JURUSAN FARMASI
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
KELAS : D.IV/II
KELOMPOK : 4 (EMPAT)
PEMBIMBING : MULI SUKMAWATY, S. Farm., Apt.
JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan
dinyatakan dalam satuan milliliter (mL) pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat.
Misalnya satu gram asam salisilat akan larut dalam 500 mL air. kelarutan juga
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah :
1. pH
2. Temperature
3. Jenis pelarut
20oC (FI. III) atau 25oC (FI. IV) dinyatakan dalam satu bagian bobot zat padat atau 1
bagian volume zat cair dalam bagian volume tertentu pelarut, kecuali dinyatakan lain.
Kelarutan yang tanpa angka adalah kelarutan pada suhu kamar (25 oC) pernyataan
bagian dalam kelarutan berarti bahwa 2 gram zat padat atau 1 mL zat cair
dalamsejumlah mL pelarut.
B. Maksud Percobaan
C. Tujuan Percobaan
D. Prinsip Percobaan
kelarutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
1. Defenisi Kelarutan
Kelarutan didefenisikan dalam bentuk kuantitatif sebagai zat terkonsentrasi
dalam jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif didefenisikan sebagai
interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membuat dispersi molekuler
homogen. Larutan dinyatakan dalam mili liter dapat larut satu gram zat.Misalnya 1
gram asam salisilat akan larut dalam 500 ml udara. Kelarutan dapat dinyatakan dalam
Dalam istilah farmasi, dihitung sebagai sediaan “cair yang mengandung satu
atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam udara, yang
Kelarutan merupakan salah satu bahan dalam pelarut tertentu yang dapat
menghasilkan bahan pelarut tersebut. Jika suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan
semua zat terlarut sampai batas daya melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah:
a. pH
b. Temperature
c. Jenis pelarut
f. Adanya zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks sejenis dan lain-
lain.
2. Surfaktan
gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari udara dan
karena sifat ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang
suka udara (hidrofilik) dan bagian non polar yang suka minyak / lemak
netral. Sifat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi di udara antar
udara, minyak-udara dan zat padat-udara, membentuk lapisan tunggal dimana gugus
hidrofilik tergantung pada fase udara dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak
dengan zat padat atau terendam dalam fase minyak . Lipofilik merupakan rantai alkil
yang panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil.
Gugus hidrofilik pada surfaktan aktif polar dan mudah bersenyawa dengan
udara, sedangkan gugus lipofilik non polar dan mudah bersenyawa dengan
minyak. Di dalam molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih dominan
surfaktan ini akan lebih kuat dari udara dibandingkan dengan minyak. Mengubah
tegangan permukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi
fase kontinu.Demikian pula sebaliknya, bila gugus non polarnya lebih dominan, maka
menunjukkan antar muka menjadi jenuh dan terbentuk misel yang berada dalam
misel sehingga molekul obat akan terbawa oleh misel larut ke dalam medium.
kadar tinggi hingga Konsentrasi Muka Kritis (CMC) surfaktan diasumsikan dapat
didukung dengan obat khusus yang selanjutnya dapat pula melibatkan permeabilitas
meningkatkankaliutan bahan yang tidak larut atau sedikit larut dalam dispersi
menaikkan laju kelarutan obat. Sementara pada tingkat yang lebih tinggi surfaktan
yaitu:
fosfobetain.
B. Uraian Bahan
RM/BM : H2O/18,02
rasa
RM/BM/BJ : C7H6O3/138,12/1,44
Kelarutan ; Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%)
RM/BM : NaOH/40,00
menyerap karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan
4. Tween 80 (FI. Edisi III, Hal. 509)
lemak, khas
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P, dalam etil
RM/BM : C20H14O4
Pemerian : Tidak mengandung asam dan alkali lemah dan warna merah
METODE KERJA
erlenmeyer, pipet tetes, buret, klem dan statif, batang pengaduk, pipet volume, gelas
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquadest, asam salisilat,
C. Cara Kerja
2. Dibuat 50 mL larutan tween 80 dengan konsentrasi 0; 0,1; 0,5; 1.0; 5,0; 10,0;
dikocok.
7. Ditentuka kadar asam salisilat dengan cara titrasi Alkalimetri sampai titik
akhir.
BAB IV
A. Hasil Pengamatan
B. Pembahasan
Pada percobaan ini diawali dengan melakukan pencampuran larutan antara air
dan surfaktan dengan bantuan yang berbeda-beda sesuai dengan yang telah
ditambahakn surfaktan tersebut dan dikocok sampai larut. Setelah itu dilakukan titrasi
titik akhir titrasi atau titik ekuivalen. Titik ekuivalen titrasi adalah titik di mana
larutan titran dan larutan uji telah disetujui yang ditandai dengan perubahan warna
dari tidak berubah menjadi warna merah muda. Dapat diperoleh sebagai suplemen
Larutan yang telah disaring kemudian di titrasi dengan larutan NaOH dan
menitrasi asam salisilat dalam berbagai komposisi pelarut dan surfaktan, berbeda-
beda. Dari data hasil percobaan diperoleh lebih banyak komposisi surfaktan yang
ditambahkan ke dalam larutan asam salisilat maka semakin besar pula volume yang
dibutuhkan. Hal ini menunjukkan semakin besar surfaktan maka akan semakin tinggi
pula asam salisilat di dalam udara. Hal ini terjadi karena surfaktan merupakan
molekul ampifilik yaitu memiliki gugus hidrofilik (suka air, polar) dan gugus lipofilik
(suka minyak, nonpolar), sehingga surfaktan memiliki aftinitas dengan pelarut polar
asam salisilat, maka semakin besar pula volume NaOH yang dibutuhkan. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi surfaktan maka akan semakin tinggi
pula kelarutan asam salisilat di dalam air. Dan juga surfaktan dapat mempengaruhi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
surfaktan yang ditambahkan ke dalam larutan asam salisilat, maka semakin besar pula
volume NaOH yang dibutuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar
konsentrasi surfaktan maka akan semakin tinggi pula kelarutan asam salisilat di
asam salisilat.
B. Saran
(Orbital Shaker) sehingga didapatkan hasil yang sempurna, dan kesalahan pada saat
praktikum dapat diperkecil. Sebaiknya dalam parktikum ini menggunakan alat khusus
untuk pengocokkan (Orbital Shaker) sehingga didapatkan hasil yang sempurna, dan
DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan RI.
LAMPIRAN
W = N x BE x V
W = 0,1 N x 40 x 1000 ml
W = 4000 mg (4gram)
W = V x N x BE
W = 10 x 0,1 x 403,23
W = 204,23 mg
W = 0,2042
Data Titrasi
VxN = mg/BE
13 x N = 204,3 / 204,23
13 x N = 1,0003
N = 1,0003/ 13
N = 0,0769
VxN = mg/BE
15,5 x N = 203,5 / 204,23
15,5 x N = 0,9964
N = 0,9964/ 15,5
N = 0,0643
5 mg
HP = x 100 ml
10 mg
= 50 ml (5 mg Tween)
1. Konsentrasi I
mgrek asam salisilat ~ mgrek NaOH
mg
=V . N
BE
mg=BE .V . N
mg=138,12 ×1,5 × 0,0769
mg=15,932142 mg
50 ml
kadar = ×15,932142 mg
10 ml
¿79.66071 mg/ml
2. Konsentrasi II
mgrek asam salisilat ~ mgrek NaOH
mg
=V . N
BE
mg=BE .V . N
mg=138,12 ×2 ×0,0769
mg=21,242856 mg
50 ml
kadar = ×21,242856 mg
10 ml
¿ 106,21428 mg
3. Konsentrasi III
mgrek asam salisilat ~ mgrek NaOH
mg
=V . N
BE
mg=BE .V . N
mg=138,12 ×2,6 × 0,0769
mg=27,6157128mg
50 ml
kadar = ×27,6157128 mg
10 ml
¿ 138,078564 mg
4. Konsentrasi IV
mgrek asam salisilat ~ mgrek NaOH
mg
=V . N
BE
mg=BE .V . N
mg=138,12 ×3,3 × 0,0769
mg=35,0507124 mg
50 ml
kadar = ×35,0507124 mg
10 ml
¿ 175,253562 mg
5. Konsentrasi V
mgrek asam salisilat ~ mgrek NaOH
mg
=V . N
BE
mg=BE .V . N
mg=138,12 ×3,6 × 0,0769
mg=38,2371408 mg
50 ml
kadar = ×38,2371408 mg
10 ml
¿ 191,185704 mg
6. Konsentrasi VI
mgrek asam salisilat ~ mgrek NaOH
mg
=V . N
BE
mg=BE .V . N
mg=138,12 × 4 ×0,0769
mg=42,485712 mg
50 ml
kadar = × 42,485712mg
10 ml
¿ 212,42856 mg
7. Konsentrasi VII
mgrek asam salisilat ~ mgrek NaOH
mg
=V . N
BE
mg=BE .V . N
mg=138,12 × 4,5× 0,0769
mg=44,6099976 mg
50 ml
kadar = × 44,6099976 mg
10 ml
¿ 223,049988 mg
8. Konsentrasi VIII
mgrek asam salisilat ~ mgrek NaOH
mg
=V . N
BE
mg=BE .V . N
mg=138,12 ×5,2 ×0,0769
mg=55,2314256 mg
50 ml
kadar = ×55,2314256 mg
10 ml
¿ 276,157128 mg
Grafik Konsentrasi
300
250
200
150
Column1
100
50
0
0 0.1 0.5 1 5 10 50 100