Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1                     Latar Belakang

Jepang merupakan salah satu negara yang mempunyai bermacam-macam


kebudayaan. Meskipun peradaban Jepang kuno sebagian dibangun diatas budaya-
budaya yang diperkenalkan dari daratan Asia, selama 1000 tahun terakhir bangsa
Jepang telah menyerap unsur-unsur budaya ini dan menciptakannya kembali menjadi
budaya Jepang sendiri. Sepanjang sejarahnya, Jepang telah menyerap banyak
gagasan dari negara-negara lain, diantaranya adalah teknologi, adat-istiadat, dan
bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan lainnya. Jepang telah mengembangkan
kebudayannya yang unik sambil mengintegrasikan masukan-masukan dari luar itu. Kita
dapat melihat bahwa gaya hidup orang Jepang dewasa ini merupakan perpaduan
budaya tradisional dibawah pengaruh Asia dan budaya modern barat.

Dengan melihat fakta di atas, maka tidak heran kalau bangsa Jepang terkenal
sebagai bangsa ” peniru ”. Namun demikian, sebagian besar dari hasil ”tiruan ” mereka
jauh lebih bagus dan berkualitas, sehingga menjadi bagian dari mereka. Bangsa
Jepang juga sangat bangga akan hasil karya mereka. Mereka bangga menggunakan
karya cipta dan keanekaragaman kebudayaan mereka. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya kebudayaan dari Jepang yang telah mendunia.

Keanekaragaman kebudayaan pada bangsa Jepang, dapat kita lihat dari


kegiatan-kegiatan religi dan cara hidup masyarakatnya. Banyak hal yang
mempengaruhi keanekaragaman kebudayaan bangsa Jepang. Di antaranya iklim dan
bentang alam yang indah. Kedua hal tersebut memainkan peran besar dalam
pembentukan kebudayaan Jepang yang unik. Pegunungannya yang tertutup dengan
pohon-pohon yang hijau, dataran rendahnya yang semerbak oleh kebun-kebun bunga,
kesemuanya ini telah mempengaruhi seni dan segala aspek kehidupan. Seni merangkai
bunga, upacara minum teh, persajakan, kimono, dan sebagainya, dikembangkan
selaras dengan perubahan musim. Dari sekian banyak kebudayaan tersebut, upacara
minum teh atau yang sekarang kita kenal dengan sebutan Chanoyu, terus berkembang
sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Upacara minum teh
bukan sekedar kegiatan yang dilangsungkan dengan tuan rumah sebagai penjamu, dan
tamu sebagai orang yang dijamu. Tetapi lebih ke tata cara yang diatur sedemikian halus
dan teliti untuk menghidangkan dan meminum teh. Teh yang digunakan pun, bukan teh
yang biasa. Upacara minum teh di Jepang menggunakan teh hijau yang telah digiling
halus disebut dengan matcha.

Kebiasaan minum teh telah menjadi semacam “ritus” dikalangan masyarakat


Jepang dan China. Bahkan hingga kini upacara minum teh di tengah
masyarakat Jepang merupakan suatu hal yang sakral. Di China, budaya minum teh
sudah dikenal sejak 3000 tahun sebelum Masehi, pada zaman Kaisar Shen Nung
berkuasa. Upacara minum teh memiliki sejarah dan tradisi yang panjang di Jepang.
Seringkali sejarah upacara ini dikaitkan dengan orang-orang yang dianggap
berpengaruh seperti para rohaniwan. Dengan adanya keterkaitan antara upacara
minum teh dengan orang-orang ini kemudian membuat upacara minum teh dianggap
sebagai sebuah kebudayaan tinggi masyarakat Jepang.

Upacara minum teh merupakan upacara tradisi budaya turun temurun yang
silakukan Jepang sejak sebelum zaman edo. Upacara minum teh ini hingga sekarang
masih tetap dilestarikan. Upaacara minum teh di Jepang memiliki makna kehidupan
yang sangat dalam dan sebuah ajaran tata karma yang baik disamping banyaknya
manfaat upacara ini dalam bidang kesehatan.

Upacara minum teh di Jepang dikenal begitu rumit, begitu khas, dan penuh
makna. Namun bukan berarti hanya orang Jepang saja yang dapat mengikuti ritual ini.
Terbukti dari banyaknya negara yang telah “ disinggahi “ oleh kebudayaan milik bangsa
Jepang ini, termasuk di dalamnya Indonesia.

1.2                     Tujuan
Tujuan disusunnya makalah “Upacara Minum Teh di Jepang” ini adalah tugas
ilmu budaya dasar yang menganalisi tentang kepribadian budaya timur. Dan mengapa
saya memilih topic ini? Karena menurut saya ini merupakan gtopik yang unik untuk
dibahas supaya pembaca mampu mengerti akan makna dari pacara minum teh di
Jepang sebagai pembelajaran hidup dan atauran tata karma yang baik.

1.3                     Rumusan Masalah

o  Sejarah lahirnya budaya minum teh di Jepang


o  Sekilas tentang budaya minum teh di Jepang
o  Manfaat dan tujuan upacara minum teh di Jepang
o  Prosesi upacara minum teh di Jepang
o  Makna upacara minum teh di Jepang
o  Jenis jenis teh yang disajikan dalam upacara minum teh di Jepang
o  Perbedaan teh Jepang dan teh China
o  Jenis Jenis upacara minum teh di Jepang

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1              Sejarah lahirrnya budaya minum teh di Jepang


Menurut sejarahnya, teh bukanlah budaya asli bangsa Jepang. Artinya the tidak
berkembang di Jepang, bahkan benih-benih pertama dibawa dari China
selama masa dinasti Tang ( 618-907 ), ketika pertukaran budaya antara kedua negara
mencapai puncaknya. Sebutan pertama untuk acara formal yang meliputi minum teh ini
ditemukan pada abad ke-8, ketika Kaisar Shomu (724- 49 ) dikabarkan telah
mengundang biarawan-biarawan yang telah berpartisipasi dalam salah satu pelayanan
agamanya untuk minum teh di istananya.

Produksi teh dan tradisi minum teh dimulai sejak zaman Heian setelah teh
dibawa masuk ke Jepang oleh duta kaisar yang dikirim ke dinasti Tang. Literatur klasik
Nihon Kōki menulis tentang Kaisar Saga yang sangat terkesan dengan teh yang
disuguhkan pendeta bernama Eichu sewaktu mengunjungi Provinsi Ōmi di tahun 815.
Catatan dalam Nihon Kōki merupakan sejarah tertulis pertama tentang tradisi minum
teh di Jepang.

Teh dibuat dengan cara merebus teh di dalam air panas dan hanya dinikmati di
beberapa kuil agama Buddha. Penanaman teh lalu mulai dilakukan di mana-mana
sejalan dengan makin meluasnya kebiasaan minum teh.

Acara minum teh menjadi populer di kalangan daimyo yang mengadakan


upacara minum teh secara mewah menggunakan perangkat minum teh dari Tiongkok.
Acara minum teh seperti ini dikenal sebagai Karamono suki dan ditentang oleh nenek
moyang ahli minum teh Jepang yang bernama Murata Jukō. Menurut Jukō, minuman
keras dan perjudian harus dilarang dari acara minum teh. Acara minum teh juga harus
merupakan sarana pertukaran pengalaman spiritual antara pihak tuan rumah dan pihak
yang dijamu. Acara minum teh yang diperkenalkan Jukō merupakan asal-usul upacara
minum teh aliran Wabicha.

Sampai di awal zaman Edo, ahli upacara minum teh sebagian besar terdiri dari
kalangan terbatas seperti daimyo dan pedagang yang sangat kaya. Memasuki
pertengahan zaman Edo, penduduk kota yang sudah sukses secara ekonomi dan
membentuk kalangan menengah atas secara beramai-ramai menjadi peminat upacara
minum teh.

Kalangan penduduk kota yang berminat mempelajari upacara minum teh


disambut dengan tangan terbuka oleh aliran Sansenke (tiga aliran Senke: Omotesenke,
Urasenke dan Mushanokōjisenke) dan pecahan aliran Senke.

Kepopuleran upacara minum teh menyebabkan jumlah murid menjadi semakin


banyak sehingga perlu diatur dengan suatu sistem. Iemoto seido adalah peraturan yang
lahir dari kebutuhan mengatur hirarki antara guru dan murid dalam seni tradisional
Jepang.

Berbagai aliran upacara minum teh berusaha menarik minat semua orang untuk
belajar upacara minum teh, sehingga upacara minum teh makin populer di seluruh
Jepang. Upacara minum teh yang semakin populer di kalangan rakyat juga berdampak
buruk terhadap upacara minum teh yang mulai dilakukan tidak secara serius seperti
sedang bermain-main. Sebagian guru upacara minum teh berusaha mencegah
kemunduran dalam upacara minum teh dengan menekankan pentingnya nilai spiritual
dalam upacara minum teh.

Memasuki akhir zaman Edo, upacara minum teh yang menggunakan matcha
yang disempurnakan kalangan samurai menjadi tidak populer di kalangan masyarakat
karena tata krama yang kaku. Masyarakat umumnya menginginkan upacara minum teh
yang bisa dinikmati dengan lebih santai. Pada waktu itu, orang mulai menaruh
perhatian pada teh sencha yang biasa dinikmati sehari-hari. Upacara minum teh yang
menggunakan sencha juga mulai diinginkan orang banyak. Berdasarkan permintaan
orang banyak, pendeta Baisaō yang dikenal juga sebagai Kō Yūgai menciptakan aliran
upacara minum teh dengan sencha (Senchadō) yang menjadi mapan dan populer di
kalangan sastrawan.
2.2              Sekilas tentang budaya upacara minum teh di Jepang

Budaya minum teh merupakan sebuah tradisi yang sudah dilakukan oleh
masyarakat Jepang dari dulu yang hingga kini tetao di lestarikan. Upacara minum teh
merupakan upacara penyambutan tuan rumah kepada tamu dengan cara menyajikan
teh. Upacara minum teh yang diadakan di luar ruangan disebut nodate. Jika di dalam
ruangan disebut chato. Biasanya para tuan rumah menyediakan bunga, lukisan, dan
keramik yang indah untuk menyambut para tamu dalam upacara minum teh ini.
“Upacara ini mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan rumah yang mencakup
tujuan hidup, cara berpikir, agama, apresiasi peralatan upacara minum teh dan cara
meletakkan benda seni dalam ruangan upacara minum teh.

Lukisan dinding yang biasanya dipasang pada ruangan tempat upacara minum
teh disebut kakejiku. Bunga  yang biasanya dipasang pada ruangan tempat upacara
minum teh disebut chabana. Biasanya dalam upacara minum teh menggunakan teh
matcha yakni teh yang digiling halus. Upacara minum teh menggunakan matcha
disebut matchado. Namun kadang kala juga bias menggunakan teh hijau jenis sencha.
Upacara minum teh dengan teh ini  disebut senchado. Dalam upacara ini juga disajikan
kue manis yakni Okashi.

2.3              Manfaat upacara minum teh di Jepang

Upacara minum teh di Jepang yang sudah menjadi tradisi budaya Jepang turun
menurun memiliki banyak manfaat antara lain, teh yang disajikan baik untuk kesehatan.

Teh yang disajikan dalam upacara minum teh memiliki banyak manfaat antara lain :

1. Memperkuat gigi
2. Memperkuat daya tahan tubuh
3. Mencegah hipertensi
4. Menyegarkan tubuh
5. Sebagai penetralisir
6. Menangkal kolestrol
7. Mencegah kanker
8. Mengoptimalkan metabolisme gula

1. Prosesi upacara minum teh merupakan sebuah pembelajaran tata karma

Dalam prosesi upacara minum teh banyak makna makna kehidupan yang
terkandung di dalamnya seperti prosesi saling memberi hormat antara tamu dan
penerima tamu yang bermakna saling menghormati dan setiap orang harus
menghormati tamu. Prosesi pemberian kue manis atau okashi yang mana harus
dihabiskan oleh tamu merupakan bentuk penghargaan dari tuan rumah untuk
menyambut tamu dan tamu yang mendapat kue okashi harus menghabiskannya
sebagai rasa syukur akan pemberian tamu juga sebagai bentuk penghormatan. Pada
saat Tea Master membuat teh, setiap gerakan yang dilakukan sangat hati hati dan
penuh kesabaran dan tidak boleh tergesa gesa hal ini bermakna seseorang harus
melakukan sesuatu secara hati hati dan sabar. Untuk membuat teh dibutuhkan
perlengkapan 1 tungku hitam besar, 1 mangkuk disebut Chawan dan 1 wadah berisi
bubuk matcha (salah satu jenis teh) yang disebut Natsume, juga ada beberapa
peralatan yang sederhana lainnya, salah satunya adalah “kocokan” teh yang terbuat
dari bambu yang mekar disebut Chasen, lalu sendok kayu yang panjang pipih untuk
mengambil bubuk teh disebut Chasaku dan sendok air yang juga terbuat dari bambu.
Meminum teh pun tidak bisa sembarangan. Mangkuk teh yang disajikan diletakkan
dengan sangat hati-hati karena yang menyajikan harus memastikan bahwa motif terbaik
dari mangkuk teh tersebut harus menghadap ke arah tamu. Karena itu adalah sisi yang
paling baik, maka tidak sopan pula bagi tamu untuk meminum langsung dari sisi
tersebut. Jadi peminum teh juga harus m emutar mangkuk teh agar posisi motif
menghadap tuan rumah sebagai tanda terima kasih dan menghormati.
1. Pertukaran pengalaman spiritual antara pihak tuan rumah dan pihak yang
dijamu.
2. Adanya budidaya teh menambah lapangan usaha masyarakat Jepang

Upacara minum teh di Jepang terkenal dengan teknik dan tata caranya yang rumit.
Perlu waktu yang cukup lama untuk mempelajarinya. Rangkaian upacara ini diawali
dengan pembersihan teko penyajian, memasak air, memasukkan teh ke dalam teko
tadi, menuang air panas ke dalamnya, mengaduknya sampai rata dan berbuih, serta
kemudian menyajikannya pada tamu dengan tata cara khas Jepang. Meski upacara ini
kelihatannya sederhana, tapi ada suatu proses ritual yang dilibatkan, yang membuat
upacara minum teh ini sebagai suatu seni yang bertahan berabad-abad hingga
sekarang.

Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa upacara minum teh bukanlah
suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Dalam pelaksanaannya, orang memerlukan
waktu yang lama dengan penyempurnaan yang berlangsung seumur hidup. Upacara
minum teh mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan rumah yang mencakup
antara lain tujuan hidup,cara berpikir, agama, apresiasi peralatan upacara minum teh
dan cara meletakkan benda seni di dalam ruangan upacara minum teh ( chashitsu) dan
berbagai pengetahuan seni. Upacara minum teh juga menjajaki tujuan hidup dan
mendorong timbulnya apresiasi terhadap alam. Karena upacara ini merupakan
rangkaian yang mendalam yang membutuhkan pengetahuan yang luas dan kepekaan
yang sangat halus.

Tujuan adanya upacara minum teh di Jepang:


Upacara minum teh merupakan salah satu cara untuk berkomunikasi dengan manusia
dan alam sekitar. Upacara minum teh bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang
rileks (santai) antara tuan rumah dan tamu.

2.4              Prosesi upacara minum teh di Jepang

Upacara minum teh di Jepang terdiri atas beebrapa prosesi. Berikut prosesi upacara
minum teh aliran urasenka :

1. Tamu masuk dan tuan rumah mempersilakan tamu


2. Tamu dan penerima tamu saling mengucap salam
3. Pemberian kue manis bernama Okashi
4.    Saling member salam sesaat setelah pemberian koe Okashi sebagai bentuk rasa
hormat

5. Kue Okashi dimakan menggunakan tusukan bamboo harus dihabiskan untuk


menghormati tuan rumah (maka dari itu kue ini biasanya sedikit dan kecil)
6. Pembuatan teh oleh Tea Master
7. Setelah teh dibuat lalu disuguhkan kepada tamu dengan mangkuk teh dimana
motif mangkuk menghadap tamu sebagai tanda penghormatan
8. Tamu mengambil mangkuk teh dan juga memutar mangkuk agar motif mangkuk
teh menghadap tuan rumah sebanyak 3 kali sebagai tanda terima kasih dan rasa
hormat.
9. Kemudian tamu mulai meminum the

2.5              Makna upacara minum teh di Jepang

Upacara minum teh di Jepang banyak mengandung makna kehidupan. Setiap


prosesi yang ada dalam upacara minum teh di Jepang mengandung setiap makna.
Prosesi saling memberi hormat antara tamu dan penerima tamu yang bermakna saling
menghormati dan setiap orang harus menghormati tamu. Prosesi pemberian kue manis
atau okashi yang mana harus dihabiskan oleh tamu merupakan bentuk penghargaan
dari tuan rumah untuk menyambut tamu dan tamu yang mendapat kue okashi harus
menghabiskannya sebagai rasa syukur akan pemberian tamu juga sebagai bentuk
penghormatan. Pada saat Tea Master membuat teh, setiap gerakan yang dilakukan
sangat hati hati dan penuh kesabaran dan tidak boleh tergesa gesa hal ini bermakna
seseorang harus melakukan sesuatu secara hati hati dan sabar. Meminum teh pun
tidak bisa sembarangan. Mangkuk teh yang disajikan diletakkan dengan sangat hati-
hati karena yang menyajikan harus memastikan bahwa motif terbaik dari mangkuk teh
tersebut harus menghadap ke arah tamu. Karena itu adalah sisi yang paling baik, maka
tidak sopan pula bagi tamu untuk meminum langsung dari sisi tersebut. Jadi peminum
teh juga harus memutar mangkuk teh agar posisi motif menghadap tuan rumah sebagai
tanda terima kasih dan menghormati.

Dalam proses pembuatan teh lalu menghidangkannya dengan aturan yang


gemulai alami membuat kita teringat “diri”, teringat alam, teringat perjalanan hidup,
teringat darimana kita datang da ke arah mana kita pergi. Harmoni, keseimbangan
adalah “jalan hidup” yang setiap kali harus di rawat, ditata, dilatih dalam proses
gemulai. Halus. Tak terburu buru”.

2.6              Jenis jenis teh yang disajikan dalam upacara minum teh di Jepang

Adapun jenis-jenis teh yang ada di Jepang dan biasanya digunakan untuk
upacara minum the, yaitu sebagai berikut :

1. Green Tea, atau sering disebut dengan teh hijau. Teh hijau memiliki banyak
manfaat oleh sebab itu teh hijau sering digunakan dalam upacara minum teh.
2. Gyokuro, teh ini tumbuh dengan tidak menerima sinar matahari secara langsung
hal ini menjadikan aroma dari teh ini sangat harum.
3. Matcha, merupakan teh hijau bubuk yang sangat tinggi kualitasnya. Hla ini
menjadikan teh ini sering digunakan dalam upacara minum teh di Jepang.
4. Sencha, teh ini sangat sering ditemui. Dalam upacara minum teh di Jepang
sering menggunakan teh ini bias jadi karena mudahnya bahan baku. Teh ini
ditanam dengan mendapatkan sinar matahari secara langsung.
5. Genmaicha, campuran teh maicha dan beras merah yang telah dipanggang.
6. Kabusecha, merupakan teh yang dilindungi dari sinar matahari daunnya sebelum
di panen.
7. Bancha, merupakan sencha yang dipanen pada musim kedua.
8. Houjicha, merupakan teh hijau yang dipanggang.
9. Kukicha, berasal dari tiap pucuk tanaman teh, dengan memetik bagian bunga
dan tiga helai daunnya.
10. Tamaryokucha, merupakan teh yang memiliki aroma yang sangat tajam

2.7      Perbedaan teh Jepang dan teh China

Di aras telah disinggung tentang macam macam teh Jepang yang biasa dipakai
untuk upacara minum teh di Jepang atau Ocha. Di Cina juga terdapat upacara minum
teh. Berikut sekilas tentang teh Cina :

“Negeri Cina menjadi tempat lahirnya teh, disanalah pohon teh Cina (Camellia sinensis)
ditemukan dan berasal. Tepatnya di provisnsi Yunnan, bagian barat daya Cina. Iklim
wilayah itu tropis dan sub-tropis, dimana daerah tersebut memang secara keseluruhan
adalah hutan jaman purba. Daerah demikian, yang hangat dan lembab menjadi tempat
yang sangat cocok bagi tanaman teh, bahkan ada teh liar yang berumur 2,700 tahun
dan selebihnya tanaman teh yang ditanam yang mencapai usia 800 tahun ditemukan
ditempat ini”

Tanaman Teh Cina (kadang-kadang disebut Camellia sinensis var. sinensis)


adalah semak berdaun kecil dengan banyak cabang yang mencapai tinggi sekitar 3
meter dan berasal dari Cina tenggara. tanaman teh pertama yang ditemukan, tercatat
dan dipakai untuk menghasilkan teh tiga ribu tahun yang lalu, ia menghasilkan
beberapa teh yang terpopuler.
2.8             Jenis jenis upacara minum teh

Adapun jenis jenis upacara minum teh di Jepang antara lain :


1.          Chabako Demae, upacara minum teh ini menempatkan peralatan minum the di sebuah
kotak khusus.
2.          Ryu-Rei, teh yang disajikan dalam upacara ini diletakkan dalam meja khusus. Pada awal
dan akhir upacara akan dilakukan penghormatan dengan membungkukkan badan.
Biasanya tuan rumah memerlukan asisten.
3.          Hakobi Demae, dilakukan dengan posisi seiza dan peralatan teh dibawa keluar masuk
ruangan upacara minum teh.
4.          Urasenka. Upacara jenis ini merupakan jenis upacara yang sangat popular. Biasanya
tamu duduk bersimpuh di atas tatami kemudian diberikannya kue oleh tuan rumah
untuk dimakan oleh tamu. Upacara minum teh tidak akan dimulai sebelum tamu
menghabiskan kue yang dihidangkan tersebut.
5.          Obon Temae. Dalam upacara jenis ini tuan rumah akan membawa peralatan untuk
menyajikan teh. Kemudian seluruh peralatan ditutup dengan fukusa. Teh encer akan
dihidangkan dengan posisi seiza.

2.9       Tinjauan Pustaka

Dewasa ini minuman yang paling populer di tengah-tengah masyarakat adalah


kopi, minuman ringan dalam kemasan kaleng, dan minuman fermentasi lainnya. Namun
bagi sebagian orang, khususnya orang Jepang, sejauh ini minuman non alkohol yang
paling dicintai adalah teh hijau. Saat ini teh hijau merupakan kebutuhan yang sangat
esensial dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Menurut pendapat beberapa
orang, secangkir teh hijau panas dapat memberikan kesegaran kepada jiwa, misalnya
membuat lebih kuat dari biasanya. Teh juga dapat membantu orang yang dalam
keadaan mabuk mendapatkan kembali kesadarannya.
Contoh lain adalah ketika seseorang dalam keadaan stres atau tertekan, maka
biasanya akan ditawarkan secangkir teh hangat yang dipercaya dapat meringankan
bebanpikiran. Orang Jepang sepertinya memiliki kepercayaan yang tidak diragukan lagi
bahwa kekuatan teh dapat dijadikan obat ampuh. Sama halnya dengan bangsa Yahudi
yang beranggapan bahwa pemulihan tubuh dapat dilakukan dengan meminum
semangkuk sup hangat. Upacara minum teh diketahui dengan pasti berasal dari China.
Daun teh dibawa oleh pendeta Budhis ke Jepang di zaman Tang, sekitar 1400 tahun
yang lalu. Teh juga menjadi budaya orang Korea. Namun seperti budaya minum teh di
China, yaitu tidak terlalu terikat dengan nilai-nilai tata krama. Sedangkan orang Jepang
menganggap upacara minum teh sebagai suatu hal yang sangat serius.
BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan

Jepang memiliki banyak kebudayaan, seperti upacara-upacara keagamaan


maupun upacara-upacara tradisional. Upacara minum teh adalah salah satunya, yang
merupakan kebudayaan yang berasal dari China. Upacara minum teh adalah ritual
tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu yang dilakukan secara khusus.
Teh tidak hanya sekedar dituang dengan air panas dan kemudian diminum, tetapi
memiliki nilai seni dalam arti luas
Budaya minum teh merupakan sebuah tradisi yang sudah dilakukan oleh
masyarakat Jepang dari dulu yang hingga kini tetao di lestarikan. Upacara minum teh
merupakan upacara penyambutan tuan rumah kepada tamu dengan cara menyajikan
teh. Upacara minum teh yang diadakan di luar ruangan disebut nodate. Jika di dalam
ruangan disebut chato. Biasanya para tuan rumah menyediakan bunga, lukisan, dan
keramik yang indah untuk menyambut para tamu dalam upacara minum teh ini.

Lukisan dinding yang biasanya dipasang pada ruangan tempat upacara minum
teh disebut kakejiku. Bunga  yang biasanya dipasang pada ruangan tempat upacara
minum teh disebut chabana. Biasanya dalam upacara minum teh menggunakan teh
matcha yakni teh yang digiling halus. Upacara minum teh menggunakan matcha
disebut matchado. Namun kadang kala juga bias menggunakan teh hijau jenis sencha.
Upacara minum teh dengan teh ini  disebut senchado. Dalam upacara ini juga disajikan
kue manis yakni Okashi.

3.2       Saran

Pembaca diharapkan mampu untuk melestarikan kebudayaan dari negeri


mereka dengan berkaca pada Jepang yang mampu melestarikan budaya mereka.
Masyarakat Indonesia seharusnya juga bersemangat dalam melestarikan budaya
Indonesia hingga terjaga lestari dan tidak diperebutkan oleh bangsa lain.

Anda mungkin juga menyukai