Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TENTANG ASKEP LEUKIMIA PADA ANAK

PEMBIMBING : Ns. Hendrawati, S.Kep, M.Biomed

OLEH:

FANNY MONICA A.

WIDIA LIZA SUSANTI

MUHIBBUTTIBRI

AKPER NABILA PADANG PANJANG


TAHUN AJARAN 2019/2020
Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kehadiran Allah Swt karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya sehinggakami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ ASKEP LEUKIMIA
PADA ANAK ” tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Ibuk Ns. Hendrawati, S.Kep, M.Biomed mata kuliah Keperawatan Anak.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
perbuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan senang hati
kami menerima segala saran dan kritik daari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………….....................…………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………...................………………………........ii
BAB I PENDAHULUAN……………………....................…………………………….....1
1.1 Latar Belakang………………………………………....................……..….1
1.2 Rumusan Masalah………………………....................……………….…..2
1.3 Tujuan Penulisan……………………....................……………………. …3

BAB II PEMBAHASAN………………………………...................……………………...4

2.1 Pengertian leukimia...............................................................4

2.2 Etiologi leukimia...................................................................5

2.3 Patofisiologi Leukimia.........................................................6

2.4 Pathway Leukimia...............................................................7

2.4.Manifestasi klinis ................................................................9

2.5 Komplikasi.........................................................................10

2.6 Pemeriksaan penunjang......................................................11

2.7 Penatalaksanaan ................................................................11

2.8 Askep teoritis.......................................................................12

BAB III PENUTUP…………………………………………………….............…………….......…. 15

3.1 KESIMPULAN…........................……………………………….............. 15

3.2 Saran...............................................................................15

DAFTAR PUSTAKA……………………………........………………….………….....................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Leukemia merupakan suatu penyakit keganasan yang berasal darisel induk sistem
hematopoetik yang mengakibatkan poliferasi sel-sel darahputih tidak terkontrol dan pada sel-
sel darah merah namun sangat jarang.Ini adalah suatu penyakit darah dan organ-organ
dimana sel-sel darahtersebut dibentuk dan ditandai dengan proliferasi sel-sel imatur
abnormalyang mempengaruhi produksi dari sel-sel darah normal lainnya.Penyakit ini
disebabkan terjadinya kerusakan pada pabrik pembuatsel darah yaitu pada sum-sum tulang
bekerja aktif membuat sel-sel darahtetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal
dan sel inimendesak pertumbuhan sel darah normal.

1.2  Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atasdapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1.2.1 Apa pengertian dari Leukimia ?
1.2.2 Apa penyebab dari Leukimia tersebut ?
1.2.3 Apa saja tanda – tanda dan gejala Leukimia?
1.2.4 Apa komplikasi dari Leukimia ?
1.2.5 apa saja pemeriksaan penunjang dari leukimia ?

1.3 Tujuan
1) Tujuan UmumDapat menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan
masalahkesehatan terutama leukemia
2) Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dan keluarga dengan masalah
leukemia.
b. Mahasiswa mampu menganalisa data dengan masalah leukemia.
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana dan interfensi keperawatanterhadap klien
dengan leukemia
d. Mahasiswa  mampu  melakukan  implementasi  sesuai  denganinterfensi
keperawatan yang telah disusun.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap implementasikeperawatan yang
telah dilaksanakan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFENISI
Penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel hematopietik.
(Sylvia&Lorraine,1992). Proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sumsumtulang menggantikan elemen sumsum tulang normal. (Brunner&Suddarth,1996).
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum
tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001). Leukemia adalah istilah umum yang digunakan untuk
keganasan padasumsum tulang dan sistem limpatik (Wong, 1995).

2.2 ETIOLOGI
1) Terinfeksi virus. Agen virus sudah lama diidentifikasi sebagai penyebab leukemia
pada hewan. Pada tahun 1980, diisolasi virus HTLV-1 dari leukemia sel T manusia
pada limfosit seorang penderita limfoma kulit dan sejak saat itu diisolasi dari
sampel serum penderita leukemia sel T.
2) Faktor Genetik. Pengaruh genetik maupun faktor-faktor lingkungan kelihatannya
memainkan peranan , namun jarang terdapat leukemia familial, tetapi insidensi
leukemia lebih tinggi dari saudara kandung anak-anak yang terserang , dengan
insidensi yang meningkat sampai 20% pada kembar monozigot (identik).
3) Kelainan Herediter. Individu dengan kelainan kromosom, seperti Sindrom Down,
kelihatannya mempunyai insidensi leukemia akut 20 puluh kali lipat.
4) Faktor lingkungan.
5) Radiasi. Kontak dengan radiasi ionisasi disertai manifestasi leukemia yang timbul
bertahun-tahun kemudian.
6) Zat Kimia. Zat kimia misalnya : benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan
agen antineoplastik dikaitkan dengan frekuensi yang meningkat khususnya agen-
agen alkil. Kemungkinan leukemia meningkat pada penderita yang diobati baik
dengan radiasi maupun kemoterapi.

2.3 Patofisiologi
Jika penyebab leukemia virus, virus tersebut akan masuk ke dalam tubuh manusia jika
struktur antigennya sesuai dengan struktur antigen manusia. Bila struktur antigen individu
tidak sama dengan struktur antigen virus, maka virus tersebut ditolaknya seperti pada
benda asing lain. Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai
alat tubuh, terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh (kulit
disebut juga antigen jaringan ). Oleh WHO terhadap antigen jaringan telah ditetapkan
istilah HL-A (Human Leucocyte Lucos A). Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut
hukum genetika sehingga adanya peranan faktor ras dan keluarga dalam etiologi leukemia
tidak dapat diabaikan.
Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan
biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan karena
terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini
sering disebut kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif
membuat sel-sel darah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel
ini mendesak pertumbuhan sel darah normal.
Proses patofisiologi leukemia dimulai dari transformasi ganas sel induk hematologis
dan turunannya. Proliferasi ganas sel induk ini menghasilkan sel leukemia dan
mengakibatkan penekanan hematopoesis normal, sehingga terjadi bone marrow failure,
infiltrasi sel leukemia ke dalam organ, sehingga menimbulkan organomegali, katabolisme
sel meningkat, sehingga terjadi keadaan hiperkatabolik.

2.4 Klasifikasi
a) Leukemia Mielogenus/Mieloblastik AkutAML mengenai sel stem hematopeotik yang
kelak berdiferensiasi kesemua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan
trombosit.Semua  kelompok  usia  dapat  terkena;  insidensi  meningkat 
sesuaibertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling
seringterjadi. Pasien hanya dapat bertahan sampai 1 tahun, kematian disebabkanoleh
infeksi dan pendarahan.
b) Leukemia Mielogenus/Mieloblastik KronisCML juga dimasukkan dalam sistem
keganasan sel stem mieloid. Namunlebih banyak sel normal dibanding bentuk akut,
sehingga penyakit inilebih  ringan.  CML  jarang  menyerang  individu  di  bawah  20 
tahun.Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi tanda dan gejala lebihringan, 
pasien  menunjukkan  tanpa  gejala  selama  bertahun-tahun, peningkatan  leukosit 
kadang  sampai  jumlah  yang  luar  biasa,  limpamembesar.
c) Luekemia Limfositik AkutALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering
terjadi padaanak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak
insidenusia 4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfositimmatur 
berproliferasi  dalam  sumsum  tulang  dan  jaringan  perifer,sehingga mengganggu
perkembangan sel normal.
d) Leukemia Limfositik KronisCLL
merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi 
klinis  pasien  tidak  menunjukkan  gejala,  baruterdiagnosa saat pemeriksaan fisik
atau penanganan penyakit lain.

2.5 Manifestasi Klinis


1) Leukemia Mieloblastik Akut
a.      Rasa lemah, pucat, nafsu makan hilang
b.      Anemia
c.      Perdarahan, petekie
d.      Nyeri tulang
e.      Infeksi
f.      Pembesaran kelenjar getah bening, limpa, hati dan kelenjar mediatinum
g.      Kadang – kadang ditemukan hipertrofi gusi khususnya pada M4 dan M5
h.      Sakit kepala
2) Leukemia Mieloblastik Kronik
a.      Rasa lelah
b.      Penurunan berat badan
c.      Rasa penuh di perut
d.      Kadang – kadang rasa sakit di perut
e.      Mudah mengalami perdarahan
f.      Diaforesis meningkat
g.      Tidak tahan panas
3) Leukemia Limfositik Akut
a.      Malaise, demam, letargi, kejang
b.      Keringat pada malam hari
c.      Hepatosplenomegali
d.      Nyeri tulang dan sendi
e.      Anemia
f.      Macam – macam infeksi
g.      Penurunan berat badan
h.      Muntah
i.      Gangguan penglihatan
j.  Nyeri kepala
4) Leukemia Limfositik Kronik
a.      Mudah terserang infeksi
b.      Anemia
c.      Lemah
d.      Pegal – pegal
e.      Trombositopenia
f.      Respons antibodi tertekan
g.      Sintesis immonuglobin tidak cukup

2.6 KOMPLIKASI
Komplikasi leukemia meliputi perdarahan dan infeksi, yang merupakan penyabab
utama kematian. Pembentukan batu ginjal, anemia dan masalah gastroentestinal merupakan
komplikasi lain.
           Risiko perdarahan berhubungan dengan tingkat defisiensi trombosit
(trombositopenia). Angka trombosit rendah ditandai dengan memar (ekimosis) dan petekia
(bintik  perdarahan kemerahan atau keabuan sebesar ujung jarum di permukaan kulit). Pasien
juga dapat mengalami perdarahan berat jika jumah trombositnya turun sampai di bawah
20.000/mm3 darah. Dengan alasan tidak jelas, demam dan infeksi dapat meningkatkan
kemungkinan perdarahan.
           Karena kekurangan granulosit matur dan normal, pasien selalu dalam keadaan
terancam infeksi. Kemungkinan terjadinya infeksi meningkat sesuai dengan derajat
netropenia, sehingga jika granulosit berada di bawah 100/ml darah sangat mungkin terjadi
infeksi sistemik. Disfungsi imum mempertinggi resiko infeksi.
         Penghancuran sel besar-besaran yang terjadi selama pemberian kemoterapi akan
meningkatkan kadar asam urat dan membuat pasien rentan mengalami pembentukan batu
ginjal dan kolik ginjal. Maka pasien memerlukan asupan cairan yang tinggi untuk mencegah
kristalisasi asam urat dan pembentukan batu.
  

2.7 Patofisiologi Leukimia (woc)


2.8 Pemeriksaan penunjang

1). Pemeriksaan laboratorium

               Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sumsum tulang
berupa pansitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran darah
tepi menoton dan terdapat sel blas. Terdapatnya sel blas dalam darah tepi merupakan
gajala patognomik untuk leukemia.kolesterol mungkin rendah, asam urat dapat
meningkat , hipogamaglobinea. Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan
gambaran yang menoton, yaitu hanya terdiri dari sel limfopoietik patologis sedangkan
sistem lain terdesak (aplasia sekunder). Pada LMA selain gambaran yang menoton,
terlihat pula adanya hiatus leukemia ialah keadaan yang memperlihatkan  banyak sel
blas (mieloblas), beberapa sel tua (segmen) dan sangat kurang bentuk pematangan sel
yang berada di antaranya (promielosit, mielosit, metamielosit dan sel batang).
b. Biopsi Limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferase sel leukemia dan sel yang berasal dari
jaringan limpa yang terdesak, seperti limfosit normal, RES, granulosit, dan pulp cell.  
c. Pungsi Sumsum Tulang
fungsi sumsum tulang merupakan pengambilan sedikit cairan sumsum tulang,
yang bertujuan untuk penilaian terhadap simpanan zat besi, mendapatkan spesimen
untuk pemeriksaan bakteriovirologis (biakan mikrobiologi), untuk diagnosa
sitomorfologi/ evaluasi produk pematangan sel asal darah. Tempat yang biasanya
digunakan aspirasi untuk pungsi sumsum tulang adalah spina iliaka posterior superior
(SIPS), krista iliaka, spina iliaka anterior superior (SIAS), sternum di antara iga ke-2
dan ke-3 midsternal atau sedikit di kanannya (jangan lebih dari 1 cm), spina
dorsalis/prosesus spinosus vertebra lumbalis.
d.            Cairan Serebrospinal
 Bila terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein,berarti suatu leukemia
meningeal. Kelainan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan penyakit baik dalam
keadaan remisi maupun keadaan kambuh. Untuk mencegahnya diberikan metotreksat
(MTX) secara intratekal secara rutin pada setiap pasien baru atau pasien yang
menunjukkan gejala tekanan intrakranial meninggi.
e.          Sitogenik
                  Pada kasus LMK 70-90% menunjukkan kelainan kromosom, yaitu kromosom 21
(kromosom Philadelpia atau Ph 1). 50-70% dari pasien LLA dan LMA mempunyai
kelainan berupa:
             Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), hiploid (2n-a), hiperploid (2n+a).
            Kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom yang diploid.
            Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial depletion).
            Terdapatnya marker chromosome yaitu elemen yang secara morfologis bukan
merupakan kromosom normal; dari bentuk yang sengat besar sampai yang sangat kecil.
Untuk menentukan pengobatannya harus diketahui jenis kelainan yang ditemukan. Pada
leukemia biasanya didapatkan dari hasil darah tepi berupa limfositosis lebih dari 80%
atau terdapat sel blas. Juga diperlukan pemeriksaan dari sumsum tulang dengan
menggunakan mikroskop elektron akan terlihat adanya sel patologis.

2.9. Penatalaksanaan
1) Medis
a. Tranfusi darah
Biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gram %
b. Kartikosteroid
c. Sitostatika
Diberikan metotreksat atau MTX 2 minggu / kg BB secara intrafekal 3x seminggu 6-
Merkaptopurin atau 6-MP setiap hari dengan dosis 65 mg/m2 luas permukaan badan.
d. Infeksi sekunder dihindarkan
e.
   Imunoterapi

2) Keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan umunya sama dengan pasien lain yang
menderita penyakit darah. Tetapi karena prognosis pasien pada umumnya kurang
menggembirakan (sama sepeti kanker lainnya) maka pendekatan psikososial harus
diutamakan. Yang perlu diusahakan ialah ruangan yang aseptik dan cara bekerja yang
aseptik pula. Sikap perawat yang ramah dan lembut diharapkan tidak hanya untuk
pasien saja tetapi juga pada keluarga yang dalam hal ini sangat peka perasaannya jika
mengetahui anaknya.
Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. identitas klien : data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat
b. Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya
c. Riwayat keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misalnya
: kembar( monozigot )
d. Kaji adanya tanda – tanda anemia : kelemahan, kelelahan, pucat, sakit kepala,
anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
e. Kaji adanya tanda – tanda leukopenia : demam, stomatitis, gejala infeksi
pernafasan atas, infeksi perkemihan, infeksi kulit dapat timbul kemerahan.
f. kaji adanya tanda trombositopenia : purpura, perdarahan membran mukosa,
pembentukan hematoma, kaji adanya tanda – tanda invasi ekstra medulla,
hepatomegali, spienomegali, limfadenpati.
g. kaji adanya pembesaran testis, hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi di
sekitar rektal dan nyeri.

2. Pemeriksaan Fisik
1) Umum 
 a. Kepala

b. Wajah            :  pucat
c. Mata              : conjungtiva pucat, perdarahan retina, pupil odema
d. Hidung          : epitaksis
e. Mulut            : gusi berdarah, bibir pucat, hipertropi gusi, stomatitis
f. Leher             : pembesaran kelenjar gejah bening, faringitis
g. Dada             : nyeri tekan pada tulang dada, terdapat efusi pleura
h. Abdomen      :  hepatomegali, spenomefali, limfodenopati
i. Skeletal         :  nyeri tulang dan sendi
j. Integumen     :  purpura, ekimosis, ptekie, mudah memar

2. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermia b/d proses penyakit
2) Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan
3) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
N DX SLKI SIKI
O

1 Hipertermia b/d Setelah dilakukan asuhan Manajemen hipertermia


proses penyakit keperawatan selama 1 x Tindakan :
24 jam diharapkan Observasi
termoregulasi membaik 1. identifikasi penyebab
denagn kriteria hasil : hipertermia
2. monitor suhu tubuh
- Menggigil cukup
3. monitor kadar elektrolit
menurun
Terapeutik
- Kulit merah
1. Sediakan lingkungan
menurun
yang dingin
- Pucat menurun
2. Bashi dan kipasi
- Tekanan darah
permukaan tubuh
membaik
3. Berikan cairan oral
Edukasi
1. anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

2 Defisit nutrisi b/d Setelah dilakukan asuhan Manajemen nutrisi


ketidakmampuan keperawatan selama 1 x Tindakan :
mencerna makanan 24 jam diharapkan status Observasi
nutrisi membaik denagn 1. identifikasi status nutrisi
kriteria hasil : 2. identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
- Porsi makanan
3. monitor asupan
yang dihabiskan
makanan
meningkat
Terapeutik
- Kekuatan otot
1. Lakukan oral hygiene
penyunyah cukup
sebelum makan, jka perlu
meningkat
- Nafsu makan 2. sajikan makanan secara
membaik menarik dan suhu yang
Membran mukosa sesuai
membaik 3. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
2. Ajarkan program diet
yang diprogramkan
Kolaborasi

1. kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan
3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan Manajemen energi
b/d kelemahan keperawatan selama 1 x Tindakan :
24 jam diharapkan Observasi
toleransi aktivitas 1. Identifikasi
membaik denagn kriteria gangguan fungsi tubuh
hasil : yang mengakibatkan
kelelahan
- Frekuensi nai
2. Monitor kelelahan
cukup meningkat
fisik dan emosional
- Saturasi oksigen
3. Monitor pola tidur
sedang
dan jam tidur
- Kemudahan dalam
Terapeutik
melakukan
1. Sediakan
aktivitas sehari –
lingkungan yang nyaman
hari meningkat
dan rendah stimulus
- Kecepatan berjalan
2. Berikan aktivitas
meningkat
distraksi yang
menenangkan
Edukasi
1. Anjurkan tirah
baring
2. Anjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
3. Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaboasi
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
BAB III
PENUTUP
3.1.  Kesimpulan
Leukemia adalah suatu jenis kanker darah. Gangguan ini disebabkan olehsel darah
putih yang diproduksi melebihi jumlah yang seharusnya ada. Leukemia akut pada anak
adalah suatu kelainan atau mutasi pembentukan sel darah putiholeh  sumsum  tulang  anak 
maupun  gangguan  pematangan  sel-sel  tersebutselanjutnya. Gangguan ini  sekitar  25-30% 
jumlahnya  dari  seluruh  keadaankeganasan yang didapat pada anak.
Leukemia terdiri dari dua tipe besar, yakni acute lymphoblastic leukemia Dan acute myeloid
leukemia. Jumlah penderita acute lymphoblastic leukemia umumnya lebih banyak
dibandingkan jenis acute myeloid leukemia.
Penyebab utama penyakit kelainan darah ini sampai sekarang belumdiketahui secara pasti,
dan masih terus diteliti. Namun, faktor genetik berperancukup penting pada beberapa
penelitian yang dilakukan. Dengan kata lain, adahubungannya dengan faktor keturunan,
selain tentunya banyak faktor penyebablain yang bervariasi sesuai kasus per kasus dan jenis
subtipe yang didapat.
Terapi yang diberikan pada penderita leukemia akut bertujuan untuk menghancurkan sel-sel
leukemia dan mengembalikan sel-sel darah yang normal.Terapi yang dipakai biasanya adalah
kemoterapi (pemberian obat melalui infus),obat-obatan,  ataupun  terapi  radiasi.  Untuk 
kasus-kasus  tertentu,  dapat  jugadilakukan transplantasi sumsum tulang belakang.Mengenai
kemungkinan keberhasilan terapi, sangat tergantung waktupenemuan pertama penyakit si
penderita. Apakah dalam stadium awal atau sudahlanjut, subtipe penyakit, teratur tidaknya
jadwal terapi yang dilakukan, timbul Relapse (kambuh) atau tidak selama terapi maupun
kemungkinan penyebab yangbisa diperkirakan.
3.2.  Saran
Bagi keluarga sebaiknya memahami bagaimana tatalaksana terapeutik untuk pasien leukemia
agar penyakitnya tidak memasuki stadium lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi


2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit
buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2,
(terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas Kedokteran
UI : Media Aescullapius. Jakarta.
Ngastiyah (1997). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua. Penerbit FKUI. Jakarta.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta

Pemeriksaan
1)      Umum
(1)   Kesadaran        :  composmentis sampai koma
(2)   Tekanan darah :  hipotensi
(3)   Nadi                 :  takikardi dan filiformis
(4)   Suhu                 :  demam sampai dengan hiperpireksia
(5)   Pernafasan        :  takipnea sesak nafas
2)      Fisik
(1)   Kepala
-    Wajah            :  pucat
-    Mata              : conjungtiva pucat, perdarahan retina, pupil odema
-    Hidung          : epitaksis
-    Mulut            : gusi berdarah, bibir pucat, hipertropi gusi, stomatitis
-    Leher             : pembesaran kelenjar gejah bening, faringitis
-    Dada             : nyeri tekan pada tulang dada, terdapat efusi pleura

Abdomen      :  hepatomegali, spenomefali, limfodenopati


Skeletal         :  nyeri tulang dan sendi
Integumen     :  purpura, ekimosis, ptekie, mudah memar
3)      Penunjang
(1)   Pemeriksaan darah tepi
Berdasarkan pada kelainan sumsum tulang gejala yang terlihat pada darah tepi berupa adanya
ponsitopenia, limfositosis yang menyebabkan darah tepi monoton dan terdapat sel blast.
(2)   Kimia darah
Kolesterol mungkin rendah, Asam urat meningkat, hipogamaglobinemia
(3)   Pemeriksaan Sumsum tulang
Pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton yaitu hanya terdiri
dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain terdesa (aplasia sekunder)
(4)   Biopsi limpa
Memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limfe yang
terdesa.
(5)   Cairan serebrospinalis
Terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein
(6)   Sitogenik
Menunjukkan kelainan kromosom yaitu kromosom 21 (kromosom Philadelphia atau Phi)
2.3  Kemungkinan Diagnosa Keperawatan yang Muncul
1)      Resiko infeksi sehubungan dengan ketidakefektifan sistem imun
2)      Intoleran aktivitas sehubungan dengan gangguan transpor oksigen skunder terhadap
berkurangnya jumlah sel darah merah.
3)      Resiko injury sehubungan dengan ketidakadekuatan faktor pembeku (platelet).
4)      Kecemasan sehubungan dengan ketidakadekuatan  dengan diagnosa baru dan rencana
perawatan.
BAB III
PENUTUP
3.1.  Kesimpulan
Leukemia adalah suatu jenis kanker darah. Gangguan ini disebabkan olehsel darah putih yang
diproduksi melebihi jumlah yang seharusnya ada. Leukemiaakut pada anak adalah suatu
kelainan atau mutasi pembentukan sel darah putiholeh  sumsum  tulang  anak  maupun 
gangguan  pematangan  sel-sel  tersebutselanjutnya.  Gangguan ini  sekitar  25-30% 
jumlahnya  dari  seluruh  keadaankeganasan yang didapat pada anak.
Leukemia terdiri dari dua tipe besar, yakni acute lymphoblastic leukemia Dan acute myeloid
leukemia. Jumlah penderita acute lymphoblastic leukemia umumnya lebih banyak
dibandingkan jenis acute myeloid leukemia.
Penyebab utama penyakit kelainan darah ini sampai sekarang belumdiketahui secara pasti,
dan masih terus diteliti. Namun, faktor genetik berperancukup penting pada beberapa
penelitian yang dilakukan. Dengan kata lain, adahubungannya dengan faktor keturunan,
selain tentunya banyak faktor penyebablain yang bervariasi sesuai kasus per kasus dan jenis
subtipe yang didapat.
Terapi yang diberikan pada penderita leukemia akut bertujuan untuk menghancurkan sel-sel
leukemia dan mengembalikan sel-sel darah yang normal.Terapi yang dipakai biasanya adalah
kemoterapi (pemberian obat melalui infus),obat-obatan,  ataupun  terapi  radiasi.  Untuk 
kasus-kasus  tertentu,  dapat  jugadilakukan transplantasi sumsum tulang belakang.Mengenai
kemungkinan keberhasilan terapi, sangat tergantung waktupenemuan pertama penyakit si
penderita. Apakah dalam stadium awal atau sudahlanjut, subtipe penyakit, teratur tidaknya
jadwal terapi yang dilakukan, timbul Relapse (kambuh) atau tidak selama terapi maupun
kemungkinan penyebab yangbisa diperkirakan.
3.2.  Saran
Bagi keluarga sebaiknya memahami bagaimana tatalaksana terapeutik untuk pasien leukemia
agar penyakitnya tidak memasuki stadium lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. (terjemahan).


Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2,
(terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas Kedokteran UI : Media
Aescullapius. Jakarta.
Ngastiyah (1997). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua. Penerbit FKUI. Jakarta.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Diposting 31st May 2

Anda mungkin juga menyukai