Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Manusia dan Hakikat Agama Islam”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan
Agama Islam.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.

13 September 2019

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Berbicara tentang manusia dan agama dalam Islam adalah membicarakan sesuatu yang
sangat klasik namun senantiasa aktual. Berbicara tentang kedua hal tersebut sama saja
dengan berbicara tentang kita sendiri dan keyakinan asasi kita sebagai makhluk Tuhan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘manusia’ diartikan sebagai ‘makhluk yang
berakal budi (mampu menguasai makhluk lain); insan; orang’ (1989:558). Menurut
pengertian ini manusia adalah makhluk Tuhan yang diberi potensi akal dan budi, nalar dan
moral untuk dapat menguasai makhluk lainnya demi kemakmuran dan kemaslahatannya.
Dalam bahasa Arab, kata ‘manusia’ ini bersepadan dengan kata-kata nâs, basyar, insân,
mar’u, ins dan lain-lain. Meskipun bersinonim, namun kata-kata tersebut memiliki perbedaan
dalam hal makna spesifiknya. Kata nâs misalnya lebih merujuk pada makna manusia sebagai
makhluk sosial. Sedangkan kata basyar lebih menunjuk pada makna manusia sebagai
makhluk biologis. Begitu juga dengan kata-kata lainnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian manusia dan agama Islam?
2. Apa saja klasifikasi dan faedah beragama dalam Islam bagi manusia ?
3. Apa saja aspek-aspek dan karakteristik ajaran Islam ?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian manusia dan agama Islam
2. Untuk mengetahui klasifikasi dan faedah beragama dalam Islam bagi manusia
3. Untuk mengetahu aspek-aspek dan karakteristik ajaran Islam

BAB 11
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN MANUSIA DAN AGAMA ISLAM


2.1.1 MANUSIA
1. Pandangan Umum tentang Manusia
Manusia merupakan satu bagian dari alam semesta yang bersama-sama dengan makhluk
hidup lainnya mengisi kehidupan di alam semesta ini. Dibandingkan dengan binatang, manusia
memiliki fungsi tubuh dan fisiologis yang tidak berbeda. Namun, dalam hal yang lain manusia
tidak dapat disamakan dengan binatang, terutama dengan kelebihan yang dimilikinya, yakni
akal, yang tidak dimiliki oleh binatang. Para ahli ilmu pengetahuan tidak memiliki kesamaan
pendapat mengenai manusia. Perbedaan pendapat ini disebabkan oleh adanya kekuatan dan
peran multidimensional yang diperankan oleh manusia. Mereka melihat manusia hanya dari
satu aspek saja, padahal aspek yang ada cukup banyak. Karena itulah hasil pengamatan mereka
tentang manusia berbeda-beda antar satu dengan lainnya. Perbedaan aspek ini pula yang
kemudian melahirkan berbagai disiplin ilmu yang terkait dengan manusia. Para ahli juga
memberikan sebutan yang berbeda-beda untuk manusia. Ada yang menyebut manusia sebagai
homo sapiens (binatang yang berpikir), homo volens (binatang yang berkeinginan), homo
mechanicus (binatang yang mekanis), dan homo ludens (binatang yang bermain). Sebutan-
sebutan seperti ini dapat dipelajari dalam ilmu psikologi dalam berbagai aliran yang ada. Tentu
saja dalam disiplin ilmu yang lain, seperti sosiologi, antropologi, dan biologi, sebutan atau
pensifatan yang diberikan kepada manusia juga berbeda-beda.

2. Manusia dalam Pandangan al-Quran


Untuk melihat pandangan al-Quran mengenai manusia, di bawah ini akan manusia, asal
kejadian manusia, potensi manusia, fungsi manusia, dan jati diri manusia.
a. Sebutan al-Quran untuk Manusia
Ada beberapa kata atau istilah yang digunakan al-Quran untuk menyebut manusia, yaitu
insan, ins, nas, unas, basyar, bani Adam, dan dzurriyyati Adam. Kata insan, ins, nas, dan unas
memiliki akar kata yang sama yakni hamzah/alif, nun, dan sin ( . )‫ أنس‬Kata ins ( ِ ‫ ) اإل ُسْن‬dan
insan ( ُ‫ )انَ ْسنِاإل‬meskipun berasal dari akar kata yang sama tetapi dalam penggunaannya memiliki
makna yang berbeda. Dalam al-Quran kata ins dijumpai sebanyak 18 kali dalam 9 surat. Kata
ins digunakan untuk dihadapkan (berlawanan) dengan kata jinn yang berarti jin atau makhluk
halus, atau dihadapkan dengan kata jaan yang juga bermakna jin. Penyebutan kata ins yang
berlawanan dengan jinn atau jaan ini memberikan konotasi bahwa kedua makhluk Allah ini
memiliki dua unsur yang berbeda, yakni manusia dapat diindera dan jin tidak dapat diindera,
manusia tidak liar sedang jin liar (Aflatun Mukhtar, 2001:106-107). Kata insan ( ُ‫نِاإل‬M ‫)ان َْس‬
dijumpai dalam al-Quran sebanyak 65 kali. Penekanan kata insan ini adalah lebih mengacu
pada peningkatan manusia ke derajat yang dapat memberinya potensi dan kemampuan untuk
memangku jabatan khalifah dan memikul tanggung jawab dan amanat manusia di muka bumi,
karena sebagai khalifah manusia dibekali dengan berbagai potensi seperti ilmu, persepsi, akal,
dan nurani. Dengan potensi-potensi ini manusia siap dan mampu menghadapi segala
permasalahan sekaligus mengantisipasinya. Di samping itu, manusia juga dapat
mengaktualisasikan dirinya sebagai makhluk yang mulia dan memiliki kedudukan yang lebih
tinggi dari makhluk lain dengan berbekal potensi-potensi tadi (Aflatun Mukhtar, 2001:107).

Dengan demikian, kata insan digunakan al-Quran untuk menyebut manusia dengan segala
totalitasnya, jiwa dan raganya. Manusia dapat diidentifikasi perbedaannya, seseorang dengan
lainnya, akibat perbedaan fisik, mental, kecerdasan, dan sifat-sifat yang dimiliknya. Kata nas ( ‫ا‬
‫لناُس‬
‫ ) ﱠ‬merupakan bentuk jamak dari kata insan yang tentau saja memiliki makna yang sama.
Al-Quran menyebutkan kata nas sebanyak 240 kali. Penyebutan manusia dengan nas lebih
makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan dan bersama-sama manusia lainnya. Al-
Quran menginformasikan bahwa penciptaan manusia menjadi berbagai suku dan bangsa
bertujuan untuk bergaul dan berhubungan antar sesamanya (ta’aruf) (QS. al-hujurat [49]: 13),
saling membantu dalam melaksanakan kebajikan (QS. al-Maidah [5]: 2), saling menasihati agar
selalu dalam kebenaran dan kesabaran (QS. al-‘Ashr [103]: 3), dan menanamkan kesadaran
bahwa kebahagiaan manusia hanya mungkin terwujud bila mereka mampu membina hubungan
antar sesamanya (QS. Ali Imran [3]: 112). Kata insan dan nas inilah yang paling banyak
digunakan oleh al-Quran dalam menyebut manusia (Quraish Shihab, 1996: 280). Di antara ayat
al-Quran yang menyebut manusia dengan kata insan adalah
QS. al-‘Alaq (96): 2 dan 5:
ٍ ‫َْﺎ ﱂَ َﻣﺎنَ ْﺴ ْﻧِ اﻹَ ﻢ‬Mَ‫ ْ َﻢ ْﻠ َﻌ ﻳْـ‬... ‫ﻖ ﻠَ ﺧ‬
َ َ‫ﻖ ﻠَ ْﻋ ِﻦ َﻣﺎنَ ْﺴ ْﻧِ اﻹ‬
َ  ٥‫و‬٢:‫(ﻠَ ﻋ )اﻟﻌﻠﻖ‬

Artinya: “Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Dia mengajar kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya.” (QS. al-‘Alaq [96]: 2 dan 5).
Sedang penyebutan kata nas dalam al-Quran misalnya
QS. al-Hujurat (49): 13:
‫ﻳﺂ ﻰ َ َ ْﺜ ﻧـ ُ أَ ٍو َﺮ ﻛ َ ْذ ِﻦ ْﻣ ُﻢﺎ َﻛ ْﻨ ﻘَ ﻠَ ﺎ ﺧ‬ ‫ﻧِ إُﺎ اﻟﻨ‬‫ﺎس ﻬ‬َ َ َ‫ ِ ﻳـ َ أ َ ﺒَ ﻗـ َ ﺎ ًوﻮﺑُ ُﻌ ْﺷ ُﻢﺎ َﻛ ْﻨ ﻠَ َﻌ َﺟ و ﺂ ﻮ ُ ﻓ‬ ِ ‫ن‬
‫ﺎر َﻌ ﺘـِ ﻟَ ِﻞ ﺋ آ إ‬
‫اﷲَ ْﺪ ﻨِ ْﻋ ُﻢ َﻜ َﻣ ﺮْ َﻛ أ َ اﷲ‬ ‫ ﻋ )اﳊﺠﺮات‬: ١٣( َ‫ِن ْإ ُﻢﺎ َﻛ ْﻘ ﺗـ َ أ ٌ ﲑِ ﺒَ ٌﺧ ِﻴﻢ ﻠ‬

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.” (QS. alHujurat [49]: 13).
Kata basyar (ُ ‫)رشَالب‬
َ secara etimologis berasal dari kata ba’, syin, dan ra’ (‫ )ﺑشر‬yang berarti
sesuatu yang tampak baik dan indah, bergembira, menggembirakan, menguliti/mngupas (buah),
atau memperhatikan dan mengurus suatu. Menurut al-Raghib al-Ashfahani, manusia disebut
basyar karena manusia memiliki kulit yang permukaannya ditumbuhi rambut dan berbeda
dengan kulit hewan yang ditumbuhi bulu. Kata ini dalam al-Quran digunakan dalam makna
menonjolkan bahwa manusia merupakan diuraikan satu persatu mengenai kata yang digunakan
al-Quran untuk menyebut yang khusus untuk menggambarkan sosok tubuh lahiriah manusia
(Aflatun Mukhtar, 2001: 104-105). Kata basyar (ُ ‫)رشَالب‬َ digunakan al-Quran untuk menyebut
manusia dari sudut lahiriah serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Kata basyar juga
selalu dihubungkan dengan sifat-sifat biologis manusia, seperti asalnya dari tanah, yang
selanjutnya dari sperma dan berkembang menjadi manusia utuh (QS. alMu’minun [23]: 12-14),
manusia makan dan minum (QS. al-Mu’minun [23]: 33; QS. al-Furqan [25]: 20), dan
seterusnya. Karena itulah Nabi Muhammad saw. diperintahkan untuk menyampaikan bahwa
beliau sama seperti manusia lainnya. Yang membedakannya hanyalah beliau diberi wahyu (QS.
al-Kahfi [18): 110). Kata basyar ini disebutkan al-Quran sebanyak 36 kali (Quraish Shihab,
1996: 279).

2.1.2 AGAMA ISLAM


A. Pengertian Agama Islam Secara Umum
Secara umum yang dimaksud dengan agama Islam ialah agama yang diridhoi Allah, yang
paling benar dan sempurna serta agama yang membawa rahmat bagi semesta alam. Islam
merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhamad SAW., sebagai Nabi terakhir
pilihan-Nya. Didalamnya terdapat aturan dan hukum yang dapat dijadikan sebagai petunjuk dan
pedoman hidup bagi seluruh umat agar selamat dan bahagia di dunia sampai akhirat.
B. Pengertian islam secara etimologis yaitu:

· Sallama artinya menyerahkan, berbaik-baik, damai, menyelamatkan

· Tasallama artinya memegang atau menerima

· Aslama artinya menurut atau menyerah

· Salima artinya sejahtera

· Sullam artinya tangga atau titian. (Ajat Sudrajat, dkk, 2008: 32)

Unsur-unsur yang ada dalam sebuah agama:

1. Adanya keyakinan pada yang gaib.


2. Adanya kitab suci sebagai pedoman

3. Adanya rasul pembawanya.

4. Adanya ajaran yang bias dipatuhi.

5. Adanya upacara ibadah yang standar. (www.helmidadang.com)

Jadi secara luas pengertian agama Islam adalah agama yang diwahyukan Allah kepada rasul-
rasul-Nya dan terakhir disempurnakan kepada Rasul Muhammad SAW yang berisi undang-
undang dan metode kehidupan yang mengatur dan mengarahkan bagaimana manusia
berhubungan dengan Allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta agar
kehidupan manusia terbina dan dapat meraih kesuksesan atau kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat. (Ajat Sudrajat, dkk, 2008: 34)

2.2 KLASIFIKASI DAN FAEDAH BERGAMA BAGI MANUSIA


2.2.1 KLASIFIKASI AGAMA
Ditinjau dari sumbernya agama dibagi dua, yaitu agama wahyu dan agama bukan wahyu.
Agama wahyu (revealed religion) adalah agama yang menghendaki iman kepada Tuhan,
kepada para rasul-Nya dan kepada kitab-kitab-Nya serta pesan-Nya untuk disebarkan kepada
segenap umat manusia.Wahyu-wahyu dilestarikan melalui AL Kitab, suhuf (lembaran-
lembaran bertulis) atau ajaran lisan. Agama wahyu menghendaki iman kepada Tuhan pemberi

wahyu, kepada Rosul-rosul penerima wahyu dan kepada kitab-kitab kumpulan wahyu serta
pesannya di sebarkan kepada seluruh umat manusia. Agama bukan wahyu (agama
budaya/cultural religion) adalah semata-mata kepada ajaran seorang manusia yang dianggap
memiliki pengetahuan tentang kehidupan dalam berbagai aspeknya secara mendalam.
Contohnya agama Budha yang berpangkal pada ajaran Sidharta Gautama dan Confusianisme
yang berpangkal pada ajaran Kong Hu Cu.
Perbedaan kedua jenis agama ini dikemukakan Al Masdoosi dalam bukunya yang berjudul
Living Religious of the World sebagai berikut:
1 Agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan sedangkan agama bukan wahyu tidak
demikian.
2. Agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama bukan wahyu tidak.
3.Dalam agama wahyu sumber utama tuntunan baik dan buruk adalah kitab suci yang
diwahyukan, sedangkan agama bukan wahyu kitab suci tidak penting.
4. Semua agama wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan agama bukan wahyu di luar itu.
5. Agama wahyu lahir di daerah-daerah yang berada di bawah pengaruh ras semetik.
6. Agama wahyu dengan ajarannya adalah agama misionari, sedangkan bukan agama wahyu
agama non misionari.
7. Ajaran agama wahyu jelas dan tegas, sedangkan agama bukan wahyu kabur dan elastis.
8. Agama wahyu memberikan arah yang jelas dan lengkap baik aspek spiritual maupun
material, sedangkan agama bukan wahyu lebih menitik beratkan kepada aspek spiritual
saja, seperti pada Taoisme, atau pada aspek material saja seperti pada Confusianisme.
Agama wahyu disebut juga agama samawi (agama langit) dan agama bukan wahyu disebut
agama budaya (ardhi/bumi). Sedangkan yang termasuk dalam kategori agama samawi hanyalah
Agama Islam.Adapun ciri-ciri agama wahyu (langit), adalah:
a. Secara pasti dapat ditentukan lahirnya, dan bukan tumbuh dari masyarakat, melainkan
diturunkan kepada masyarakat.
b. Disampaikan oleh manusia yang dipilih Allah sebagai utusan-Nya. Utusan itu bukan
menciptakan agama, melainkan menyampaikannya.
c. Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia.
d. Ajarannya serba tetap, walaupun tafsirnya dapat berubah sesuai dengan kecerdasan dan
kepekaan manusia.
e. Konsep ketuhanannya adalah monotheisme mutlak (tauhid).
f. Kebenarannya adalah universal yaitu berlaku bagi setiap manusia, masa dan keadaan.
g. System nilai agama wahyu ditentukan oleh Allah sendiri diselaraskan dengan ukuran dan
hakekat kemanusiaan.
h. Agama wahyu menyebut sesuatu tentang alam yang kemudia dibuktikan kebenarannya oleh
ilmu pengetahuan.
i. Melalui agama wahyu Allah memberi petunjuk, pedoman, tuntunan dan peringatan kepada
manusia dalam pembentukan insan kamil, yaitu manusia sempurna, manusia baik yang
bersih dari noda dan dosa. (Prof. H. Mohammad Daud Ali, S.H, 2010: 69-71)
Adapun ciri-ciri agama budaya (ardhi/bumi) adalah:
a. Tumbuh secara komulatif dalam masyarakat penganutnya.
b. Tidak disampaikan oleh utusan Tuhan (Rasul).
c. Umumnya tidak memiliki kitab suci, walaupun ada akan mengalami perubahan-perubahan
dalam perjalanan sejarahnya.

d. Ajarannya dapat berubah-ubah, sesuai dengan peruabahan akal pikiran masyarakatnya


(penganutnya).
f. Kebenaran ajarannya tidak universal, yaitu tidak berlaku bagi setiap manusia, masa, dan
keadaan.
g. System nilai ditentukan oleh manusia sesuai dengan cita-cita pengalaman serta penghayatan
masyarakat yang menganutnya.
h. Hal-hal yang disebut dalam agama budaya tentang alam sering dibuktikan kekeliruannya
oleh sains.
i. Pembentukan manusia menurut agama budaya disandarkan masyarakat penganutnya yang
belum tentu diakui oleh masyarakat yang berbeda cita-cita, pengalaman dan penganutnya.
(Prof. H. Mohammad Daud Ali, S. H, 2010: 69-71)
Dilihat dari segi misi (dakwah) agama dibedakan menjadi beberapa macam:
1) Agama missionary (agama dakwah)
Menurut Thomas W. Arnold yang termasuk agama missionary adalah Buddhisme, Kristen,
dan Islam.
2) Agama non missionary (tidak didakwahkan)
Menurut Thomas W. Arnold yang termasuk agama non missionary adalah Yudaisme dan
Yahudi.
Ditinjau dari segi ras dan gegrafis agama dibagi menjadi beberapa macam diantaranya :
1) Agama ras Semit
Yahudi, Nasrani, dan Islam. Ketiga ajaran ini pada mulanya lahir dan berkembang di
kawasan Timur Tengah.
2) Agama ras Arya
Hinduisme, Jainisme, Sikhisme dan Zoroaster. Kelompok agama ini lahir dan berkembang
di kawasan Asia Selatan dan Tengah.
3) Agama ras Mongolian
Confusianisme, Taoisme, dan Sintoisme. Agama dalam kelompok ini lahir dan berkembang
di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara.
2.2.2 PERAN AGAMA ISLAM DALAM KEHIDUPAN
Secara psikologis dan sosiologis, fungsi agama memberikan cakrawala pandang yang
lebih luas tentang Tuhan atau ‘dunia lain’ yang tidak terjangkau secara empiric. Fungsi
psikologis maupun social yang diperankan oleh agama sangat mendasar. Dalam hubungan
ini menurut Robert K. Merton agama memiliki dua fungsi, yaitu fungsi manifest (manifest
function), yang disadari, disengaja; dan fungsi laten (laten function), tersembunyi, tidak
disadari, tidak disengaja. Menyembah Tuhan adalah fungsi manifest, sedangkan memenuhi
kebutuhan manusia (terutama yang lahiriah) merupakan fungsi laten dari agama.
Agama Islam bertujuan untuk mengesakan Tuhan dan menjadikan manusia sebagai
makhluk yang beradab dan berbudi luhur, Islam menyuruh manusia untuk mendirikan
sholat, karena dengan sholat kita dapat berinteraksi, dalam surat al-Dhariyah: 56 Allah SWT
berfirman bahwa manusia hidup adalah sebuah utang yang harus dibayar dengan satu jalan,
yaitu ibadah, selain itu agama Islam memerintahkan bagi kaum muslim untuk menutup
aurotnya karena semata-mata untuk mengangkat derajat manusia.
Islam sebagai penuntun umatnya pada jalan yang benar. Karena jika manusia masuk
dalam

agama Islam dan mempelajarinya maka akan menjadikan manusia berkualitas dari sisi
spiritual, intelektual, dan moral sehingga tercipta perdamaian global.
Agama Islam sebagai rambu-rambu atau peraturan dalam hidup. Agama Islam mengatur
kehidupan manusia yang bertujuan untuk kebaikan mereka sendiri. Contohnya adalah agama
kita mengharamkan manusia untuk mengonsumsi daging babi, mungkin bagi beberapa orang
hal tersebut terlalu mengada-ada namun dari penelitian ternyata di daging babi banyak
bakteri yang dapat menimbulkan penyakit jika dikonsumsi.
Di al-Qur’an dijelaskan bahwa manusia hidup di dunia untuk akhirat, dengan kata lain
agama Islam dengan Al Qur’an sebagai kitab sucinya memerintahkan untuk jangan mudah
putus asa dalam menghadapi segala hal dan terus bekerja keras karena segala perbuatan kita
tak luput dari penglihatan Allah SWT, sehingga Islam berperan sebagai peningkat etos kerja
dalam kehidupan. Peranan lain dari agama Islam dalam kehidupan adalah mengendalikan
penggunaan teknologi untuk kepentingan manusia.
Secara lebih luas Thomas F. O’Dea menyebutkan enam fungsi agama sebagai berikut:
- Agama menyajikan dukungan moral dan sarana emosional, pelipur lara, dan rekonsiliasi
di saat manusia menghadapi ketidakpastian dan frustasi.
- Agama menyajikan sarana hubungan transedental melalui amal ibadat, yang menimbulkan
rasa damai dan identitas baru yang menyegarkan.
- Agama mengesahkan, memperkuat, memberi legitimasi dan mensucikan nilai dan norma
masyarakat yang telah mapan, dan membantu mengendalikan ketenteraman, ketertiban,
dan stabilitas masyarakat.
- Agama memberikan standar nilai untuk mengkaji ulang nilai-nilai dan norma-norma yang
telah mapan.
- Agama memberikan fungsi identitas diri.
- Agama memberikan status baru dalam pertumbuhan dn siklus perkembangan individual
melalui berbagai krisis rites.
Klasifikasi Agama Ditinjau dari sumbernya, agama terbagi dua, yaitu agama wahyu dan
agama bukan wahyu: Agama wahyu (agama yang diwahyukan) adalah agama yang
menghendaki iman kepada Tuhan, bagi para rasul- Nya dan bagi buku-buku-nya serta pesan-
nya untuk disebarkan ke segenap umat manusia. Agama bukan wahyu (agama budaya /
agama budaya) adalah sepenuhnya-mata kepada umat manusia yang dianggap memiliki
pengetahuan tentang kehidupan dalam berbagai aspeknya secara mendalam. Contohnya
agama Budha yang berpangkal pada ajaran Sidharta Gautama dan Confusianisme yang
berpangkal pada ajaran Kong Hu Cu.
Peran agama islam dalam kehidupan sehari-hari Secara psikologis dan sosiologis, fungsi
agama memberikan cakrawala pandangan yang lebih luas tentang Tuhan atau dunia lain
yang tidak terjangkau secara empiris. Fungsi psikologis maupun sosial yang diperankan oleh
agama sangat mendasar. Dalam hubungan ini menurut Robert K. Merton agama memiliki
dua fungsi, yaitu fungsi manifes (fungsi manifes), yang disadari, disengaja; dan fungsi laten
(fungsi laten), tersembunyi, tidak disadari, tidak disengaja. Menyembah Tuhan adalah fungsi
manifes, sedangkan memenuhi kebutuhan manusia (sebagian besar lahiriah) merupakan
fungsi laten dari agama.
Agama Islam untuk mengesakan Tuhan dan membuat manusia sebagai makhluk yang
beradab dan berbudi luhur, Islam menyuruh manusia untuk membuat sholat, karena dengan

sholat yang bisa kita gunakan, dalam surat al-dhariyah: 56 Allah SWT berfirman tentang
manusia hidup apa saja yang dicari oleh kebutuhan dengan satu jalan, yaitu ibadah, selain itu
agama Islam dikirim untuk kaum muslim untuk menutup aurotnya karena semata-mata
untuk diangkat derajat manusia. Islam sebagai penuntun umat pada jalan yang benar. Karena
manusia masuk dalam agama Islam dan mempelajarinya maka akan membuat manusia
berkualitas dari sisi spiritual, intelektual, dan moral sehingga tercipta perdamaian global.
Secara lebih luas Thomas F. O Dea membahas enam agama sebagai berikut: Agama
menerima dukungan moral dan fasilitas emosional, pelipur lara, dan rekonsiliasi di saat
manusia sedang berusaha memperbaiki dan frustasi. Agama menyajikan fasilitas hubungan
transedental melalui amal ibadat, yang menimbulkan rasa damai dan identitas baru yang
diminta. Agama mengesahkan, menguatkan, memberi legitimasi dan mensucikan nilai dan
norma masyarakat yang telah mapan, dan membantu mengendalikan ketenteraman,
ketertiban, dan menguatkan masyarakat. Agama memberikan standar nilai untuk mengkaji
ulang nilai-nilai dan norma-norma yang telah mapan. Agama memberikan fungsi identitas
diri. Agama memberikan status baru dalam pertumbuhan dn siklus perkembangan individu
melalui berbagai ritus pertumbuhan.

2.3 SUMBER AJARAN, ASPEK- ASPEK DAN KARAKTERISTIK AJARAN


ISLAM
2.3.1 Sumber Ajaran Islam
Islam merupakan nama suatu agama yang berasal dari Allah SWT, dikalangan ulama
terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran Islam yang utama adalah Al-Qur’an, sedangkan
As-Sunnah sebagai sumber hukum dalam agama Islam memiliki kedudukan kedua pada
tingkatan sumber hukum dibawah Al Qur'an. Ketentuan ini sesuai dengan agama Islam itu
sendiri sebagai wahyu yang berasal dari Allah SWT, yang penjabarannya dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW. Sedangkan ra’yu atau akal fikiran sebagai alat untuk memahami Al-Qur’an
dan As-Sunnah.[1]
1. Sumber Ajaran Islam Primer
a. Al-Qur’an
Al-quran adalah kitab suci yang isinya mengandung firman allah swt, turunnya secara
bertahap melalui malaikat jibril, pembawanya Nabi Muhammad saw,susunannya dimulai
dari surat Al-Fatihah dan diakhiri surat An-Nas,bagi yang membacanya bernilai
ibadah,fungsinya antara lain sebagai hujjah atau bukti yang kuat atas kerasulan nabi
Muhammad SAW, keberadaannya hingga kini masih terpelihara dengan baik,
permasyarakatannya dilakukan secara berantai dari satu generasi ke generasi lain dengan
tulisan maupun lisan.[2]
Tujuan diturunkannya Al-Qur’an untuk menjadi pedoman bagi kehidupan umat manusia,
sehingga mencapai kesejahteraan didunia maupun diakhirat dan tiada keraguan
didalamnya.
Pokok-pokok kandungan dalam Al-quran antara lain:
1. Tauhid, yaitu kepercayaan ke-esaann Allah SWT dan semua kepercayaan yang
berhubungan dengan-Nya
2. Ibadah, yaitu semua bentuk perbuatan sebagai manifestasi dari kepercayaan ajaran
tauhid

3. Janji dan ancaman, yaitu janji pahala bagi orang yang percaya dan mau mengamalkan
isi Alquran dan ancaman siksa bagi orang yang mengingkari
4. Kisah umat terdahulu, seperti para Nabi dan Rasul dalam menyiaran syariat Allah
SWT maupun kisah orang-orang saleh ataupun kisah orang yang mengingkari
kebenaran Alquran agar dapat dijadikan pembelajaran.
Al-Quran mengandung tiga komponen dasar hukum, sebagai berikut:
1. Hukum I’tiqadiah, yakni hukum yang mengatur hubungan rohaniah manusia dengan
Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan akidah/ keimanan. Hukum ini
tercermin dalam Rukun Iman. Ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Tauhid, Ilmu
Ushuluddin, atau Ilmu Kalam.
2. Hukum Amaliah, yakni hukum yang mengatur secara lahiriah hubungan manusia
dengan Allah SWT, antara manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan
lingkungan sekitar. Hukum amaliah ini tercermin dalam Rukun Islam dan disebut
hukum syara/syariat. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Fikih.
3. Hukum Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan perilaku normal manusia
dalam kehidupan, baik sebagai makhluk individual atau makhluk sosial. Hukum ini
tercermin dalam konsep Ihsan. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu
Akhlaq atau Tasawuf.
Sedangkan khusus hukum syara dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni:
1. Hukum ibadah, yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT,
misalnya salat, puasa, zakat, dan haji
2. Hukum muamalat, yaitu hukum yang mengatur manusia dengan sesama manusia
dan alam sekitarnya.
Termasuk ke dalam hukum muamalat adalah sebagai berikut:
a) Hukum munakahat (pernikahan).
b) Hukum faraid (waris).
c) Hukum jinayat (pidana).
d) Hukum hudud (hukuman).
e) Hukum jual-beli dan perjanjian.
f) Hukum tata Negara/kepemerintahan
g) Hukum makanan dan penyembelihan.
h) Hukum aqdiyah (pengadilan).
i) Hukum jihad (peperangan).
j) Hukum dauliyah (antarbangsa).[4]

b. As-sunnah
Sunnah adalah segala yang disandarkan pada Nabi Muhammad SAW baik
perkataan, perbuatan maupun taqrir, dalam sebuah definisi Sunnah juga bermakna Hadist.
Kedudukan Sunnah sebagai sumber ajaran Islam selain didasarkan pada keterangan ayat-
ayat Al-Qur’an dan hadist juga didasarkan pada kesepakatan para sahabat[5]. Sunnah
dibagi menjadi empat macam, yaitu:

1. Sunnah Qauliyah, yaitu semua perkataan Rasulullah


2. Sunnah Fi’liyah, yaitu semua perbuatan Rasulullah
3. Sunnah Taqririyah, yaitu penetapan dan pengakuan Rasulullah terhadap pernyataan
ataupun perbuatan orang lain
4. Sunnah Hammiyah, yaitu sesuatu yang telah direncanakan akan dikerjakan tapi
tidak sampai dikerjakan
Sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah Al-Qur’an, As-Sunnah memiliki fungsi
yang sejalan dengan Al-Qur’an. Keberadaan As-Sunnah tidak dapat dilepaskan dari
adanya
sebagian dari ayat Al-Qur’an yaitu:
1. Ayat yang bersifat global yang memiliki perincian, maka hadist berfungsi sebagai
pengecuali terhadap isyarat Al-Qur’an yang global tersebut.
2. Ayat yang bersifat umum (menyeluruh) yang menghendaki pengecualian, maka hadist
berfungsi sebagai pengecuali terhadap isyarat Al-Qur’an yang bersifat umum.
3. Isyarat Al-Qur’an yang mengandung makna lebih dari satu (musytarak) yang
menghendaki penetapan makna. Bahkan terdapat sesuatu yang secara khusus tidak
dijumpai keterangannya dari Al-Qur’an, maka Hadist berperan sebagai pemberi
informasi terhadap kasus tersebut. Dengan demikian pemahaman Al-Qur’an dan
pemahaman ajaran Islam yang seutuhnya tidak dapat dipisahkan tanpa mengikut
sertakan hadist.
2. Sumber Ajaran Islam Sekunder dan Aspek-aspeknya
a. Ijtihad
Ijtihad berasal dari kata ijtihad yang berarti mencurahkan tenaga dan pikiran
atau bekerja semaksimal mungkin. Sedangkan Ijtihad sendiri berarti mencurahkan
segala kemampuan berfikir untuk mengeluarkan hukum syar’i dari dalil-dalil
syara, yaitu Alquran dan hadist. Hasil dari ijtihad merupakan sumber hukum
ketiga setelah Alquran dan hadist. Ijtihad dapat dilakukan apabila ada suatu
masalah yang hukumnya tidak terdapat di dalam Al-Qur’an maupun Hadist, maka
dapat dilakukan ijtihad dengan menggunakan akal pikiran dengan tetap mengacu
pada Alquran dan hadist.
Macam-macam ijtidah yang dikenal dalam syariat islam, yaitu
1. Ijma’, yaitu menurut bahasa artinya sepakat, setuju, atau sependapat. Sedangkan
menurut istilah adalah kebulatan pendapat ahli ijtihad umat Nabi Muhammad
SAW sesudah beliau wafat pada suatu masa, tentang hukum suatu perkara
dengan cara musyawarah. Hasil dari Ijma’ adalah fatwa, yaitu keputusan
bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh
umat.
2. Qiyas, yaitu berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan menyamakannya.
Dengan kata lain Qiyas dapat diartikan pula sebagai suatu upaya untuk
membandingkan suatu perkara

dengan perkara lain yang mempunyai pokok masalah atau sebab akibat yang
sama. Contohnya adalah pada surat Al isra ayat 23 dikatakan bahwa perkataan
‘ah’, ‘cis’, atau ‘hus’ kepada orang tua tidak diperbolehkan karena dianggap
meremehkan atau menghina, apalagi sampai memukul karena sama-sama
menyakiti hati orang tua.
3. Istihsan, yaitu suatu proses perpindahan dari suatu Qiyas kepada Qiyas lainnya
yang lebih kuat atau mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima
untuk mencegah kemudharatan atau dapat diartikan pula menetapkan hukum
suatu perkara yang menurut logika dapat dibenarkan. Contohnya, menurut
aturan syarak, kita dilarang mengadakan jual beli yang barangnya belum ada
saat terjadi akad. Akan tetapi menurut Istihsan, syarak memberikan rukhsah
(kemudahan atau keringanan) bahwa jual beli diperbolehkan dengan system
pembayaran di awal, sedangkan barangnya dikirim kemudian.
4. Mushalat Murshalah, yaitu menurut bahasa berarti kesejahteraan umum.
Adapun menurut istilah adalah perkara-perkara yang perlu dilakukan demi
kemaslahatan manusia. Contohnya, dalam Al Quran maupun Hadist tidak
terdapat dalil yang memerintahkan untuk membukukan ayat-ayat Al Quran.
Akan tetapi, hal ini dilakukan oleh umat Islam demi kemaslahatan umat.
5. Sududz Dzariah, yaitu menurut bahasa berarti menutup jalan, sedangkan
menurut istilah adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh
atau haram demi kepentingan umat. Contohnya adalah adanya larangan
meminum minuman keras walaupun hanya seteguk, padahal minum seteguk
tidak memabukan. Larangan seperti ini untuk menjaga agar jangan sampai orang
tersebut minum banyak hingga mabuk bahkan menjadi kebiasaan.
6. Istishab, yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah
ditetapkan di masa lalu hingga ada dalil yang mengubah kedudukan hukum
tersebut. Contohnya, seseorang yang ragu-ragu apakah ia sudah berwudhu atau
belum. Di saat seperti ini, ia harus berpegang atau yakin kepada keadaan
sebelum berwudhu sehingga ia harus berwudhu kembali karena shalat tidak sah
bila tidak berwudhu.
7. Urf, yaitu berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik berupa
perkataan maupun perbuatan. Contohnya adalah dalam hal jual beli. Si pembeli
menyerahkan uang sebagai pembayaran atas barang yang telah diambilnya tanpa
mengadakan ijab kabul karena harga telah dimaklumi bersama antara penjual
dan pembeli.
2.3.2 Karakter Islam antara Normativitas dan Historitas
Karakteristik Normatif, yaitu Karakteristik yang memandang agama dari segi ajarannya
yang pokok dan asli dari Tuhan yang didalamnya terdapat penalaran manusia. Islam memiliki
karakteristik yang khas yang dapat dikenali melalui konsepnya dalam berbagai bidang, seperti
bidang agama, ibadah, muammalah, yang didalamnya mencakup masalah pendidikan, ilmu

pengetahuan, kebudayaan, sosial, politik, ekonomi, lingkungan hidup,dan kesehatan.


Sedangkan Karekteristik Historis, yaitu Ilmu yang didalamnya membahas berbagai peristiwa
dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa
tersebut.
Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya Khasaais Al-Ammah Lil Islam menyebutkan bahwa
karakteristik ajaran Islam itu terdiri dari tujuh hal penting yang tidak terdapat dalam agama lain
dan ini pula yang menjadi salah satu sebab mengapa hingga sekarang ini begitu banyak orang
yang tertarik kepada Islam sehingga mereka menyatakan diri masuk ke dalam Islam. Ini pula
yang menjadi sebab mengapa hanya Islam satu-satunya agama yang tidak “takut” dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.Karena itu ketujuh karakteristik ajaran Islam sangat
penting untuk kita pahami.
1. Rabbaniyyah.
Allah Swt merupakan Rabbul alamin disebut juga dengan Rabbun nas dan banyak lagi
sebutan lainnya. Kalau karakteristik Islam itu adalah Rabbaniyyah itu artinya bahwa Islam
merupakan agama yang bersumber dari Allah Swt bukan dari manusia sedangkan Nabi
Muhammad Saw tidak membuat agama ini tapi beliau hanya menyampaikannya.
Karena itu ajaran Islam sangat terjamin kemurniannya sebagaimana Allah telah menjamin
kemurnian Al-Qur’an.
Disamping itu seorang muslim tentu saja harus mengakui Allah SWT sebagai Rabb dengan
segala konsekuensinya yakni mengabdi hanya kepada-Nya sehingga dia menjadi seorang
yang rabbani dari arti memiliki sikap dan prilaku dari nilai-nilai yang datang dari Allah SWT.
2. Insaniyyah.
Islam merupakan agama yang diturunkan untuk manusia karena itu Islam merupakan satu-
satunya agama yang cocok dengan fitrah manusia.Pada dasarnya tidak ada satupun ajaran
Islam yang bertentangan dengan jiwa manusia.
Prinsipnya manusia itu kan punya kecenderungan untuk cinta pada harta tahta wanita dan
segala hal yang bersifat duniawi semua itu tidak dilarang di dalam Islam namun harus diatur
keseimbangannya dengan keni’matan ukhrawi.
3. Syumuliyah.
Islam merupakan agama yang lengkap tidak hanya mengutamakan satu aspek lalu
mengabaikan aspek lainnya.Kelengkapan ajaran Islam itu nampak dari konsep Islam dalam
berbagai bidang kehidupan mulai dari urusan pribadi keluarga masyarakat sampai pada
persoalan-persoalan berbangsa dan bernegara.
Kesyumuliyahan Islam tidak hanya dari segi ajarannya yang rasional dan mudah diamalkan
tapi juga keharusan menegakkan ajaran Islam dengan metodologi yang islami.Karena itu di
dalam Islam kita dapati konsep tentang dakwah jihad dan sebagainya.Dengan demikian
segala persoalan ada petunjuknya di dalam Islam.
4. Al Waqi’iyyah.
Karakteristik lain dari ajaran Islam adalah al waqi’iyyah ini menunjukkan bahwa Islam
merupakan agama yg dapat diamalkan oleh manusia atau dengan kata lain dapat direalisir
dalam kehidupan sehari-hari.

Islam dapat diamalkan oleh manusia meskipun mereka berbeda latar belakang kaya miskin
pria wanita dewasa remaja anak-anak berpendidikan tinggi berpendidikan rendah bangsawan
rakyat biasa berbeda suku adat istiadat dan sebagainya.Disamping itu Islam sendiri tidak
bertentangan dengan realitas perkembangan zaman bahkan Islam menjadi satu-satunya agama
yang mampu menghadapi dan mengatasi dampak negatif dari kemajuan zaman.Ini berarti
Islam agama yang tidak takut dengan kemajuan zaman.
5. Al Wasathiyah.
Di dunia ini ada agama yg hanya menekankan pada persoalan-persoalan tertentu ada yang
lebih mengutamakan masalah materi ketimbang rohani atau sebaliknya.Ada pula yang lebih
menekankan aspek logika daripada perasaan dan begitulah seterusnya.Allah Swt
menyebutkan bahwa umat Islam adalah ummatan wasathan umat yang seimbang dalam
beramal baik yang menyangkut pemenuhan terhadap kebutuhan jasmani dan akal pikiran
maupun kebutuhan rohani.
6. Al Wudhuh.
Karakteristik penting lainnya dari ajaran Islam adl konsepnya yang jelas.Kejelasan konsep
Islam membuat umatnya tidak bingung dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam
bahkan pertanyaan umat manusia tentang Islam dapat dijawab dgn jelas apalagi kalau
pertanyaan tersebut mengarah pada maksud merusak ajaran Isla itu sendiri.
Dalam masalah aqidah konsep Islam begitu jelas sehingga dgn aqidah yang mantap seorang
muslim menjadi terikat pada ketentuan-ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Konsep syari’ah atau
hukumnya juga jelas sehingga umat Islam dapat melaksanakan peribadatan dengan baik dan
mampu membedakan antara yang haq dengan yang bathil begitulah seterusnya dalam ajaran
Islam yang serba jelas apalagi pelaksanaannya dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
7. Al Jam’u Baina Ats Tsabat wa Al Murunnah.
Di dalam Islam tergabung juga ajaran yg permanen dengan yang fleksibel . Yang dimaksud
dengan yang permanen adalah hal-hal yang tidak bisa diganggu gugat dia mesti begitu
misalnya shalat lima waktu yang mesti dikerjakan tapi dalam melaksanakannya ada ketentuan
yang bisa fleksibel misalnya bila seorang muslim sakit dia bisa shalat dgn duduk atau
berbaring kalau dalam perjalanan jauh bisa di Jama’ dan di Qashar dan bila tidak ada air atau
dengan sebab-sebab tertentu berwudhu bisa diganti dengan tayamum. Dengan demikian
menjadi jelas bagi kita bahwa Islam merupakan satu-satunya agama yang sempurna dan
kesempurnaan itu memang bisa dirasakan oleh penganutnya yang setia.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Manusia merupakan makhluk yang luar biasa kompleks. Sedemikian sempurna manusia
diciptakan oleh Sang Pencipta dan manusia tidak selalu diam karena dalam setiap kehidupan
manusia selalu ambil bagian. Kita sebagai manusia harus menjadi individu yang berguna
untuk diri sendiri dan orang lain.
Manusia itu tidak sepenuhnya sempurna, dalam kehidupan yang kita jalani pasti selalu
ada masalah yang tidak bisa kita selesaikan, oleh karena itu juga membutuhkan bantuan dari
orang lain, karena manusia adalah makhluk sosial sama seperti yang lain karena manusia
tidak bisa berdiri sendiri, dalam hal agama kita juga mempunyai banyak maka dari itu kita
harus saling menghargai dan mengasihi karena kita sama-sama makhluk yang diciptakan
tidak ada bedanya , selain itu dalam hidup manusia juga terdapat banyak aturan yang harus
kita patuhi sebagai umat manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, AL-Qur’an dan Hadits (Dirasah Islamiyah, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 1998

Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, Jakarta :
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001

Hamdan Mansoer, dkk, Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Direktorat
Perguruan Tinggi Agama Islam, 2004

Murthada Muthahhari, Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama, Bandung : Mizan,
1990

Nanih Machendrawaty & Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, Jakarta :
Rineka Cipta, 2004
Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Pendidikan Agama
Islam Universitas Negeri Makassar.

Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Penididikan
Agama Islam Universitas Negeri Makassar

Anda mungkin juga menyukai