketiga ialah : siapakah yang menciptakan
alam semesta ini ?. menurut doktrin Islam, yang hal inipun menjadi aqidah dan keyakinan umat
Islam bahwa alam semesta ini adalah Allah, jawaban itu membawa pengertian bahwa Allah itu
ada. Dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang menjelasakan bahwa Allah itu ada. Ayat
yang menjelaskan pernyataan tersebut adalah Q.S. Al-Zumar ayat 62-63 :“ Allah menciptakan
segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. Kepunyaannya ialah langit dan bumi. Dan
orang-orang yang kafir terhadap ayat Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi “.
Iman kepada Allah adalah doktrin utama dalam Islam yang tidak dapat ditawar lagi.ia
adalah dimensi ta’abudi yang terkait dengan petunjuk dan pertolongan Allah atas hambanya.

b. Rasul dan Wahyu


Islam menegaskan bahwa setelah doktrin berkaitan dengan sifat tuhan (at-Tauhaid),
doktrin yang menempati urutan paling penting yang menyusulnya adalah doktrin yang
kenanabian (an-nubuwwah), menerut pemahaman Islam, tuhan telah menjadikan nubuwah
sebagaio realitassetral dalam perjalanan sejarah umat manusia ;lingkaran kenabian dimulai sejak
nabi adam a.s.dan ditutup dewngan turunnya wahwun al-quran. Disebutkan terdapat kurang lebih
124.000 nabi yang diutus kepada setiap bangsa dan kelompok maysarakat, dan tuhan tidak akan
meninggalkan sesuatu kelompok umat manusia tanpa kehadiran wahyu , seperti yang secara
tegas dijelaskan dalam al-quran tentu saja ,kepada seyiap suku bangsa terdapat utusan .
(q.s.10:48).

Seorang utusan tuhan telah dipilih oleh allah dan hanya oleh diri –nYa sediri . Klasifikasi
utusan-utusan tuhan (al-Anbiya’ ) terdiri dari mereka yang membawa kabar tertentu dari tuhan,
disebut dengan nabi, dan mereka yang menjadi utusan disebut dengan rasul pembawa misi ajaran
yang besar dan kelompok lain, mereka yang memiliki sikap teguh, didalam bahasa arab disebut
ulul-‘azhmi , yakni nabi –nabi: Musa, Isa Al-Masih, dan nabi pembawa ajaran islam, yang
mengakkan agama yang baru. Pada setiap kasus , nabi menerima ajarannya dari tuhan, sabda-
sabda dan perbuatannya buka dari sifatnya yang genius atau sumber –sumber yang didapat dari
latar belakang historis. Nabi tidak berhutang budi dan mendapatkanya semua dari siapapun
kecuali allah dia membawa suatu ajaran yang mempunyai kesegaran dan semerbak keharunan
yang benar-benar asli karena ajarannya berasal dari asal yang satu, suatu misi yang dalam kasus
ini ia menjadi penerima pasif.

Diantara tugas yang diemban oleh para rasul adalah pertama, mengajarkan tauhid dengan
segala sifat-sifatnya; kedua, mengajak manusia agar hanya menyembah dan meminta
pertolongan kepada Allah; Ketiga, mengajarkan kepada manusia agar memiliki moral atau ahlak
yang mulia; Keempat, mengajarkan kepada manusia norma-norma kehidupan agar selamat  di
dunia dan di akhirat; Kelima, mengajak manusia agar bersemangat dalam bekerja dan berusaha
serta menjauhkan sifat-sifat malas sehingga terjadi keseimbangan antara kehidupan dunia dan
akhirat; Keenam, mengajak manusia agar tidak mengikuti hawa nafsu dan Ketujuh,
menyampaikan berita-berita yang bersifat ghoib seperti malaikat, surga dan neraka, alam kubur,
dan alam akhirat.

Dalam rangka menyampaikan tugas risalahnya, para rasul dilengkapi dengan berbagai
bekal keutamaan seperti kitab, mukjijat, dan sifat-sifat kemuliaan. Adapun sifat-sifat yang
diberikan Allah kepada rasul adalah sebagai berikut:
i. Sidiq, artinya jujur dan benar dan terhindar dari sifat dusta atau bohong.
ii.   Amanah, artinya dapat dipercaya dan terhindar dari sifat khianat
iii. Tablig, artinya menyampaikan dan terhindar dari sifat al-kitman atau
menyembunyikan sesuatu
iv.   Fathanah, artinya bijaksana dan brilliant serta terhindar dari sifat al-jahl atau bodoh

c. Manusia
Islam memandang manusia baik laki-laki maupun perempuan,dari segi dirinya sendiri
sebagai makhluk yang berdiri dihadapan tuhanNya,baik sebagai hambanya maupun sebagai
khalifah di muka bumi ini.

Allah menciptakan manusia pertama kali dari tanah liat (nabi adam) dan menghembuskan
ruh kepadanya setelah itu allah mengajarkan semua nama-nama benda padanya dan
memerintahkan kepada seluruh makhluk allah agar bersujud padanya, merekan bersujud kecuali
iblis yang tidak mau bersujud pada adam, yang akhirnya iblis dilaknat oleh allah dan menjadi
musuh para hamba allah hingga hari kiamat nanti. Islam juga memandang hakikat manusia
dalam realitasnya yang permanin,manusia juga sebagai makhluk seperti yang kita ketahui sampai
pada saat ini,tidak berasal dari proses evolusi dari makhluk yang lebih rendah. Manusia juga
diciptakan dengan dua jenis,yaitu laki-laki dan perempuan,masing - masing telah diberi aturan
oleh islam dan akan diberi putusan sesuai dengan amalnya di akhirat nanti.

d. Alam Semesta
Alam semesta yang juga dikatakan alam kosmos, jagat raya, alam universal, adalah
ciptaan allah yang diciptakan sebagai tempat para mahluk allah yang lain. Tanah,air hewan,
pepohonan merupakan pemberian allah yang harus kita jaga.

Semua ciptaan allah pasti memiliki manfaat tersendiri, entah manfaat yang sudah
diketahui maupu manfaat yang belum diketahui, waktu - waktu shalat wajib yang dilakukan lima
kali sehari ditentukan sesuai gerakan spesifik matahari, sebagaimana pula menunjukkan waktu
permulaan dan berakhirnya puasa.

e. Eskatologi
Banyak dari ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Hadist Nabi membahas subyek yang berkaitan
dengan persoalan-persoalan eskatologis, atau hari akhir, dari seluruh realitas , baik makrokosmik
maupun mikrokosmik. Islam menyakini bahwa pada saat kematian, individu-individu memasuki
suatu keadaan yang nantinya menjadi pembuktian kebenaran dari pokok – pokok keimanan
mereka, dari hasil perbuatan mereka dalam kehidupan, meskipun keyataannya akan selalu
bergantung pada dimensi kasih Ilahi yang tidak terhingga. Al-Qur’an dan Hadits memberikan
deskripsi dengan jelas tentang surga dan neraka.

Islam juga memiliki ajaran yang detail tentang peristiwa – peristiwa eskatologis pada
dunia makrokosmik. Menurut Islam sejarah umat manusia dan kosmik mempunyai akhir, sebagai
mana juga mereka memiliki awal. Akhir dari sejarah manusia akan ditandai dengan saat
kedatangan figure yang diberi gelar al-Mahdi yang akan menghapus penindasan, mengalahkan
para musuh agama, dan mengembalikan rasa kedamaian dan keadilan di bumi.

Setelah periode yang hanya tuhan sendiri dengan pasti mengetahuinya, bersamaan dengan
kedatangan kedua Isa Almasih ke Jerusalem, yang akan membawa sejarah umat manusia untuk
menjelang dan menghadapi kedatangan hari pengadilan. Isa Almasih mempunyai peran sentral
dalam eskatologi ajaran islam, namun dia bukanlah krestus dalam pengertian ajaran kristiani
yang menjadi bagian dari trinitas, melainkan sebagai figure agung dan mata rantai genealogi
nabi-nabi yang menganut ajaran Ibbrahimiah a.s. yang menegaskan keesaan Allah.

Anda mungkin juga menyukai