Ambivalensi Seorang Advokat
Ambivalensi Seorang Advokat
1
Kode Etik Advokat, Disahkan Oleh IKADIN (Ikatan Advokat Indonesia)12 mei 2002
adalah ahli hukum yg berwenang sebagai penasehat atau pembela perkara dalam
pengadilan.2
ِ ِ ِ ِ
ُالَ َيْنبَغي ل ْل ُم ْؤم ِن أَ ْن يُذ َّل َن ْف َسه
2
KBBI
3
M. Quraish Shihab, Tafsir Al misbah. Lentara hati, Jakarta, cet. Ke V, jilid 2, h.701
4
Imam Assyaukani, Fathul Qodir, Jilid II, h. 209
“Tidak selayaknya orang mu’min merendahkan dirinya” [HR. Ibnu
Majjah]5
Dengan melihat bahwa fungsi hakiki dari jasa layanan advokat yang
legal secara syara’ adalah menegakkan supremasi hukum secara obyektif,
maka sudah pasti dalam tugas profesionalnya tidak boleh dilakukan secara
membabi buta dan berusaha membuat distorsi terhadap sebauh fakta.
Mengingat membela klien yang sudah jelas-jelas salah untuk kemudian
dimenangkan dan dibenarkan secara hukum adalah hal yang sangat ancam
oleh Allah Sebagaimana sabda Nabi:
5
Muhammad Bin yazid Abu Abdillah Al Quzwaini, Sunan Ibnu Majjah. Darul Fikr Beirut.
Lebanon, Jilid 5, h. 148
6
Syihabuddin ahmad bin ahmad Al Qulyubi, Hasyiah Qulyubi. Darul Fikr, Lebanon: Beirut.
Jilid III, h. 237
7
Abu Bakar Al baihaki, Sunun Al Kubra. Jilid 6, h. 82
“Allah akan menolong hambanya manakalah hambanya selalu
menolong saudarnya” [HR. Ibnu Majjah]8
Di samping terdapat dimensi ta’awun, dalam advokasi juga terdapat dimensi amanah
(kredibilitas), yakni memberikan kepercayaan pada orang lain untuk menyelesaikan sebuah
masalah tertentu. Oleh sebab itu advokat harus benar-benar dapat menjalankan tugas sebagaiman
mestinya serta tidak boleh berkhianat. Sebagaimana sabda nabi:
َاعة َّ إ َذا ُو ِّس َد اأْل َْمُر إِىَل َغرْيِ أ َْهلِ ِه فَا ْنتَ ِظ ِر
َ الس
“Apabila sebuah perkara dilimpahkan dapa yang bukan ahlinya, maka
tunggulah masa kehancurannya” [HR. Imam Bukhori]10