Anda di halaman 1dari 18

Fera Anandini

Identifikasi Prospek Keberlanjutan Kegiatan Penyediaan Air Bersih Berbasis Masyarakat Setelah Program Water And
Sanitation For Low Income Community 2 Berakhir (Studi Kasus: Desa Cileungsi, Desa Bojongmurni, Desa Cibedug)
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 22 No. 3, Desember 2011, hlm. 161 - 178

IDENTIFIKASI PROSPEK KEBERLANJUTAN


KEGIATAN PENYEDIAAN AIR BERSIH BERBASIS MASYARAKAT
SETELAH PROGRAM WATER AND SANITATION FOR LOW
INCOME COMMUNITY 2 BERAKHIR (STUDI KASUS: KABUPATEN
BOGOR)

Fera Anandini

4Life Indonesia
Cyber Tower Lt. 6 Jalan HR. Rasuna Said Blok X5/13 Kuningan Jakarta
E-mail: fera.anandini@gmail.com

Abstrak

Air bersih dan sanitasi merupakan kebutuhan dasar bagi manusia yang harus dipenuhi. Selain
untuk minum, air bersih juga digunakan untuk sebagian besar aktivitas sehari-hari manusia,
seperti mencuci, memasak, dan lain-lain. Namun pada kenyataannya, masih banyak orang
yang mengalami kesulitan untuk memperolehnya, sehingga menimbulkan berbagai persoalan
di masyarakat, terutama di wilayah perdesaan. Seperti di Kabupaten Bogor misalnya,
persoalan kekurangan air bersih juga terjadi di beberapa desa di wilayah tersebut meskipun
Kabupaten Bogor merupakan wilayah resapan air dengan curah hujan yang cukup tinggi.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi persoalan tersebut
adalah melalui program penyediaan air bersih dan sanitasi perdesaan. Program Water and
Sanitation for Low Income Community 2 (WSLIC-2) merupakan suatu program penyediaan
sarana air bersih dan sanitasi yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam proses
pelaksanaannya, mulai dari tahap perencanaan, pembangunan hingga pengelolaan. Studi ini
menggunakan metode analisis deskriptif-kualitatif untuk mengetahui prospek keberlanjutan
kegiatan penyediaan air bersih berbasis partisipasi masyarakat yang diinisiasi oleh Program
WSLIC-2 di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Hasil studi terhadap ketiga desa penelitian
menunjukkan bahwa prospek keberlanjutan dari tiap-tiap desa berbeda, tergantung dari
karakteristik yang dimiliki dari masing-masing desa.

Kata Kunci: Water and Sanitation for Low Income Community 2 (WSLIC-2), Kabupaten
Bogor

Abstract

Clean water and sanitation are basic human needs that must be met. Besides drinking, water
is also used for the majority of daily human activities, such as washing, cooking, etc. But in
fact, there are many people who find it difficult to get it, giving rise to various problems in
society, especially in rural areas. As in Bogor for example, the problem of water shortage also
occurred in several villages in the area despite the Bogor Regency is a water catchment area
with high rainfall. One of the efforts made by the government to address these issues is
through the provision of clean water and rural sanitation. Water and Sanitation Program for
Low Income Community 2 (WSLIC-2) is a program to provide clean water and sanitation
involving public participation in the implementation process, from the planning, development
and management environment. The study used a qualitative descriptive-analytical method to
determine the prospects for sustainability of water supply based on community participation,
initiated by WSLIC Ciawi-2 in the district, Bogor regency. The results of a study of three
villages showed that the prospect of sustainability of each country is different, depending on
their characteristics of each village.

Keywords: Water and Sanitation for Low Income Community 2 (WSLIC-2), Bogor District

161
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Desember 2011

1. Pendahuluan kebutuhan akan air bersihnya sendiri.


Kebutuhan air bersih Kabupaten Bogor
Air bersih dan sanitasi merupakan kebutuhan (domestik dan perkotaan) dihitung berdasarkan
dasar bagi manusia yang harus dipenuhi. kriteria (FIDEP (1993) dalam Katz et al
Namun pada kenyataannya, masih banyak (2003)) dimana untuk jumlah penduduk di atas
orang yang mengalami kesulitan untuk satu juta jiwa kebutuhan airnya 250
memperolehnya. Menurut laporan MDG’s liter/kapita/hari, sedangkan untuk jumlah
Indonesia tahun 2004, akses terhadap air layak penduduk di bawah satu juta jiwa kebutuhan
konsumsi sebesar 53,4% dan akses masyarakat airnya 150 liter/kapita/hari. Namun pada
terhadap sanitasi dasar baru mencapai 67,1%. kenyataannya, masih banyak penduduk dari
Sebagian besar masyarakat Indonesia yang berbagai wilayah di Kabupaten Bogor yang
mengalami kesulitan memperoleh air bersih belum memperoleh air bersih. Kemampuan
tersebut adalah masyarakat yang tinggal di PDAM Kabupaten Bogor dalam penyediaan
perdesaan. air bersih sendiri baru mencapai 41,7% dari
total yang harus dilayani (RTRW Kabupaten
Minimnya sarana penyediaan air bersih dan Bogor, 2005).
sanitasi yang dihadapi oleh masyarakat desa
telah menimbulkan berbagai persoalan antara Persoalan-persoalan ini merupakan tanggung
lain: tingginya pengeluaran masyarakat untuk jawab pemerintah dan harus segera
memperoleh air bersih, tingginya angka ditanggulangi. Upaya penanggulangan masalah
kematian bayi akibat diare dan penderita dengan cara melakukan penyediaan sarana air
penyakit lain yang disebabkan oleh bersih dan sanitasi perdesaan sudah menjadi
penggunaan air yang tidak higienis. Sebagai tujuan utama Pemerintah Indonesia sejak Pelita
contoh, untuk setiap rumah tangga di Desa pertama pada tahun 1969. Namun program-
Manunggal, setiap minggunya mereka harus program penyediaan sarana air bersih dan
mengeluarkan uang Rp 50.000,- (lima puluh sanitasi yang ada pada saat itu dirasa kurang
ribu rupiah) untuk membeli air bersih guna berhasil karena bersifat top down, dimana
memenuhi kebutuhan air minum dan memasak. masyarakat desa hanya menerima hasilnya saja
Penyakit diare masih menjadi penyebab tanpa mengikuti prosesnya dari awal.
kematian balita (bayi dibawah lima tahun) Akibatnya program yang dimaksud tidak
terbesar di dunia. Menurut catatan WHO mampu menumbuhkan rasa memiliki (sense of
dalam Gross et al (2001), diare membunuh dua belonging) masyarakat terhadap sarana serta
juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di membangun kemandirian masyarakat dalam
Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare pengelolaan sarana, sehingga pada akhirnya
merupakan salah satu penyebab kematian tidak akan mampu mewujudkan aspek
kedua terbesar pada balita. keberlanjutan (sustainability) dari program
penanggulangan tersebut.
Kabupaten Bogor merupakan wilayah resapan
dengan curah hujan yang cukup tinggi. Selain Salah satu program penyediaan air bersih yang
itu, wilayah Kabupaten Bogor juga dikelilingi dikembangkan Pemerintah Indonesia
oleh banyak gunung besar yang menjadikan bekerjasama dengan Bank Dunia dan
wilayah ini kaya akan sumber mata air Pemerintah Australia adalah Program Water
pegunungan. Dengan kondisi tersebut, and Sanitation for Low Income Communities 2
Kabupaten Bogor seharusnya dapat memenuhi (WSLIC 2) dengan pendekatan pemberdayaan

162
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Desember 2011

masyarakat, yang terlibat secara aktif sejak Keberlanjutan dalam program WSLIC-2 ini
pengambilan keputusan, perencanaan, memfokuskan ke dalam 5 (lima) hal, yaitu:
pelaksanaan, pengoperasian dan pemeliharaan. teknis, mempertimbangkan jenis teknologi
Selain itu, program ini juga melibatkan warga yang sesuai dengan kondisi masyarakat
perempuan dan kelompok miskin dalam setiap setempat; finansial, masyarakat mampu
kegiatan. Dengan adanya pelibatan masyarakat menyediakan biaya operasi, pemeliharaan dan
dalam setiap kegiatan Program WSLIC 2 ini perbaikan secara mandiri; kelembagaan, unit
diharapkan dapat mewujudkan keberlanjutan pengelola sarana (UPS) memperhatikan
kegiatan yang kemudian dapat menanggulangi kesetaraan gender dan keterlibatan kelompok
masalah kesehatan dan ketersediaan air miskin dalam pengelolaan sarana; sosial,
perdesaan. seluruh kelompok masyarakat diikutsertakan;
lingkungan, memperhatikan aspek lingkungan.
Keberlanjutan kegiatan masyarakat dalam
Program WSLIC-2 yang dimaksud dalam studi 2.1 Studi Lain Yang Pernah Dilakukan
ini adalah selain masih berfungsinya sarana air
bersih dan sanitasi, masyarakat pun dapat Pada bagian ini akan diuraikan beberapa buah
mengelola secara mandiri sarana tersebut. studi yang pernah dilakukan yang ada
Penilaian keberlanjutan kegiatan masyarakat kaitannya dengan studi ini, yaitu studi
dalam Program WSLIC 2 di masing-masing mengenai keberlanjutan sarana air bersih dan
desa penelitian akan dipaparkan berdasarkan sanitasi.
hasil penilaian secara deskriptif terhadap
kelima aspek beserta keterpenuhan tolok ukur 2.1.1 Studi Mengenai Pembangunan Sarana
yang telah ditetapkan sebelumnya. Air Bersih Yang Berkesinambungan
Keterpenuhan tolok ukur menunjukkan bahwa
nilai-nilai yang ditanamkan oleh Program Studi yang dilakukan oleh Travis Katz, dkk
WSLIC-2 pada saat pelaksanaan program dari UNDP - World Bank pada tahun 1998 ini
masih berlanjut hingga saat ini. bertujuan untuk memperjelas arti dari tanggap
terhadap kebutuhan dalam teori dan praktek,
2. Definisi Keberlanjutan dalam Program dan mengukur pengaruh pendekatan yang
WSLIC-2 tanggap terhadap kebutuhan terhadap
kesinambungan Sarana Air Bersih yang
Program Water and Sanitation for Low Income dibangun.
Community 2 menjadikan aspek keberlanjutan
sebagai salah satu fokus utama dalam Adapun temuan-temuan pokok dari hasil studi
pelaksanaannya. Adapun definisi keberlanjutan ini mengenai faktor-faktor yang paling
secara umum yang dimaksud dalam program mempengaruhi terjaminnya kesinambungan
ini adalah selain masih berfungsinya sarana air sistem air bersih antara lain:
bersih dan sanitasi, masyarakat penerima 1. Tanggap terhadap kebutuhan menjamin
program dapat terus mengoperasikan dan kesinambungan.Tingkat kesinambungan
mengelola sarana air bersih dan sanitasi sarana air bersih akan lebih tinggi pada
meskipun program tersebut telah selesai masyarakat yang melaksanakan pola
dilaksanakan. pendekatan tanggap terhadap kebutuhan.
2. Kebutuhan warga di tingkat keluarga yang
harus menentukan investasi pembangunan.

163
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Desember 2011

Kesinambungan sarana air bersih akan 2.1.2 Studi mengenai Identifikasi Faktor-
lebih terjamin jika kebutuhan warga faktor yang Mendukung
diekspresikan di tingkat keluarga, bukan Keberlanjutan Sistem Air Bersih
melalui tokoh-tokoh tradisional atau wakil Perdesaan
masyarakat.
3. Pelatihan, organisasi masyarakat, mutu Pada tahun 1999, Dea Widyastuti melakukan
konstruksi, dan teknologi. Pelatihan untuk studi yang bertujuan untuk mengidentifikasi
keluarga dan pengelola air akan faktor-faktor yang mendukung keberlanjutan
menumbuhkan kesinambungan karena sistem air bersih dengan mengkaji dua jenis
kemampuan dan komitmen meningkat. program penyediaan sarana air bersih di
Terbentuknya pengelola air yang Indonesia, yaitu SiPAS dan PABPLP-MPR.
berwibawa dan disegani juga merupakan SiPAS merupakan penyediaan sarana air bersih
komponen yang penting dalam suksesnya perdesaan yang berada di bawah koordinator
sebuah sarana. Studi ini juga menemukan Departemen Pekerjaan Umum, sedangkan
bahwa mutu konstruksi mempunyai PABPLP-MPR adalah penyediaan sarana air
dampak yang penting terhadap bersih perdesaan yang berada di bawah
kesinambungan. koordinator Dinas Kesehatan. Keberlanjutan
4. Pendekatan yang tanggap terhadap sistem air bersih dalam studi ini dikaji melalui
kebutuhan memerlukan kebijakan empat kriteria, yaitu:
keuangan yang tepat dan bisa dipercaya
oleh masyarakat. Lembaga harus dapat 1. Kuantitas dan kualitas air
bertanggung jawab dan terbuka dalam hal Dengan adanya kualitas dan kuantitas air yang
keuangan untuk meningkatkan memadai, maka kebutuhan masyarakat dapat
kepercayaan masyarakat. terpenuhi dan dapat mendukung keberlanjutan
sistem air bersih. Faktor-faktor yang termasuk
Salah satu temuan penting lainnya dari studi dalam kriteria ini adalah: kuantitas air, kualitas
ini adalah bahwa ternyata peraturan proyek air, upaya perlindungan kualitas air, dan upaya
sangat berpengaruh, dan rancangan serta perlindungan sumber air.
pelaksanannya berdampak langsung terhadap
kesinambungan sarana air. Peraturan-peraturan 2. Kemampuan operasional dan pemeliharaan
seperti penentuan prasyarat (kriteria) Kemampuan masyarakat untuk melaksanakan
masyarakat sasaran, peranan masyarakat di kegiatan operasional dan pemeliharaan
dalam membuat keputusan, kebijakan mempunyai beberapa faktor, yaitu: pengelola
keuangan, tingkat (jenis) pelayanan, dan sarana air bersih; penetapan iuran bulanan;
pilihan teknologi merupakan kerangka dasar pengelolaan keuangan; kemampuan teknis
dan nilai tambah yang menentukan pengelola sarana air bersih; pelatihan untuk
keberhasilan sebuah proyek. Studi ini juga meningkatakan kemampuan dan keterampilan
menyebutkan bahwa proyek harus menjamin masyarakat di dalam kegiatan operasional dan
peraturan dilaksanakan secara sungguh- pemeliharaan sarana air bersih.
sungguh dan konsisten.
3. Kepuasan konsumen
Apabila masyarakat merasa puas terhadap
pelayanan sarana air bersih maka
ketergantungan masyarakat terhadap sarana air

164
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Desember 2011

bersih tersebut akan semakin tinggi sehingga Rekomendasi untuk program penyediaan
masyarakat akan mengusahakan kelangsungan sarana air bersih perdesaan yang dihasilkan
sistem air bersih tersebut. Kepuasan konsumen oleh studi ini diantaranya adalah mengadakan
dapat dilihat dari faktor-faktor berikut ini: pendekatan kepada masyarakat sebelum
antrian pemakaian sarana; frekuensi kerusakan pembangunan sarana air bersih dilaksanakan
sarana air bersih; variasi penggunaan air untuk untuk mengetahui sumber air yang dapat
kebutuhan rumah tangga; ketersediaan air digunakan untuk sarana air bersih dan kondisi
setiap hari; persepsi mengenai iuran bulanan; sosial masyarakat untuk melihat kesiapan
perbandingan waktu memperoleh air dengan masyarakat dalam menerima sarana air bersih;
sebelum ada SAB; pengaruh penggunaan air mengadakan pelatihan untuk meningkatkan
terhadap kesehatan keluarga. pengetahuan dan keterampilan masyarakat
bukan hanya dari segi teknis melainkan juga
4. Kemauan masyarakat untuk melanjutkan dari segi kesehatan, sanitasi, dan lingkungan;
kegiatan operasional dan pemeliharaan serta mengikutsertakan masyarakat dalam
Kegiatan operasional dan pemeliharaan sarana pelaksanaan konstruksi untuk meningkatkan
air bersih perdesaan dilakukan oleh masyarakat, rasa kepemilikan dan tanggung jawab terhadap
oleh karena itu diperlukan adanya kemauan kegiatan operasional dan pemeliharaan sarana
dari masyarakat untuk melaksanakan kegiatan air bersih.
tersebut. Beberapa faktor yang dapat
mendorong kemauan masyarakat adalah: 2.2 Penentuan Indikator Keberlanjutan
pengetahuan masyarakat mengenai kegunaan Kegiatan Masyarakat dalam Program
iuran bulanan; kemauan untuk membayar lebih WSLIC-2 di Kecamatan Ciawi
besar untuk mendapatkan peningkatan
pelayanan; ketersediaan dana untuk perbaikan Indikator keberlanjutan kegiatan masyarakat
kerusakan parah sab; peran serta masyarakat ini dibangun dengan tujuan untuk
dalam pelaksanaan konstruksi; persepsi mengidentifikasi keberlanjutan kegiatan
masyarakat mengenai kepemilikan sarana air masyarakat secara mandiri dalam Program
bersih. WSLIC-2 di ketiga desa penelitian yaitu Desa
Cibedug, Desa Cileungsi dan Desa
Hasil dari studi ini menyatakan bahwa untuk Bojongmurni.
mendukung keberlanjutan sistem air bersih,
terdapat tiga aspek yang harus diperhatikan Berdasarkan kajian literatur sebelumnya,
dalam perencanaan penyediaan sarana air dengan memperhatikan konsep keberlanjutan
bersih perdesaan, yaitu: aspek fisik, berkaitan sistem air bersih, ditetapkan lima buah aspek
dengan kualitas fisik sarana berupa kegiatan sebagai indikator penentuan keberlanjutan
pemeliharaan sarana air bersih; aspek sosial Program WSLIC-2 di Kecamatan Ciawi, yaitu:
dan kelembagaan, berkaitan dengan kelembagaan, pembiayaan, partisipasi
kemampuan dan kemauan masyarakat untuk masyarakat, teknis, dan lingkungan. Berikut
melaksanakan kegiatan operasional dan adalah tabel relevansi indikator terpilih
pemeliharaan sarana air bersih; aspek terhadap konsep keberlanjutan sistem air
kesehatan dan lingkungan, meliputi pendidikan bersih dari review studi kasus sebelumnya:
kesehatan, lingkungan dan sanitasi.

165
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Desember 2011

Tabel 1
Relevansi Indikator Terpilih terhadap Konsep Keberlanjutan Sistem Air Bersih
Aspek
Konsep Keberlanjutan
No Partisipasi
Sistem Air Bersih Kelembagaan Pembiayaan Teknis Lingkungan
Masyarakat
1 Deepa Narayan (1989) ● ● ● ● ●
UNDP - World Bank, Water
2 and Sanitation Program ● ● ● ●
(1997)
3 Dea Widyastuti (1999) ● ● ● ●
4 WSLIC - 2 (2000) ● ● ● ● ●
Sumber: Studi Literatur, 2011

Identifikasi keberadaan dan peran lembaga bahwa masyarakatlah yang menjadi faktor
merupakan modal awal yang dapat penting dalam pengembangan, bukan air. Oleh
menentukan keberlanjutan kegiatan karena itu, tanpa partisipasi dari seluruh
masyarakat dalam Program WSLIC-2. Pada lapisan masyarakat, sebuah program
arahan awal pelaksanaan Program WSLIC-2 penyediaan air bersih tidak dapat secara
dikatakan bahwa setelah kegiatan program langsung memperoleh dukungan masyarakat
telah berakhir maka dibentuk suatu lembaga dan pada akhirnya dapat berakhir pada
pengelola air bersih yang dinamakan Badan kegagalan.
Pengelola Sarana (BPS) yang beranggotakan
masyarakat setempat. Lembaga ini merupakan Aspek teknis digunakan karena kondisi fisik
motor penggerak kegiatan penyediaan air dari bangunan sarana air bersih juga dapat
bersih pasca pembangunan sarana. Oleh karena mendukung keberlanjutan penyediaan air
itu, apabila keberadaan BPS di desa telah bersih. Sarana yang rusak dan tidak terpelihara
hilang ataupun tidak dapat menjalankan tidak akan dapat berfungsi dengan maksimal,
fungsinya dengan baik, maka akan sulit oleh karena itu diperlukan upaya untuk
mewujudkan keberlanjutan program. memelihara bangunan sarana air bersih.
Bimbingan teknis seperti pelatihan-pelatihan
Keberlanjutan Program WSLIC-2 tidak teknik perlu diberikan kepada masyarakat agar
terlepas dari aspek pembiayaan. Selain karena masyarakat dapat berdaya memperbaiki sistem
suatu sarana air bersih membutuhkan air bersih apabila terjadi kerusakan. Selain itu,
pembiayaan dalam pengoperasian dan adanya penyesuaian teknologi yang tanggap
pengelolaannya, keberdayaan masyarakat terhadap kebutuhan juga dapat membantu
dalam hal pembiayaan juga menjadi salah satu masyarakat dalam pengembangan sistem air
pendukung keberlanjutan program. Sistem bersih.
pembiayaan harus berasaskan keadilan dan
disepakati secara bersama untuk Aspek terakhir yang digunakan sebagai
meminimalisasi terjadinya konflik pada indikator keberlanjutan Program WSLIC-2
masyarakat. Kelancaran sistem pembiayaan adalah aspek lingkungan. Air merupakan
juga dapat menunjukkan besarnya partisipasi sumber daya yang harus diperhatikan kualitas
masyarakat dalam mempertahankan dan kuantitasnya, oleh karena itu perlu adanya
keberlanjutan program. dukungan dari aspek lingkungannya. Untuk
menjaga kelestarian sumber air pada
Pengembangan penyediaan air bersih penyediaan air bersih perdesaan, upaya
perdesaan harus berawal dari kebutuhan perlindungan kualitas dan kuantitas sumber air
masyarakat. Para perencana harus memahami perlu dilakukan. Selain itu, perubahan perilaku

166
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Desember 2011

hidup bersih dan sehat masyarakat desa juga 4) Aspek Teknis. Adanya pemeliharaan
merupakan faktor penting, karena tanpa kondisi fisik bangunan/sarana air bersih
adanya perilaku hidup bersih dan sehat maka dan sanitasi; adanya transfer pengetahuan
upaya pelestarian air akan menjadi sia-sia. mengenai penanganan teknis sarana air
bersih dan sanitasi; adanya penyesuaian
Setelah menetapkan indikator, ditetapkan pula teknologi terhadap kebutuhan masyarakat.
tolok ukur untuk menilai apakah suatu
indikator terpenuhi. Pertimbangan yang 5) Aspek Lingkungan. Adanya upaya untuk
digunakan dalam menentukan tolok ukur bagi melindungi kualitas dan kuantitas sumber
indikator dalam penelitian ini adalah air; adanya perubahan perilaku hidup
pemahaman bahwa penelitian ini bertujuan bersih dan sehat di masyarakat.
untuk mengetahui prospek keberlanjutan
sistem air bersih di masa yang akan datang. 3. Penilaian Keberlanjutan Kegiatan
Oleh karena itu, penelitian ini lebih melihat Masyarakat Dalam Program WSLIC-2
kesesuaian perolehan masyarakat dengan di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor
konsep keberlanjutan yang dimilik Program
WSLIC-2 serta kelangsungan dari perolehan Keberlanjutan kegiatan masyarakat dalam
tersebut. Program WSLIC-2 yang dimaksud dalam studi
ini adalah selain masih berfungsinya sarana air
Adapun tolok ukur dari tiap-tiap indikator bersih dan sanitasi, masyarakat pun dapat
adalah sebagai berikut: mengelola secara mandiri sarana tersebut.
1) Aspek Kelembagaan. Adanya lembaga Penilaian keberlanjutan kegiatan masyarakat
yang mengelola air bersih; lembaga dalam Program WSLIC 2 di masing-masing
merupakan perwakilan dari berbagai desa penelitian akan dipaparkan berdasarkan
kelompok/lapisan masyarakat; lembaga hasil penilaian secara deskriptif terhadap
merupakan lembaga masyarakat yang kelima aspek beserta keterpenuhan tolok ukur
dapat menangkap aspirasi masyarakat. yang telah ditetapkan sebelumnya.
Keterpenuhan tolok ukur menunjukkan bahwa
2) Aspek Pembiayaan. Adanya lembaga yang nilai-nilai yang ditanamkan oleh Program
mengelola keuangan; adanya penetapan WSLIC-2 pada saat pelaksanaan program
iuran, dan masih berlangsung sampai saat masih berlanjut hingga saat ini.
ini; adanya keadilan dalam penetapan tarif
iuran; pembayaran iuran oleh masyarakat 3.1 Desa Cileungsi
berjalan lancar; lembaga pengurus 3.1.1 Penilaian Aspek Kelembagaan
keuangan dapat bertanggung jawab dan
terbuka terhadap masyarakat; jasa dari Aspek Kelembagaan dinilai melalui tiga tolok
iuran digunakan untuk biaya operasional ukur, yaitu adanya lembaga yang mengelola air
dan pemeliharaan sarana air bersih dan bersih; lembaga merupakan perwakilan dari
sanitasi. berbagai kelompok/lapisan masyarakat;
lembaga merupakan lembaga masyarakat yang
3) Aspek Partisipasi Masyarakat. Masyarakat dapat menyalurkan aspirasi masyarakat.
hadir pada kegiatan-kegaiatan yang
melibatkan warga; pelibatan masyarakat Dari tabel 2, dapat dilihat bahwa tidak terlalu
dilakukan hingga tingkat keluarga. banyak perubahan yang terjadi semenjak

167
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Desember 2011

program selesai dilaksanakan sampai dengan pelaksanaan program pun masih terlihat
kondisi saat ini. BPS yang dibentuk pada saat sampai saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa
menjelang akhir program, masih dapat dari keseluruhan tolok ukur keberlanjutan
menjalankan tugasnya dengan baik. Nilai-nilai aspek kelembagaan dapat dinilai terpenuhi.
kelembagaan yang ditanamkan pada saat
Aspek Kelembagaan dinilai melalui tiga tolok program selesai dilaksanakan sampai dengan
ukur, yaitu adanya lembaga yang mengelola air kondisi saat ini. BPS yang dibentuk pada saat
bersih; lembaga merupakan perwakilan dari menjelang akhir program, masih dapat
berbagai kelompok/lapisan masyarakat; menjalankan tugasnya dengan baik. Nilai-nilai
lembaga merupakan lembaga masyarakat yang kelembagaan yang ditanamkan pada saat
dapat menyalurkan aspirasi masyarakat. pelaksanaan program pun masih terlihat
sampai saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa
Dari tabel 2, dapat dilihat bahwa tidak terlalu dari keseluruhan tolok ukur keberlanjutan
banyak perubahan yang terjadi semenjak aspek kelembagaan dapat dinilai terpenuhi
.
Tabel 2
Penilaian Aspek Kelembagaan Desa Cileungsi
Kondisi Kelembagaan
Aspek Tolok Ukur Penilaian
Desa Cileungsi
Terdapat BPS yang terdiri dari 5 UPS. Masing-
Adanya lembaga yang mengelola air
masing UPS bertanggung jawab atas sarana Terpenuhi
bersih
yang ada di wilayahnya
BPS beranggotakan perwakilan dari tiap-tiap
Lembaga merupakan perwakilan dari
Kelembagaan RW di Desa Cileungsi dan merupakan warga Terpenuhi
berbagai kelompok/lapisan masyarakat
yang ditokohkan oleh masyarakat
Lembaga merupakan lembaga masyarakat Penangkapan aspirasi dilakukan melalui
yang dapat menangkap aspirasi perwakilan-perwakilan masyarakat yang Terpenuhi
masyarakat disampaikan pada saat rapat desa
Sumber: Hasil Analisis, 2011

3.1.2 Penilaian Aspek Pembiayaan untuk biaya operasional dan pemeliharaan


sarana air bersih dan sanitasi.
Penilaian Aspek Pembiayaan dilihat dari
beberapa tolok ukur, yaitu adanya lembaga Berdasarkan pemaparan tabel 3, diketahui
yang mengelola keuangan; adanya penetapan bahwa dari keenam tolok ukur pada aspek
iuran dan masih berlangsung sampai saat ini; pembiayaan ini, hanya satu di antaranya yang
adanya keadilan dalam penetapan iuran; dinilai tidak terpenuhi yaitu tolok ukur
pembayaran iuran oleh masyarakat berjalan Lembaga Pengurus Keuangan Dapat
lancar; lembaga pengurus keuangan dapat Bertanggung Jawab dan Terbuka Terhadap
bertanggung jawab dan terbuka terhadap Masyarakat.
masyarakat; dan jasa dari iuran digunakan

Tabel 3
Penilaian Aspek Pembiayaan Desa Cileungsi
Kondisi Pembiayaan
Aspek Tolok Ukur Penilaian
Desa Cileungsi
adanya lembaga yang mengelola keuangan Keuangan dikelola oleh masing-masing UPS Terpenuhi
adanya penetapan iuran dan masih berlangsung Terdapat iuran dan masih berlangsung dengan
Terpenuhi
sampai saat ini baik sampai saat ini
Pembiayaan
Iuran ditetapkan oleh BPS dengan
adanya keadilan dalam penetapan tarif iuran penyesuaian tarif berdasarkan status ekonomi Terpenuhi
dan kapasitas pemakaian

168
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Desember 2011

Kondisi Pembiayaan
Aspek Tolok Ukur Penilaian
Desa Cileungsi
pembayaran iuran oleh masyarakat berjalan Pembayaran iuran oleh masyarakat tergolong
Terpenuhi
lancar cukup lancar (sekitar 70%)
Pencatatan keuangan berjalan lancar namun
lembaga pengurus keuangan dapat bertanggung belum adanya pelaporan keuangan kepada
Tidak terpenuhi
jawab dan terbuka terhadap masyarakat masyarakat. Laporan keuangan masih hanya
disimpan oleh UPS.
jasa dari iuran digunakan untuk biaya Jasa dari iuran digunakan untuk biaya upah
operasional dan pemeliharaan sarana air bersih pekerja, biaya perbaikan saat terjadi Terpenuhi
dan sanitasi kerusakan, dan uang kas program
Sumber: Hasil Analisis, 2011

3.1.3 Penilaian Aspek Partisipasi permasalahan WSLIC-2 dan


Masyarakat perbaikan/pembangunan fisik sarana.

Keberlanjutan kegiatan penyediaan air bersih Dari tabel 4, dapat diketahui bahwa pada
yang telah diinisiasi oleh Program WSLIC-2 pertemuan-pertemuan masyarakat yang
tidak akan dapat berlanjut apabila tidak diadakan di Desa Cileungsi biasanya hanya
didukung dengan partisipasi dari masyrakatnya. dihadiri oleh panitia inti atau tokoh-tokoh
Aspek partisipasi masyarakat dinilai melalui masyarakat saja. Oleh karena itu, dapat
dua tolok ukur yaitu masyarakat hadir pada disimpulkan bahwa untuk melibatkan
kegiatan-kegiatan yang melibatkan warga dan masyarakat hingga tingkat keluarga masih
pelibatan masyarakat dilakukan hingga tingkat dirasa sulit dilakukan di Desa Cileungsi, dan
keluarga. Adapun kegiatan yang dimaksud penilaian terhadap kedua tolok ukur pada
adalah kegiatan-kegiatan yang menuntut aspek partisipasi masyarakat ini dinilai tidak
kehadiran masyarakat desa secara fisik, seperti terpenuhi.
pertemuan-pertemuan warga untuk membahas

Tabel 4
Penilaian Aspek Partisipasi Masyarakat Desa Cileungsi
Kondisi Partisipasi
Aspek Tolok Ukur Penilaian
Masyarakat Desa Cileungsi
Masyarakat hadir pada kegiatan- Masyarakat sulit diajak untuk berpartisipasi dalam
Tidak terpenuhi
kegaiatan yang melibatkan warga kegiatan-kegiatan program
Partisipasi
Masih banyak masyarakat di tingkat keluarga yang
masyarakat
Pelibatan masyarakat dilakukan hingga hanya mengandalkan Ketua RT ataupun tokoh
Tidak terpenuhi
tingkat keluarga masyarakat lainnya dalam berpartisipasi di kegiatan
program
Sumber: Hasil Analisis, 2011

3.1.4 Penilaian Aspek Teknis terakhir adalah adanya penyesuaian teknologi


terhadap kebutuhan masyarakat.
Penilaian aspek teknis dilihat dari Dari tabel 5, diketahui bahwa ketiga hal yang
keterpenuhan tiga tolok ukur, yaitu adanya dijadikan tolok ukur pada aspek teknis dinilai
pemeliharaan kondisi fisik bangunan/sarana air terpenuhi. Maka, dapat disimpulkan sementara
bersih dan sanitasi; adanya transfer bahwa prospek keberlanjutan kegiatan
pengetahuan mengenai penanganan teknis Program WSLIC-2 di Desa Cileungsi apabila
sarana air bersih dan sanitasi; dan yang dilihat dari aspek teknisnya dikatakan cukup
baik.

169
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Desember 2011

Tabel 5
Penilaian Aspek Teknis Desa Cileungsi
Kondisi Teknis
Aspek Tolok Ukur Penilaian
Desa Cileungsi
adanya pemeliharaan kondisi fisik Terdapat penganggaran dana untuk perawatan
Terpenuhi
bangunan/sarana air bersih dan sanitasi rutin, adanya perawatan rutin yang dilakukan,
adanya transfer pengetahuan mengenai Terjadi transfer pengetahuan di antara
penanganan teknis sarana air bersih dan masyarakat sehingga terwujud keberdayaan Terpenuhi
Teknis
sanitasi masyarakat dalam hal teknis
BPS telah melakukan inovasi/pengembangan
Adanya penyesuaian teknologi terhadap
teknologi sarana sesuai dengan kebutuhan Terpenuhi
kebutuhan masyarakat
masyarakat (contoh: sarana air rumah)
Sumber: Hasil Analisis, 2011

3.1.5 Penilaian Aspek Lingkungan Adanya Perubahan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat di Masyarakat.
Aspek Lingkungan dinilai melalui dua tolok
ukur, yaitu: Adanya Upaya Untuk Melindungi Dari tabel 6, dapat diketahui dari dua hal yang
Kualitas dan Kuantitas Sumber Air; dan dijadikan tolok ukur pada aspek ini, keduanya
dinilai terpenuhi.

Tabel 6
Penilaian Aspek Lingkungan Desa Cileungsi
Kondisi Lingkungan
Aspek Tolok Ukur Penilaian
Desa Cileungsi
Upaya melindungi kualitas sumber air
dilakukan dengan penyuluhan dan pemantauan;
Adanya upaya untuk melindungi kualitas dan upaya melindungi kuantitas sumber air
Terpenuhi
kuantitas sumber air dilakukan dengan pemeliharaan lingkungan
Lingkungan
sekitar sumber air dan himbauan kepada
masyarakat
Adanya perubahan perilaku hidup bersih dan Perubahan perilaku hidup bersih dan sehat
Terpenuhi
sehat di masyarakat sudah mulai terbentuk
Sumber: Hasil Analisis, 2011

3.2 Desa Bojongmurni berakhir, yaitu pada tahun 2007, dan masih ada
3.2.1 Penilaian Aspek Kelembagaan sampai saat ini. Dengan adanya BPS beserta
kelompok-kelompok pengurus sarana tersebut,
Desa Bojongmurni memiliki suatu lembaga maka tolok ukur pertama pada aspek
pengelola sarana, yaitu BPS yang dibagi kelembagaan ini dapat dikatakan terpenuhi.
menjadi 2 (dua) Unit Pengelola Sarana (UPS).
Kelompok pertama mengelola sarana yang Berdasarkan tabel 7, diketahui bahwa ketiga
menggunakan mata air Arca, dan kelompok tolok ukur pada aspek kelembagaan terpenuhi.
kedua mengelola sarana yang menggunakan Oleh karena itu prospek keberlanjutan aspek
mata air Babakan. Kedua kelompok tersebut kelembagaan dalam Program WSLIC-2 di
dibentuk ketika pelaksanaan program telah Desa Bojongmurni dapat dikatakan baik

Tabel 7
Penilaian Aspek Kelembagaan Desa Bojongmurni
Aspek Kondisi Kelembagaan
Tolok Ukur Penilaian
Desa Bojongmurni
Terdapat BPS yang terbagi menjadi 2 UPS, yaitu
Adanya lembaga yang mengelola air UPS yang mengelola sarana dengan mata air
Terpenuhi
Kelembagaan bersih Arca, dan UPS yang mengelola sarana dengan
mata air Babakan
Lembaga merupakan perwakilan dari BPS beranggotakan masyarakat setempat dan Terpenuhi

170
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Desember 2011

Aspek Kondisi Kelembagaan


Tolok Ukur Penilaian
Desa Bojongmurni
berbagai kelompok/lapisan masyarakat merupakan perwakilan dari masing-masing RT.
Perbandingan antara anggota pria dan wanita
dalam keanggotaan BPS adalah 70:30
Pengumpulan aspirasi masyarakat dilakukan
Lembaga merupakan lembaga masyarakat
melalui pertemuan-pertemuan warga. BPS dapat
yang dapat menangkap aspirasi Terpenuhi
menangkap aspirasi warga dan warga merasa
masyarakat
terfasilitasi untuk menyampaikan aspirasi.
Sumber: Hasil Analisis, 2011

3.2.2 Penilaian Aspek Pembiayaan menjadi dikelola oleh bendahara UPS,


dilakukan agar pengelolaan keuangan akan
BPS Desa Bojongmurni memiliki bendahara lebih terfokus dan memudahkan dalam hal
yang bertugas untuk mengelola keuangan pencatatan, dan pemungutan iuran. UPS tidak
sarana air bersih WSLIC-2 di Desa perlu mengajukan permohonan peminjaman
Bojongmurni. Namun pada prakteknya, saat ini uang kepada BPS terlebih dahulu apabila
pengelolaan keuangan tidak dilakukan oleh membutuhkan biaya untuk memperbaiki
bendahara BPS. Pengelola keuangan dibagi sarana yang rusak, sehingga kerusakan bisa
tiap RT di mana tiap RT bertanggung jawab langsung ditangani. Meskipun pada akhirnya
untuk mengurus keuangan 2 (dua) tugu air di bendahara BPS tidak berfungsi, namun
wilayah RT-nya. Sama hal-nya seperti yang pengelolaan keuangan masih dapat dijalankan
terjadi di Desa Cileungsi, perubahan pengelola oleh UPS, oleh karena itu tolok ukur ini dapat
keuangan sarana air bersih, dari yang awalnya dinilai terpenuhi.
dikelola oleh bendahara BPS kemudian

Tabel 8
Penilaian Aspek Pembiayaan Desa Bojongmurni
Aspek Kondisi Pembiayaan
Tolok Ukur Penilaian
Desa Bojongmurni
Terdapat beberapa kelompok pengelola
adanya lembaga yang mengelola keuangan Terpenuhi
keuangan, yang dibagi berdasarkan jumlah RT
Terdapat iuran yang bersifat bulanan dan
adanya penetapan iuran dan masih insidental. Iuran bulanan sedang tidak berjalan
Tidak Terpenuhi
berlangsung sampai saat ini pada saat ini dikarenakan sarana rusak akibat
longsor
Iuran ditetapkan berdasarkan hasil musyawarah.
adanya keadilan dalam penetapan tarif
Terdapat toleransi tarif iuran terhadap Terpenuhi
iuran
masyarakat yang kurang mampu.
Pembiayaan Pembayaran iuran oleh masyarakat masih bisa
pembayaran iuran oleh masyarakat berjalan dikatakan tidak lancar karena masih terdapat
Tidak terpenuhi
lancar masyarakat yang tidak mampu dan kondisi
sarana yang sedang rusak
lembaga pengurus keuangan dapat
Belum adanya pelaporan keuangan secara
bertanggung jawab dan terbuka terhadap Tidak Terpenuhi
berkala kepada masyarakat
masyarakat
jasa dari iuran digunakan untuk biaya
Jasa dari iuran digunakan hanya untuk biaya
operasional dan pemeliharaan sarana air Terpenuhi
operasional dan pemeliharaan
bersih dan sanitasi
Sumber: Hasil Analisis, 2011

Dari tabel 8, diketahui bahwa dari enam tolok WSLIC-2 di Desa Bojongmurni dapat
ukur yang dijadikan penilaian, dua diantaranya dikatakan baik.
dinilai tidak terpenuhi. Secara keseluruhan,
dapat disimpulkan sementara bahwa prospek
keberlanjutan aspek pembiayaan Program

171
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Desember 2011

3.2.3 Penilaian Aspek Partisipasi BPS, sedangkan di Desa Bojongmurni masih


Masyarakat banyak masyarakat yang sulit membayar iuran
dengan lancar, namun cukup antusias
Tidak seperti Desa Cileungsi, partisipasi menghadiri pertemuan-pertemuan warga.
masyarakat Desa Bojongmurni dirasa lebih
tinggi. Masyarakat di Desa Cileungsi Berdasarkan tabel 9, dapat dilihat bahwa dari
cenderung lancar berpartisipasi dalam hal dua hal yang dijadikan tolok ukur pada aspek
materi, namun sulit untuk berpartisipasi secara partisipasi masyarakat, keduanya dinilai
aktif di kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh terpenuhi.

Tabel 9
Penilaian Aspek Partisipasi Masyarakat Desa Bojongmurni
Kondisi Partisipasi
Aspek Tolok Ukur Penilaian
Masyarakat Desa Bojongmurni
Masyarakat hadir pada kegiatan-kegaiatan Masyarakat antusias dalam menghadiri kegiatan-
Terpenuhi
Partisipasi yang melibatkan warga kegiatan yang diadakan oleh lembaga
masyarakat Masyarakat yang berpartisipasi tidak hanya
Pelibatan masyarakat dilakukan hingga
tokoh-tokoh masyarakat saja, melainkan sampai Terpenuhi
tingkat keluarga
tingkatan keluarga, karena
Sumber: Hasil Analisis, 2011

3.2.4 Penilaian Aspek Teknis ke tim teknis BPS apabila terdapat kerusakan
pada salah satu sarana.
Upaya awal yang dilakukan BPS Desa
Bojongmurni dalam memelihara kondisi fisik Berdasarkan tabel 10, dapat disimpulkan
sarana adalah dengan menganggarkan dana bahwa dari ketiga tolok ukur yang dijadikan
perawatan sarana dari hasil penarikan iuran. penilaian pada aspek teknis Program WSLIC-2
Selalu tersedianya dana untuk perawatan dan di Desa Bojongmurni, hanya satu diantaranya
perbaikan sarana meruapakan modal awal yang dinilai terpenuhi, sedangkan dua lainnya
untuk menjaga kondisi fisik sarana. dinilai tidak terpenuhi. Oleh karena itu, jika
Selain itu, upaya selanjutnya yang dilakukan dilihat dari aspek teknis, prospek keberlanjutan
adalah membentuk pengawas-pengawas sarana. Program WSLIC-2 di Desa Bojongmurni dapat
Tugas dari pengawas sarana ini adalah dikatakan kurang baik.
memantau kondisi fisik sarana dan melaporkan

Tabel 10
Penilaian Aspek Teknis Desa Bojongmurni
Kondisi Lingkungan
Aspek Tolok Ukur Penilaian
Desa Bojongmurni
Pemeliharaan kondisi fisik telah diupayakan
adanya pemeliharaan kondisi fisik
oleh BPS dengan menyediakan anggaran untuk Terpenuhi
bangunan/sarana air bersih dan sanitasi
pemeliharaan dan tim teknis
adanya transfer pengetahuan mengenai Transfer pengetahuan belum terlihat di Desa
Teknis Tidak
penanganan teknis sarana air bersih dan Bojongmurni. Masyarakat belum mampu
terpenuhi
sanitasi berdaya dalam hal teknis
Terdapat pengembangan teknologi pada salah
Adanya penyesuaian teknologi terhadap satu RT, namun belum adanya tenologi baru Tidak
kebutuhan masyarakat yang sesuai dengan kondisi desa yang rawan terpenuhi
bencana
Sumber: Hasil Analisis, 2011

172
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Desember 2011

3.2.5 Penilaian Aspek Lingkungan banyak masyarakat, terutama ibu rumah tangga
dan anak-anak yang menerapkan kebiasaan
Berdasarkan observasi dan wawancara, pola mencuci tangan dan memasak air untuk minum.
perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat
Desa Bojongmurni telah terbentuk. Masyarakat Berdasarkan tabel 11, dapat disimpulkan
Desa Bojongmurni telah merasakan manfaat bahwa perubahan perilaku hidup bersih dan
dari perilaku hidup bersih-sehat dan sehat sudah mulai terbentuk, dan upaya
menjadikan perilaku tersebut sebagai melindungi kuantitas air telah dilakukan,
kebiasaan sehari-hari. Program penyuluhan namun tidak diiringi oleh upaya melindungi
kesehatan untuk mendukung terwujudnya kualitas sumber air. Oleh karena itu, tolok ukur
perubahan perilaku hidup bersih dan sehat pertama dari aspek leingkungan ini dinilai
masih dilakukan di Desa Bojongmurni melalui terpenuhi, sedangkan tolok ukur kedua dinilai
penyuluhan-penyuluhan di Posyandu. Dengan tidak terpenuhi.
adanya penyuluhan dari Posyandu ini, semakin
Tabel 11
Penilaian Aspek Lingkungan Desa Bojongmurni
Kondisi Teknis
Aspek Tolok Ukur Penilaian
Desa Bojongmurni
Upaya melindungi kuantitas sumber air telah
adanya upaya untuk melindungi kualitas
dilakukan namun tidak diiringi dengan Tidak terpenuhi
dan kuantitas sumber air
kesadaran masyarakat akan kualitas sumber air.
Lingkungan
Sebagian besar masyarakat telah memiliki
adanya perubahan perilaku hidup bersih septic tank/cubluk sebagai tempat membuang
Terpenuhi
dan sehat di masyarakat kotoran. Budaya mencuci tangan dan memasak
air juga telah diterapkan.
Sumber: Hasil Analisis, 2011

3.3 Desa Cibedug para mantan anggota TKM tersebut dianggap


3.3.1 Penilaian Aspek Kelembagaan lebih memahami kondisi sarana, sehingga BPS
hanya bersifat melanjutkan TKM. Keberadaan
Sesuai dengan arahan awal Program WSLIC-2 BPS yang seperti ini dapat menjamin
untuk membentuk lembaga pengelola sarana, keberlanjutan lembaga, sehingga tolok ukur
Desa Cibedug memiliki sebuah Badan Adanya Lembaga yang Mengelola Air Bersih
Pengelola Sarana (BPS) yang bertugas untuk dapat dikatakan terpenuhi.
mengelola keseluruhan sarana yang ada di
Desa Cibedug. Sebagian besar anggota BPS Perbandingan antara tolok ukur dengan kondisi
merupakan mantan anggota TKM (Tim Kerja kelembagaan di Desa Cibedug dapat dilihat
Masyarakat) yang dibentuk ketika program pada Tabel 12.
masih berlangsung. Hal ini ditetapkan karena
Tabel 12
Penilaian Aspek Kelembagaan Desa Cibedug
Aspek Kondisi Kelembagaan
Tolok Ukur Penilaian
Desa Cibedug
Adanya lembaga yang mengelola air Lembaga pengelola sarana (BPS) masih ada
Terpenuhi
bersih hingga saat ini.
lembaga terdiri dari masyarakat setempat
BPS terdiri dari penduduk Desa Cibedug dan
dan berasal dari berbagai Terpenuhi
Kelembagaan beranggotakan perwakilan dari tiap-tiap RT.
kelompok/lapisan masyarakat
BPS tidak mampu menangkap aspirasi
lembaga merupakan lembaga masyarakat
masyarakat dengan baik. Masyarakat tidak Tidak Terpenuhi
yang dapat menangkap aspirasi masyarakat
merasa aspirasinya ditanggapi dengan baik.
Sumber: Hasil Analisis, 2011

173
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Desember 2011

3.3.2 Penilaian Aspek Pembiayaan BPS, sehingga terjadi ketidakefektifan fungsi


salah satu bagian dari BPS, di mana bendahara
Untuk di Desa Cibedug, tidak terdapat suatu tidak menjalankan tugasnya dan koordinator
kelompok yang khusus menangani keuangan teknis menjalankan tugas ganda. Dengan
program. Dalam BPS sendiri, terdapat demikian, tolok ukur Adanya Lembaga yang
bendahara, namun bendahara tersebut lebih Mengelola Keuangan dapat dikatakan tidak
aktif menangani keuangan pada saat program terpenuhi.
masih berlangsung. Untuk penarikan iuran
program dilakukan oleh koordinator teknis

Tabel 13
Penilaian Aspek Pembiayaan Desa Cibedug
Kondisi Pembiayaan
Aspek Tolok Ukur Penilaian
Desa Cibedug
Tidak terdapat sebuah kelompok khusus
yang menangani keuangan pasca program. Tidak
Adanya lembaga yang mengelola keuangan
Keuangan WSLIC-2 di Cibedug ditangani Terpenuhi
oleh 1 orang dari tim teknis
Tidak terdapat iuran bulanan untuk
pemakaian air dari Program WSLIC-2.
Adanya penetapan iuran dan masih berlangsung Tidak
Penarikan iuran hanya bersifat insidental,
sampai saat ini Terpenuhi
yaitu jika sarana mengalami kerusakan dan
membutuhkan dana untuk perbaikan saja
Pembiayaan
Tidak terdapat iuran bulanan untuk Tidak
Adanya keadilan dalam penetapan tarif iuran
pemakaian air dari Program WSLIC-2 Terpenuhi
Pembayaran iuran oleh masyarakat berjalan lancar Masyarakat sulit membayar iuran secara Tidak
dan tepat waktu lancar dan tepat waktu Terpenuhi
Tidak adanya pencatatan keuangan pasca
Lembaga pengurus keuangan dapat bertanggung Tidak
program dan tidak adanya pelaporan
jawab dan terbuka terhadap masyarakat Terpenuhi
keuangan ke masyarakat
jasa dari iuran digunakan untuk biaya operasional dan Jasa dari iuran insidental hanya menutupi Tidak
pemeliharaan sarana air bersih dan sanitasi untuk biaya perbaikan. Terpenuhi
Sumber: Hasil Analisis, 2011

Dari keseluruhan pembahasan aspek saat pasca program masih dirasa sangat kurang.
pembiayaan, diketahui bahwa dari seluruh Selain karena masalah kurangnya kepercayaan
tolok ukur tidak ada satu pun yang terpenuhi. masyarakat terhadap BPS, permasalahan
Tabel 13 di samping memperlihatkan ekonomi masyarakat juga menjadi salah satu
perbandingan antara tolok ukur dengan kondisi faktor penyebabnya. Masyarakat Desa Cibedug
pembiayaan Desa Cibedug yang notabene didominasi oleh petani yang
jumlah penghasilan tiap bulannya hanyalah
sebesar Rp 15.000,-. Berdasarkan observasi
3.3.3 Penilaian Aspek Partisipasi dan wawancara juga diketahui bahwa beberapa
Masyarakat diantara keluarga petani tersebut rata-rata
Pelibatan masyarakat oleh BPS di Desa memiliki lima anggota keluarga. Oleh karena
Cibedug tetap mengikuti konsep awal Program itu, untuk berpartisipasi dalam hal materi
WSLIC-2, yaitu memerhatikan kesetaraan dirasa cukup sulit bagi mereka.
gender dan melibatkan berbagai kelompok
masyarakat. Namun, seperti yang telah Oleh karena itu, prospek keberlanjutan aspek
dijelaskan pada aspek pembiayaan sebelumnya, partisipasi masyarakat di Desa CIbedug dapat
partisipasi masyarakat dalam hal materi pada dikatakan masih kurang karena dari seluruh

174
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Desember 2011

tolok ukur yang ada dinilai tidak memenuhi. dengan kondisi partisipasi masyarakat di Desa
Penjelasan mengenai perbandingan tolok ukur Cibedug dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14
Penilaian Aspek Partisipasi Masyarakat Desa Cibedug
Kondisi Partisipasi
Aspek Tolok Ukur Penilaian
Masyarakat Desa Cibedug
BPS masih belum berhasil mengikutsertakan
Masyarakat hadir pada kegiatan-kegiatan yang
berbagai kelompok masyarakat dalam setiap Tidak Terpenuhi
melibatkan warga
Partisipasi kegiatan pasca program
masyarakat Peserta pertemuan warga maupun kegiatan
Pelibatan masyarakat dilakukan hingga tingkat program lainnya masih didominasi oleh para
Tidak Terpenuhi
keluarga tokoh utama pelaksanaan program, tidak
diikuti oleh seluruh warga
Sumber: Hasil Analisis, 2011

3.3.4 Penilaian Aspek Teknis memelihara sarana air bersih dan sanitasi di
Desa Cibedug.
Untuk mewujudkan keberlanjutan kegiatan
penyediaan air bersih pada Program WSLIC-2, Berdasarkan tabel 15, diketahui bahwa dari
tentu saja diperlukan adanya sarana air bersih keempat tolok ukur pada aspek teknis, tidak
dan sanitasi yang senantiasa terpelihara dan ada satu pun yang memenuhi. Oleh karena itu,
berfungsi dengan baik. Pemeliharaan sarana air prospek keberlanjutan aspek teknis pada
bersih dan sanitasi harus dilakukan oleh Program WSLIC-2 di Desa Cibedug dapat
seluruh masyarakat, bukan hanya oleh dikatakan buruk. Perbandingan antara tolok
pengelola sarana saja. Namun, pada ukur dan kondisi teknis Desa Cibedug dapat
kenyataannya masih banyak kasus masyarakat dilihat pada Tabel 15.
yang tidak mau berpartisipasi dalam

Tabel 15
Penilaian Aspek Teknis Desa Cibedug
Aspek Kondisi Teknis
Tolok Ukur Penilaian
Masyarakat Cibedug
adanya pemeliharaan kondisi fisik Masih banyaknya kasus masyarakat yang
Tidak terpenuhi
bangunan/sarana air bersih dan sanitasi merusak SABS
adanya transfer pengetahuan mengenai Kurangnya transfer pengetahuan kepada
Teknis penanganan teknis sarana air bersih dan masyarakat sehingga ketergantungan Tidak terpenuhi
sanitasi terhadap tim teknis masih besar
Adanya penyesuaian teknologi terhadap Belum adanya penyesuaian teknologi/sarana
Tidak terpenuhi
kebutuhan masyarakat terhadap kebutuhan air bersih masyarakat
Sumber: Hasil Analisis, 2011

3.3.5 Penilaian Aspek Lingkungan Dari pemaparan tabel 16, maka dapat
disimpulkan sementara bahwa tolok ukur
Perilaku masyarakat yang ada pada Desa pertama pada aspek lingkungan ini dinilai
Cibedug adalah kurangnya kesadaran untuk tidak terpenuhi, sedangkan tolok ukur kedua
mematikan kran air dan menghemat dinilai terpenuhi. Berdasarkan hal ini, dapat
penggunaan air. Masyarakat Desa Cibedug dikatakan pula bahwa prospek keberlanjutan
terbiasa semenjak dahulu memiliki air aspek lingkungan Program WSLIC-2 di Desa
pegunungan yang berlimpah dan mengalir Cibedug belum bisa dikatakan baik karena
terus-menerus. meskipun perilaku hidup bersih dan sehat di
masyarakat telah mengalami peningkatan

175
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Desember 2011

namun tidak diiringi dengan upaya melindungi dapat terjadi. Tabel 16 di bawah ini
kualitas dan kuantitas sumber air, maka memperlihatkan perbandingan tolok ukur
keberlanjutan pada aspek lingkungan tidak dengan kondisi lingkungan Desa Cibedug.

Tabel 16
Penilaian Aspek Lingkungan Desa Cibedug
Aspek Kondisi Lingkungan
Tolok Ukur Penilaian
Desa Cibedug
Belum adanya upaya melindungi kualitas dan
adanya upaya untuk melindungi kualitas
kuantitas sumber air. Sebagian besar Tidak Terpenuhi
dan kuantitas sumber air
masyarakat masih memiliki perilaku boros air
Lingkungan
Perilaku BAB masyarakat telah berubah
adanya perubahan perilaku hidup bersih
menjadi lebih baik. Terjadi peningkatan Terpenuhi
dan sehat di masyarakat
kesehatan masyarakat
Sumber: Hasil Analisis, 2011

4. Kesimpulan sehingga prospek keberlanjutan program


menjadi lebih mudah untuk diwujudkan.
Program WSLIC-2 merupakan program 2. Kapasitas masyarakat. Pada akhirnya,
penyediaan air bersih yang berasaskan keberhasilan program untuk dapat terus
partisipasi masyarakat, di mana salah satu berlanjut, kembali lagi kepada pribadi
keluaran yang diharapkan adalah adanya warga masing-masing. Pemahaman warga
peningkatan kapasitas lembaga dan masyarakat terhadap kegunaan air akan mempengaruhi
serta keberlangsungan dari sistem sarana yang berlanjut atau tidaknya sistem air bersih
telah dibangun. tersebut. Semakin tinggi pemahaman
masyarakat, maka masyarakat dengan
Untuk mewujudkan hal tersebut, Program sendirinya akan turut berpartisipasi,
WSLIC-2 memberikan pelatihan dan berusaha melestarikan air dan
penyuluhan pada saat program masih menggunakan air dengan bijak.
berlangsung untuk mempersiapkan lembaga
dan masyarakat ketika pasca program. Namun, Dari pengamatan kasus pada ketiga desa
kondisi yang ada pada lapangan adalah nilai- tersebut, kemudian dapat disimpulkan pula
nilai yang telah ditanamkan oleh program pada bahwa program penyediaan air bersih
saat pelaksanaan ternyata tidak seluruhnya perdesaan berbasis partisipasi masyarakat,
berlanjut ketika program telah berakhir. seperti Program WSLIC-2, belum tentu dapat
Berdasarkan analisis terhadap ketiga desa berhasil diterapkan pada seluruh desa dan
penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa menghasilkan keberlanjutan dalam jangka
terdapat beberapa hal yang mempengaruhi waktu yang panjang. Program berbasis
keberlanjutan kegiatan penyediaan air partisipasi masyarakat seperti ini akan lebih
masyarakat di ketiga desa penelitian, yaitu: berhasil jika diterapkan pada desa yang
1. Faktor kepemimpinan dan kapasitas memiliki tokoh penggerak utama seperti di
lembaga. Hal ini dapat dilihat dari Desa Cileungsi, atau memiliki pertalian
perbedaan pada masing-masing desa, di masyarakat yang erat, seperti di Desa
mana desa yang memiliki kelembagaan Bojongmurni, namun sulit memperoleh
yang bagus, akan dapat menciptakan hasil keberhasilan jika diterapkan pada desa yang
yang bagus juga pada aspek yang lainnya, memiliki karakteristik seperti Desa Cibedug di

176
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Desember 2011

mana masyarakat dan lembaga pengelola Daftar Pustaka


memiliki kepedulian yang minim.
Depkes RI. 2001. Surkesnas- Persiapan Survey
Kesehatan Nasional. Jakarta.
Kesimpulan secara umum dari hasil Gross, Bruce., Christine van Wijk dan Nilanjana
pengamatan Program WSLIC-2 di ketiga desa Mukherjee. 2001. Linking Sustainability
with Demand Gender and Poverty: A
penerima program di Kecamatan Ciawi, Study in Community - managed Water
Kabupaten Bogor adalah masih banyaknya Supply Projects in 15 Countries. UNDP-
permasalahan yang menyebabkan World Bank Water and Sanitation
Program and IRC
keberlanjutan kegiatan penyediaan air bersih Laporan Kegiatan WSLIC-2 Desa Cibedug.
dan sanitasi masyarakat yang diinisiasi oleh Katz, Travis.,Kihoon Lee dan Jennifer Sara. 2003.
Program WSLIC-2 tersebut sulit untuk Membangun Sarana Air Bersih yang
Berkesinambungan : Rekomendasi dari
terwujud.
Sebuah Penelitian Global. UNDP - World
Bank Water and Sanitation Program.
Ucapan Terima Kasih Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor.
2005.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Widyastuti, Dea. 1999. Identifikasi Faktor-faktor
Teti Amiarti Argo., MES., Ph.D untuk arahan yang Mendukung Keberlanjutan Sistem
dan bimbingan sehingga artikel ini dapat Air Bersih Perdesaan (Kasus Studi:
ditulis. Terima kasih juga kepada dua mitra Program Penyediaan Sarana Air Bersih
SiPas dan PABLP-MPR). Program Studi
bestari yang telah memberikan komentar yang
Perencanaan Wilayah dan Kota ITB.
berharga. Bandung.
______, Rural Water Supply Projects,
Environmentally Sustainable Development
Occasional Paper Series No.1, The World
Bank.
Petunjuk Pelaksanaan Operasional Tingkat Desa
Program Water and Sanitation for Low
Income Communities 2.
Rencana Kerja Masyarakat. Program Water and
Sanitation for Low Income Communities 2.
Desa Bojongmurn
Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan
Penyehatana Lingkungan Berbasis
Masyarakat.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun
2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata
Cara Pengaturan Tarif Air Minum Pada
Persahaan Daerah Air Minum.
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005
tentang Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air.

177
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Desember 2011

178

Anda mungkin juga menyukai