Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA


Dosen Pengampu : Dr. Misdah, M. Pd
Mata Kuliah : Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum PAI

DI

OLEH

Emila Mufidha (2154100380)


Nova Astariza (2154100383)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PASCASARJANA IAIN PONTIANAK

TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tema “Sejarah
Perkembangan Kurikulum di Indonesia” Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas pada mata kuliah Perencanaan dan Perkembangan Kurikulum. Walaupun demikian,
dalam menyelesaikan makalah ini, kami menghadapi kendala tetapi ataas bantuan dari
berbagai pihak, akhirnya makalah ini Insya Allah dapat diselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, bak pepatah tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam diskusi dikelas nanti dan
tentunya masukan dan bimbingan dari pengampu mata kuliah landasan pendidikan itu sendiri
yaitu Dr. Misdah, M.Pd agar sekiranya tugas ini bias menjadi lebih baik meskipun jauh dari
kata kesempurnaan, karena hanya Allah Swt maha pemilik kesempurnaan. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih.

Pontianak, 20 September 2016

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 2

DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 4

A. Latar Belakang .................................................................................. 4


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan .............................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 5

SEJARAH PENGEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA

A. Kurikulum Pra Kemerdekaan ..................................................... .... 5


a. Kurikulum pada masa Belanda ........................................... 5
b. Kurikulum pada Masa Jepang ............................................. 7
B. Kurikulum Pasca Kemerdekaan ................................................ .... 9
1. Kurikulum 1947 ................................................................. ....... 9
2. Kurikulum 1952 ................................................................. ....... 9
3. Kurikulum 1964 ................................................................. ....... 10
4. Kurikulum 1968 ................................................................. ....... 11
5. Kurikulum 1975 ................................................................. ....... 11
6. Kurikulum 1984 ................................................................. ....... 12
7. Kurikulum 1994 ................................................................. ....... 12
8. Kurikulum KBK (2004) ............................................................... 12
9. Kurikulum KTSP (2006) ...................................................... ....... 13
10. Kurikulum 2013 ................................................................. ....... 13

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 14

A. Kesimpulan ....................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 15


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya, perkembangan kurikulum di Indonesia berpijak dari sejarah
perkembangan pendidikan di Indonesia itu sendiri. Secara formal, sejak zaman
belanda terdapat sekolah dan artinya kurikulum juga sudah ada. Pada zaman belanda,
pelaksanaan kurikulum pendidikan dan persekolahan diwarna dengan misi penjajahan
belanda. Begitu juga dengan kurikulum zaman jepang, dapat dikatakan bahwa
keberadaan atau tujuan pendidikan pada zaman ini adalah untuk menciptakan sumber
daya manusia yang dapat membantu misi penjajahan. Belanda, misalnya
memanfaatkan pribumi untuk mengeruk kekayaan alam secara optimal mungkin,
sedangkan jepang yang dikenal dengan Asia Timur Raya, memanfaatkan pribumi
untuk misinya dalam peperangan (Hamalik, 1990:123).
Setelah indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945,
pendidikan di tanah air terus berkembang, termasuk dalam hal perhatian pemerintah
dalam perkembangan kurikulum.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia sejak awal
kemerdekaan sampai sekarang?

C. Tujuan
Mengetahui Sejarah Perkembangan kurikulum di Indonesia sejak awal kemerdekaan
sampai sekarang
BAB II
PEMBAHASAN
SERAH PENGEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA
A. PRA KEMERDEKAAN
1. Kurikulum Pada Masa Belanda
Pada awalnya bangsa eropa baik portugis maupun belanda belum
memperhatikan pendidikan dan tujuan mereka mencari rempah-rempah dan
berdagang. Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa bangsa eropa ini
datang ke indonesia mempunyai tujuan lain, seperti menyebarkan misi agama. Hal
ini dilakukan agar mempermudah pelaksanaan misi perdagangan dan misi agama
itu sendiri. Pada abad ke 16 dan 17, berdirilah lembaga-lembaga pendidikan
dalam upaya penyebaran agama kristen di tanah air (oleh belanda). Sedangkan
portugis mendirikan lembaga pendidikan di maluku dalam upaya mengembangkan
agama khatolik. Pendidikan tersebut tidak hanya diperuntukan bangsa belanda,
tetapi juga untuk pribumi, khususnya di daerah pantai dan terbatas hanya untuk
agama kristen (Abdullah Idi,2014: 2).
Undang-undang Hindia belanda membagi tiga jenis penduduk menjadi tiga
golongan: eropa, timur asing dan bumi putera, sehingga didirikan pula tiga jenis
sekolah rendah bagi anak-anak berdasarkan tiga jenis penduduk tersebut
1) ELS (Europe Lagere School)
Untuk anak-anak eropa, tionghoa, dan Indonesia yang menurut undang-
undang haknya disamakan dengan bangsa eropa
2) HCS (Holland Chinese School)
Untuk golongan Tionghoa
3) HIS (Holland Inlandse School)
Untuk golongan rakyat pribumi atau bumiputera kalangan atas Sekolah
Desa dan sekolah sambungan, untuk pribumi dan kalangan bawahan
(Abdullah Idi,2014: 3).
Sekolah menengah atas pada zaman belanda adalah AMS (Algemene
Midelbare School). Mata pelajaran pokok AMS bagian AI (Kesusastraan
Timur) adaah bahasa jawa, bahasa melayu, sejarah indonesia dan ilmu bangsa
bangsa, Mata pelajaran pokok AMS II (Kesusastraan Klasik Barat) adalah
bahasa latin, sedangkan mata pelajaran pokok AMS B adalah ilmu pasti dan
ilmu alam. Lulusan jenis sekolah AMS ini dapat melanjutkan ke perguruan
tinggi (PT), Namun hanya memungkinkan dari kalangan anak pegawai
pemerintah.

2. Kurikulum SMP Pada Masa Jepang


Pada masa ini semua sekolah rendah yang bermacam-macam tingkatannya
dihilangkan sama sekali dan tinggallah sekolah rendah untuk bangsa Indonesia,
yaitu sekolah rakyat yang disebut Kokumin Gako (6 tahun lamanya), Jenis
pendidikan ini kurang memperhatikan isi, anak-anak didik harus membantu
jepang pada peperangan sehingga harus mengikuti latihan militer di sekolah,
pelajaran olahraga juga diperlukan dan anak didik disuruh untuk menanam pohon
jarak untuk membuat minyak demi kepentingan perang (Abdullah Idi,2014: 3).
Sekolah menengah pertama mulai ada pada zaman penjajahan belanda dan
didirikan pada 1960 yang bernama Gymnasium. Lamanya belajar 3 tahun, dan
siswa-siswanya hanya terbatas pada orang-orang barat/ golongan ningrat. Sekolah
sekolah itutidak terlepas dari tuntutan dan kebutuhan masyarakat dimana sekolah
itu berada, sedangkan bentuk sekolah dan kurikulumnya sudah barang tentu untuk
mencapai tujuan tersebut. Adapun mata pelajaran (vakken) yang diajarkan pada
Gymnasium yakni:
a) Bahasa Belanda
b) Bahasa Inggris
c) Ilmu Hitung
d) Aljabar
e) Ilmu ukur
f) Ilmu alam
g) Ilmu hayat
h) Ilmu bumi
i) Sejarah (Geschiedenis)
j) Sejarah (Staatkunde)
k) Tata buku (Hamalik, 1990: 142)

Pada masa jepang kurikulum yang diterapkan bertujuan agar rakyat dapat
membantu pertahanan jepang. (Abdullah Idi,2014: 10), Karena itu, yang
diajarkan pada masa pemerintah jepang,diubah sesuai dengan keinginan bangsa
jepang. Hal itu dimulai dari perubahan bahasa , dari bahasa belanda yang diubah
menjadi bahasa jepang, mata pelajaran ilmu pasti, ilmu alam, ilmu hayat
dijadikan pengetahuan dan dasar, seperti seperti yang diberikan MULO yaitu
pada bagian ilmu pasti alam. Mata pelajaran ilmu bumi, sejarah, tata negara yang
dahulunya terpusat pada belanda, sekarang berubah terpusat pada jepang, Asia
Timur Raya.

Pada 1942, AMS (milik belanda) diganti oleh jepang menjadi Sekolah Tinggi
(SMT) dengan lama pendidikan 3 tahun. Isi dalam rencana pelajaran SMT
yang sangat penting diketahui adalah:
a. Pemakaian bahasa belanda dilarang
b. Bahasa resmi dan pengantar bahasa indonesia
c. Bahasa jepang menjadi mata pelajaran wajib
d. Pengajaran adat istiadat jepang
e. Sejarah jepang sangat penting
f. Pelajaran ilmu bumi dalam aspek geopolitik perlu dipelajari (Abdullah
Idi,2014: 13)

B. KURIKULUM PASCA KEMERDEKAAN


1. Kurikulum 1947, “Rentjana Pelajaran 1947”
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam
bahasa Belanda “leer plan” artinya rencana pelajaran, istilah ini lebih popular
dibanding istilah “curriculum2” (bahasa Inggris). Perubahan arah pendidikan lebih
bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional.
Sedangkan asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu
dikenal dengan sebutan “Rentjana Pelajaran 1947”, yang baru dilaksanakan pada
tahun 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum
diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: (1) daftar mata
pelajaran dan jam pengajaranya; (2) garis-garis besar pengajaran. Pada saat itu,
kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial
Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan
sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem
pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih
dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai
development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia
Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka
bumi ini. Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan
pikiran. Yang diutamakan adalah : pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian seharihari,
perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani (Alhamuddin, 2014: 3).

2. Kurikulum 1952, “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”


Setelah “Rentjana Pelajaran 1947”, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia
mengalami penyempurnaan. Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran
yang kemudian diberi nama “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”. Kurikulum ini
sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol
dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Silabus mata pelajarannya menunjukkan secara jelas bahwa seorang guru
mengajar satu mata pelajaran (Alhamuddin, 2014: 4).

3. Kurikulum 1964, “Rentjana Pendidikan 1964”


Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali
menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana
Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari
kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana3,yaitu pengembangan
moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani. Ada yang
menyebut Panca wardhana berfokus pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa,
karya, dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang
studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan
jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan
fungsional praktis (Alhamuddin, 2014: 4).

4. Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan
1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Dari segi tujuan pendidikan,
Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk
membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Dalam kurikulum ini tampak dilakukannya perubahan struktur
kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni
dan konsekuen. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi
pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan
khusus. Mata pelajaran dikelompokkan menjadi 9 pokok. Kurikulum 1968 sebagai
kurikulum bulat. "Hanya memuat mata pelajaran pokok saja," . Muatan materi
pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di
lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa
di setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan
mempertinggi kecerdasan (Alhamuddin, 2014: 4).

5. Kurikulum 1975
Kurikulum 19745 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan
efisien. latar belakangi lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh konsep di bidang
manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,"
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan istilah "satuan pelajaran", yaitu
rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi :
tujuan instruksional umum (TIU), tujuan instruksional khusus (TIK), materi
pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975
banyak dikritik. Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari
setiap kegiatan pembelajaran (Alhamuddin, 2014: 5).

6. Kurikulum 1984,“Kurikulum 1975 yang disempurnakan”.


Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering
disebut "Kurikulum 1975 yang disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai
subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan,
hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau
Student Active Leaming (SAL). Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus
hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan
reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang
mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas
lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok
guru tak lagi mengajar model berceramah. Akhiran penolakan CBSA
bermunculan (Alhamuddin, 2014: 5).

7. Kurikulum 1994
Tujuannya adalah memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik
untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga
negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk
mengikuti pendidikan menengah (PP No 28 Tahun 1990). Dapat dipahami bahwa
kurikulum pendidikan dasar (SD/MI,SMP/MTs) pada tahun 1994 menempatkan
pengantar sains dan teknologi pada tempat yang penting bagi anak didik untuk
dipelajari, tentunya dengan tidak mengabaikan aspek-aspek yang lain (Abdullah
Idi,2014: 19).
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-
kurikulum sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Sayang, perpaduan
antara tujuan dan proses belum berhasil. Sehingga banyak kritik berdatangan,
disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional
sampai muatan lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah
masing-masing, misalnyabahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-
lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesak agar
isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994 menjelma
menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti
kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal
sejumlah materi pelajaran saja (Alhamuddin, 2014: 5).
Kurikulum 1994 ini merupakan revisi terhadap kurikulum 1984 tetapi pada
dasarnya keduanya tidak memiliki perbedaan yang prinsipil. Orientasi pendidikan
pada pengajaran disiplin ilmu menempatkan kurikulum sebagai instrumen untuk
”transfer of knowledge”. Penyempurnaan terjadi pada materi pendidikan sejarah
karena materi pendidikan sejarah yang tercantum dalam kurikulum SMA 1984
(nama baru SMA berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 adalah SMU)
dianggap tidak lengkap, maka kurikulum SMU 1994 menyempurnakannya
(Syahril, 2016: 8).
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai dengan UU no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu
dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan (Syahril, 2016: 8).
Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga
tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima
materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman
konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.

8. Kurikulum KBK (2004)


Secara singkat dengan KBK ini ditekankan agar siswa yang mengikuti
pendidikan di sekolah memiliki kompetensi yang diinginkan. Kompetensi
merupakan perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, nilai serta sikap yang
ditunjukkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Mulyasa, E., 2010:37).
Sehingga KBK diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan, pemahaman,
kemampuan, nilai, sikap, dan minat siswa agar dapat melakukan sesuatu dalam
bentuk keterampilan, tepat, dan berhasil dengan penuh tanggung jawab (Syahril,
2016: 8).
Sebagai pengganti kurikulum 1994 adalah kurikulum 2004, yang disebut
dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Suatu program pendidikan
berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu: pemilihan
kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk
menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi; dan pengembangan
pembelajaran. KBK memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Menekankan pada
ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal,
berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. Kegiatan
pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, sumber
belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Struktur kompetensi dasar KBK
ini dirinci dalam komponen aspek, kelas dan semester. Keterampilan dan
pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut aspek dari
mata pelajaran tersebut. Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek
rumpun pelajaran pada setiap level (Alhamuddin, 2014: 5-6).
Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan, “Apa yang harus
siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil belajar mereka pada level ini?”.
Hasil belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas kurikulum
dinyatakan dengan kata kerja yang dapat diukur dengan berbagai teknik penilaian.
Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan indikator adalah
untuk menjawab pertanyaan, “Bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah
mencapai hasil belajar yang diharapkan?”

9. Kurikulum KTSP (2006)


Pelaksanaan KBK masih dalam uji terbatas, namun pada awal tahun 2006, uji
terbatas tersebut dihentikan. Dan selanjutnya dengan terbitnya permen nomor 24
tahun 2006 yang mengatur pelaksanaan permen nomor 22 tahun 2006 tentang
standar isi kurikulum dan permen nomor 23 tahun 2006 tentang standar kelulusan,
lahirlah kurikulum 2006 yang pada dasarnya sama dengan kurikulum 2004.
Perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu
mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan. Pada kurikulum 2006,
pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar,
sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan
dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan
daerahnya. (Alhamuddin, 2014: 4).
Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun menjadi sebuah
perangkat yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab sekolah di bawah binaan dan
pemantauan dinas pendidikan daerah dan wilayah setempat.

10. Kurikulum 2013


Tema utama kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang
produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui pengamatan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam
implementasi kurikulum, guru dituntut secara profesional merancang
pembelajaran secara efektif dan bermakna, mengorganisir pembelajaran, memilih
pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan
pembentukan (Alhamuddin, 2014: 7).
Pemerintah melakukan pemetaan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah
diujicobakan pada tahun 2004 (curriculum based competency). Kompetensi
dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk
mengembangkan berbagai ranah pendidikan; pengetahuan, keterampilan, dan
sikap dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur
pendidikan sekolah. Kurikulum 2013 berbasis kompetensi memfokuskan pada
pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik (E.Mulyasa,
2013: 68).
Oleh karena itu, kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan
seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga
pencapaianya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik
sebagai suatu kriteria keberhasilan. Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk
membantu peserta didik menguasai sekurangkurangnya tingkkat kompetensi
minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai
dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat. Setiap peserta didik harus
diberi kesempatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kemamapuan dan
kecepatan belajar masing-masing.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pasca kemerdekaan, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami
perubahan, dan Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya
perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat
berbangsa dan bernegara. pengembangan kurikulum sebenarnya merupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Ia sebagai instrument
yang membantu praktisi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan
kebutuhan masyarakat. Pengembangan kurikulum merupakan alat untuk membantu
guru melakukan tugasnya mengajar dan memenuhi kebutuhan masyarakat. kurikulum
merupakan salah satu alat untuk membina dan mengembangkan siswa menjadi
manusia yang bertakwa, kepada Allah SWT, berakhlak mulia, sehat, cerdas, berilmu,
cakap, kreatif dan mampu menjadi warga Negara yang bertanggung jawab.

B. Saran
Makalah ini tentu masih mempunyai banyak kekurangan dan kesalahan,
karena itu kepada para pembaca untuk berkenan menyumbangkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi bertambahnya wawasan kami di bidang ini. Akhirnya
kepada Allah jualah kami memohon taufik dan hidayah. Semoga usaha kami ini
mendapat manfaat yang baik, serta mendapat ridho dari Allah SWT. Amin ya rabbal
‘alamin.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Idi. 2014. Pengembangan Kurikulum (Teori dan Praktek). Jakarta : PT Raja
Grafindo

Alhamuddin. 2014. Sejarah Kurikulum di Indonesia (Studi Analisis kebijakan Pengembangan


Kurikulum). Bandung : Universitas Islam Bandung

E.Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT.Remaja


Rosdakarya.

Irfan Hasbilah. 2014. Sejarah Kurikulum Indonesia. di unduh pada tanggal 19/09/2016 di
https://www.academia.edu/18175594

Syahril. 2016. Sejarah dan Dinamika Perkembangan Kurikuum di Indonesia. di unduh pada
tanggal 20/09/2016 di https://www.academia.edu/9195382

Anda mungkin juga menyukai