Anda di halaman 1dari 57

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
penulis kesehatan dan kesempatan serta kemanmpuan , untuk dapat
menyelesaikan laporan Praktikum Fenomena Dasar tentang “Tensile Test” yang
merupakan salah satu dari 3 judul praktikum yang ada pada Laboratorim
Fenomena Dasar (Mekanika Teknik ), Departemen Teknik Mesin, Fakultas
Teknik , Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan laporan ini, penulis berterimakasih kepada :
1 Orangtua yang telah memberI bantuan moril dan materil.
2 Asisten yang telah membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan
laporan ini.
3 Bapak Dr. Eng. Ir. Indra Nasution , M.T. , selaku kepala Laboratorium
Fenomena Dasar (Mekanika Teknik).
4 Bapak Dr. Ir. M. Sabri , M.T. , selaku Ketua Departemen Teknik Mesin.
5 Bapak Terang Ukur Hidayat Solihin Ginting Manik , S.T. , M.T. , selaku
sekertaris Departemen Teknik Mesin.
6 Teman-Teman stambuk 2016 atas kerja sama dan dukungannya dalam
menyelesaikan laporan ini.
Demikian penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat
dalam laporan ini, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan.

Medan , Juli 2019

Ulwan Ahmadi
NIM; 160401019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Pengertian Tensile Test.............................................................................1
1.2 Maksud Pelaksanaan Tensile Test.............................................................4
1.3 Tujuan Pelaksanaan Tensile Test..............................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................6


2.1 Teori Percobaan Tensile Test....................................................................6
2.2 Hukum Hooke...........................................................................................7
2.3 Elastisitas..................................................................................................10
2.4 Sifat Plastis...............................................................................................12
2.5 Titik Luluh (Yield Point)..........................................................................14
2.6 Titik Puncak (Ultimate Point)..................................................................16
2.7 Titik Patah (Fracture Point).....................................................................18
2.8 Faktor yang mempengaruhi kekerasan dan kekuatan
Benda Kerja..............................................................................................20

2.9 Standar Baja Tulang Beton.......................................................................23


2.10 Standar Pengujian Tarik SNI 2052-2017.................................................25
2.11 Kecepatan Pembebanan UJi Tarik............................................................29

2.12 Kegagalan Dalam Uji Tarik......................................................................30


2.13 Software Komputer Untuk Uji Tarik........................................................32

2.14 Inovasi Pengujian Tarik............................................................................34

ii
BAB III ALAT DAN BAHAN...............................................................................36

3.1 Alat...........................................................................................................36
3.2 Bahan........................................................................................................44

BAB IV PROSEDUR PERCOBAAN....................................................................45

BAB V HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA...................................................47


5.1 Data Sheet Percobaan................................................................................47
5.2 Grafik Hasil Uji Tarik................................................................................47
5.3 Hasil Percobaan dengan rumus empiris.....................................................47

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................50


6.1 Kesimpulan...............................................................................................50
6.2 Saran.........................................................................................................51
6.2.1 Saran untuk Laboratorium..................................................................51
6.2.2 Saran untuk Asisten............................................................................51
6.2.3 Saran untuk Praktikan.........................................................................51
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................52

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Tensile Test


Tensile test atau pengujian tarik adalah suatu pengujian terhadap suatu
bahan untuk mengetahui keuletan dan ketangguhan suatu bahan terhadap tegangan
tertentu serta pertambahan panjang yang dialami oleh bahan tertentu pada beban
tersebut. Pada uji tarik ( tensile test) kedua ujung benda uji dijepit salah satu ujung
dihubungkan dengan perangkat penegang atau mesin uji tarik.
Regangan diterapkan melalui kepala silang yang digerakkan motor dan
alongasi benda uji, dengan pergerakkan relatif dari benda uji. Beban yang
diperlukan untuk menghasilkan regangan tersebut dari defleksi suatu balok atau
proving ring yang diukur dengan menggunakan metode hidrolik optik atau elektro
mekanik.
Uji tarik merupakan salah satu pengujian untuk mengetahui sifat-sifat
suatu bahan dengan mengetahui bagimana bahan ini bereaksi terhadap tenaga
tarikan dan mengetahui dan mengetahui sejauh mana material itu bertambah
panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus memiliki cengkraman yang kuat
dan kekakuan yang tinggi (highly stiff).
Setiap material atau bahan memiliki suatu sifat (kekerasan,kelenturan, dll)
yang berbeda-beda untuk mengetahui sifat dari suatu material maka diperlukan
suatu pengujian, salah satu pengujian yang paling sering dilakukan yaitu uji tarik
(tensile tesPt). Pengujian ini memiliki fungsi untuk mengetahui tingkat kekuatan
suatu material dan untuk mengenali karakteristik pada material tersebut.
Prinsipnya, uji tarik ini dilakukan menggunakan mesin yang dapat
memberikan gaya tarik yang cukup kuat pada material dan juga memberikan
cengkraman yang kencang sehingga material tidak terlepas ketika diberikan gaya
tarik.
Ada banyak hal yang bisa didapatkan dari uji tarik dengan memberikan
gaya tarik dengan memberikan gaya tarik pada material sampai putus maka semua
susunan struktur material bisa diketahui dengan jelas sehinggan dapat menentukan
kualitas dari material tersebut.

1
Bahan atau material yang sering dijadikaan objek untuk uji tarik adalah
rubber dan logam kedua bahan ini memiliki sifat yang berbeda-beda dari setiap
prosesnya. Misalkan sifat rubber dan logam sebelum dipanaskan pasti memiliki
perbedaan ketika sudah dipanaskan.
Kebutuhan akan material yang memiliki kekuatan tinggi semakin
bertambah seiring dengan perkembangan dun industri. Dalam berbagai
penggunaan logam harus disesuaikan dengan sifat-sifatnya.
Salah satu sifat logam yang perlu diketahui adalah sifat kekuatan tarik.
Untuk mengetahui kekuatan tarik yang dimiliki oleh suatu logam, maka perlu
diadakan pengujian yang tepa.
Dengan mengetahui kekuatan tariknya, maka suatu logam atau material
dapt digunakan sesuai dengan penggunaanya pada konstruksi mesin.
Dalam pengujian tarik kita mengenal mengenal beberapa titik dialami
material sampai material tersebut putus. Titik-titik ini menentukan batas-batas dari
tegangan yang diperoleh dari material tersebut. Batas-batas ini antara lain adalah
batas proporsional, batas yield, batas tegangan ultimate, dan batas dimana material
mulai putus. Batas-batas inilah yang akan digunakkan untuk mengetahui sifat-sifat
yang dimiliki oleh suatu logam berdasarkan hasil pengujian tarik (Tensile test).
Uji tarik adalah cara pengujian bahan yang paling mendasar. Pengujian ini
sangat sederhana tidak mahal dan sudah mengalami standarisasi di seluruh dunia,
misalnya di Indonesia dengan SNI 2052-2017 dan jepang dengan JIS 2241.
Dengan menarik suatu bahan atau material kita akan segera mengetahui
bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh
mana material itu bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus
memiliki cengkeraman (grip) yang kuat dan kekakuan yang tinggi (highly stiff).
Brand terkenal untuk alat uji tarik antara lain adalah shimadzu, instron.
Pemilihan bahan untuk perancangan suatu produk adalah suatu sangat
penting. Hal ini dikarenakan sifat bahan yang digunakan untuk mempengaruhi
umur dari produk tersebut. Oleh karena itu seorang desainer harus memiliki
pengetahuan yang cukup tentang sifat-sifat suatu bahan atau material, seperti
kekuatan bahan, kekerasan, ketahanan terhadap radiasi dan suatu bahan atau
material, seperti kekuatan bahan, kekerasan, ketahanan terhadap radiasi dan lain-

2
lain. Untuk mengetahui ketangguhan suatu bahan terlebih dahulu dilakukan suatu
pengujian atau percobaan. Salah satu hal yang menyangkut ketangguhan suatu
bahan yaitu kemampuan bahan tersebut dalam menerima gaya tarik. Untuk
mengetahui seberapa besar tegangan tarik yang dapat diterima suatu bahan
tersebut maka dapat diuji lewat suatu percobaan disebut tensile test atau uiji tarik.
Hal-hal yang melatar belakangi sehingga diadakan kebanyakan bahan mempunyai
kelemahan menerima beban tarik. Untuk itu dianggap perlu mengetahui sifat-sifat
mekanik suatu bahan atau material pengujian.

3
1.2 Maksud Pelaksanaan Tensile Test
Dalam mengikuti perkuliahan di Departemen Teknik Mesin, seorang calon
sarjan harus mengikuti bebrapa praktikum. Salah satunya adalah praktikum uji
tarik (tensile test) karena merupakan sayarat dalam memperoleh sarjana.
Beberapa maksud dilakukannya praktikum ialah dalam tatp muka,
mahasiswa telah mendapat ilmu tentang bahn pengujiannya.
Maksud dilaksanakannta percobaan ini adalah agar mahasiswadapt
mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah dan diuji secara nyata.
Berikut beberapahal maksud dilakukannya praktikum tensile test ini :
1. Untuk mrngetahui kekuatan tarik pada suatu bahan material
2. Dapat mengkalisifikasikan logam dengan mudah berdasarkan jenis
bahannya
3. Mengetahu bahwa suatu bahan memiliki tegangan yang berbeda beda pada
setiap titik, sehingga dapat diketahui titik patahannya.
4. Dapat mengetahui hubungan antara tegangan dan regangan
5. Mengetahui factor yang mempengaruhi kekuatan pada suatu bahan
6. Agar suatu bahan dapat diaplikasikan oleh mahasiswa
7. Melatih kedisiplinan dalam bekerja samadalm grup atau tim dalam
melakukan praktikum uji tarik
8. Melatih kesabaran dan ketelitian dalam mengukur benda kerja atau spesimen
yang akan di uji
9. Melatih kedisiplinan praktikum dalam melakukan praktikum dalam
melakukan praktikum sesuai dengan penjabaran yang di inginkan
10. Meningkatkan pengetahuan praktikan dalam melakukan pengujiantarik
(tensile test)
11. Mampu menerapkan ilmu dari mata kuliah mekanika kekuatan bahan dan
desain elemen mesin yang merupakan dasar dasar dari teori dari pengujian

4
1.3 Tujuan Pelaksanaan Tensile Test
Adapun tujuan dilakukan percobaan tensile test ini adalah agar mahasiswa
dapat mengetahui hal hal yang berhubungan dengan pengujian bahan/material,
jenis pengujian dan parameter parameter lain yang vital dalam pengujian.
Dengan demikian mahasiswa dapat mengetahui seberapa besar
kemampuan atau kekuatan suatu bahan yang akan digunakan untuk keperluan di
bidang teknik.
Mahasiswa juga dipacu untukmengetahui sifat sifat material/bahan melalui
proses pengujian yang dilakukan
Pengetahuan akan kekuatan bahan inilah yang akan di manfaatkan dalam
pemilihan bahan yang diperlukan untuk konstruksi.
Beberapa tujuan dilakukannya percobaan ini adalah :
1. Mahasiswa dapat melakukan uji tarik dengan baik dan benar
2. Mahasiswa dapat mengetahui kekuatan tarik, kekuatan luluh, dan keuletan
3. Mahasiswa dapat menentukan modulus elastisitas dan menetukan factor
pengerasan renggang
4. Mahasiswa dapat menganalisa data data pengujian
5. Mahasiswa dapat menyimpulkan hasil pengujian
6. Mahasiwa mengetahui hal hal yang berhubungan dengan pengujian bahan,
karakteristik, jenis pengujian dan parameter lainnyadari pengujian
7. Mahasiswa mengetahui sifat sifat bahan melalui pengujian yang dilakukan
serta dapat membedakan sifat ulet dan sifat getas dari bahan/material
8. Mahasiswa dapat mengetahui presentase ralat dan fakotr ketelitian yang
penting untuk mengurangi kesalahan pengujian
9. Mahasiswa dapat membedakan titik titik tegangan yang terjadi pada material
apabila dilakukan uji tarik
10. Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu bahan ini di tempat lain

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Percobaan Tensile Test


Uji tarik (Tensile test) adalah cara pengujian bahan yang paling mendasar.
Pengujian ini sangat sederhana tidak mahal dan sudah mengalami standarisasi
diseluruh dunia, misalnya di Indonesia dengan SNI 2052-2017 dan jepang dengan
JIS 2241. Dengan menarik suatu bahan kita akan segera mengetahui bagaiman
bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh man
material itu bertambah panjang.
Dalam kehidupan sehari-hari pemakaian logam biasanya berdasarkan sifat
yang memiliki logam tersebut contoh pada pembuatan konstruktif untuk jembatan
dibutuhkan logam yang kuat dan tangguh berbeda dengan pemakaian logam untuk
pagar rumah yang tidak terlalu memperhatikan sifat mekaniknya. Kekerasan,
keuletan dan ketangguhan. Pengujian sifat mekanik ini dapat dilakukan dengan
pengujian mekanik. Salah satu pengujian yang digunakan untuk mengetahui sifat
mekanis logam adalah uji tarik (tensile test). Uji tarik adalah suatu metode yang
digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan
beban gaya yang berlawanan arah. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik
sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena mengahsilkan data
kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu
material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.
Sifat logam yang dapat diketahui setelah proses pengujian ini seperti
kekuatan tarik, keuletan dan ketangguhan. Pengujian tarik sangat dibutuhkan
untuk menentukan desain suatu produk karena menghasilkan data kekuatan
material. Pengujian tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi
rancangan dasar ketentuan kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi
spesifikasi bahan karena dengan pengujian tarik dapat diukur ketahanan suatu
material gaya yang diberikan secara perlahan.

6
Pengujian tarik ini merupakan salah satu pengujian yang penting untuk
dilakukan, karena dengan pengujian ini dapat memberikan berbagai informasi
mengenai sifat-sifat logam.Dalam bidang industri diperlukan pengujian tarik ini
untuk mempertimbangkan faktor metalurgi dan faktor mekanis yang tercakup
dalam proses perlakuan terhadap logam jadi, untuk memenuhi proses
selanjutnya.Oleh karena pentingnya pengujian tarik ini, kita sebagai mahasiswa
metalurgi hendaknya mengetahui mengenai pengujian ini. Dengan adanya kurva
tegangan regangan kita dapat mengetahui kekuatan tarik, kekuatan luluh,
keuletan, modulus elastisitas, ketangguhan, dan lain-lain. Pada pegujian tarik ini
kita juga harus mengetahui dampak  pengujian terhadap sifat mekanis dan fisik
suatu logam. Dengan mengetahui parameter-parameter tersebut maka kita dapat
data dasar mengenai kekuatan suatu bahan atau logam.

7
2.2 Hukum Hooke
Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik,
hubungan antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan
perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear zone. Di
daerah ini, kurva pertambahan panjang vs beban mengikuti aturan Hooke sebagai
berikut rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan.
Berikut ini adalah persamaan untuk tegangan (stress) dan regangan (strain)
:
F
σ=
A

dimana: σ = Tegangan (stress)


F = Gaya tarikan
A = Luas penampang
∆l
ε=
l

Dimana : ε= Regangan (strain)


∆ l= Pertambahan panjang
l= Panjang awal
Adapun hubungan antara stress (tegangan) dan strain(regangan)
menghasilkan persamaan modulus elastisitas yaitu sebagai berikut:

E=σ/ε
Dimana: E= Modulus elastistas
Σ = Stress (Tegangan)
Ε = Strain (Regangan)
Untuk mempermudah pembahasan hukum hooke ini diberikan suatu kurva
tegangan regangan yang dimodifikasi sedikit dari hubungan antara gaya tarikan
dan pertambahan panjang menjadi hubungan antara tegangan (stress) dan
regangan (strain) selanjutnya akan didapatkan suatu kurva standar ketika

8
melakukan eksperimen atau percobaan uji tarik (tensile test) pada suatu material.
E adalah gradien kurva dalam daerah linier, di mana perbandingan tegangan (σ)
dan regangan (ε) selalu tetap. E diberi nama  “Modulus Elastisitas” atau “Young
Modulus”. Kurva yang menyatakan hubungan antara stress dan strain adalah
sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kurva Regangan – Tegangan


Sumber:https://encryptedtbn0.gstatic.com/images?
q=tbn:ANd9GcTSwbt4_kqc94J9AE55xlihydNzw2fHihXexi2CXtg2OjSsP84EqQ
Kurva tegangan regangan didasarkan atas dimensi awal (luas area panjang)
dari benda uji, sementara untuk mendapatkan kurva regangan tegangan
sesungguhnya diperlukan luas area dan panjang aktual pada saat pembebanan
setiap saat terukur. Perbedaan kedua kurva tidaklah terlalu besar pada regangan
yang kecil, tetapi menjadi signifikan pada regangan yang kecil, tetapi menjadi
signifikan pada rentang terjadinya pengerasan regangan (strain hardening), yaitu
setelah titik luluh terlampaui deformasi suatu bahan akibat pembebanan dapat
ditentukan sesuai dengan hukum hooke. Didalam kurva ini sudah dijelaskan
bagian – bagian atau titik – titik plastis, elastis, sampai titik putus suatu bahan.

9
2.3 Elastisitas
Hukum Hooke dan Elastisitas merupakan 2 hal yang saling berkaitan
untuk memahami arti dan kata elastic, banyak orang menganalogikan benda
tersebut terbuat dari keras. Meskipun pada dasarnya tidak semua benda ataupun
bahan baku, atau material memiliki sifat elastic.Jika karet gelang ditarik maka
panjangnya akan terus bertambah seiring dengan gaya tarik yang ditetapkan
Hal ini terjadi karena bahan material karet memiliki elastisitas yang
sangat tinggi. Namun ada kalanya jika suatu benda karet bila ditarik secara terus
menerus, maka karet tersebut akan putus, karena tidak semua benda memiliki
Infinity Tensile Test material mempunyai Infinity Tensile Test Material dimana
melewati titik akan retak
Jika dapat disimpulkan bahwa eleastisitas adalah kemampuan suatu
benda untuk kembali keukuran semula, setelah yang pada benda tersebut
dihilangkan keadaan dimensi suatu benda tidak dapat lagi kembali ke bentuk
semula akibat gaya yang diberikan pada tarikan terlalu besar, dan disini disebut
sebagai batas elastic.
Selangkan Hukum Hooke adalah gagasan yang diperkenalkan oleh
Robeth Hooke menggunakan beban antar gaya menggunakan sebuah benda
elastic. Lain juga pada benda sebuah pegas/benda elastic lainnya agar benda
tersbut kembali ke bentuk semula.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hukum Hooke mengkaji
jumlah gaya maksimum yang dapat dibeeri pada sebuah benda yang sifat elastic
agar tidak melar/meleawti batas
Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan yaitu dalam sisi
fisika elastis adalah kecenderungan bahan padat kembali kebentuk semula setelah
terdetormasi. Benda padat akan mengalami deformasi jika gaya diaplikasikan
padanya.Jika bahan tersebut elastic dan ukuran awalnya ketika gaya diberikan
Alasan fisika unutk perilaku elastic bisa sangat berbeda dengan bahan
yang berbeda dalam logam torsi (lattice) atau berupa ukuran dan bentuk ketika
baja diaplikasikan (energy ditambahkan) pada system ketika gaya dihubungkan.

10
Elastisitas yang sempurna hanya merupakan pemikiran yang sebenarnya
dan yang sebenarnya memiliki dan berbeda bahan tetap murnin elastic bahkan
pada saat deformasi yang sangat kecil dalam rekayasa jumlah elastisitas suatu
material ditentukan oleh dua jenis parameter, jenis pertama parameter, jenis
pertama parameter material disebut modulus yang mengukur jumlah gaya
persatuan luas (stress) yang diperlakuan untuk mencapai sejumlah deformasi
tertentu, satuan modulus adalah pascal (pa) ataupun gaya per inci persegi (psi)
juga (lbf/in2).

Modulus yang lebih tinggi biasanya menunjukkan bahwa bahan tersbut


sulit untuk mengalami deformasi. Tipe kedua parameter mengukur batas elastic.
Batas elastic dapat menjadi stress luar dimana material tidak lagi elastic atau
deformasi luar dimana elastistasnya hilang.

Ketika menggunakan atau menggambarkan elastisitas dari dua bahan,


baik modulus dan batas elastic harus diperhitungkan. Karet biasanya memiliki
elastsiitas rendah dan cenderung untuk menjauh dan tampak lebih elastic daripada
logam (modulus tinggi dan batas elastic rendah) dalam kehidupan sehari hari.

11
2.4 SIfat Plastis
Plastisitas menyatakan kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah
deformasi plastis yang permanent ,tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan sifat
ini sering disebut sebagai keuletan (ductility). Tegangan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar dengan bertambahnya
regangan plastis.
Pengalaman memperlihatkan bahwa semua bahan padat dapat diubah
bentuknya apabila mengalami pembebanan luar.elanjutnya didapatkan bahwa
sampai dengan batas (limited loads) tertentu benda padat akan memperoleh
kembali ukuran aslinya bilamana beban ditiadakan.Hal inni dikenal dengan
perlakuan elastik .Batas atas yang dikeanl dengan perlakuan elastic. Batas atas
yang kalau dilampaui menyebabkan bahan tidak dapat kembali ke bentuk semula
dinamkan perlakuan elastik.
Secara umum pengukuran keuletan dilakukan untuk mendapatkan elongasi
dimana suatu logam dapat berdeformasi tanpa terjadi patah dalam proses
pembentukan logam.
Untuk member petunjuk mengetahui kemampuan logam untuk mengatur
secara plastis sebelum mengalami patah
Deformasi plastis artinya perubahan benda yang tidak dapat kembali
seperti semua,suatu logam yang diberi gaya akan terdeformasi jika masih diatas
batas-batas elastisnya suatu bahan akan kembali ke bentk semulanya tapi jika gaya
tersebut menyebabkan deformasi samapai titik luluh disinilah dimulainya
deformasi plastis pengaruh pada strukturnya yaitu pada tinjauan mikro deformasi
plastis menyebabkan lepasnya ikatan atom suatu bahan dengan atom lainnya
tetapi ada juga atom yang tergeser terus-menerus sehingga menyebabkan dislokasi
dan jika bergeser terus menerus sehingga menyebabkan sampai keujung Kristal
dan terjadinya slip.

12
Dengan adanya deformasi maka bentuk Kristal akan berubah dari equaixed
menjadi memanjang dan jika beban dilepaskan akan tidak kembali ke bentuk
awal.
Untuk pengaruh terhadap sifat mekanik yaitu deformasi plastis
menyebabkan distorsi yang menyebabkan logam tersebut makin memegang dan
menyebabkan kekuatan logam tersebut menjadi semakin besar.
Ketangguhan (thoughness) adalah kemampuan menyerap energy pada
daerah palastis. Pada umumnya ketangguhan menggunakan konsep yang sukar
dibuuhkan atau didefenisikan.Salah satu menyetakan ketangguhan adalah
meninjau luas keseluruhan daerah dibawah kurva tegangan-regangan. Luas ini
menunjukkan jumlah energy tiap satuan volume yang dapat dikenakan kepada
bahan tanpa mengakibatkan pecah.ketangguhan ini adalah perbandingan kekuaan
dan keuletan yang akan dihitung nantinya.
Tegangan patah sejati adalah beban pada waktu dibagi luas penampang
lintang tegangan ini harus dikoreksi untuk keadaan tegangan tiga sumbu yang
terjadi pada beban.

13
2.5 Titik Luluh ( Yield Point)
Titik ini merupakan suatu dasar/batas material akan terus mengalami
deformasi tanpa adanya penambahn beban.
Tegangan (stress) yang mengakibatkan bahan teganagan (stress)
mengakibatkan bahan menunjukkan mekanisme luluh ini disebut dengan tegangan
luluh.Titik luluh ditunjukkan oleh titik y pada grafik dibwah ini .

Gambar 2.2 Titik Luluh


Sumber:https://www.google.com/search?
q=diagram+elastisitas&safe=strict&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjozKW
Q1s7jAhWVTX0KHaQ7BuIQ_AUIESgB&biw=1366&bih=657#imgrc=1A4VrPm6OzQCLM:
Gejala luluh umunya hanya ditunjukkan pada logam ulet dengan struktur
Kristal berubah dari dari BCC dan FCC yang membentuk interstitial solid solution
dari atom-atom karbon-boron ,hydrogen dan juga berupa oksigen-interaksi antar
dislokasi dari atom-atom tersebut menyebabkan baja ulet seperti mild steel
menunjukkan titik bawah (lower yield point) baja berkekuatan tinggi dan besi
tuang.
Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuuhkan untuk menghasilakn
sejumlah kecil deformasi plastis yang ditetapkan.

14
Kekuatan luluh atau titik Luluh merupakan suatu gambaran Kemampuan
bahan menahan deformasi permanen bila digunakan dalam penggunaan structural
yang melibatkan pembebanan mekanik seperti beban tarik,tekan dan bending atau
puntiran.Disisi lain batas luluh ini harus dicapai dalam proses manufaktur produk
logam seperti rolling, drawing, stretching dan juga proses lainnya.
Salah satu kekuatan yang biasanya diketahui dari hasil pengujian tarik
adalah kuat luluh (yield strength) , merupakan titik yang menunjukkan perubahan
dari deformasi elastis ke deformasi plastis atau batas luluh mulai teramati
tergantung pada kepekaan alat pengukuran , sebagian besar bahan plastis
mengalami perubahan sifat dari elastic menjadi plastic berlangsung sidikit demi
sedikit dan titk dimana deformasi plastis mulai terjadi dan sukar ditetntukan
secara teliti.
Fatik dapat diartikan sebagai kelelahan yang merupakan skor logam yang
timbul akibat pembebanan yang besar sehingga mengalami perubahan pada sifat
logamnya.
Setelah melewati titik fatik,terjadilah proses necking.kekuatan tarik dapat
dijadikan sebagai pedoman dasar untuk konstruksi yang mengalami beban
tarik.JUmlah siklus yang dipikul oleh logam akan turun dengan naiknya variable
yang mempengaruhi daya-daya tahan fatik
Retak fatik kerap kali berawal dari permukaan komponen bekas
permesinan atau ketidakpastian lain harus dihilangkan dan usaha ini berpengaruh
sekali terhadap retak fatik tersebut.
Perlakuan permukaan akan meninngkatkan umur-umur fatik.Pengaruh
terhadap umur fatik hampir tidak ada.

15
2.6 Titik Puncak ( Ultimate Point )
Tegangan maksimum terjadi bila beban telah mencapai titik ultimate
tensile strength atau kekuatan utama.
Grafik dibawah menunjukkan titik U sebagai titik puncak.

Gambar 2.3 Titik Puncak


Sumber:https://www.google.com/search?
q=diagram+elastisitas&safe=strict&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjozKW
Q1s7jAhWVTX0KHaQ7BuIQ_AUIESgB&biw=1366&bih=657#imgrc=1A4VrPm6OzQCLM:
Kekuatan utama adalah tegangan maksimum yang material dapat
menahan saat sedang diregangkan atau ditarik sebelum gagal/putus (fracture).
Kekuatan tarik hampir sama dengan kekuatan tekan dan nilai-nilainya
bias sangat bebeda.
Beberapa bahkan mematah tajam tanpa deformasi plastik yang disebut
dengan kegagalan getas.
UTS (Ultimate tensile strength) atau kekuatan tarik maksimum adalah
sudah menjadi kebiasaan mendasar kekuatan struktur pada kekuatan tarik
meskipun dikurangi dengan safety factor yang sesuai.Dari nilai UTS kita bisa

16
mengetahui sifat kekerasan,meskipun nilai UTS kita bisa mengetahui bukan satu
satunya indicator untuk mengidentifikasikan tegangan maksimum yang dapat
dilakukan oleh material sebelum terjadinya fracture sehingga jika makin besar
beban yang diperlukan untuk mendeformasikan plastis suatu material ini dengan
kekerasan adalah kekerasan yang berkaitan dengan kekuatan.
Penambahan tegangan di atas nilai tegangan tarik maksimu atau
mengakibatkan keruntuhan pada baja tersebut ini akan digunakan untuk nilai pada
kasus uji tarik baja dengan mutu tinggi ,terdapat perbedaan dengan mutu baja.
Pada kasus uji tarik baja dengan mutu tinggi terdapat pulak perbedaan
dengan baja mutu sedang kurva tegangan-regangan yang dihasilkan bahwa nilai
kuat tarik maksimum lebih tinggi dari baja mutu sedang. Namun karena tidak
jelasnya batas-batas plastis dan elastic dari kurva tegangan-regangan
menunjukkan bahwa baja mutu tinggi tidak lebih ductility dari baja mutu sedang.
Tidak dijelaskan di awal bahwa terdapat dasarnya baja adalah besi yang
mengalami percampuran dengan karbon dan zat atau bahan lainnya.
Karakteristik baja yang paling menonjol adalah kuat tariknya berdasarkan
pelitian yang telah dilakukan, diketahuo bahwa terdapat perilaku uji tarik
.Material baja yang telah dilakukan,diketahui bahwa terdapat perilaku uji tarik
.Material baja terdapat hubungan yang cukup menarik anatar parameter tegangan-
regangan yang terjadi pada baja tersebut sebagaimana dilakukan pada material.

17
2.7 Titik Patah (Fracture Point)

Dalam ilmu material, ketangguhan patah adalah property yang


menggambarkan kemampuan suatu bahan yang mengandung celah untuk
melawan patah pada bahan. Pada titik ini merupakan suatu sifat yang penting dari
setiap bahan untuk banyak aplikasi. Desain di bawah ini merupakan suatu titik
patah (fracture).

Gambar 2.4 Titik Patah

Sumber:https://www.google.com/search?
q=diagram+elastisitas&safe=strict&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjozKW
Q1s7jAhWVTX0KHaQ7BuIQ_AUIESgB&biw=1366&bih=657#imgrc=1A4VrPm6OzQCLM:

Pada titik F adalah titik dimana suatu bahan mengalami patah sehingga
benda tersebut terlebih dulu, linier-elastic fracture. Ketangguhan material
ditentukan dari faktor intensitas tegangan (k).

Ketangguhan retak adalah cara mengekpresikan resistensi bahan untuk


patah.

18
Percobaan tegangan regangan diakhiri dengan perpatahan ada beberapa
jenis seperti patah ulet, patah rapuh dang etas.

Patah ulet adalah patah yang didahului dengan deformasi plastis dan
disertai dengan penyerapan energy. Patah rapuh adalah perpatahan yang tidak ada
penyerapan energy.

Patah getas adalah perpatahan akibat perpatahan getas tidak terjadi


deformasi plastis dan penyerapan energy hanya sedikit.

Perpatahan getas memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Tidak ada atau sedikit sekali deformasi plastis pada material

2. Retak / perpatahan merambat sepanjang bidang kristalis membelah atom-atom


material.

3. Pada material lunak dengan bulir kasar.

4. Material keras dengan butir halus (fine grain) tidak memiliki pola-pola yang
mudah dibedakan sehingga sangat sulit dilihat dengan mata kita.

Titik patah adalah titik dimana benda sudah tidak bisa mempertahankan
kesatuannya sehingga patah menjadi dua bagian itu.

Hal ini diakibatkan sangat lemahnya gaya tarik menarik antar atom benda,
sehingga benda dapat dipisahkan.

Kekuatan patah adalah besaran yang menentukan sekuat apa material yang
diuji sampai patah atau mengalami fracture.

Tegangan patah adalah bentuk property dari kekuatan patah tersebut.

Untuk material logam biasanya diawali dengan regangan elastis terlebih


dahulu, lalu mencapai daerah luluh kemudian ke daerah plastis. Di area plastis
inilah material akan didapatkan titik puncak (ultimate point) nya, setelah ini
tegangan akan turun sampai benda mengalami fatik kemudian mengalami patah.

19
Patahan pada benda atau material terbagi menjadi dua yaitu patahan ulet
dan patahan getas dapat dilihat dari bentuk patahan yang terjadi setelah pengujian.

2.8 Faktor yang Mempengaruhi Kekerasan atau Keuletan Benda Kerja

Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi suatu kekerasan maupun


kekuatan material, antara lain :

1. Kadar Karbon

Kadar karbon berpengaruh terhadap kekerasan suatu material atau bahan.


Pengaruh kadar karbon terhadap kekerasan suatu material merupakan sifat
mekanik yang dimiliki oleh baja.

Penambahan kadar karbon sangat memperngaruhi kekerasn, dimana


dengan menggunakan kadar karbon yang lebih tinggi, makan kekerasannya
semakin keras.

Berikut beberapa unsur paduan yang sering dipadukan dengan baja.

a. Karbon (C)

Menentukan tingkat kekerasan suatu logam tetapi keuletannya cenderung


menurun.

b. Mangan (Mn)

Mangan berfungsi untuk memperbaiki kekuaran tariknya dan ketahanan


ausnya. Umumnya unsur ini membuat bahan lebih mengkilap.

c. silicon (Si)

Silikon untuk memperbaiki homogenitas pada baja. Selain itu dapat


menaikkan tegangan tarik dan menurunkan kecepatan pendinginan kirtis sehingga
baja karbon lebih elastis dan cocok dijadikan sebagai bahan pembuat pegas karena
bersifat baik dalam mempertahankan bentuk awal.

d. fosfor (P)

20
Fosfor dalam baja dibutuhkan dalam mempertinggi kualitas dan daya
tahan material sangat kecil 0,04%. Penambahan fosfor dimaksud untuk
memperoleh serpihan kecil-kecil pada saat proses permesinan berlangsung.

e. belerang (S)

Belerang atau sulfur dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat mampu


mesin. Keuntungan sulfur pada temperature biasa dapat memberikan ketahanan
pada saat gesekan tinggi.

f. Chrome (Cr)

Krom dengan karbon membentuk karbida yang dapat menambah keliatan ,


menaikkan daya korosi material dan juga terhadap keausan yang tinggi sehingga
keuletan berkurang.

g. nikel (Ni)

Sebagai unsur dalam baja paduan konstruksi dan baja mesin. Nikel
memperbaiki kekuatan tarik , sifat tahan panas, dan sifat magnetnya.

h. molibden (Mo)

Molibden akan mengurangi kecepatan pada baja karbon tinggi,


menstablikan karbida dalam material serta memperbaiki kekuatan baja.

i. titanium (Ti)

Titanium adalah sebuah unsur kimia yang merupakan logam transisi yang
ringan, berkilau dan tahan terhadap korosi. Titanium juga merupakan logam yang
lunak tetapi saat dipadukan dengan nikel (Ni) dan karbon steel akan lebih kuat.

Titanium dapat digunakan sebagai alloy dengan besi, alumunium,


vanadium, molybdenum, untuk memproduksi alloy yang kuat namun ringan.

j. tungsten (T)

Paduan ini dapat membentuk paduan karbida yang stabil yang sangat
keras. Mampu menaikkan suhu pelumasan dan mengembalikan perubahan bentuk

21
atau struktur secara perlahan-lahan. Tungsten memiliki titik lebur yang sangat
tinggi dibandingkan dengan zat non alooying yang lainnya.

Baja merupakan hasil paduan antara besi (Fe) dengan karbon yang relative
lebih lunak. Semakin tinggi kadar karbon maka semakin besar benda atau paduan
yang dicampurkan namun sebaliknya keuletan yang berada pada material tersebut
akan melemah.

2. Media pendignin

Media pendingin sangat berpengaruh pada suatu struktur mikro logam


pada saat logam telah mengalami pemanasan. Media pendingin dengan kecepatan
pendinginan yang cepat akan menghasilkan benda kerja yang keras. Namun, baja
yang keras akan menyebabkan turunnya keuletan baja tersebut.

3. Temperatur

Temperatur pemanasan dalam tungku akan mempengaruhi struktur yang


membentuk, dimana tinggi suhu pemanasan akan menyebabkan terbentuknya
struktur yang lunak karena jarak antara molekul semakin renggang sehingga
menjadikan material tersebut lunak., semakin besar volume massa pada benda
begitu juga sebaliknya.

Temperatur mengambil peran terhadap kekuaran material karena dapat


membuat bahan keras maupun lunak, tergantung dari besar atau kecilnya
pemanasan.

4. Bentuk dan dimensi butir

Bentuk dan dimensi butir material dengan ukuran butir kecil akan
memiliki kekerasan yang tinggi, sedangkan bulir yang besar akan memiliki
kekerasan yang rendah.

Untuk menambahkan kekuatan pada material ditambahkan logam yang


lain seperti kuningan dan perunggu, paduan antara tembaga dan seng, tembaga
tembaga dan timah putih. Hal ni dapat menambah kekuatan logam.

22
2.9 Standart Baja Tulang Beton
1. Ruang lingkup
Standar ini menetapkan acuan normatif, istilah, definisi, bahan baku,
jenis, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan, syarat
lulus uji, dan cara pengemasan baja tulangan beton yang digunakan untuk
keperluan penulangan konstruksi beton dengan memperhatikan aspek
keselamatan.
2. Acuan normatif
Dokumen acuan berikut dibutuhkan untuk aplikasi standar ini. Untuk
acuan yang menunjukkan tahun, hanya edisi yang disebutkan tahunnya yang
digunakan. Untuk acuan yang tidak menunjukkan tahun, acuan yang digunakan
adalah tahun edisi yang terakhir (termasuk setiap amandemen). SNI 0408, Cara
uji tarik untuk logam SNI 0371, Batang uji tarik untuk bahan logam SNl 0410,
Cara uji lengkung logam
3. Istilah dan definisi
3.1 Baja tulangan beton
Baja berbentuk batang berpenampang bundar dengan permukaan polos
atau sirip yang digunakan untuk penulangan beton, yang diproduksi dari bahan
baku billet dengan cara canai panas (hot rolling).
3.2 Bahan baku
Bahan baku yang digunakan billet baja tuang kontinyu untuk baja tulangan
beton dan baja profil ringan.
3.3 Ukuran nominal
Ukuran nominal ukuran sesuai yang ditetapkan
3.4 Toleransi
Toleransi besarnya penyimpangan yang diizinkan dari ukuran nominal
3.5 Diameter dalam
Diameter dalam ukuran diameter tanpa sirip pada baja tulangan beton sirip
3.6 Diameter efektif

23
hasil penimbangan dari berat contoh uji (kg) dibagi luas penampang dikali
berat jenis dengan rumus sebagai berikut:

4
de=
√ 0,785 π
b

Keterangan: de = diameter efektif (mm)


b = berat contoh uji per satuan panjang (kg/m)
3.7 Diamater aktual
Ukuran diameter aktual pada baja tulangan polos.
3.8 Sirip melintang
Setiap sirip yang terdapat pada permukaan batang baja tulangan beton
yang melintang terhadap sumbu batang baja tulangan beton.
3.9 Sirip membujur
Setiap sirip yang terdapat pada permukaan batang baja tulangan beton
yang membujur terhadap sumbu batang baja tulangan beton.
3.10 Gap (rib)
Lebar rusuk atau celah.
3.11 Ikat
Dua batang atau lebih baja tulangan beton diikat secara kuat, rapih dan
harus memiliki ukuran nominal, jenis serta kelas baja yang sama.
3.12 Bundel
Dua ikat atau lebih baja tulangan beton dengan ukuran nominal, jenis serta
kelas baja yang sama.
3.13 Lot
Dua bundel atau lebih baja tulangan beton dengan ukuran nominal, jenis,
serta kelas baja yang sama ditumpuk dalam satu kelompok.
3.14 Karat ringan
Karat akibat cuaca (tidak korosif) yang apabila digosok secara manual
dengan sikat kawat tidak meninggalkan cacat pada permukaan.
3.15 Cerna
Cacat pada permukaan baja tulangan yang terjadi akibat proses canai
panas.

24
3.16 Tensile Ratio (TS/YS)
Perbandingan antara kuat tarik (Tensile Strength, TS) terhadap kuat luluh
(Yield Strength).

2.10 Standar Pengujian Tarik SNI 2052-2017

Standar Uji Tarik dilakukan sesuai dengan SNI 0408, yaitu :

CARA UJI TARIK LOGAM

1. RUANG LINGKIP

Standar ini meliputi definisi, simbol-simbol dan cara uji tarik dari logam.

2. DEFINI

2.1 Regang dan Susut Penampang

2.1.1Panjang ukur mula batang uji bagian prismetik batang yang diukur sebelum
diuji yang dinyatakan dalam mm.

2.1.2 Luas penampang semula dari batang uji adalah luas penampang terkecil
yang terletak di bagian panjang ukur sebelum diuji.

2.1.3 Regang putus disebut secara singkat “regang” adalah perpanjangan dari
panjang ukur setelah batang uji putus, dinyatakan dalam persen (%) dari
panjangukur semula.

2.1.4 Susut penampang adalah selisih antara luas penampang semula dan luas
penampang pada tempat putus, dinyatakan dalam persen (%) dari luas
penampangsemula.

2.2 Beban dan Tegangan

2.2.1 Beban maksimal adalah beban pengujian tarik, dinyatakan dalam

2.2.2 Kuat tarik adalah tegangan yang didapat dari beban maksimum dibagi oleh
luas penampang semula dari batang uji, dinyatakan dalam kgf/mm2 (N/mm2).

2.2.3 Beban ulur adalah beban pada waktu terjadi deformasi plastis yang pada
seketika tidak menunjukkan kenaikan beban, bahkan sering menurun, dinyatakan
dalam kgf (N).

2.2.4 Batas ulur atau kuat ulur adalah beban ulur dibagi luas penampang semula
dari batanguji, dinyatakan dalam kgf/mm2 (N/mm2).

25
2.2.5 Batas ulur teratas atau kuat ulur teratas adalah tegangan yang didapat dari
beban, pada puncak pertama diagram tarik pada waktu terjadinya deformasi
plastis dibagi oleh luas penampang semula dari batang uji, dinyatakan dalam
kgf/mm2 (N/mm2).

2.2.6 Batas ulur terbawah atau kuat ulur terbawah adalah tegangan yang didapat
dari beban terendah pada waktu terjadinya deformasi plastis, dibagi oleh luas
penampang semula dari batang uji, dinyatakan dalam kgf/mm2 (N/mm2).

2.2.7 Batas regang adalah tegangan yang didapat dari beban pada waktu terjadinya
deformasi plastis yang tidak menunjukkan penurunan beban pada perpanjangan
plastis dalam presentase tertentu dari panjang ukur semula, dibagi oleh luas
penampang semula dari batang uji, dinyatakan dalam kgf/mm2 N/mm2.

2.2.8 Batas regang 0,2 adalah batas ulur pada perpanjangan plastis 0,2% dari
panjang ukur semula dibagi oleh luas penampang dari batang uji, dinyatakan
dalam kgf/mm2 (N/mm2.

2.2.9 Modulus elastisitas adalah nilai yang didapat dari tegangan elastis dibagi
oleh regang elastis pada tegangan elastis yangbersangkutan.

Gambar 2.5 Penarikan Batang

Sumber:SNI 0408-1989 cara uji Tarik

26
Gambar 2.6 Penarikan Batang

Sumber:SNI 0408-1989 cara uji Tarik

Gambar 2.7 Penentuan Panjang Ukur Setelah Patah

Sumber:SNI 0408-1989 cara uji Tarik

Gambar 2.9 Batang uji setelah diuji

Sumber:SNI 0408-1989 cara uji Tarik

Dengan penarikan garis D - T sejajar dengan garis modul B dapat ditentukan


secara mendekati perpanjangan C. Dengan jarak 0,2 x C/A, di mana A adalah
regang, ditarik garis sejajar dengan garis modul B, sehingga memotong garis
lengkung diagram tarik dan titik potong ini menentukan batas regang 0,2%.

3. SIMBOL – SIMBOL

L1 = panjang bagian yang prismatis dalam mm

Lo = panjang ukur semula dalam mm

Lu = panjang ukur setelah putus dalam mm

So = luas penampang semula (terkecil) dari bagian panjang ukur dalam mm2

Su = luas penampang pada tempat putus dalam mm2

27
Fm = beban maksimum dalam kgf

Lu = Lo = perpanjangan tetap setelah putus dalam mm

Lu−Lo
A = regang = X 100 %
Lo

So−Su
Z = susutpenamPang = X 100 %
So

Fm
Rm = kuat-tarik = kgf/mm2 (N/mm2)
So

Q 0,2 = beban pada perpanjangan plastis 0,2 dalam kgf (N)

QH = beban pada batas ulur teratas kgf (N)

QL = beban pada tegangan ulur bawah kgf (N)

QH
RcH = Tegangan ulur atas = kgf/mm2 (N/mm2)
So

QL
RcL = Tegangan ulurbawah = kgf/mm2 (N/mm2)
So

Rp = Tegangan ulur

Rp 0,2 = Tegangan ulur 0,2

E = Modulus Elastisitas

S = sekon

4. CARAUJI

4.1 Prinsip Pengujian

Pengujian terdiri dari penarikan batang uji secara terus menerus dengan
gaya yang bertambah besar sampai putus dengan tujuan untuk menentukan nilai-
nilai tarik.

4,2 Batang Uji

Bentuk dan ukuran batang uji tarik menurut SNI 07-0371 - 1989, Batang
Uji Tarik untuk logam.

4.3 Peralatan

4.3.1 Mesin Uji

28
Uji tarik dilakukan pada mesin uji tarik. Jalannya pembebanan, beban
maksimum dan beban putus harus dapat dibaca. Mesin uji tarik hanrs dikalibrasi
menurut ketentuan kalibrasi mesin uji yang berlaku dan harus memenuhi syarat
sebagai tingkat (grade) tertentu. Pembacaan beban harus dapat sampai 10% di atas
beban maksimum menurut skala penunjuk beban yang dipakai pada mesin uji
tarik.

2.11 Kecepatan Pembebanan Uji Tarik

Kecepatan pembebanan uji Tarik dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Displacement control
b. Load control
Pengaruh penggunaan jenis kecepatan pengujian displacement control
dan load control terhadap hasil uji tarik specimen adalah sebagai berikut:

1. Seluruh specimen uji tarik pelat baja cold formed yang menggunakan
kecepatan pengujian jenis displacement control menghasilkan bentuk keutuhan
yang berupa leleh pada bagian gage length. Hal ini berbeda dengan specimen
yang diuji dengan menggunakan kecepatan jenis load control.
2. Besaran nilai property material yang dihasilkan antara pengujian yang
menggunakan displacement control dan load control tidak berbeda jauh dan
memiliki kesamaan bentuk kurva p-dela, yaitu batas elastis.
SNI 2052-2017 menjelaskan uji tarik logam seperti baja atau logam
paduan. Test ini menunjukkan sifat mekanik yang penting seperti kekuatan yield,
kekuatan tarik, perpanjangan dan pengaruh daerah.

Test tarik SNI 2052-2017 menentukan daktilitas dan kekuatan dari


berbagai logam ketika menjalani tegangan tarik unaksial.

Sebuah mesin uji universal elektro mekanis atau hidrolik dilengkapi


dengan gaya grip specimen yang tepat, sebuah ekstensometer dan perangkat lunak
yang mampu mengendalikan laju regangan dan merekan stress data regangan
perlu dilakukan test ini.

Kesimpulan adalah kenaikan (laju) kecepatan regangan pada kisaran


temperature tertentu akan meningkatkan tegangan maksimum / kekuatan
maksimum (ultimate strength).

Kecepatan pencekaman pada uji tarik material, baik itu benttuk bulat
maupun plat, diatur dalam American Society Testing Material (SNI) 2051-2017.

29
Kecepatan pembebanan pada alas uji tarik berbeda beda sesuai dengan jenis dan
kapasitas uji tariknya.

Kepatan pembebanan pada uji tarik yang dilakukan ini yaitu pada 0.015
± 0.006 mm/menit, ini adalah laju peregangan.

Laju peregangan (straining) pada 0.005 mm/menit sering kali digunakan


untuk aerospace atau mesin luar angkasa.

Kemudian laju crosshead atau cekam harus dijaga dan diatur pada 0.015
± 0.003 mm/menit. Kecepatan testing jg harus didatur antara 0.05 dan 0.5
mm/menit.

2.12 Kegagalan Dalam Uji Tarik

Kenapa mesin/peralatan atau elemen mesin mengalami kegagalan?


Pertanyaan ini adalah masalah mendasar yang telah menghantui ilmuwan dan
insinyur sejak berabad-abad lalu. Mekanisme terjadinya kegagalan kini lebih
dipahami seiring kemajuan teknik pengujian dan pengukuran. Kegagalan pada
suatu elemen mesin dapat terjadi dalam berbagai wujud seperti misalnya yielding,
retak, patah, scoring, pitting, korosi, aus, dan lain-lain. Agen penyebab kegagalan
juga bermacam-macam seperti misalnya salah design, beban operasional,
kesalahan maintenance, cacat material, temperatur, lingkungan, waktu, dan lain-
lain. Dengan pengetahuan yang lengkap tentang kegagalan, maka para insinyur
dapat mempertimbangkan berbagai aspek penyebab kegagalan dalam perancangan
sehingga diharapkan kegagalan tidak akan terjadi selama umur teknisnya. Dalam
bab ini hanya akan dibahas kegagalan elemen mesin yang diakibatkan oleh beban
mekanis. Beban mekanis yang dimaksud adalah beban dalam bentuk gaya,
momen, tekanan, dan beban mekanis lainnya. Kegagalan akibat beban mekanis
adalah berhubungan dengan jenis tegangan yang terjadi pada komponen mesin.
Pertanyaannya adalah : tipe tegangan seperti apa yang akan menimbulkan
kegagalan? tegangan tarik? tegangan tekan? atau tegangan geser? Faktor lain
apakah yang juga ikut berpengaruh dalam menimbulkan kegagalan?

30
Gambar 2.9 Kegagalan akibat tegangan tarik uniaksial dan torsi murni

Sumber:https://www.google.com/search?
safe=strict&ei=aOE4XaPdF8i89QPYwZmoDg&q=kegagalan+yang+terjadi+dalam+uji+tarik
&oq=kegagalan+yang+terjadi+dalam+uji+tari

Gambar 2.9 (a) menunjukkan lingkaran Mohr untuk spesimen yang


mendapat beban tarik uniaksial. Terlihat bahwa spesimen juga mengalami
tegangan geser dengan nilai maksimum sebesar setengah tegangan normal
maksimum. Hal sebaliknya juga terjadi pada spesimen yang mendapat beban torsi
murni, ternyata spesimen juga mengalami tegangan normal dengan nilai
maksimum sama dengan tegangan geser maksimum. Jadi tegangan manakah yang
lebih berperan menimbulkan kegagalan ? Uji tarik dapat menjelaskan terjadinya
kegagalan pada spesimen yang mendapat beban uniaksial. Gambar 5.2
menunjukkan kurva tegangan-regangan pada spesimen material ulet (ductile) dan
material getas (brittle). Terlihat fenomena “yielding” pada material ulet,
sedangkan pada material getas, kegagalan atau patah terjadi tanpa adanya yielding
yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat kegagalan untuk material
ulet akan dibatasi oleh kekuatan yield, dan material getas dibatasi oleh kekuatan
ultimate. Analisis menunjukkan bahwa untuk material ulet, kegagalan lebih
ditentukan oleh kekuatan geser, sedangkan untuk material getas, kegagalan lebih
ditentukan oleh kekuatan tensile. Hal ini mengindikasikan bahwa perlu
dikembangkan teori atau kriteria kegagalan yang berbeda antara material ulet dan

31
material getas. Variabel yang membedakan apakah material bersifat getas atau
ulet dapat di baca di referensi.

2.13 Software Komputer Untuk Uji Tarik

Penggunaan software computer dalam analisa uji Tarik berguna untuk


mengetahui titik terlemah pada suatu bahan tanpa harus menggunakan alat dan
bahan yang akan ditarik namun cukup dengan aplikasi software yang
menampilkan bahan dalam bentuk 3D kita dapat melihat titik terlemah pada
material. Software Ansys merupakan software berbasis elemen hingga atau FEA.

Penggunaannya mencakup simulasi struktur , dinamika fluida , akustik


dan elektromagnetik. Ansys merupakan salah satu dari Computer Aided
Engineering (CAE) yang dikembangkan oleh Ansys Inc. Ansys mechanical ,
Ansys multiphysiscs dan produk non komersial merupakan variasi dari Ansys dan
post processing dalam suatu tampilan penggunaan Ansys cukup mudah. Kita
dapat mendesain dengan Ansys atau dengan Solidworks dan Autocad dengan

32
menginput data ke dalam Ansys serta dapat menguji material dengan memberi
arah gaya yang kita butuhkan dan melihat deformasi pada material uji.

Gambar 2.10 Tampilan Ansys

Sumber: https://www.theengineer.co.uk/supplier-network/product/product-
presentation-ansys-workbench-16-0-meshing/

Pada simulasi Ansys terdapat bahan yang dilakukan pengujian Tarik


yaitu daerah biru yang menunjukkan titik aman saat pengujian atau pemberian
beban atau gaya karena adanya penampang luas dan warna yang lebih cerah
menunjukkan terjadinya deformasi.

Pada pengujian Tarik di software Ansys dalam bidang rekayasa dan


engineering sangat membantu para penguji karena dengan melakukan pengujian
pada aplikasi Ansys , kita dapat melakukan pengujian berkali-kali tanpa harus
menggunakan spesimen dan hasil pengujian dapat kita konversikan dalam data
tegangan dan regangan secara otomatis tanpa harus dikonversikan oleh kita jika
menggunakan mesin uji uji.

33
Gambar 2.11 Pengujian Tarik Pada Ansys

Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=uW0PRpw-RCU

Gambar diatas menunjukkan pengujian Tarik yang dilakukan pada Ansys


dan didapatkan tegangan dan regangan serta deformasi yang terjadi.

Software UTM adalah software yang digunakan pada pengujian Tarik


untuk praktikum kali ini. Perangkat lunak uji tersebut telah dirancang secara
ergonomis untuk memenuhi berbagai kebutuhan pelanggan sesuai kebutuhan
mereka dan mengoperasikan perangkat lunak ini sangat ramah penggunaan dan
fiturnya sudah cukup jelas.

Features (layar pengantar) menunjukkan fitur dan fasilitas tampilan yang


tersedia ditampilkan pertama pada perangkat lunak.

Berbagai model test yaitu:

1. Uji Tarik
2. Uji Tekan
3. Uji Bengkok
4. Uji Geser
2.14 Inovasi Pengujian Tarik

Teknologi Uji Tarik Dengan Rubber Testing Equipment Rabu, 24 Juli


2019 Berbicara tentang teknologi pengujian maka akan banyak berbicara tentang
berbacam macam alat pengujian sesuai aplikasi dan fungsi, tidak terkecuali
dengan artikel yang akan dibahas hari ini, yaitu tentang melakukan pengujian tarik
pada material karet dengan menggunakan Rubber Testing Equipment. Jika kita
ingin melakukan suatu standarisasi atau ingin melihat performa dari suatu produk
dibutuhkan suatu pengujian yang dapat mengetahui performa dan kualitas dari
produk yang diuji. Uji Tarik atau pengujian tarik adalah salah satu jenis pengujian
yang berfungsi untuk mengetahui sifat – sifat suatu bahan atau material yang diuji
. Pengujian Tarik dilakukan dengan menarik suatu bahan, maka akan diketahui
bagaimana bahan akan bereaksi terhadap tenaga tarikan, selain itu juga dapat
diketahui sejauh mana material akan bertambah panjang. Alat percobaan uji tarik

34
ini harus memiliki cengkeraman (grip) yang kuat dan kekakuan yang tinggi
(highly stiff). Pada industri karet (latex), pengujian uji tarik juga dilakukan untuk
uji komponen yang berbahan karet, uji tarik pada karet (rubber) dapat dilakukan
dengan menggunakan alat uji karet (Rubber Testing Equipment). Terdapat
beberapa macam dan jenis dari alat uji karet, untuk melakukan pengujian tarik
pada karet dapat menggunakan tensile strength tester yang merupakan instrument
atau alat yang di gunakan untuk mengukur pengujian agar mengetahui sifat-sifat
suatu component seperti kelenturan (elongation), kekuatan, bending, dll. Dengan
menarik suatu material kita akan segera mengetahui bagaimana material tersebut
bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana element itu
bertambah panjang. Pabrik industri ban merupakan salah satu industri karet
(rubber) yang menggunakan tensile strength tester, mereka menggunakan salah
satu rubber testing equipment ini untuk menguji pemuluran (elongation) pada
components. Untuk mendapatkan tensile strength tester yang berkualitas dan
dapat terus mendukung kinerja dalam melakukan pengujian tarik pada karet
(rubber), dibutuhkan tensile strength tester yang berkualitas serta tidak terlalu
mudah mengalami permasalahan, oleh sebap itu Alat Uji memiliki member
penjualan alat - alat pengujian yaitu Testing Indonesia yang bergerak dibidang
penyedia produk pengujian (testing) serta jasa pengujian yang memiliki beberapa
rubber testing equipment salah satunya adalah tensile strength tester. Keuntungan
menggunakan produk dari testing indonesia adalah, anda dapat berkonsultasi
langsung dengan engineering terkait dan berpengalaman serta terdapat garansi
after product sales setiap pembelian produk baru. Karena banyaknya material
yang membutuhkan uji Tarik ( Tensile Test) sebelum material tersebut digunakan
baik untuk mendesai pesawat terbang, atau konstruksi atau rangaka dari
kenderaan, maka oleh karena itu harus membuat berbagai macam alat uji Tarik
( Tensile Test ) untuk setiap material yang ada, hal ini merupakan tantangan yang
sangat besar bagi para insinyur atau para engineer supaya kecelakaan dalam
proses perancangan semakin sedikit ataupun terjadimya hal yang tidak diinginkan
oleh para pembuat atau perancang.

35
BAB III

ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum tensile test adalah :

1. Mesin uji tarik ( Universal testing Machine)

Digunakan untuk memberi beban tarikan terhadap spesimen yang akan


diuji kekuatannya.

16

36
1
15

2
14

3
13
4
12
5

11
6

10
7

9
8
Gambar 3.1 Mesin Uji Tarik

Sumber : Laboratorium Fenomena Dasar

Keterangan :

1. Pulpen

2. Kertas Grafik

3. Tombol Pump-On

4. Lampu indikator Mesin

5. Tombol Load

6. Tombol Pump-Off

7. Oil Pump

8. Unload Valve

9. tombol Penurun Chuck Bawah

10. Tombol Penaik Chuck Atas

11. Jarum penunjuk Skala

37
12. Pembaca Skala

13. Chuck bawah

14. Pengunci Chuck bawah

15. Chuck Atas

16. Pengunci Chuck Atas

Untuk spesifikasi dari mesin yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tipe : AMU

Kapasitas : 1010u

MFG No : 20749

Tanggal : Mei 1989

2. Palu

Digunakan saat spesimen sangkut pada penjepit mesin uji tarik

Gambar 3.2 Palu

Sumber : https://www.indotrading.com/tangerang/palu_3053/

3, Tang

Digunakan dalam pemasangan spesimen atau benda kerja

38
Gambar 3.3 Tang

Sumber : https://id.aliexpress.com/item/6PCS-European-Cutting-Pliers-8-200mm-
Electrician-Pliers-Wire-Cutter-Combination-Pliers-Shear-Sharp-Multi-
tool/32798938660.html

4. Jangka Sorong

Jangka sorong digunakan untuk mengukur dimensi spesimen.

Selain mengukur panjang dari spesimen jangka sorong juga dihunakan


untuk mengukur diameter pada titik-titik tertentu.

1
7
2
6
3

5 4

Gambar 3.4 Jangka Sorong

Sumber : http://rumusrumus.com/cara-membaca-jangka-sorong/

Keterangan :

1. Rahang geser atas

2. Skala Utama

3. Skala Nonius

4. Rahang geser bawah

5. Rahang tetap bawah

6. pengukur kedalaman

7. Rahang tetap atas

39
5. Pulpen

Pulpen digunakan untuk mencata data hasil pengukuran.

Gambar 3.5 Pulpen

Sumber :
https://ekonomi.kompas.com/read/2014/08/25/185255126/Makin.Tergeser.di.Dala
m.Negeri.Produsen.Pulpen.Ini.Genjot.Ekspor

6. Correction Pen

Digunakan untuk menentukan batas diameter asal yang diukur pada


spesimen sehingga dapat dilakukan pengukuran.

Gambar 3.6 Correction Pen

Sumber : https://www.jakmall.com/papershop-jkt/tip-x-cair-tip-ex-correction-pen-
kenko#8678880691930

7. Pensil

Digunakan dalam mencatat data sheet yang diperlukan

Gambar 3.7 Pensil

40
Sumber : https://arisudev.wordpress.com/2011/12/28/perbedaan-pensil-2b-dan-
pensil-hb/

8. Penghapus pensil
Digunakan dalam mencatat data sheet yang diperlukan.

Gambar 3.8 Penghapus Pensil


Sumber : http://www.stationary.co.id/id/penghapus-pensil-staedler-besar

9. Kalkulator
Digunakan untuk proses perhitungan analisa uji.

Gambar 3.9 kalkulator


Sumber : https://www.elevenia.co.id/prd-casio-fx-350-ms-scientific-kalkulator-
calculator-19305103
10. Penggaris
Digunakan dalam mencatat data sheet.

Gambar 3.10 Penggaris

41
Sumber : https://www.tokopedia.com/dips-media/penggaris-15cm-butterfly-
murah

11. Spidol
Digunakan untuk mencatat teori dari pengujian

Gambar 3.11 Spidol


Sumber : http://atkgolden.com/product/spidol-snowman-permanent-g-12/

12. Pengapus Spidol


Digunakan dalam mencatat teori pengujian

Gambar 3.12 Penghapus Spidol


Sumber : https://www.tokopedia.com/masterexecutive/gunindo-penghapus-spidol-
white-board-eraser-wb-803

13. Kaus kaki


Digunakan sebagai perlengkapan safety kaki

42
Gambar 3.13 Kaus Kaki
Sumber : https://beauty-tools.info/product/flash-sale-cotton-republic-bisnis-di-
kaus-kaki-tabung-kaus-kaki-kaus-kaki-laki-laki-abu-abu-price-checker-
1438621.html

14. Sepatu Safety


Digunakan sebagai perlengkapan safety kaki

Gambar 3.14 Sepatu Safety


Sumber : http://www.elevenia.co.id/prd-6-warna-sepatu-pria-sepatu-boots-pria-
sepatu-safety-boots-pr-2910373

15. Helm safety


Digunakan untuk melindungi kepala pada saat pengujian berlangsung

Gamabar 3.15 Helm Safety


Sumber : http://tigaem.com/face-shield/2006-3m-helm-safety-proyek-hard-hat-h-
702r-yellow-4-point-ratchet-suspension-20-eacase.html
16. Masker
Digunakan untuk melindungi mulut dan hidung pada saat pengujian

43
Gambar 3.16 Masker
Sumber : https://www.tokopedia.com/vbshoppe/masker-kain-anti-debumasker-
dokter-disposable-mask-masker-mulut-masker-motor-masker-carbon

17. Satu Unit Komputer


Digunkan dalam komputerisasi tegangan-regangan yang terjadi pada
pengujian

2
3
Gambar 3.17 Satu Unit Komputer
Sumber : https://winpoin.com/bagian-bagian-komputer/
Keterangan :
1. Monitor
2. Mouse
3. keyboard
4. CPU

3.2 Bahan

44
Adapun bahan yang digunakan dalam uji tarik adalah:

1. Baja Tulang Beton SNI 2052-2017

Baja Tulang Beton SNI 2052-2017 adalah jenis baja structural dengan kekuatan
tarik 60 kg /mm2

Gambar 3.18 Spesimen sebelum uji tarik standar SNI 2052-2017

Gambar 3.18 Spesimen Sesudah uji tarik standar SNI 2052-2017

BAB IV

PROSEDUR PERCOBAAN

Dalam percobaan uji tarik langkah kerjanya adalah sebagau berikut

1. Mempersiapkan alat dan bahan percobaan.


2. Mengukur spesimen uji tarik seperti mengukur panjang (lo ) dan diameter (do) .

45
1
3. Menghitung luas penampang spesimen dengan menggunakan rumus A= πD 2.
4
4. Menuliskan hasil pengukuran kedalam data sheet.
5. Menghidupkan mesin uji tarik (universal testing machine).
6. Membuka lebar katup unload valve, pastikan angina keluar kemudian katup
kembali, katup unload valve dan load valve.
7. Cek semua kondisi mesin, apakah tombol pump on, crosshead up, crosshead
down dan pump-off berjalan denagn lancar dan bekerja sesuai fungsinya.
8. Memberi tanda pada cekaman spesimen dengan menggunakan correction pen
9. Memasang spesimen pada cekam atas
10. Menaikkan cekam bawah dengan menekan tombol crosshead-up sampai cekam
bawah mengenai spesimen sesuai batasan cekam
11. Pasang spesimen pasa cekam bawah
12. Menjalankan software universal testing machine
13. Pilih menu preparation
14. Pilih test type: tensile test
15. Pada pengujian spesimen pilih round spesimen
16. Masukkan data data spesimen seperti diameter awal dan panjang awal
spesimen
17. Close menu preparation
18. Pilih menu testing
19. Pilih menu scale dan masukkan nilai 1000 kgf
20. Atur tombol force hingga mencapai 10.000 kgf
21. Atur tombol untuk menaikkan atau menurunkan nilai gaya pada skala sesuai
beban
22. Pilih bahan spesimen uji steel alloy
23. Hidupkan tombol pump on
24. Tekan tombol start pada computer
25. Membuka tombol valve, sampai angka nilai sroke di computer dan load valve
berhenti berputar
26. Tekan tombol pump off jika spesimen sudah patah
27. Tekan tombol stop pada computer
28. Menekan crosshead down sehinnga cekam bawah turun

46
29. Mengambil spesimen pada cekam atas
30. Mengukur spesimen hasil uji tarik
31. Mengukur panjang akhir
32. Menuliskan hasil pengukuran ke dalam data sheet
F
33. Dilakukan perhitungan tegangan regangan dengan menggunakan rumus σ ,
A
yaitu lengan mulur, tegangan tarik tegangan patah benda sampai nilai beban
yaitu beban yield, beban maksimum dan beban patah
∆l
34. Menghitung nilai penguluran (elongation) dengan menggunakan rumus %=
lo
35. Selesai

BAB V
HASIL DAN ANALISA

5.1 Lampiran Data Sheet Hasil Percobaan


(Terlampir)

5.2 Grafik Hasil Uji Tarik


(Terlampir)

47
5.3 Hitungan Hasil Percobaan Menggunakan Rumus Empiris
Data Diketahui :
- D (diameter) = 9,07 mm
- l0 (panjang awal) = 200 mm
- l0 + ∆l = 228 mm
- Beban Yield = 3250 Kgf
- Beban Maksimum = 4101,29 Kgf
- Beban Patah = 3005,63 Kgf
- Luas Penampang :
π 3,14
A= D 2 = ¿
4 4

Beban Yield
- Tegangan mulur (Yield Stress) =
A
3250 Kgf
¿ =50,327 Kgf /mm 2
64,577 mm

Beban Maksimum
- Tegangan tarik (Tensile Stress) =
A
4101,29 Kgf
¿ =63,51 Kgf /mm2
64,577 bmm

Beban Patah
- Tegangan patah (Fracture Stress) =
A
3005,63 Kgf
¿ =46,543 Kgf /mm2
64,577 mm

∆l 28
- Penguluran (Elongation Stress) ¿ x 100 %= x 100 %=0,14 %
l0 200
1. Data Sheet

48
2. Grafik Hasil Uji Tarik

49
BAB VI

50
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari pengujian Tensile Test ini adalah sebagai berikut

1. Uji tarik (tensile test) adalah pengujian kekuatan bahan dan material dengan
metode penarikan specimen.
2. Kekutatan tarik adalah kekuatan akibat pembebanan dari awal hingga
mencapai titik maksimum. Kekuatan Yield adalah kekuatan dimana material
akan berubah dari deformasi plastik. Kekuatan padah adalah kekuatan dimana
benda tidak dapat lagi menahan pembebanan yang ada.
3. Pada SNI 2052-2017 dengan panjang 200 mm dengan luas penampang 63,577
mm2 memiliki titik puncak (ultimate tensile strength) pada 4101,29 kgf.
4. Pada SNI 2052-2017 dengan panjang 200 mm dengan luas penampang 64,577
mm2 memiliki titik patah (fracture point) pada 3005,63 kgf.
5. Pada SNI 2052-2017 dengan panjang 200 mm dengan luas penampang 64,577
memiliki titik luluh(yield point) pada 3250 kgf.
6. Tegangan tarik maksimum pada pengujian ini terjadi pada angka 63,51
kgf/mm2.
7. Teganngan mulur pada pengujian ini terjadi pada angka 50,327 kgf/mm2.
8. Tegangan patah pada pengujian ini terjadi pada angka 46,543 kgf/mm2.
9. Pertambahan panjang setelah mengalami deformasi menjadi 28 mm dengan
panjang akhir 228 mm.
10. Penguluran (elongation ) terjadi mengalami uji tarik sebesar 0,14 %.

6.2 Saran

51
6.2.1 Saran untuk Asisten
1. Asisten sebaiknya waktu praktikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
sebelumnya.
2. Asisten sebaiknya tidak menggunakan nada yang tinggi pada waktu berbicara.
3. Asisten sebaiknya memastikan terlebih dahulu kondisi dari praktikan.

6.2.2 Saran Untuk Praktikan


1. Praktikan sebaiknya sebelum praktikum menyiapkan perlengkapan praktikum.
2. Praktikum sebaiknya waktu asisten laboratorium memberikan arahan,
diperhatikan dengan baik-baik.
3. Sebaiknya praktikan rajin dalam asistensi laporan kepada asisten.

6.2.3 Saran untuk laboratorium


1. Sebaiknya tempat praktikum terpisah dari praktikum yang lain.
2. Sebaiknya alat labortorium memiliki mesin yang terbaru untuk mendapatkan
hasil yang valid.
3. Sebaiknya dilakukan penambahan bidensio motor pada mesin uji tensile untuk
mendapatkan data regangan dan necking lebih baik.

52
DAFTAR PUSTAKA

[1]
Asisten Laboratorium Mekanika Teknik . 2017 . “ Modul Praktikum Mekanika
Teknik Fenomena Dasar”. Departemen Teknik Mesin , Fakultas Teknik ,
Universitas Sumatera Utara .

[2]
Askelan ., D.R ., 1985 , “ The Science and Engineering of Material” . Alternate
Edition.Boston , USA : Plus Enguneering.

[3]
Dieter , E. George . 1993 . “ Metalurgi Teknik”. Jakarta : PT. Gelora Aksara
Pratama
[4]
Davis , H.E ., dkk . The Testing and Inspection of Engineering Materials “ , Mc
Graw - Hill Book Co.

[5]
Popov . “ Mechanics of Solid Materials “ , Pretince – Hall Inc. Englewood
Cliffs : USA. .1978
[6]
Kalpakjian , Serope . 2003 . ,”Manufacturing Processes for Engineering
Materials “Prentince- Hall Inc , Upper Sadle River , NJ.

[7]
http : //fisikazone/tegangan_stress/
[8]
Jurnal “ Standard Test Method for Tension Testing of Metalls Materials”
[9]
Jurnal “ Pengaruh kecepatan pengujian terhadap hasil uji tarik pelat baja”.
[10]
www.alatuji.com/article/detail/2/uji_tarik/
[11]
http://alatsafety.net
[12]
http://hamzaha.student
[13]
http://id.m.wikipedia.org/

[14]
http://serasih.wordpress.com/

53
LABORATORIUM MEKANIKA TEKNI (FENOMENA
DASAR)
LAPORAN PRAKTIKUM
PERCOBAAN TENSILE TEST

OLEH :

NAMA : ULWAN AHMADI


NIM : 160401019
KELOMPOK : 5 (LIMA)

LABORATORIUM MEKANIKA TEKNIK (FENOMENA


DASAR)
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

54

Anda mungkin juga menyukai