ABSTRAK
Pada bulan April 2017 telah terjadi bencana sumur amblas di wilayah Kecamatan
Puncu Kabupaten Kediri, terdapat 140 sumur air milik warga mengalami amblas.
Setiap sumur mengalami kedalaman amblas yang berbeda-beda, antara satu setengah
meter sampai dua meter. Data terakhir menyebutkan pada bulan Mei, ada sekitar 140
sumur mengalami hal yang sama, persebarannya terjadi di 4 Dusun. Hasil awal
pengkajian menyimpulkan bahwa: amblesan sumur terjadi karena runtuhnya dinding
sumur akibat ketidakstabilan dinding sumur; ketidakstabilan ini terjadi akibat ada
penjenuhan material penyusun dinding sumur oleh naiknya muka air tanah (MAT).
Penambahan air berlebih meyebabkan ketangguhan dinding hilang; pola amblesan
pada masing-masing sumur cenderung berbeda-beda tergantung tatanan geologi; pola
amblesan secara lebih rinci tergantung dari kedalaman akifer, struktur mulut sumur,
struktur perlapisan endapan penyusun sumur, serta besaran perubahan MAT.
Persentase sumur ambles tertinggi terjadi di Dusun Nanas Kabupaten Kediri, dimana
sebanyak 40 (50,6%) sumur mengalami kerusakan. Hasil penelitian menyatakan
sebanyak 30 (100%) sumber air sudah memenuhi syarat kualitas fisik, dan sebanyak
28 (93,3%) sudah memenuhi syarat kualitas mikrobiologi, sedangkan sisanya 2 sumur
(6,7%) tidak memenuhi syarat kualitas mikrobiologi untuk keperluan higiene dan
sanitasi. Kualitas fisik dan mikrobiologi air sumur pasca fenomena alam sumur
ambles, sudah memenuhi syarat, sehingga masyarakat diharapkan menjaga sumber air
bersih.
LATAR BELAKANG
Airtanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah pada zona jenuh.
Zona jenuh merupakan bagian tanah atau batuan yang semua pori-pori dan ruang
antar partikelnya penuh terisi air. Bagian atas dari zona jenuh disebut water table dan
bagian bawah disebut ground water (Winter et al., 2005; Asdak, 1995). Di sisi lain,
aquifer adalah water-bearing formations yang dapat menghasilkan air yang cukup
banyak untuk keperluan manusia (Winter et al., 2005). Distribusi airtanah pada suatu
akuifer terdiri atas dua zona, yaitu zona tidak jenuh (unsaturated zone) dan zona jenuh
(saturated zone) atau ground water zone. Pada zona tidak jenuh terdapat (soilwater)
dimana tanaman dapat memanfaatkannya, tetapi bisa hilang karena evaporasi. Air
yang berada pada zona tidak jenuh tidak dapat diambil (dipompa) karena ditahan oleh
gaya kapiler (Winter et al., 2005).
Fenomena alam amblesan ini disebabkan adanya pelarutan dalam tanah yang
membuat tanah bergerak atau adanya perubahan fisik lapisan di bawah tanah, yaitu
gejala retakan aquifer pada lapisan pembawa air yang terkena tanah. Fenomena alam
tersebut membuat sejumlah masyarakat di Kecamatan Puncu kehilangan sumur air
bersih (Noor, 2014).
TUJUAN
METODE
Pada daerah kediri tersingkap batuan sedimen, batuan gunungapi, dan aluvium
yang diperkirakan berumur Pleistosen awal hingga resen. Selama holosen sampai
sekarang kegiatan gunungapi terus berlanjut, khususnya Gunungapi Kelud yang
erupsinya terjadi secara periodik. Sampai saat ini masih terus terbentuk endapan teras
dan aluvium.
Kejadian awal fenomena alam amblasnya beberapa sumur warga yang terjadi di
Desa Manggis Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Jawa Timur ditandai dengan
turunnya hujan dengan intensitas sedang sampai tinggi di wilayah Desa Manggis dan
sekitarnya, selama kurang lebih dua minggu sebelum terjadi amblasnya beberapa
sumur, tanggal 24 April 2017. Perubahan muka air tanah (MAT) berbeda-beda antara
satu dusun dengan lainnya, perubahan muka air tanah naik mencapai belasan meter.
Peningkatan MAT di masing-masing dusun dipengaruhi oleh kedalaman akifer-akifer
yang ada. Gejala amblesan berupa suara gemuruh dan suara air bergemericik, untuk
selanjutnya beberapa waktu kemudian terjadi amblesan. Gejala keruh sampai ambles
pun berdeba-beda kecepatannya, yaitu antara 1 sampai 4 hari. Dinding sumur sampai
kedalaman 50 meter secara umum dari atas ke bawah tersusun atas endapan aluvium,
selanjutnya perulangan endapan pasir lepas dari endapan gunungapi berukuran pasir
kasar sampai halus. Litologi-litologi ini menyebabkan proses amblesan berjalan cepat
namun di beberapa dusun dinding sumur bagian atas tersusun atas breksi pecal setebal
3-6 m sehingga runtuhan hanya terjadi di dinding bawah dan hanya menyebabkan air
keruh, tetapi tidak menyebabkan sumur ambles. Interpretasi terhadap peta geologi dan
citra google earth menunjukkan adanya kelurusan-kelurusan berarah barat laut -
tenggara. Kelurusan-kelurusan patahan tersebut diduga kuat berperan dalam
melokalisir sektor amblesan di sektor baratlaut. Kekarkekar tersebut juga dapat
mempercepat distribusi air tanah antar akifer bila terdapat lapisan impermeabel.
Karekteristik kualitas fisik air sumur pasca fenomena alam sumur ambles diuji
dengan parameter TDS, warna, dan kekeruhan dari sumur di Dusun Nanas Kabupaten
Kediri. Menurut PMK RI No.32 Tahun 2017 pemeriksaan kadar maksimum TDS
yang diperbolehkan dalam air adalah 1000 mg/l. Hasil pemeriksaan laboratorium pada
sumur sudah memenuhi syarat yang artinya masih memenuhi standar baku mutu air
untuk keperluan higiene sanitasi. Parameter warna kekeruhan juga sudah memenuhi
syarat air untuk keperluan higiene dan sanitasi yang telah ditetapkan yaitu tidak
melebih 25 NTU begitu juga dengan hasil pengukuran kekeruhan menunjukkan tidak
melebihi 50 TCU.
KESIMPULAN
Dianta, Ashafidz Fauzan & Cinderatama, Toga Aldila. 2018. Pengembangan Sistem
Informasi Geografis Berbasis Web Untuk Pemetaan Lokasi Bencana Sumur
Amblas Di Wilayah Kabupaten Kediri