A. Tujuan Percobaan
B. Dasar Teori
Prinsip dasar pemisahan dengan kromatografi kolom penukar ion adalah
perbedaan kecepatan migrasi ion-ion di dalam kolom penukar ion. Resin penukar
ion itu harus berupa partikel yang berukuran kecil supaya memberi permukaan
kontak yang luas, namun tidak boleh begitu halus sampai menimbulkan laju aliran
yang sangat lambat.
Karakteristik fasa gerak dalam kromatografi pada penukaran ion seperti yang
diperlukan oleh jenis kromatografi lain. Fasa gerak harus melarutkan cuplikan,
mempunyai kekuatan pelarut yang memberikan waktu retensi yang cocok,
berinteraksi dengan solut sehingga memberikan harga selektivitas yang tepat. Fasa
gerak dalam kromatografi penukaran ion adalah larutan dalam air yang dapat
mengandung sedikit metanol atau pelarut organik lain yang bercampur dengan
air. Pelarut ini juga mengandung senyawa-senyawa ionis dalam bentuk buffer.
Kekuatan pelarut dan selektifitas ditentukan oleh jenis dan konsentrasi bahan-
bahan tambahan ini. Ion-ion dari fasa gerak saling bersaing dengan ion analit
untuk memperebutkan tempat paling penukar ion. Fasa diam dalam kromatografi
penukar ion dapat berupa penukar ion asam sulfonat untuk kation atau penukar
amina untuk anion.
Proses pertukaran ion dikerjakan dengan cara pembebanan ion-ion pada kolom
penukar ion. Kemudian ionion yang terikat dalam resin dialiri dengan eluen yang
mampu memberi kondisi keseimbangan yang berbeda-beda terhadap masing-
masing ion yang terserap dalam resin. Keseimbangan yang berbeda ini meng
akibatkan kecepatan migrasi ion dalam kolom resin tidak sama
Penukaran ion yang bernilai dalam analisis memilih beberapa keasaman sifat
yaitu hamper tidak larut dalam air dalam pelarut organic dan mengandung ion-ion
aktif atau ion-ion lawan yang akan bertukar secara reversibel dengan ion-ion lain
dalam larutan yang mengelilinya tanpa disertai perubahan-perubahan fisika yang
berarti dalam perubahan tersebut, penukaran ion ini bersifat kompleks dan
sesungguhnya adalah sederhana. Polimer ini membawa sebuah muatan listrik
yang tepat dinetralkan oleh muatan-muatan pada ion-ion lawannya (ion aktif).
Ion-ion aktif ini berupa kation-kation dalam suatu penukar kation dan berupa
anion-anion dalam suatu penukar anion sehingga suatu penukar kation terdiri
suatu anion polimerik dan kation-kation aktif. Sementara suatu penukar anion
adalah suatu kation polimerik dengan anion-anion aktif
Ion-ion logam seperti Co(II), Cu(II), dan Ni(II) jika berada dalam satu
campuran dapat dipisahkan dengan menggunakan resin penukar anion. Kation
diubah terlebih dahulu menjadi ion kompleks bermuatan negatif supaya dapat
terpisah melalui resin penukar anion. Pemisahan logam dilakukan dengan kondisi
asam tergantung dari kemampuan logam untuk membentuk kompleks anion.
Bentuk kompleks klorida adalah bentuk yang paling umum dari senyawa untuk
dapat terikat pada resin.
D. Prosedur Percobaan
Persiapan Kolom
(a) Disiapkan kolom kromatografi
(b) Dimasukkan kapas dari atas kolom, untuk menahan resin di dalam kolom
(c) Dibuat bubur resin dengan cara memberi air secukupnya ke dalam resin, dan
dimasukkan bubur resin sedikit demi sedikit ke dalam kolom
(d) Dibuat panjang kolom resin sekitar 10 cm
Pemisahan Ni(II) dengan Co(II)
(a) Disiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan untuk proses pemisahan
(b) Ke dalam resin dialiri 15 mL HCl 9 N. Atur laju alir sekitar 2 tetes/detik
(c) Pada saat larutan HCl telah mencapai 1 mL (atau 1 cm) di atas resin,
tambahkan 2 mL larutan sampel. Catat warna resin sebelum dimasuki sampel,
juga catat warna dari sampel. Bagaimana warna resin setelah dimasuki sampel,
amati dengan seksama.
(d) Larutan di atas resin harus dijaga tidak boleh kering. Sisakan 1 cm larutan di
atas resin
(e) Ditambahkan 2 mL larutan HCl 9 N. Mulai kumpulkan eluat yang keluar,
volume fraksi eluat yang dikmpulkan tiap 4 mL. Beri tanda pada label botol
film
(f) Ditambahkan lagi 20 mL HCl 9 N. Eluat dikumpulkan dimana volume tiap
fraksi adalah 4 mL. Amati warna dalam kolom dan warna eluat tiap fraksi yang
terkumpul
(g) Elusi dilanjutkan dengan menambahkan 20 mL HCl 4,5 N, tiap penambahan
eluen, eluat dikumpulkan per fraksi. Nomor fraksi adalah lanjutan dari nomor
sebelumnya
(h) Ditambahkan 20 mL HCl 0,5 N, dan kumpulkan eluatnya
(i) Setelah selesai penambahan eluen yang terakhir, tutup kran (ingat: larutan di
atas resin harus tersisa 1 cm)
(j) Untuk tahap terakhir, resin dialiri kembali dengan HCl 9 N sebanyak 5 mL,
tapi eluat yang keluar tidak perlu ditampung/dikumpulkan. Kemudian aliri
dengan aquades sebanyak 25 mL
(k) Eluat yang ditampung sebagai fraksi selanjutnya diidentifikasi untuk
mengetahui apakah Ni(II) dan Co(II) sudah terpisah
Identifikasi Eluat
(a) Tiap fraksi diuji keberadaan Ni(II) dan Co(II) masing-masing dengan
menggunakan reagen pengidentifikasi DMG dan NH4CNS.
(b) Uji Co(II)
o ambil 1-2 tetes dari tiap fraksi, tempatkan dalam pelat tetes
o ditambahkan larutan NH4CNS, hasil positif adanya ion Co(II)
memberikan warna biru.
(c) Uji Ni(II)
o Sisa dari fraksi (dalam botol film) yang telah digunakan untuk uji
Co(II), dinetralkan dengan menambahkan larutan NH3 pekat. Uji
dengan kertas lakmus.
o Jika sudah netral, ambil 1-2 tetes dari tiap fraksi dan tempatkan pada
pelat tetes, kemudian tambahkan larutan DMG (dimetilglioksim).
Adanya nikel dalam sampel akan ditunjukkan dengan warna merah.
E. Data Pengamatan
Ditambahkan 2 mL larutan
HCl 9 N
Uji Identifikasi
No Warna eluat
NH4CNS DMG
1 Tidak berwarna Tidak berwarna Tidak berwarna
Penambahan selanjutnya yaitu larutan HCl 4,5 N ke dalam kolom dan terjadi
kesetimbangan dalam pembentukan CoCl42- dan Co2+ dan warna resin berubah
menjadi kecokelatan. Pada penambahan 20 mL HCl 0,5 N, terjadi kesetimbangan
yang bergeser ke arah reaktan sehingga terbentuk ion Co2+ kembali dan warna
resin kembali berubah menjadi oranye. Eluat yang ditampung berisi 4 mL dan
dihitung sebagai fraksi. Nomor fraksi adalah lanjutan dari nomor sebelumnya.
Eluat yang ditampung adalah eluat yang keluar setelah penambahan larutan
sampel hingga penambahan larutan HCl 0,5 N. Pada percobaan yang telah
dilakukan dihasilkan eluat sebanyak 16 fraksi.
Berdasarkan teori, ion Ni(II) bukan termasuk ion kompleks sehingga ion Ni(II)
akan keluar terlebih dahulu sebagai eluat karena ion Ni(II) tidak terikat oleh resin.
Sedangkan ion Co(II) akan tertahan dalam resin dalam bentuk CoCl42-. Setelah
penambahan eluen terakhir selesai, kemudian resin dialiri dengan larutan HCl 9 N
sebanyak 5 mL agar tidak tersisa kation yang masih terikat pada resin. Setelah
penambahan HCl selesai, kemudian dilanjutkan dengan dialiri dengan akuades
sebanyak 20 mL agar resin menjadi netral kembali dan agar resin tetap basah.
Selanjutnya diidentifikasi keberadaan ion Ni(II) dan Co(II) dengan cara
pengujian tiap fraksi yang dihasilkan dengan ditambahkan reagen DMG dan
NH4CNS. Penambahan reagen pertama yaitu tiap fraksi diteteskan 2-3 mL ke
dalam pelat tetes dan kemudian ditetesi reagen NH4CNS. Pada fraksi ke-3 sampai
ke-13, fraksi menghasilkan warna biru. Persamaan reaksinya yaitu:
Co2+ + 4SCN- [Co(SCN)4]2-
Sedangkan pada penambahan reagen kedua yaitu penambahan reagen DMG. Tiap
fraksi juga diteteskan dalam pelat tetes sebanyak 2-3 tetes, kemudian dinetralkan
dengan ditambahkan NH3 pekat dalam lemari asam. Uji positif ditunjukkan
dengan perubahan warna fraksi dari yang tidak berwarna menjadi berwarna
merah. Pada percobaan yang telah dilakukan, pada fraksi ke-3 sampai ke-8 terjadi
perubahan warna menjadi merah. Persamaan reaksinya yaitu:
Berdasarkan teori, saat campuran mengandung NiCl2 dan CoCl2 ditambahkan
dengan larutan HCl 9 N maka yang dapat membentuk kompleks adalah CoCl 2.
Oleh karena itu ketika dalam kolom dilewatkan larutan HCl 9 N maka yang akan
terikat oleh resin adalah CoCl42-, sedangkan ion Ni2+ tidak terikat oleh resin
sehingga akan keluar terlebih dahulu sebagai eluat. Akan tetapi pada percobaan
yang telah dilakukan, ion Ni(II) dan ion Co(II) keluar secara bersamaan pada
fraksi ke-3. Hal ini terjadi karena pada saat penambahan eluen ke dalam kolom,
eluen langsung dituang begitu saja ke dalam kolom tanpa dialirkan sedikit demi
sedikit melali dinding kolom. Seharusnya eluen dialirkan sedikit demi sedikit
pada dinding kolom. Hal inilah yang menyebabkan ion Co(II) pada sampel belum
sepenuhnya membentuk kompleks dengan resin tetapi langsung keluar dari kolom
bersama dengan ion Ni(II).
G. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dan data pengamatan serta analisa data,
maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemisahan ion logam dapat dilakukan dengan metode kromatografi penukar
anion.
2. Fraksi ke-3 sampai ke-13 mengandung ion Co 2+ yang ditandai dengan
terbetuknya warna biru setelah ditetesi reagen NH4CNS.
3. Fraksi ke-3 sampai ke-8 mengandung ion Ni2+ yang ditandai dengan
terbentuknya warna merah setelah ditetesi reagen DMG.
H. DAFTAR PUSTAKA
Munzil. 2000. Petunjuk Praktikum Dasar-dasar Pemisahan Kimia.Malang: JICA
FMIPA Universitas Negeri Malang.
Caldwell, K. W. 1979. Laboratory Experiments in College Chemistry. 4th Edition.
New York: Van Nostrand Company.
Pietrzyk, D.J. & Frank, C.W. 1979. Analytical Chemistry. 2nd Edition. New York:
John Willey & Sons.
Miller, J.M. 1975. Separation Methods in Chemical Analysis. New York: John
Wiley & Sons.
Christian, G.D. 1993. Analytical Chemistry. New York: John Wiley & Sons.
Skoog, D.A. 1982. Fundamental of Analytical Chemistry. New York: Holtz
Saunders Int. Ed.