Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN


PENGELIHATAN (GLAUKOMA)

Disusun oleh: kelompok III

1. Elsa rahmadi januastuti


2. Erwan hadi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

MATARAM

TA. 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur terucap hanya pada Allah SWT yang Maha Esa atas Ridhanya, akhirnya
saya dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang asuhan keperawatan glukoma.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarga dan sahabatnya, serta seluruh umat yang senantiasa taat dalam
menjalankan syariatnya.

Saya mengucapkan terima kasih yang tiada tara kepada seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak. Bila
dalam penyampaian makalah ini ditemukan hal-hal yang tidak berkenan bagi pembaca, dengan
segala kerendahan hati saya mohon maaf yang setulusnya.

Kritik dan saran dari pembaca sebagai koreksi sangat saya harapkan untuk perbaikan
makalah ini kedepan. Semoga taufik, hidayah dan rahmat senantiasa menyertai kita semua
menuju terciptanya keridhaan Allah SWT.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Rumusan masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi glukoma
B. Klasifikasi glukoma
C. Etiologi
D. Patofisiologi
E. Pathway
F. Menifestasi klinis
G. Pemeriksaan penunjang
H. Penatalaksanaan

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
B. Diagnose keperawatan
C. Intervensi
D. Evaluasi

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR FUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan
manusia. Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik
merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan sempitnya lapangan
kerja, hanya orang-orang yang sempurna dengan segala indranya saja yang mendapat
kesempatan kerja termasuk matanya.mata merupakan anggota badan yang sangat peka.
Trauma seperti debu sekecil apapun yang masuk kedalam mata, sudah cukup untuk
menimbulkangangguan yang hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat menimbulkan
penyakit yang sangat gawat.

Salah satu penyakitnya yaitu glaukoma. Glaukoma adalah penyebab kebutaan


kedua terbesar di dunia setelah katarak. Diperkirakan 66 juta penduduk dunia sampai
tahun 2010 akan menderita gangguan penglihatan karena glaukoma. Kebutaan karena
glaukoma tidak bisa disembuhkan, tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat
dikendalikan.

Glaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena sering berkembang tanpa


gejala yang nyata. Penderita glaukoma sering tidak menyadari adanya gangguan
penglihatan sampai terjadi kerusakan penglihatan yang sudah lanjut. Diperkirakan 50%
penderita glaukoma tidak menyadari mereka menderita penyakit tersebut. Karena
kerusakan yang disebabkan oleh glaukoma tidak dapat diperbaiki, maka deteksi, diagnosa
dan penanganan harus dilakukan sedini mungkin.

B. Rumusan masalah
1. Untuk mengetahui definisi dari glaukoma.
2. Untuk mengetahui klasifikasi glaukoma.
3. Untuk mengetahui etiologi glaukoma.
4. Untuk mengetahui patofisiologi glaukoma.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis glaukoma.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan medis glaukoma.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan glaukoma.
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan glaukoma.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi glukoma

Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma adalah
sekelompok gangguan gangguan yangbmelibatkan beberapa perubahan atau gejala
patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan segala
akibatnya. (Indriana dan N Istiqomah; 2004).

Glaukoma adaah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan


tekanan intraokuler, penggaungan, dan degenerasi saraf oftik serta defak lapang pandang
yang khas. (Tamsuri A; 2010)

Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan


intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan pupil
syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan
penurunan tajam pengelihatan. (Martinelli; 1991 dan Sunaryo Joko Waluyo; 2009)

Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata


meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan
fungsi penglihatan (Dwindra M; 2009)
B. Klasifikasi glukoma

1. Glaukoma primer

Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu


timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit
pada kedua mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM
Arteri osklerosis, pemakaian kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan
progresif dan lain-lain dan berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Glaukoma sudut terbuka

Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-


95%), yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan
berkembang disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu
terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan
degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan.
Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada,
kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal.
Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.

b. Glaukoma sudut tertutup

Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena


ruang anterior secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke depan,
menempel ke jaringan trabekuler dan menghambat humor aqueos mengalir ke
saluran schlemm. Pargerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan
vitreus, penambahan cairan diruang posterior atau lensa yang mengeras karena
usia tua. Gejalah yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya
TIO, dapat nyeri mata yang berat, penglihatan kabur. Penempelan iris
memyebabkan dilatasi pupil, tidak segera ditangni akan terjadi kebutaan dan
nyeri yang hebat.

2. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang
menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam mata.
Kondisi ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang terlibat dalam
sirkulasi dan atau reabsorbsi akueos humor. Gangguan ini terjadi akibat:

a. Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada katarak


b. Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari jaringan uvea

c. Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris

3. Glaukoma kongenital

Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah


kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata
tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan
menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair, berkabut dan peka
terhadap cahaya. Glaukoma Kongenital merupakan perkembangan abnormal dari
sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang (0,05%)
manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia
blepharospme.

C. Etiologi

Penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli adalah perubahan anatomi


sebagai bentuk gangguan mata atau sistemik lainnya, trauma mata, dan predisposisi
faktor genetik. Glaukoma sering muncul sebagai manifestasi penyakit atau proses
patologik dari sistem tubuh lainnya. Adapun faktor resiko timbulnya glaukoma antara
lain riwayat glauakoma pada keluarga, diabetes melitus dan pada orang kulit hitam.

D. Patofisiologi
Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor aqueus
oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humor aquelus
melalui sudut bilik mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan
keadaan tekanan episklera. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20
mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan
tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara
fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan terhambatannya aliran darah
menuju serabut saraf optik dan ke retina. Iskemia ini akan menimbulkan kerusakan fungsi
secara bertahap. Apabila terjadi peningkatan tekanan intraokular, akan timbul
penggaungan dan degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor :

1. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut saraf
pada papil saraf optik.

2. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil
saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi penggaungan
pada papil saraf optik.

3. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.

4. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf
optik. (Tamsuri M, 2010 : 72-73).
E. Pathway

Usia ≥ 40 tahun, DM, kortikosteroid jangka


panjang, miopia, trauma mata.

Obtruksi jaringan Peningkatan tekanan


trabekuler vitreus

Hambatan pengaliran Pergerakan iris ke


cairan humor aqueous depan

TIO meningkat Glaukoma TIO meningkat

Nyeri

Gangguan saraf optik Tindakan operasi

Perubahan pengelihatan Kurang pengetahuan


perifer

Anxietas
Gangguan persepsi
sensori: pengelihatan

Kebutaan Risiko jatuh


F. Menifestasi klinis

1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).


2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
3. Mual, muntah, berkeringat.
4. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
5. Visus menurun.
6. Edema kornea.
7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
8. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
9. TIO meningkat.(Tamsuri A, 2010 : 74-75)

G. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan tajam pengelihatan.

a. Tonometri

Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal empat


cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :

1) Palpasi atau digital dengan jari telunjuk


2) Indentasi dengan tonometer schiotz
3) Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann

4) Nonkontak pneumotonometri

Tonomerti Palpasi atau Digital

Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat,
sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat digunakan dalam
keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah dengan dua jari telunjuk
diletakan diatas bola mata sambil pendertia disuruh melihat kebawah. Mata tidak
boleh ditutup, sebab menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak mata yang
keras pindah ke depan bola mata, hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan
ini selalu memberi kesan perasaan keras. Dilakukan dengan palpasi : dimana satu
jari menahan, jari lainnya menekan secara bergantian. Tinggi rendahnya tekanan
dicatat sebagai berikut :

 N : normal
 N+1 : agak tinggi
 N+2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
 N–1 : lebih rendah dari normal

 N–2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya

b. Gonioskopi

Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan
dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi
diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.

c. Oftalmoskopi

Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan


papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik. Papil
saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf optik dan lebarnya ekskavasi.
Apakah suatu pengobatan berhasil atau tidak dapat dilihat dari ekskavasi yang
luasnya tetap atau terus melebar.

2. Pemeriksaan lapang pandang

a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih
lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan ditemukan di
daerah tepi, yang kemudian meluas ke tengah.

b. Pemeriksaan lapang pandang sentral: mempergunakan tabir Bjerrum, yang


meliputi daerah luas 30 derajat. Kerusakan – kerusakan dini lapang pandang
ditemukan para sentral yang dinamakan skotoma Bjerrum.(Sidarta Ilyas, 2002:
242-248).
H. Penatalaksanaan

Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan TIO, membuka sudut


yang tertutup (pada glaukoma sudut tertutup), melakukan tindakan suportif (mengurangi
nyeri, mual, muntah, serta mengurangi radang), mencegah adanya sudut tertutup ulang
serta mencegah gangguan pada mata yang baik (sebelahnya).

Upaya menurunkan TIO dilakukan dengan memberikan cairan hiperosmotik


seperti gliserin per oral atau dengan menggunakan manitol 20% intravena. Humor aqueus
ditekan dengan memberikan karbonik anhidrase seperti acetazolamide (Acetazolam,
Diamox). Dorzolamide (TruShop), methazolamide (Nepthazane). Penurunan humor
aqueus dapat juga dilakukan dengan memberikan agens penyekat beta adrenergik seperti
latanoprost (Xalatan), timolol (Timopic), atau levobunolol (Begatan).

Untuk melancarakan aliran humor aqueus, dilakukan konstriksi pupil dengan


miotikum seperti pilocarpine hydrochloride 2-4% setiap 3-6 jam. Miotikum ini
menyebabkan pandangan kabur setelah 1-2 jam penggunaan. Pemberian miotikum
dilakukan apabila telah terdapat tanda-tanda penurunan TIO.

Penanganan nyeri, mual, muntah, dan peradangan dilakukan dengan memberikan


analgesik seperti pethidine (Demerol), anti muntah atau kostikosteroid untuk reaksi
radang.

Jika tindakan di atas tidak berhasil, lakukan operasi untuk membuka saluran
schlemm sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat keluar dengan mudah. Tindakan
pembedahan dapat dilakukan seperti trabekulektomi dan laser trabekuloplasti. Bila
tindakan ini gagal, dapat dilakukan siklokrioterapi (Pemasanag selaput beku).

Penatalaksanaan keperawatan lebih menekankan pada pendidikan kesehatan


terhadap penderita dan keluarganya karena 90% dari penyakit glaukoma merupakan
penyakit kronis dengan hasil pengobatan yang tidak permanen. Kegagalan dalam
pengobatan untuk mengontrol glaukoma dan adanya pengabaian untuk mempertahankan
pengobatan dapat menyebabkan kehilangan pengelihatan progresif dan mengakibatkan
kebutaan.

Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran tentang penyakit


ini serta penatalaksanaannya, efek pengobatan, dan tujuan akhir pengobatan itu.
Pendidikan kesehatan yang diberikan harus menekan bahwa pengobatan bukan untuk
mengembalikan fungsi pengelihatan, tetapi hanya mempertahankan fungsi pengelihatan
yang masi ada.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Pengkajian

1. Identitas

a. Nama
b. Alamat
c. Jenis kelamin
d. Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun.
e. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5 kali
dari kulit putih (dewit, 1998).

f. Pekerjan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama: Pasien biasanya mengeluh berkurangnya lapang pandang dan


mata menjadi kabur.
b. Riwayat kesehatan sekarang: Pasien mengatakan matanya kabur dan sering
menabrak, gangguan saat membaca
c. Riwayat kesehatan dahulu: kaji adanya masalah mata sebelumnya atau pada
saat itu, riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang
akhirnya dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma), riwayat trauma
(terutama yang mengenai mata), penyakit lain yang sedang diderita (DM,
Arterioscierosis, Miopia tinggi).

d. Riwayat kesehatan keluarga: kaji apakah ada kelurga yang menglami


penyakit glaucoma sudut terbuka primer.

3. Psikososisl: kaji kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatu,


berkendaraan.
4. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk


mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi
lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera anterior
dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.

b. Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang cepat
menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.

c. Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata,


sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi
terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang
mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.

d. Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angle
didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure ≥ 30
mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada
glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia
(perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup.
Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang
pada waktu TIO normal sudutnya sempit. (Indriana N dan Istiqomah; 2004)

B. Diagnose

1. Nyeri b.d peningkatan tekanan intraokuler (TIO). (Indriana N. Dan Istiqomah;


2004).

2. Gangguan persepsi sensori: pengelihatan b.d ganguan penerimaan, gangguan


status organ indra. (Doenges, Marilynn E; 1999).

3. Ansietas b.d faktor fisiologis, perubahan status kesehatan; adanya nyeri;


kemungkinan/kenyataan kehilangan pengelihatan. (Doenges, Marilynn E; 1999).
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang
terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi informasi.

C. Intervensi

No. Tujuan Intervensi Rasional


DX

1. Tujuan: Setelah diberikan Mandiri - Tekanan pada mata


tindakan keperawatan meningkatkan jika tubuh
- Pertahankan tirah baring
diharapkan nyeri dapat datar dan manuver
ketat pada posisi semi-
berkurang atau valsalva diaktifkan
Fowler dan cegah tindakan
terkontrol. seperti pada aktivitas
yang dapat meningkatkan
tersebut.
Kriteria hasil: TIO (batuk, bersin,
— Stres dan sinar akan
 Klien dapat mengejan)
meningkatkan TIO yang
mengidentifikasi - Berikan lingkungan gelap
dapat mencetuskan nyeri.
penyebab nyeri. dan tenang.
— Mengidentifikasi
 Klien dapat mengetahui — Obsevasi tekanan darah,
kemajuan atau
faktor-faktor yang nadi dan pernapasan tiap
penyimpanan dari hasil
dapat meningkatkan 24 jam jika klientidak
yang diharapkan.
nyeri. menerimah agens osmotik
— Mengidentifikasi
 Klien mampu secara intravena dan tiap 2
kemajuan atau
melakukan tindakan jam jika klien menerimah
penyimpangan dari hasil
untuk mengurangi agens osmotik intravena.
yang diharapkan.
nyeri. — Observai derajat nyeri mata
— Mengidentifikasi
tiap 20 menit selama fase
kemajuan atau
akut.
penyimpangan dari hasil
— Observasi ketajaman
yang diharapkan.
pengelihatan setiap waktu
sebelum penetesan obat
mata yang diresepkan.
Koaborasi
— Berikan obat mata yang — Agens osmotik intravena
diresepkan untuk glaukoma akan menurunkan TIO
dan beri tau dokter jika dengan cepat. Agens
terjadi hipotensi, haluaran osmitik bersifat
urin <24 ml/jam, nyeri hiperosmolor dan dapat
pada mata tidak hilang menyebabkan dehidrasi;
dalam waktu 30 menit manitol dapat
setelah terapi obat, tajam mencetuskan
pengelihatan turun terus hiperglikemis pada
menerus. pasien DM, tetes mata
— Berikan analgesik narkotik miotik memperlancar
yang diresepkan jika klien drainase akuos humor
mengalami nyeri hebat dan dan menurunkan
evaluasi keefektifannya. produksinya. Pengobatan
TIO adalah esensial
untuk memperbaiki
pengelihatan.
— Mengontrol nyeri. Nyeri
berat akan mencetuskan
manuver valsalva dan
meningkatkan TIO.
2. Tujuan: setelah diberikan Mandiri
tindakan keperawatan — Pastikan derajat/tipe — Sementara intervensi dini
diharapkan gangguan kehilangan penglihatan. mencegah kebutaan,
pengelihatan dapat — Dorong mengekspresikan pasien menghadapi
berkurang dan perasaan tentang kemungkinan/mengalami
penggunaan kehilangan/ kemungkinan pengalaman kehilangan
pengelihatan yang kehilangan penglihatan. penglihatan sebagian atau
secara optimal. — Tunjukkan pemberian tetes total. Meskipun
mata, contoh menghitung kehilangan pengelihatan
Kriteria hasil:
tetesan, menikuti jadwal, telah terjadi tak dapat
Pasien akan tidak salah dosis. diperbaiki (meskipun
mempertahankan lapang — Lakukan tindakan untuk dengan pengobatan)
ketajaman penglihatan membantu pasien yang kehilangan lanjut dapat
tanpa kehilangan lebih mengalami keterbatasan dicegah.
lanjut. penglihatan, contoh, — Mempengaruhi harapan
kurangi kekacauan,atur masa depan pasien dan
perabot, ingatkan memutar pilihan intervensi.
kepala ke subjek yang — Mengontrol TIO,
terlihat; perbaiki sinar mencegah kehilangan
suram dan masalah penglihatan lanjut.
penglihatan malam. — Menurunkan bahaya
keamanan sehubungan
dengan perubahan lapang
Kolaborasi pandang atau kehilangan
Kronis, sederhana, tipe sudut penglihatan dan
terbuka: akomodasi pupil thd
— Pilokarpin hidroklorida sinar lingkungan.
(Isoptocarpine, OcuserPilo,
pilopine HS Gel). — Obat miotik topikal ini
— Timolol maleat (Timoptic), menyebabkan konstriksi
betaksalol (Betopic). pupil, memudahkan
— Asetazolamid (diamox). keluarnya aqueus humor.
Tipe sudut sempit: — Menurunkan
— Miotik (sampai pupil pembentukan aqueus
dikonstriksikan). humor tampa mengubah
— Inhibitor karbonik ukuran pupil,
anhidrase, contoh pengelihatan, atau
asetazolamid (diamox) akomodasi.
— Dipivefrin hidroklorida — Menurunkan laju
(propine). produksi aqueus humor
— Agen hiperosmotik contoh — Membuat kontraksi otot
mannitol (osmitrol), sfingter iris,
gliserin. mendalamkan bilik
Berikan sedasi, analgesik anterior, dan mendilatasi
sesuai kebutuhan. pembulu keluar traktus
selama serangan
akut/sebelum
pembedahan.
— Menurunkan sekresi
aqueus humor dan
menurunkan TIO.
— Mungkin
menguntungkan bila
pasien tidak berespon
terhadap obata lain.
Bebas efek samping
seperti miosis,
pengelihatan kabur, dan
kebutaan malam.
— Digunakan untuk
menurunkan sirkulasi
volume cairan, dimana
akan menurunkan
produksi aqueus humor
bila pengobatan lain
belum berhasil.
Serangan akut glaukoma
berhubungan dengan nyeri
tiba-tiba, yang dapat
mencetus ansietas/agitasi.

3. Tujuan: setelah diberikan Mandiri


tindakan keperawatan — Kaji tingkat ansitas, derajat — Faktor ini mempengaruhi
diharapkan cemas dapat pengalaman nyeri/timbul persepsi pasien terhadap
berkurang dan hilang. nya gejala tiba-tiba dan ancaman diri, potensial
pengetahuan kondisi saat siklus insietas, dan dapat
Kriteria hasil:
ini mempengaruhi upaya
 Pasien tampak — Berikan informasi yang medik untuk mengontrol
rileks dan akurat dan jujur. TIO.
melaporkan ansitas Diskusikan kemungkinan — Menurunkan ansiets
menurun sampai bahwa pengawasan dan sehubungan dengan
tingkat dapat pengobatan dapat ketidak tahuan / harapan
diatasi. mencegah kehilanagan yang akan datang dan
pengeligatan tambahan. memberikan dasar fakta
 Pasien
— Dorong pasien untuk untuk membuat pilihan
menunjukkan
mengakui masalah dan info tentang pengobatan.
ketrampilan
mengekspresikan perasaan — Memberi kesempatan
pemecahan masalah
— Identifikasi sumber/orang pasien menerima situasi
 Pasien yang menolong nyata, mengklarifikasi
menggunakan salah konsepsi dan
sumber secara pemecahan masalah.
efektif. — Memberikan keyakinan
bahwa pasien tidak
sendiri dalam
menghadapi masalah

4. Tujuan: setelah diberikan Mandiri — Vital untuk memberikan


tindakan keperawatan — Diskusikan perlunya informasi pada perawat
diharapkan Klien menggunakan identifikasi, pada kasus darurat untuk
mengetahui tentang contoh gelang Waspada- menurunkan resiko
kondisi, prognosis dan medik. menerima obat yang
pengobatannya — Tunjukkan tehnik yang dikontradikasikan
benar pemberian tetes (contoh ; atropin).
Kriteria hasil:
mata. Izinkan pasien — Meningkatkan
 Pasien menyatakan mengulang tindakan. keefektifan pengobatan.
pemahaman kondisi, — Kaji pentingnya Memberikan kesempatan
prognosis, dan mempertahankan jadwal pasien menunjukan
pengobatan. obat, contoh tetes mata. kompetensi dan
Diskusikan obat yang harus menanyakan pertanyaan.
 Mengidentifikasi
dihindari, contoh midriatik, — Penyakit ini dapat di
hubungan antar
kelebihan pemakaian control dan
gejala/tanda dengan
steroid topikal. mempertahankan
proses penyakit
Identifikasi efek konsistensi program obat
Melakukan prosedur samping/reaksi merugikan dari adalah control vital.
dengan benar dan pengobatan (penurunan nafsu Beberapa obat
menjelaskan alasan makan, mual/muntah, menyebabkan dilatasi
tindakan. kelemahan, jantung tak teratur, pupil, peningkatan TIO
dll). dan potensial kehilangan
penglihatan tambahan.
— Dorong pasien membuat
— Efek samping obat dapat
perubahan yang perlu
mempengaruhi rentang
untuk pola hidup.
dari ketidak nyamanan
— Dorong menghindari
sampai ancaman
aktivitas,seperti
kesehatan berat. Kurang
mengangkat
lebih 50% pasien akan
berat/mendorong,
mengalami
menggunakan baju ketat
sesitifitas/alergi terhadap
dan sempit.
obat parasimpatis (contoh
— Diskusikan pertimbangan
pilokarpin) atau obat
diet, cairan adekuat dan
antikolinesterase.
makanan berserat.
Masalah ini memerlukan
— Tekankan pentingnya
evaluasi medik dan
pemeriksaan rutin
kemungkinan perubahan
— Nasehatkan pasien untuk
program terapi.
melaporkan dengan cepat
— Pola hidup tenang
nyeri mata hebat,
inflamasi, peningkatan menurunkan respon
fotofobia, peningkatan emosi terhadap stres,
lakrimasi, perubahan mencegah perubahan
lapang pandang, okuler yang mendorong
pengelihatan kabur, kilatan iris kedepan, yang dapat
sisnr di tengah lapang mencetuskan serangan
pandang. akut.
— Anjurkan anggota keluarga — Dapat meningkatkan TIO
memeriksa secara teratur yang mencetuskan
tanda glaukoma. serangan akut. Catatan:
bila pasien tidak
mengalami nyeri.
— Mempertahankan
konsistensi feses untuk
menghindari konstipasi
— Untuk mengawasi
kemajuan penyakit dan
memungkinkan
intervensi dini dan
mencegah kehilangan
penglihatan lanjut.
— Upayah tindakan perlu
untuk mencegah
kehilanagan pengelihatan
lanjut/komplikasi lain,
contoh robek retina.
— Kecenderungan herediter
dangkalnya bilik anterior,
menempatkan anggota
keluarga berisiko pada
kondisi ini.
(doenges, Marilynn E; 1999)

D. Evaluasi

Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka pasien dengan glaukoma


diharapkan sebagai berikut:

1. Nyeri dapat berkurang dan hilang


2. Pasien dapat mempertahankan lapang pengelihatan dengan optimal dan
mencegah kehilangan pengelihatan lebih lanjut
3. Kehawatiran pasien berkurang dan hilang
4. Pasien mengetahui tentang kondisi dan cara penanganan penyakit yang
dideritanya.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama
akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan
karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan
membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata
yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati

Glaukoma dapat diklasifikasi menjadi 3 yaitu: glaukoma primer, sekunder dan


kongenital. Adapun tanda dan gejalanya adalah kornea suram, sakit kepala , nyeri, lapang
pandang menurun,dll. Komplikasi dari glaucoma adalah kebutaan. Penatalaksanaannya
dapat dilakukan berbagai terapi obat-obatan, sala satunya adalah dengan pemberian terapi
timolol yang bertujuan untuk menurunkan intraokuler (TIO).

B. Saran
Menyajikan karya tulis yang lebih Penyusun mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk kebaikan kedepannya agar penyusun dapat baik lagi.
DAFTAR FUSTAKA

Anas Tamsuri. Klien gangguan mata dan pengelihatan: keperawatan medical-bedah.


Jakarta: EGC, 2010.
Doungoes, marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi ke 3. Jakarta: EGC. 1999.

Indriana dan N Istiqomah.

Pustaka jurnal

Andrea Lalita. Pencapaian tekanan intraokuler pasca pemberian timolol maleat 0,5%
pada glaukoma susut terbuka primer di poloklinik mata RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado tahun 2012-2014. Manado: Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi;
2016.
Dina Ameliana. Perbandingan penurunan tekanan intraokuler pada terapi timolol
maleat dan dorsalamid pasien glaukoma. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro; 2014

Anda mungkin juga menyukai