Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN ‘’ SYNDROME OF INAPPROPRIATE


ANTIDIURETIC HORMONE’’ (SIADH)

DISUSUN OLEH
1. BENNY GINOLA
2. CHINDI
3. DIKA
4. EVIN SETIANA

DOSEN PENGAMPU :
Chrisnawati, BSN., MSN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN


BANJARMASIN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Asuhan Keperwatan ‘’ Syndrome Of Inappropriate Antidiuretic
Hormone’’
(SIADH) dalam mata kuliah Ilmu Keperawatan Medikal Bedah II dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Dan pada kesempatan kali ini, kami menghaturkan
terima kasih kepada dosen pengampu, teman-teman dan semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karenanya kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat serta menambah


pengetahuan dan wawasan, baik untuk penulis maupun kepada para pembaca.

Banjarmasin, 4 Maret 2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PEMBAHASAN......................................................................................................1

A. Pengertian......................................................................................................1

A. Etiologi..........................................................................................................1

B. PATOFISIOLOGI.........................................................................................2

C. MANIFESTASI............................................................................................3

D. DIAGNOSTIK TEST...................................................................................4

E. PENATALAKSANAAN..............................................................................4

b. Penatalaksanaan keperawatan.......................................................................4

BAB II......................................................................................................................6

ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................6

A. PENGKAJIAN..............................................................................................6

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN..................................................................7

C. INTERVENSI KEPERAWATAN................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

iii
BAB I

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Sindrom ketidaksesuaian sekresi hormone antidiuretic (syndrome of
inappropriate antidiuretic hormone (SIADH). Mengacu pada sekresi hormone
antidiuretic (ADH) yang berlebihan oleh kelenjar hopofisis, kendati
osmolalitas serum berada dibawah normal. Pasien dengan gangguan ini tidak
dapat mengekresikan urine encer mereka menahan cairan dan mengalami
defisiensi natrium (hiponatrimia delusional).

Sindrom ketidaktepatan sekrsi ADH (syndromeof inappropriate ADH


secretion, SIADH) ditandai dengan tingginya kadar ADH pada keadaan tidak
ada hipo-osmolalitas serum. Gangguan ini sering kali disebabkan oleh produksi
ektopik ADH oleh tumor ganas (mis, karsinoma sel oat diparu, karsinoma
pankreas, leukemia,dan penyakit Hodgkin). Bentuk sementara dapat terjadi
setelah cedera kepala, pembedahan hipofisis, atau penggunaan medikasi
lainnya barbiturate, anetesi, atau diuretic.

B. Etiologi
SIADH kerap disebabkan oleh masalah nonendokrin. Sindrom ini dapat
dialami oleh pasien penderita kasinoma bronkogenik (sel paru malignan
menyitensis dan melepaskan ADH ).

Penyebab lainnya mencakup:

1. pneumonia berat
2. pneumotorak
3. gangguan paru lain
4. tumor ganas memengaruhi organ lainnya.

1
5. Gangguan pada sistem saraf pusat (cedera kepala, bedah otak atau tumor
otal, atau infeksi). Dianggap menyebabkan SIADH akibat stimulasi
langsung pada kelenjar hipofisis.
6. Beberapa medikasi (vinkristin, diuretic, fenotiazin, anti depresan trisiklik)
dan nikotin berperan menyebabkan SIADH.

C. PATOFISIOLOGI
Sindrom hormone antidiuretic (SIADH) yang tidak tepat atau sindrom
Schwartz-Batter adalah masalah dimana vasopressin (hormone anti diuretic
(ADH) disekresikan ketika plasama osmolaritas rendah atau normal.
Penurunan osmolaritas plasma biasanya menghambat produksi dan sekresi
ADH. SIADH terjadi dengan banyak kondisi misalanya terapai kanker) dan
dengan obat-obatan tertentu, termasuk selective serotonin reuptaje inhibitor
dan antibotik fluoroquinoone (Yam & Eraly, 2012). Di SIADH, ADH terus
dilepaskan bahkan ketika plasma hipoosmolar, yang menyebabkan gangguan
keseimbangan cairan dan cairan elektrolit. Air dipertahankan, yang
menghasilakan hiponatremia delusional (kadar natrum serum menurun) dan
kelebi han cairan. Peningkatan volume darah meningkatkan ginjal
filtrasi dan menghambat penurunan renin dan aldoteron yang meningkatan
kehilangan natrium urin dan menyebabkan hiponatremia.

 Keganasan
 Kanker paru-paru sel kecil
 Karsinoma pancreas, duodenum, GU
 Thymoma
 Limfoma Hodgkin
 Limfoma non-hodgkin
Gangguan paru-paru
 Gangguan paru-paru akibat virus dan bakteri abses paru-paru
tuberculosis aktif TBC aktif
 Pneumotororaks
 Penyakit paru kronis mikosis
 Ventilasi tekanan positif

2
Gangguan CNS Trauma
 Tumor infeksi (primer atau metastasis)
 Stoke porphyria systemic lupus
Obat-obatan
 ADH chorpropamide eksogen
 Vincristine cyclophosphamide carbamazenipe
 Opioid
 Antidepresan trsiklik anestesi umum
 Antibiotic fluoroquinolone

D. MANIFESTASI

Menisfestasi ADH terjadi sebagai akibat retensi air, hiponatremia, dan


hipo-osmolalitas serum:
1. Volume darah membesar tetapi plasama darah encer.
2. Aldosterone ditekan, akibatnya, eskresi natrium gijal meningkat.
3. Air berpindah dari plasma hipotonik dan ruang interstisial ke dalam sel-
sel.
4. Haluaran urine menurun dan urine menjadi sengat pekat.
5. Retensi air,
6. Pasien dapat mengalami rasa haus.
7. Sel-sel otak dapat membengkak, yang menyebabkan menifestasi
neurologis yang melibuti sakit kepala, perubahan statusmental atau
kepribadian, letergi, dan iritabilitas.
8. Kenaikan berat badan terjadi akibat retensi cairan. Biasanya tidak ada
edema, kerena air didistribusikan antara ruang intraseluler dan
ekstraseluler.

3
E. DIAGNOSTIK TEST

a. radioimmunoassay dari ADH bersamaan dengan manisfestasi medis


dapat membantu mendiagnosa SIADH, tetapi test ini biasanya tidak
digunakan untuk diagnosa pasti.

F. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaanya Medis
SIADH biasanya ditangani dengan menghilangkan penyebab utama,
memungkinkan, dan membatasi asupan cairan. Diuretic biasanya
digunakan bersama pembatasan cairan untuk mengatasi hiponatrimea
berat

b. Penatalaksanaan keperawatan
1. Pantau asuapan dan haluran cairan, berat bdan harian, kimia urin dan
darah, serta status neurologis.

2. Berikan upaya pendukung dan penjelasan mengenani prosedur dan


penanganan untuk membantu pasien untuk mengghadapi gangguan
ini.

3. Terapi ditunjukan mengetasi natrium serum yang rendah dan


pembengkakan intraseluler. Selain mempertahankan keselamatan
pasien, asuhan keperawatan melibatkan penyuluhan pada tentang
pembatasan cairan hingga 1 L/hari. Pembatasan cairan berlanjutan
hingga sumber ADH berhasil diidentifikasikan dan jika keganasan
adalah penyebabnya, diangkat. Furosemide dan infuse intravena
mencegah salin normalmengurani volume sirkulasi dan mencegah
eksreksi natrium (McAdams-Jones,2008)

4
4. Demeklosiklin (declomycin) adalah antibiatok tetrasiklik dengan sifat
khas yang menyebabkan aliran urine berlberlebihan. Digunakan
sebagai pengobatan SIADH ketika pasien tidak dapat membatasi
asupan cairan secara memadai. Antagonis vasopressin dapat diberikan
untuk SIADH. Obat ini biasanya bermanfaat bagi SIADH pada orang
dengan masalah gagal jantung (McPhee & Papadakis, 2009). Kadar
natrium harus dipantau dan koreksi hiponatremia harus dilakukan
dengan hati-hati untuk mencegah demielinasi osmotic sebral.

5. Medikasi. Ketika natrium dan air hilang (hiponatremia yang disertai


dengan hipovolemia), cairan yang mengandung natrium diberikan
untuk mengganti air dan natrium. Larutan Ringar isotonic atau larutan
salin isotonic (0,9% NaCI) dapat diberikan. Pemberian IV larutan
NaCI 3% atau 5% yang cermat dapat diperlukan pada pasien yang
memiliki kadar natrium plasma yang sangat rendah (110 hingga 115
mEq/I)

6. Deuretik loop diberikan kepada pasien yang mengalami hiponatremia


dengan volume cairan ekstraselular yang normal atau berlebih.
Deuretik loop meningkatkan diuresis isotonic dan kehilangan volume
cairan tanpa hiponatremia. Deuretik tiazid dihindari karena
menyebabkan kehilangan natrium yang relative lebih besar dan
berhubungan dengan kehilangan air. Selain itu, obat untuk menangani
penyebab utama hiponatremia dapat diberikan.

5
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawayan pasien yang mengalami hiponatremia berpfokus


pada proses mengindentifikasi pasien yang berisiko dan mengatasi masalah yang
terjadi akibat efek sistemik penyakit.

A. Pengkajian
Tanyakan pasien tentang riwayat kesehatannya, yang kemungkinan dapat menjadi
penyebab dari SIADH. Informasi tentang kondisi ini yang harus di peroleh:

 Trauma kepala yang baru


 Penyakit serebrovaskuler
 Tuberculosis atau penyakit pulmonary lainnya
 Kanker
 Riwayat obat terdahulu dan sekarang

Manifestasi awal dari SIADH terkait dengan retensi air. Gangguan GI.
Kehilangan nafsu makan. Mual. Dan muntah, dapat terjadi terlebih dahulu. Berat
badan pasien, dan mendokumentasikan kenaikan berat badan terbaru. Gunakan
informasi ini untuk memonitor respon terapi. Pada SIADH, air murni (bukan
garam) dipertahankan dan biasanya tidak menyebabkan edema ada, meskipun air
dipertahankan.

Retensi air, hiponatremia, dan pergeseran cairan mempengaruhi fungsi system


saraf pusat, terutama ketika serum sodium dibawah tingkat 115 mEq/L. pasien
mungkin saja lesu, sakit kepala, hospitily, disorientasi, dan perubahan tingkat
kesadaran. Lesu dan sakit kepala dapat menyebabkan penurunan responsive,
kejang dan koma. Mengkaji reflex tendon dalam, yang mana biasanya menurun.

Perubahan tanda vital termasuk denyut nadi penuh dan terikat (disebabkan oleh
peningkatan volume cairan) dan hipotermia ( disebabkan oleh terganggunya
system saraf pusat).

6
Retensi air menyebabkan volume air menurun dan osmularitas urin meningkat. Di
waktu yang sama, volume plasma meningkat dan osmularitas plasma menurun.
Tinggi level sodium urin dan peningkatan gravitasi spesifik kosentrasi urin.
Tingkat serum sodium menurun, sering dibawah 110 mEq/L, karena ratensi cairan
dan kehilangan sodium.

Data pengkajian berhubungan dengan hiponatremia meliputi berikut ini

a. Riwayat kesehatan: manisfestasi saat ini, termasuk mual muntah,


ketidaknyamanan abdomen, kelemahan otot, sakit kepala, manisfestasi
lain; waktu manisfestasi dan setiap factor presipitasi, seperti berkeringat
banyak, muntah, atau diare, penyakit kronis seperti gagal jantung atau
gagal ginjal, sirosis hati, atau gangguan endokrin, medikasi saat ini

b. Pengkajian fisik: status mental dan tingkat kesadaran, tanda-tanda vital


termasuk tanda-tanda vital ortostatik dan nadi perifer, adanya edema atau
penambahan berat badan.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko ketidakseimbangan volume cairan


Karena perannya dalam mempertahankan keseimbangan cairan,
ketidakseimbangan natrium sering kali disertai dengan ketidakseimbangan
cairan. Selain itu, terapi hiponatremia dapat mempengaruhi keseimbangan
cairan pasien.

a. Pantau asupan dan haluaran, berat badan harian, dan hitung


keseimbangan cairan selama 24 jam. Kelebihan atau kekurangan cairan
dapat terjadi pada hiponatremia.

b. Gunakan pmpa infus untuk memberikan larutan hipertonik (NaCl 3%


dan 5%), pantau secara cermat laju aliran dan responsnya, larutan

7
hipertonik dapat meningkatkan risiko edema paru dan serebral karena
ratensi air. Pemantau yang cermat penting untuk mencegah koplikasi
tersebut dan kemungkinan kerusakan permanen.

c. Jika cairan dibatasi, jelaskan alas an dilakukan pembatasan, jumlah


cairan yang diperkenankan, dan cara menghitung asuoan cairan,
pendidikan kesehatan meningkatkan perasaan control pasien dan
kompliensnya

Untuk intervensi keperawatan tambahan yang dapat diterapkan kepada


pasien hiponatremia, tinjau pembahasan mengenai kekurangan volume
cairan dan kelebihan volume cairan.

2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebrel


Pasien yang mengalami hiponatrmia berat mengalami pergantian volume
cairan yang menyebabkan peningkatan volume cairan intraseluler. Kondisi
ini dapat menyebabkan sel otak menjadi membengkak sehinga
meningkatkan tekanan didalam kubah kranial.

a. Pantau elektrolit serum dan osmolalitas serum. Laporkan hasil yang


abnormal pada penyedia pelayanan kesehatan. Karena natrium dan
kadar osmolalitas menurun, manisfestasi dan efek neurologis
hiponatremia menjadi sangat meningkat.

b. Kaji perubahan neurologis, seperti letargi, peruubahan tingkat


kesadaran, konfusi, dan konvulasi. Pantau status mental dan orientasi.
Bandingkan data dasar yang disertai dengan pengkajian yang
berkelanjutan. Jika kadar natrium serum terus menurun, pasien
menjadi sangat kurang responsive.

c. Kaji kekuatan dan tonus otot, serta refleks tendon dalam. Peningkatan
kelemahan otot dan penurunan refleks tendon dalam merupakan
manisfestasi peningkatan hiponatremia.

8
3. Asuhan berbasis komunitas

Pendidikan untuk perawatan di rumah berfokus pada penyebab utama


defisit natrium dan pencegahannya pendidikan kesehatan untuk pasien
meliputi:

a. Manisfestasi hiponatremia ringan dan lebih berat harus dilaporkan


kepada penyedia layanan primer
b. Pentingnya pemantauan elektrolit serum regular jika mengonsumsi
diuretik kuat atau diet rendah natrium
c. Jenis makanan dan cairan untuk menggnti natrium secara oral jika
natrium diet tidak dibatasi
d. Lansia meningkatkan risiko terjadinya hiponatremia akibat efek
medikasi dan kemungkinan ketidakseimbangan cairan

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi untuk SIADH berfokus pada membatasi cairan yang
mengalir,mempromosikan ekskresi air, mengganti natrium yang hilang, dan
mengganggu aksi ADH. Intervensi keperawatan pada pemantauan respons
terhadap terapi, mencegah komplikasi pasien dan keluarga tentang
pembatasan cairan terapi obat, dan mencegah cidera.

a. Pembatasan fluid sangat penting karena asupan cairan lebih lanjut tes
kadar natrium plasma. Dalam beberapa kasus, asupan cairan dapat
mencapai 500 hingga 1000ml/24 jam (John&Day,2012). Encerkan
feodings L dengan saline daripada air, campurkan obat yang akan
diberikan oleh tabung GI dengan natrium.

b. Ukur asupan,keluaran, dan bobot harian untuk menilai batasan cairan yang
dibutuhkan. Kenaikan berat badan sebesar 2,2 lbs (1 Kg) dan lebih banyak
per hari atau peningkatan bertahap selama beberapa hari menjadi penyebab
utama. Kenaikan berat badan sebesar 2,2 lbs (1kg) dan lebih banyak per
hari atau peningkatan bertahap selama beberapa hari menjadi penyebab

9
utama. Kenaikan berat 2,2 lbs (1 kg) sama dengan 1000ml. Retensi cairan
(1 kg =1 L). Jagalah agar mulut tetap lembab dengan menawarkan
pembilasan oral yang kuat (ingatkan pasien untuk tidak menelan anggur).

c. Terapi obat dengan tolvaptan (Samca) atau conivaptan (Vapri-sl) di


gunakan untuk mengobati SIADH ketika hiponatremia hadir pada pasien
dengan keterbatasan.Obat-obatan ini adalah antagonis vasopresin dan
mempromosikan ekskresi air tanpa menyebabkan kehilangan darah.
Thaptan adalah obat oral, conivaptan diberikan IV. Tolvaptan adalah obat
oral, dan conviptan diberikan IV. Tollvaptan adalah kotak hitam yang
memperingatkan bahwa peningkatan cepat dalam serum sodium inel (yang
lebih besar dari 12 mE/L. Peningkatan dalam 24 jam) telah ditingkatkan
dengan demielinasi sistem saraf pusat yang tidak sesuai dengan
komplikasi serius dan kematian. Selain itu, ketika obat ini digunakan pada
dosis yang lebih tinggi atau lebih dari 30 hari, Betena memiiki risiko
signifikan untuk gagal hati dan kematian (Food and Drug Administration
(FDA),2013).

d. Diuretik dapat digunakan untuk mengelola SIADH ketika kadar natrium


mendekati normal dan terdapat gagal jantung. Waspadai efek diuretik pada
kehilangan natrium, kehilangan natrium dapat berpotensi berkontribusi
lebih lanjut terhadap masalah yang disebabkan oleh SIADH. SIADH yang
lebih ringan, demeclocycline (Declomycin), anti oral, dapat membantu
mengoreksi cairan dan elektrolit CN yang terganggu, walaupun tidak
disetujui untuk masalah ini (Krawford & Harris, 2012).

e. Hipertonic saline (i.e. 3% sodium chloride [3% NaCa]) mungkin


diperlukan untuk mengobati SIADH ketika kadar natrium serum sangat
kohn & Day, 2012: Robinson & Verbalis, 2011). Berikan IV wline
dengan hati-hati karena dapat menambah cairan yang ada kelebihan dan

10
mempromosikan gagal jantung. Jika pasien membutuhkan cairan infus
rutin, dianjurkan pemberian cairan daripada larutan air.

f. Pantau respons pasien terhadap terapi untuk mencegah herkad cair dari
SIAIDH memburuk, yang menyebabkan edema paru dan gagal
jantung.Setiap pasien dengan SIADH, dengan pertimbangan usia, berisiko
mengalami komplikasi ini. Orang dewasa yang lebih tua atau orang yang
juga memiliki masalah jantung, ginjal, paru-paru, atau masalah hati
berisiko lebih besar.

g. Pantau peningkatan distensi vena leher, ronki di paru-paru, peningkatan


edema perifer, berkurangnya urin) setidaknya setiap 2 jam. terjadi dengan
sangat cepat dan dapat menyebabkan kematian. Beritahu perubahan
penyedia layanan kesehatan yang menunjukkan cairan yang tumpah tidak
merespons terapi atau lebih buruk.

h. Mempersiapkan lingkungan yang aman sangat penting ketika kadar


natrium serum turun di bawah 120 mEg. Kemungkinan perubahan
neurolngik dan risiko kejang meningkat akibat cairan osmotik bergeser ke
jaringan otak. Amati dan dokumentasikan perubahan status neurologis
pasien. Nilailah perubahan-perubahan halus, seperti otot berkedut,
sebelum kejang berlanjut atau Periksa orientasi ke waktu, tempat, dan
setiap 2 jam karena adanya orientasi atau kebingungan. Kurangi
lingkungan dan pencahayaan untuk mencegah stimulasi berlebih.

i. Lembar alir dengan informasi berkelanjutan tentang tingkat kesadaran,


penilaian neurologis, dan data laboratorium sangat membantu dalam
mendeteksi tren neurologis. Frekuensi pemeriksaan neurologis tergantung
pada status pasien, Untuk pasien SIADH yang waspada hyponatremic,
terjaga, dan berorientasi, pemeriksaan setiap 4 jam sudah cukup. Untuk
pasien yang memiliki perubahan tingkat kesadaran, lakukan pemeriksaan
neurologis setidaknya setiap jam. Periksa lingkungan setiap shift, pastikan

11
bahwa langkah-langkah keamanan dasar, seperti siderails bcing aman di
tempatnya, diamati.

12
DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai