Anda di halaman 1dari 12

Nama : Hosea Roinaldo.

Kelas : XII MIPA 2/ 19

A. Ciri-ciri Pemerintahan Demokrasi

            Sebuah Negara bisa di sebut sebagai Negara demokrasi manakala memiliki
sejumlah ciri-ciri. ciri-ciri itu sering disebut sebagai pilar demokrasi. Adapun cirri-ciri
pemerintahan demokrasi sebagai berikut:

1. Kedaulatan rakyat

Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi. Dalam Negara demokrasi, pemilik kedaulatan


adalah rakyat bukan penguasa. Kekuasaan tertinggi ada pada rakyat. Kekuasaan yang
dimiluki oleh penguasa berasal dari rakyat.

2. Pemerintahan didasarkan pada persetujuan rakyat

Prinsip ini menghendaki adanya pengawasan rakyat terhadap pemerintahan. Dalam hal
ini, penguasa Negara tidak bisadan tidak boleh menjalankan kehidupan  Negara
berdasarkan kemauannya sendiri.

 3. Pemerintahan mayoritas dan perlindungan hak-hak minoritas

Prinsip ini menghendaki adanya keadilan dalam keputusan. Keputusan yang sesuai
dengan kehendak rakyat. Dalam kenyataan, kehendak rakyat bias berbeda-beda, tidak
sama. Dalam hal demikian, berlaku prinsip majority rule . maksudnya keputusan
diambil sesuai kehendak mayoritas rakyat. Namun, keputusan tersebut hatus
menghormati hak-hak minoritas (minority rights).

 4. Jaminan hak-hak asasi manusia

Prinsip ini menghendaki adanya jaminan hak-hak asasi. Jaminan tersebut dinyatakan 
dalam konstitusi. Jaminan hak asasi itu sekurang-kurangnya meliputi hak-hak dasar.
Hak-kah tersebut meliputi: hak mengemukakan pendapat, berekspresi, dan pers bebas;
hak beragama; hak hidup, hak berserikat dan berkumpul; hak persamaan perlindungan
hokum; hak atas proses peradilan yang bebas. Namun demikian. Di sini berlaku
prinsip: hak asasi manusia harus senantiasa dikembangkan (diperbaiki, dipertajam, dan
ditambah hak-hak lainnya).

 5. Pemilu yang bebas dan adil

Prinsip ini menghendaki adanya pergantian pimpinan pemerintahan secara damai dan
teratur. Hal ini penting untuk menjaga agar kedaulatan rakyat tidak di selewengkan.
Untuk itu diselenggarakanpemilihan umum (pemilu).

6. Persamaan di depan hukum

Prinsip ini menghendaki adaanya persamaan politik. Maksudnya, secara hukum


( didepan hukum) setiap warga Negara mempunyai kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik. Jadi, siapa saja memiliki
kesempatan yang sama untuk berpartisipasi. Itu berarti tidak boleh ada sikap
membeda-bedakan (diskriminasi), entah berdasarkan suku, ras, agama, antargolongan
maupun jenis kelamin.

7. Perlindungan hukum

Prinsip ini menghendaki adanya perlindungan hukum warga Negara dari tindakan
sewenang-wenang oleh Negara. Misalnya warga Negara tak boleh di tangkap tanpa
alasan hukum yang jelas; warga Negara tak boleh dipenjarakan tanpa melalui proses
hukum yang terbuka.

8. Pemerintahan di batasi oleh konstitusi

Prinsip ini menghendaki adanya pembatasan kekuasaan pemerintah melalui hokum.


Pembatasan itu di tuangkan dalam konstitusi. Selanjutnya konstitusi itu menjadi dasar
penyelenggaraan Negara yang harus di patuhi oleh pemerintah. Itulah sebabnya
pemerintahan demokrasi sering di sebut “demokrasi konstitusional” dengan demikian,
pemerintahan demokrasi dijalankan sesuai prinsip supremasi hukum (rule of law). Itu
berarti kebijakan Negara harus didasarkan pada hukum.

 9. Penghargaan pada keberagaman

Prinsip ini menghendaki agar tiap-tiap kelompok social-budaya, ekonomi, ataupun


politik diakui dan dijamin keberadaannya. Masing-masing kelompok memiliki hak dan
kewajiban yang sama untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan kehidupan Negara.

 10. Penghargaan terhadap nilai-nilai demokrasi

Prinsip ini menghendaki agar kehidupan Negara senantiasa diwarnai oleh toleransi,
kemanfaatan, kerja sama dan konsesus. tolenrasi berarti kesedian untuk menahan diri,
bersikap sabar, membiarkan dan berhati lapang terhadap orang-orang yang
berpandangan berbeda. Kemanfaatan berarti demokrasi haruslah mendatangkan
manfaat konkret, yaitu perbaikan kehidupan rakyat. kerja sama berarti semua pihak
bersedia untuk menyumbangkan kemampuan terbaiknya dalam mewujudkan cita-cita
bersama. Kompromi berarti ada komitmen untuk mencari titik temu di antara berbagai
macam pandangan dan perbedaan pendapat guna mencari pemecahan untuk kebaiakn
bersama.

B. Nilai-Nilai Pancasila dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara

Setiap negara mempunyai sistem pemerintahan yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai dan nilai-nilai yang dianut oleh negara tersebut. Sistem pemerintahan juga
menjadi ciri khas suatu negara. Karena, meskipun dua buah negara sama-sama menganu sistem
pemerintahan presidensial, secara keseluruhan sistem pemerintahannya tidak akan sama persis.
Dan Indonesia merupakan negara yang sistem pemerintahannya adalah presidensial. Yang
dimaksud sistem penyelenggraan pemerintahan presidensial adalah sistem pemerintahan yang
dipimpin oleh seorang presiden. Dan presiden ini bertanggungjawab akan penyelenggaraan
pemerintahan untu mencapai tujuan yang diinginkan. Ciri-ciri sistem pemerintahan presidensial
yang digunakan di Indonesia, yaitu:
 Penyelenggaraan negara dipimpin oleh Presiden sebagai kepala negara dan dibantu oleh
wakil presiden dan para menteri (baca : Tugas, Fungsi, dan Wewenang Presiden dan
Wakil Presiden)
 Menteri bertanggung jawab kepada Presiden dan tidak bertanggungjawab kepada DPR
sebagai dewan legislatif. DPR hanya berhak bertanya, interpelasi, dan lain-lain tetapi
tidak berhak meminta pertanggungjawaban menteri.
 Presiden Indonesia dipilih secara langsung oleh rakyat dalam pemilihan umum dan tidak
bertanggungjawab kepada DPR. Meskipun demikian, MPR dapat memberhentikan
Presiden dengan alasan-alasan yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan.
 Presiden tidak dapat membubarkan parlemen, dalam hal ini DPR. Karena DPR ini dipilih
oleh rakyat dalam pemilihan umum, bukan dipilih Presiden.
 DPR memiliki kekuasaan legislatif atau membuat undang-undang, bersama Presiden.
Anggota-anggotanya dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum.
 Sistem pemerintahan Indonesia menganut sistem demokrasi yang berdasarkan Pancasila,
sehingga disebut demokrasi Pancasila. Dengan demikian, penyelenggaraan pemerintahan
negara Indonesia harus berdasarkan nilai-nilai Pancasila dalam penyelenggaraan
Pemerintahan.

Selain ciri di atas, penyelenggaraan pemerintahan negara Indonesia juga mempunyai


hubungan vertikal dan horisontal antar lembaga-lembaga negara yang ada. Dan untuk
memperlancar pembangunan, di mana Indonesia mempunyai wilayah yang terbentang sangat
luas, maka ada sistem pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah yang diatur oleh undang-
undang. Yang dimaksud dengan nilai adalah sesuatu yang sangat berhaga yang dimilki
seseorang, atau dalam hal ini negara, sehingga menyadarkan diri akan harkat dan martabatnya.
Nilai suatu bangsa bersumber pada keyakinan bangsa tersebut dan dapat digali adri kebudayaan
bangsa. Sehingga nilai-nilai bangsa dapat terbentuk atas dasar cipta, rasa, dan karsa
(kebudayaan) bangsa. Pancasila telah ditetapkan sebagai pandangan hidup dan ideologi bangsa
Indonesia. Artinya, para tokoh pendiri bangsa menemukan bahwa di dalam Pancasila terdapat
nilai-nilai yang dianut dan diyakini Bangsa Indonesia. Sebuah nilai yang menjadi ciri khas.
Tidak dimiliki oleh bangsa lain di dunia. Nilai yang sama=sama dimiliki oleh semua komponen
bangsa, meskipun berbeda agama, ras, suku, warna kulit, dan kedudukannya. (baca : Sejarah
Pancasila)

Pancasila yang termaktub dalam pokok pikiran Pembukaan UUD 1945 alinea 4, merupakan
landasan hidup bangsa Indonesia di segala bidang. Di dalam kelima sila Pancasila terdapat tiga
tata nilai utama, yaitu:

1. Tata Nilai Spiritual

Tata nilai spiritual tergambar dari sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa.
Mengandung makna bahwa Pancasila mengandung nilai-nilai ketakwaan dan keimanan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Nilai ini diimplemetasikan sebagai segala bentuk kewajiban dan
larangan yang harus dipatuhi oleh masing-masing pemeluk agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Nilai ini menjadi landasan seluruh nilai dari falsafah negara. Oleh karena
itu, dituliskan sebagai sila pertama. Termasuk di dalam nilai ini adalah bahwa perjuangan rakyat
Indonesia sampai saat ini sejak perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia dan
mempertahankan Indonesia, adalah berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa.

2. Tata Nilai Kultural

Tata nilai kultural atau dimensi kultural mempunyai makna bahwa Pancasila merupakan
landasan falsafah negara, pandangan hidup bernegara, dan dasar negara yang terbentuk dari
kebudayaan dan nilai-nilai luhurnya. Nilai kultural ini telah mengakar kuat sejak zaman nenek
moyang Indonesia. Terbukti bahwa kata Pancasila sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta yang
menjadi bahasa nenek moyang Indonesia. Dalam nilai kultural Pancasila tercantum bahwa
Bangsa Indonesia sejak dahulu merupakan Bangsa yang beradab, saling tolong menolong, selalu
bergotong royong dalam segala bidang, dan musyawarah untuk mencapai mufakat.

3. Tata Nilai Instisusional

Tata nilai atau dimensi institusional mengandung makna bahwa Pancasila menjadi landasan
utama untuk mencapai cita-cita, ide atau gagasan, dan tujuan bernegara. Dengan semangat
Pancasila diharapkan semua tujuan pembangunan nasional dan tujuan bernegara dapat tercapai.
Cita-cita dan tujuan negara, yang juga tercantum dalam alinea 4 Pembukaan UUD 1945, yaitu
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia.
Tujuan dan cita-cita tersebut secara institusinal dapat tercapai dengan persatuan dan kesatuan
Indonesia, ditambah dengan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Di mana kerja keras dan
semangat membangun menjadi ciri khasnya.

C. Berdasarkan Pemerintahan Bentuk-bentuk Pancasila Dalam Nilainya

Selama sekian tahun Indonesia merdeka, pengkajian Pancasila secara filosofis terus dilakukan
untuk memperoleh maka terdalam hingga dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari dalam
berbangsa dan bernegara. Termasuk di dalamnya dalam penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini
perlu dipahami, karena penyelenggaraan pemerintah sangat sensitif dengan nilai-nilai yang
merusak Pancasila. Selain itu, penyelenggaraan peemrintahan yang berdasarkan nilai-nilai
Pancasila akan mempercepat tercapainya tujuan pembangunan nasional.

Dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan, nilai-nilai Pancasila dalam penyelenggaraan


Pemerintahan harus ada di setiap perumusan kebijakan dan implementasinya. Artinya, dalam
penyelenggaraan pemerintahan harus mengandung tata nilai spiritual sehingga merasa bahwa
Tuhan Yang Maha Esa selalu mengawasi dan ada, menghindari praktek yang menyimpang dan
diskriminatif. Begitu pula dengan nilai kultural dan institusional Pancasila, semua menjadi ruh
pada penyelenggaraan pemerintahan.Nilai-nilai Pancasila dalam penyelengagraan pemerintahan
diuraikan di bawah ini berdasarkan masing-masing sila Pancasila, sebagai berikut:

 Nilai Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Setiap penyelenggaraan pemerintahan, dan semua individu yang terkait di dalamya meyakini dan
mengimani adanya Tuhan Yang Maha Esa sesuai agama dan kepercayaan terhadap tuhan Yang
Maha Esa. Dengan demikian diskriminasi, penyelewengan, dan segala bentuk ketidakadilan
dapat dihindari. Nilai sila pertama ini akan menjiwai seluruh sila lain dan seharusnya menjiwai
seluruh aktivitas penyelenggraan pemerintahan. Nilai-nilai tersebut diimplementasikan dalam
penyelenggaraan peemerintahan sebagai berikut:
1. Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sehingga melahirkan pelaksanaan semua
kewajiban dan larangannya, pada setiap individu penyelenggraaan negara, sesuai agama
dan kepercayaan masing-masing.
2. Keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa dan selalu mengawasi semua
perbuatan kita di dunia, untuk dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.
3. Pengakuan adanya kausa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Berarti
bahwa segala sesuatu di dunia ini ada, karena diciptakan oleh tuhan Yang Maha Esa.
4. Penyelenggaraan pemerintahan harus menjamin semua penduduk Indonesia (warga
negara Indonesia dan warga negara asing) untuk memeluk agama dan beribadah menurut
agama dan kepercayanannya. (baca : Pengertian Status Kewarganegaraan)
5. Tidak memaksa warga negara untuk memeluk agama tertentu, tetapi diwajibkan
memeluk agama sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia. DI mana saat ini ada
lima agama yang diakui keberadaannya, ditambah dengan aliran kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
6. Atheisme atau ajaran yang tidak mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa dilarang di
Indonesia. Oleh karena dilarang, maka tidak diperkenankan seorang pun warga negara
Indonesia yang menganut paham tersebut.
7. Penyelenggaraan pemerintahan menjamin berkembang dan tumbuhnya kehidupan
beragama, toleransi antar umat dalam beragama. Toleransi di sini terutama dalam hal
membiarkan pemeluk agama lain untuk menjalankan ibadahnya.
8. Memberikan fasilitas untuk meningkatkan iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esau mat beragama. Misalnya, dengan ikut menumbuhkan kegiatan beragama,
menetapkan hari libur nasional untuk hari-hari besar agama,menyiarkan siaran
meningkatkan iman dan takwa 5 agama yang diakui dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan sebagainya.
9. Menjadi fasilisator atau mediator ketika terjadi konflik antar umat beragama dengan tidak
memihak agama mana pun. Hal ini penting bagi penyelenggraaan pemerintahan, agar
kesatuan dan persatuan tetap terjaga.

 Nilai Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


Penyelenggara pemerintahan harus mempunyai nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.
Dengan demikian, penyelenggara akan mengakui adanya martabat manusia, adil terhadap
manusia, dan tidak lupa untuk bersikap baik dengan lingkungan alam. Nilai Pancasila yang
sepenuhnya dimiliki oleh penyelenggraan pemerintahan akan membawa kesejahteraan bagi
semua yang berada di bawah pemerintahannya. Masyarakat adil dan makmur akan tercipta
dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan. Nilai sila kedua Pancasila, diimplemantsikan
dalam penyelenggaraan pemerintahan sebagai berikut:

1. Memahami bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan yang universal, sehingga


penyelenggara pemerintah akan menempatkannya sesuai hakikat. Tidak merendahkan,
tidak diskriminatif, dan selalu mengakui persamaan derajat sesama manusia menjadi ciri
khasnya.
2. Penyelenggaraan pemerintahan akan memperlakukan seluruh warga negara dan
penduduk yang tinggal di wilayahnya dengan adil. Tidak ada sikap pilih kasih dalam
berbagai kegiatan dan kebijakan yang diambil. Semua didasarkan keadilan. Misalnya,
pembangunan dan hasilnya yang dapat dinikmati semua penduduk di daerah maupun
kota. Di daerah terjangkau maupun daerah terpencil. Sehingga, contoh konflik sosial
dalam masyarakat yang dapat menghadirkan masalah baru juga akan ditiadakan.
3. Memahami banwa manusia mempunyai daya cipta, daya rasa, dan daya karsa yang tidak
sama dengan makhluk lain.
Penyelenggraan pemerintahan akan berusaha menyalurkan semua potensi yang dimiliki
masyarakatnya ke arah yang lebih baik. Dengan daya cipta dan daya karsa tersebut,
manusia juga diarahkan untuk mencintai lingkungan, dan peduli terhadap sesama
manusia.
4. Mengakui adanya martabat manusia. Ini penting karena dengan mengakui adanya
martabat manusia, maka sikap terhadap orang lain juga akan lebih baik dan tidak lagi
merendahkan.
5. Menjunjung tinggi bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan harus dihapuskan
dari atas dunia, terutama negara Indonesia. Ini juga menjadi nilai landasan
penyelenggraan pemerintahan agar amanat menjalankan tugasnya dan tidak semena-mena
terhadap orang lain.
6. Penyelenggara pemerintah harus dapat mewujudkan keadilan dalam peradaban yang kuat.
Dapat bijaksana dalam mengambil kebijakan dan sikap terhadap segala masalah yang
terjadi dalam negara. Artinya, penyelenggara pemerintah Indonesia juga tidak pasif
terhadap segala penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat.

Nilai dari sila kedua ini menjadi jiwa untuk sila-sila Pancasila selanjutnya. Penyelenggara
pemerintahan akan dapat menerapkan nilai persatuan dan kesatuan, kerakyatan, dan keadilan,
apabila nilai sila pertama dan kedua dapat bermakna bagi mereka.

 Nilai Sila Persatuan Indonesia

Persatuan Indonesia adalah persatuan yang mencakup seluruh wilayah Indonesia dan seluruh
suku, rasa dan agama yang mendiami seluruh wilayah tersebut. Bangsa yang memiliki
keanekaragaman yang banyak seperti Indonesia, tentu sulit untuk membangun apabila tidak
diiringi sikat persatuan dan kesatuan. Penyelenggaraan pemerintah yang tidak
mengimplementasikan nilai persatuan juga sulit untuk berkomunikasi dengan masyarakatnya.
Sehingga seluruh kebijakan dan rencana yang dibuat tidak dapat terlaksana. Makna nilai sila
persatuan Indonesia dalam penyelenggarana pemerintahan, antara lain:

1. Mengakui adanya Bhinneka Tunggal Ika. Tugas pemerintahan dalam hal ini adalah
melakukan pembinaan dan fasilitator terhadap semua perbedaan yang ada, agar menjadi
satu kesatuan yang bersifat maju. Keanekaragaman diolah menjadi sebuah kekayaan
Bangsa Indonesia yang bersifat membangun, bukan merusak keutuhan bangsa.
2. Penyelenggaraan pemerintahan harus mempunyai nilai pengertian asionalisme. Nilai
yang menganggap kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan. Bangga
menjadi Bangsa Indonesia. Bangsa yang bangga dengan bangsanya sendiri akan menjadi
bangsa yang besar dan lebih dihargai di kalangan bangsa-bangsa di dunia.
3. Cinta bangsa dan tanah air. Merupakan bagian dari nilai dan rasa nasionalisme.
Penyelenggaraanan pemerintah dapat menciptakan dan mensosialisaikan rasa cinta
bangsa dan tanah air Indonesia. Cinta terhadap tanah air dan bangsa Indonesia, yang akan
membuat semua warga negara dengan segala prestasi dan kemampuan yang dimilikinya
di mana pun mereka berada akan kembali ke Indonesia. Mereka akan mengabdikan
seluruh hidup dan ilmu yang dimiliki untuk kejayaan Bangsa Indonesia.
4. Menggalang persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia. Sebagai perwakilan dan tokoh
bangsa yang dipercaya oleh rakyat untuk membuat rencana dan kebijakan untuk
mencapai tujuan pembangunan nasional, maka pemerintahan dapat mengajak semua
pihak untuk selalu bersatu. Pemerintah dapat menghimbau semua komponen bangsa agar
dapat bersatu. Dan apabila terjadi pertikaian, pemerintah menjadi mediator untuk
menyelesaikan pertikaian demi terjaganya persatuan Indonesia.
5. Penyelenggaraanan pemerintah, menghilangkan penonjolan kekuatan dan kekuasaan
berdasarkan suku, keturunan, dan warna kulit. Penyelenggara pemerintah, dapat diambil
dari semua komponen bangsa sesuai kemampuan dan prestasinya untuk Indonesia. Bukan
kekuasaan yang berdasarkan keturunan atau suku tertentu.
6. Setelah memahami semua nilai persatuan Indonesia, penyelenggaraan pemerintahan
menumbuhkan nilai rasa senasib dan sepenanggungan di antara rakyat Indonesia.
Siapapun, apapun suku, ras, dan agamanya, serta di wilayah manapun dia berada harus
dibela . Tentu saja sesuai aturan dan ketentuan hukum yang berlaku. (baca : Faktor
Pendorong dan Penghambat Integrasi Nasional)

 Nilai Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan / Perwakilan

Nilai yang terkandung dalam sila keempat Pancasila mengandung makna demokrasi, di mana
kedaulatan berada di tangan rakyat dan musyawarah dalam setiap keputusan. Nilai-nilai
Pancasila dalam penyelenggaraan Pemerintahan sila keempat dalam penyelenggara
pemerintahan, yaitu:

1. Mengakui adanya nilai kedaulatan berada di tangan rakyat sebagai ciri-ciri negara


demokrasi. Pemerintahan yang berasal dari rakyat, di mana semua penyelenggaraan
pemerintahan adalah wakil-wakil rakyat yang dipilih melalui proses pemilihan umum.
Pemerintahan oleh rakyat, karena penyelenggara pemerintah adalah wakil rakyat,
hendaknya menyuarakan kepentingan rakyat secara umum, bukan menyuarakan
kepentingan golongan / kelompok maupun pribadi. Pemerintah untuk rakyat, semua
kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara pemerintah yang sebenarnya adalah wakil
rakyat bertujuan untuk rakyat. Sebesar-besarnya dengan tujuan kesejahteraan rakyat.
2. Pemimpin penyelenggara pemerintahan dari level paling bawah sampai level paling
tinggi adalah seseorang yang dapat membuat kebijakan berdasarkan kebijaksanaan yang
dilandasi oleh akal sehat. Bukan pemimpin yang tidak dapat menerima usul dan kritik
dari rakyat yang memilihnya.
3. Dalam penyelenggara pemerintahan, semua warga negara Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kweajiban yang sama. Misalnya, dalam fungsi pemilu, semua warga
negara yang sudah memenuhi syarat mempunyai hak dipilih (pemilih aktif) maupun hak
memilih (pemilih pasif).

4. Di setiap keputusan, penyelenggaraan pemerintahan selalu berdasarkan manfaat


musyawarah untuk mencapai mufakat. Dalam tingkat tertinggi musyawarah dilakukan
oleh wakil-wakil rakyat yang duduk di lembaga-lembaga negara yang ada, terutama
DPR. Musyawarah mufakat lebih utama dan didahulukan daripada keputusan cara lain.
Dimana dalam musyawarah setiap orang berhak menyuarakan pendapat dan usulannya
dan peserta harus saling menghargai.
5. Gotong royong juga merupakan nilai yang harus dianut oleh penyelenggaraan
pemerintahan. Gotong royong dimaksud adalah semua penyelenggara pemerintahan
mempunyai tujuan yang sama, sehingga harus secara bersama, bersatu, agar tujuan dapat
terlaksana dengan segera.

 Nilai Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Perwujudan nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia meliputi seluruh rakyat Indonesia.
Selain itu, keadilan juga harus mencakup semua bidang kehidupan seperti sosial,
ekonomi,ideologi, politik, sosial dan kebudayaan. Maka nilai-nilai sila kelima Pancasila dalam
penyelenggaraan pemerintahan, meliputi :

1. Kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia yang bersifat dinamis,
selalu berubah menuju lebih baik dan bergrak semakin cepat sesuai perkembangan
zaman. Penyelenggara pemerintahan harus mewujudkan yang demikian, dengan
pembangunan yang merata sampai ke pelosok-pelosok daerah dan perbatasan degan
negara lain.
2. Seluruh sumber daya alam dan kekayaan alam yang dimiliki Bangsa Indonesia, menjadi
milik negara, dan dipergunakan sebaik-baiknya untuk kebahagiaan bersama.
Pelaksanaanya diatur oleh pemerintah daerah sesuai potensi dan kemampuan masing-
masing daerah.
3. Penyelenggaraan pemerintahan melindungi segenap Bangsa Indonesia agar masing-
masing dapat bekerja dan ikut membangun Indonesia sesuai bidangnya masing-masing.
Misalnya, dengan memfasilitasi ketrampilan dan fasilitas umum untuk orang-orang yang
cacat. Jika mereka diberi kesempatan dan ketrampilan yang sesuai kemampuan mereka,
maka mereka juga dapat ikut membangun negeri.
4. Cita-cita masyarakat yanga adil dan makmur berusaha diwujudkan oleh penyelenggara
pemerintahan. cita-cita tersebut tidak hanya mencakup tujuan secara fisik / materil, tetapi
juga mencakup spiritual.
5. Penyeleggara peemrintahan mempunyai prinsip yang cinta akan kemajuan dan
pembangunan. Dengan demikian, tidak akan terjadi penyelewengan dalam pelaksanaan
pembangunan tersebut.
6. Nilai keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta dengan menjunjung penghormatan
terhadap hal orang lain. Pada akhirnya akan membuat semua warga negara juga akan
saling menghargai

Anda mungkin juga menyukai