Sebuah Negara bisa di sebut sebagai Negara demokrasi manakala memiliki
sejumlah ciri-ciri. ciri-ciri itu sering disebut sebagai pilar demokrasi. Adapun cirri-ciri
pemerintahan demokrasi sebagai berikut:
1. Kedaulatan rakyat
Prinsip ini menghendaki adanya pengawasan rakyat terhadap pemerintahan. Dalam hal
ini, penguasa Negara tidak bisadan tidak boleh menjalankan kehidupan Negara
berdasarkan kemauannya sendiri.
Prinsip ini menghendaki adanya keadilan dalam keputusan. Keputusan yang sesuai
dengan kehendak rakyat. Dalam kenyataan, kehendak rakyat bias berbeda-beda, tidak
sama. Dalam hal demikian, berlaku prinsip majority rule . maksudnya keputusan
diambil sesuai kehendak mayoritas rakyat. Namun, keputusan tersebut hatus
menghormati hak-hak minoritas (minority rights).
Prinsip ini menghendaki adanya jaminan hak-hak asasi. Jaminan tersebut dinyatakan
dalam konstitusi. Jaminan hak asasi itu sekurang-kurangnya meliputi hak-hak dasar.
Hak-kah tersebut meliputi: hak mengemukakan pendapat, berekspresi, dan pers bebas;
hak beragama; hak hidup, hak berserikat dan berkumpul; hak persamaan perlindungan
hokum; hak atas proses peradilan yang bebas. Namun demikian. Di sini berlaku
prinsip: hak asasi manusia harus senantiasa dikembangkan (diperbaiki, dipertajam, dan
ditambah hak-hak lainnya).
Prinsip ini menghendaki adanya pergantian pimpinan pemerintahan secara damai dan
teratur. Hal ini penting untuk menjaga agar kedaulatan rakyat tidak di selewengkan.
Untuk itu diselenggarakanpemilihan umum (pemilu).
7. Perlindungan hukum
Prinsip ini menghendaki adanya perlindungan hukum warga Negara dari tindakan
sewenang-wenang oleh Negara. Misalnya warga Negara tak boleh di tangkap tanpa
alasan hukum yang jelas; warga Negara tak boleh dipenjarakan tanpa melalui proses
hukum yang terbuka.
Prinsip ini menghendaki agar kehidupan Negara senantiasa diwarnai oleh toleransi,
kemanfaatan, kerja sama dan konsesus. tolenrasi berarti kesedian untuk menahan diri,
bersikap sabar, membiarkan dan berhati lapang terhadap orang-orang yang
berpandangan berbeda. Kemanfaatan berarti demokrasi haruslah mendatangkan
manfaat konkret, yaitu perbaikan kehidupan rakyat. kerja sama berarti semua pihak
bersedia untuk menyumbangkan kemampuan terbaiknya dalam mewujudkan cita-cita
bersama. Kompromi berarti ada komitmen untuk mencari titik temu di antara berbagai
macam pandangan dan perbedaan pendapat guna mencari pemecahan untuk kebaiakn
bersama.
Setiap negara mempunyai sistem pemerintahan yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai dan nilai-nilai yang dianut oleh negara tersebut. Sistem pemerintahan juga
menjadi ciri khas suatu negara. Karena, meskipun dua buah negara sama-sama menganu sistem
pemerintahan presidensial, secara keseluruhan sistem pemerintahannya tidak akan sama persis.
Dan Indonesia merupakan negara yang sistem pemerintahannya adalah presidensial. Yang
dimaksud sistem penyelenggraan pemerintahan presidensial adalah sistem pemerintahan yang
dipimpin oleh seorang presiden. Dan presiden ini bertanggungjawab akan penyelenggaraan
pemerintahan untu mencapai tujuan yang diinginkan. Ciri-ciri sistem pemerintahan presidensial
yang digunakan di Indonesia, yaitu:
Penyelenggaraan negara dipimpin oleh Presiden sebagai kepala negara dan dibantu oleh
wakil presiden dan para menteri (baca : Tugas, Fungsi, dan Wewenang Presiden dan
Wakil Presiden)
Menteri bertanggung jawab kepada Presiden dan tidak bertanggungjawab kepada DPR
sebagai dewan legislatif. DPR hanya berhak bertanya, interpelasi, dan lain-lain tetapi
tidak berhak meminta pertanggungjawaban menteri.
Presiden Indonesia dipilih secara langsung oleh rakyat dalam pemilihan umum dan tidak
bertanggungjawab kepada DPR. Meskipun demikian, MPR dapat memberhentikan
Presiden dengan alasan-alasan yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Presiden tidak dapat membubarkan parlemen, dalam hal ini DPR. Karena DPR ini dipilih
oleh rakyat dalam pemilihan umum, bukan dipilih Presiden.
DPR memiliki kekuasaan legislatif atau membuat undang-undang, bersama Presiden.
Anggota-anggotanya dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum.
Sistem pemerintahan Indonesia menganut sistem demokrasi yang berdasarkan Pancasila,
sehingga disebut demokrasi Pancasila. Dengan demikian, penyelenggaraan pemerintahan
negara Indonesia harus berdasarkan nilai-nilai Pancasila dalam penyelenggaraan
Pemerintahan.
Pancasila yang termaktub dalam pokok pikiran Pembukaan UUD 1945 alinea 4, merupakan
landasan hidup bangsa Indonesia di segala bidang. Di dalam kelima sila Pancasila terdapat tiga
tata nilai utama, yaitu:
Tata nilai spiritual tergambar dari sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa.
Mengandung makna bahwa Pancasila mengandung nilai-nilai ketakwaan dan keimanan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Nilai ini diimplemetasikan sebagai segala bentuk kewajiban dan
larangan yang harus dipatuhi oleh masing-masing pemeluk agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Nilai ini menjadi landasan seluruh nilai dari falsafah negara. Oleh karena
itu, dituliskan sebagai sila pertama. Termasuk di dalam nilai ini adalah bahwa perjuangan rakyat
Indonesia sampai saat ini sejak perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia dan
mempertahankan Indonesia, adalah berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa.
Tata nilai kultural atau dimensi kultural mempunyai makna bahwa Pancasila merupakan
landasan falsafah negara, pandangan hidup bernegara, dan dasar negara yang terbentuk dari
kebudayaan dan nilai-nilai luhurnya. Nilai kultural ini telah mengakar kuat sejak zaman nenek
moyang Indonesia. Terbukti bahwa kata Pancasila sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta yang
menjadi bahasa nenek moyang Indonesia. Dalam nilai kultural Pancasila tercantum bahwa
Bangsa Indonesia sejak dahulu merupakan Bangsa yang beradab, saling tolong menolong, selalu
bergotong royong dalam segala bidang, dan musyawarah untuk mencapai mufakat.
Tata nilai atau dimensi institusional mengandung makna bahwa Pancasila menjadi landasan
utama untuk mencapai cita-cita, ide atau gagasan, dan tujuan bernegara. Dengan semangat
Pancasila diharapkan semua tujuan pembangunan nasional dan tujuan bernegara dapat tercapai.
Cita-cita dan tujuan negara, yang juga tercantum dalam alinea 4 Pembukaan UUD 1945, yaitu
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia.
Tujuan dan cita-cita tersebut secara institusinal dapat tercapai dengan persatuan dan kesatuan
Indonesia, ditambah dengan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Di mana kerja keras dan
semangat membangun menjadi ciri khasnya.
Selama sekian tahun Indonesia merdeka, pengkajian Pancasila secara filosofis terus dilakukan
untuk memperoleh maka terdalam hingga dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari dalam
berbangsa dan bernegara. Termasuk di dalamnya dalam penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini
perlu dipahami, karena penyelenggaraan pemerintah sangat sensitif dengan nilai-nilai yang
merusak Pancasila. Selain itu, penyelenggaraan peemrintahan yang berdasarkan nilai-nilai
Pancasila akan mempercepat tercapainya tujuan pembangunan nasional.
Setiap penyelenggaraan pemerintahan, dan semua individu yang terkait di dalamya meyakini dan
mengimani adanya Tuhan Yang Maha Esa sesuai agama dan kepercayaan terhadap tuhan Yang
Maha Esa. Dengan demikian diskriminasi, penyelewengan, dan segala bentuk ketidakadilan
dapat dihindari. Nilai sila pertama ini akan menjiwai seluruh sila lain dan seharusnya menjiwai
seluruh aktivitas penyelenggraan pemerintahan. Nilai-nilai tersebut diimplementasikan dalam
penyelenggaraan peemerintahan sebagai berikut:
1. Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sehingga melahirkan pelaksanaan semua
kewajiban dan larangannya, pada setiap individu penyelenggraaan negara, sesuai agama
dan kepercayaan masing-masing.
2. Keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa dan selalu mengawasi semua
perbuatan kita di dunia, untuk dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.
3. Pengakuan adanya kausa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Berarti
bahwa segala sesuatu di dunia ini ada, karena diciptakan oleh tuhan Yang Maha Esa.
4. Penyelenggaraan pemerintahan harus menjamin semua penduduk Indonesia (warga
negara Indonesia dan warga negara asing) untuk memeluk agama dan beribadah menurut
agama dan kepercayanannya. (baca : Pengertian Status Kewarganegaraan)
5. Tidak memaksa warga negara untuk memeluk agama tertentu, tetapi diwajibkan
memeluk agama sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia. DI mana saat ini ada
lima agama yang diakui keberadaannya, ditambah dengan aliran kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
6. Atheisme atau ajaran yang tidak mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa dilarang di
Indonesia. Oleh karena dilarang, maka tidak diperkenankan seorang pun warga negara
Indonesia yang menganut paham tersebut.
7. Penyelenggaraan pemerintahan menjamin berkembang dan tumbuhnya kehidupan
beragama, toleransi antar umat dalam beragama. Toleransi di sini terutama dalam hal
membiarkan pemeluk agama lain untuk menjalankan ibadahnya.
8. Memberikan fasilitas untuk meningkatkan iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esau mat beragama. Misalnya, dengan ikut menumbuhkan kegiatan beragama,
menetapkan hari libur nasional untuk hari-hari besar agama,menyiarkan siaran
meningkatkan iman dan takwa 5 agama yang diakui dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan sebagainya.
9. Menjadi fasilisator atau mediator ketika terjadi konflik antar umat beragama dengan tidak
memihak agama mana pun. Hal ini penting bagi penyelenggraaan pemerintahan, agar
kesatuan dan persatuan tetap terjaga.
Nilai dari sila kedua ini menjadi jiwa untuk sila-sila Pancasila selanjutnya. Penyelenggara
pemerintahan akan dapat menerapkan nilai persatuan dan kesatuan, kerakyatan, dan keadilan,
apabila nilai sila pertama dan kedua dapat bermakna bagi mereka.
Persatuan Indonesia adalah persatuan yang mencakup seluruh wilayah Indonesia dan seluruh
suku, rasa dan agama yang mendiami seluruh wilayah tersebut. Bangsa yang memiliki
keanekaragaman yang banyak seperti Indonesia, tentu sulit untuk membangun apabila tidak
diiringi sikat persatuan dan kesatuan. Penyelenggaraan pemerintah yang tidak
mengimplementasikan nilai persatuan juga sulit untuk berkomunikasi dengan masyarakatnya.
Sehingga seluruh kebijakan dan rencana yang dibuat tidak dapat terlaksana. Makna nilai sila
persatuan Indonesia dalam penyelenggarana pemerintahan, antara lain:
1. Mengakui adanya Bhinneka Tunggal Ika. Tugas pemerintahan dalam hal ini adalah
melakukan pembinaan dan fasilitator terhadap semua perbedaan yang ada, agar menjadi
satu kesatuan yang bersifat maju. Keanekaragaman diolah menjadi sebuah kekayaan
Bangsa Indonesia yang bersifat membangun, bukan merusak keutuhan bangsa.
2. Penyelenggaraan pemerintahan harus mempunyai nilai pengertian asionalisme. Nilai
yang menganggap kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan. Bangga
menjadi Bangsa Indonesia. Bangsa yang bangga dengan bangsanya sendiri akan menjadi
bangsa yang besar dan lebih dihargai di kalangan bangsa-bangsa di dunia.
3. Cinta bangsa dan tanah air. Merupakan bagian dari nilai dan rasa nasionalisme.
Penyelenggaraanan pemerintah dapat menciptakan dan mensosialisaikan rasa cinta
bangsa dan tanah air Indonesia. Cinta terhadap tanah air dan bangsa Indonesia, yang akan
membuat semua warga negara dengan segala prestasi dan kemampuan yang dimilikinya
di mana pun mereka berada akan kembali ke Indonesia. Mereka akan mengabdikan
seluruh hidup dan ilmu yang dimiliki untuk kejayaan Bangsa Indonesia.
4. Menggalang persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia. Sebagai perwakilan dan tokoh
bangsa yang dipercaya oleh rakyat untuk membuat rencana dan kebijakan untuk
mencapai tujuan pembangunan nasional, maka pemerintahan dapat mengajak semua
pihak untuk selalu bersatu. Pemerintah dapat menghimbau semua komponen bangsa agar
dapat bersatu. Dan apabila terjadi pertikaian, pemerintah menjadi mediator untuk
menyelesaikan pertikaian demi terjaganya persatuan Indonesia.
5. Penyelenggaraanan pemerintah, menghilangkan penonjolan kekuatan dan kekuasaan
berdasarkan suku, keturunan, dan warna kulit. Penyelenggara pemerintah, dapat diambil
dari semua komponen bangsa sesuai kemampuan dan prestasinya untuk Indonesia. Bukan
kekuasaan yang berdasarkan keturunan atau suku tertentu.
6. Setelah memahami semua nilai persatuan Indonesia, penyelenggaraan pemerintahan
menumbuhkan nilai rasa senasib dan sepenanggungan di antara rakyat Indonesia.
Siapapun, apapun suku, ras, dan agamanya, serta di wilayah manapun dia berada harus
dibela . Tentu saja sesuai aturan dan ketentuan hukum yang berlaku. (baca : Faktor
Pendorong dan Penghambat Integrasi Nasional)
Nilai yang terkandung dalam sila keempat Pancasila mengandung makna demokrasi, di mana
kedaulatan berada di tangan rakyat dan musyawarah dalam setiap keputusan. Nilai-nilai
Pancasila dalam penyelenggaraan Pemerintahan sila keempat dalam penyelenggara
pemerintahan, yaitu:
Perwujudan nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia meliputi seluruh rakyat Indonesia.
Selain itu, keadilan juga harus mencakup semua bidang kehidupan seperti sosial,
ekonomi,ideologi, politik, sosial dan kebudayaan. Maka nilai-nilai sila kelima Pancasila dalam
penyelenggaraan pemerintahan, meliputi :
1. Kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia yang bersifat dinamis,
selalu berubah menuju lebih baik dan bergrak semakin cepat sesuai perkembangan
zaman. Penyelenggara pemerintahan harus mewujudkan yang demikian, dengan
pembangunan yang merata sampai ke pelosok-pelosok daerah dan perbatasan degan
negara lain.
2. Seluruh sumber daya alam dan kekayaan alam yang dimiliki Bangsa Indonesia, menjadi
milik negara, dan dipergunakan sebaik-baiknya untuk kebahagiaan bersama.
Pelaksanaanya diatur oleh pemerintah daerah sesuai potensi dan kemampuan masing-
masing daerah.
3. Penyelenggaraan pemerintahan melindungi segenap Bangsa Indonesia agar masing-
masing dapat bekerja dan ikut membangun Indonesia sesuai bidangnya masing-masing.
Misalnya, dengan memfasilitasi ketrampilan dan fasilitas umum untuk orang-orang yang
cacat. Jika mereka diberi kesempatan dan ketrampilan yang sesuai kemampuan mereka,
maka mereka juga dapat ikut membangun negeri.
4. Cita-cita masyarakat yanga adil dan makmur berusaha diwujudkan oleh penyelenggara
pemerintahan. cita-cita tersebut tidak hanya mencakup tujuan secara fisik / materil, tetapi
juga mencakup spiritual.
5. Penyeleggara peemrintahan mempunyai prinsip yang cinta akan kemajuan dan
pembangunan. Dengan demikian, tidak akan terjadi penyelewengan dalam pelaksanaan
pembangunan tersebut.
6. Nilai keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta dengan menjunjung penghormatan
terhadap hal orang lain. Pada akhirnya akan membuat semua warga negara juga akan
saling menghargai