Anda di halaman 1dari 3

Tanggal Mulai Kegiatan : 18 Juli 2019

Tanggal Akhir Kegiatan : 18 Juli 2019


Kode kegiatan : F6 – Upaya Pengobatan Dasar
Pendamping :

Peserta Hadir :

Judul Laporan
Upaya pengobatan Dasar dispepsia

Latar Belakang
Dispepsia adalah kumpulan gejala penyakit saluran cerna bagian atas yang
mengenai lebih dari 29% individu dalam suatu komunitas dan gejalanya bervariasi pada
setiap individu (Schmidt-Martin dan Quigley, 2011; Mahadeva et al., 2012). Kumpulan
gejala ini dikenal dengan istilah sindroma dispepsia yang terdiri atas keluhan rasa tidak
nyaman di perut bagian atas, mual, muntah, kembung, cepat merasa kenyang, rasa perut
penuh, dan sendawa (Djojoningrat, 2014a).
Penyebab keluhan yang timbul pada penderita sindroma dispepsia belum diketahui
secara pasti, namun banyak faktor yang berhubungan dengan prevalensi dispepsia
tersebut, salah satunya adalah faktor psikologis seperti stres (Mahadeva dan Goh, 2006;
Ghoshal et al., 2011). Secara fisiologis saluran cerna sangat responsif terhadap stimulus
emosi dan stres, hal ini berkaitan dengan adanya hubungan saluran cerna melalui Brain-
Gut-Axis (BGA) (Firmansyah, 2013). Kejadian dispepsia di Kabupaten Tegal mengalami
peningkatan pada orang yang mengalami stres (Suryaningsih, 2013) dan terdapat
hubungan antara gejala dispepsia dan stres psikologis dengan persentase 55,6%
(Khademolhosseini et al., 2010). Penelitian yang dilakukan Rahmaika (2014) terdapat
korelasi positif antara stres dan dispepsia dengan hasil 92,3% pasien dispepsia mengalami
stres, sedangkan yang tidak mengalami stres hanya 7,7% dan di RSUP M Djamil, 77,1%
pasien penderita dispepsia fungsional mengalami stres (Silvia, 2015).
Dispepsia merupakan kelainan yang tidak mengancam jiwa, namun gejala yang
sering timbul seperti nyeri perut dan gangguan pencernaan membutuhkan kunjungan
medis berulang, yang akan meningkatkan biaya kesehatan dan mempengaruhi kualitas
hidup pasien (Babaeian et al., 2015; Halling et al., 2008). Waktu kekambuhan penyakit
bervariasi antara satu individu dengan individu lainnya. Populasi dewasa di Negara Barat
menderita dispepsia kronik/dispepsia yang berulang berkisar antara 20%-37% (Talley et
al., 2005a; Aro et al., 2011).
Penyakit yang sering berulang dan tidak sembuh-sembuh ini akan memicu
terjadinya stres dan rasa putus asa (Murni, 2010). Berdasarkan penjelasan diatas,
kemungkinan keadaan ini berhubungan dengan stres yang dialami pasien, sehingga akan
memberikan dampak buruk terhadap kualitas hidup penderita sindroma dispepsia.
Permasalahan
Masih banyak masyarakat yg blum mengetahui apa itu sindroma
dispepsia,bagaimana pencegahan.kurangnya kesadaran terhadap kesehatan diri
membuat para menghuni lapas banyak mengalami gejala seperti mual,bersendawa
dan nyeri ulu hati,para penghuni lapas tidak mengatahui bagaimana cara
mengontrol peningkatan asam lambung.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Melakukan pengobatan dasar pasien dispepsia
Pelaksanaan
Kegiatan pengobatan dasar ini merupakan kunjungan rumah yang dilakukan
di salah satu Lapas di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Pati, Lima Puluh Kota.
Kunjungan rumah dilakukan sekitar pukul 09.00 WIB. Kasus pada pasien yang
dilakukan kunjungan rumah adalah Ny. L yang merupakan warga Binaan pada
tanggal 18 Juli 2019, adapun riwayat penyakit sebagai berikut:
Identitas Pasien
Nama : Ny. L
Umur : 32 tahun
Anamnesis Pasien
1. Keluhan utama : Nyeri ulu hsti
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan nyeri ulu hati sejak 1 hari yg lalu,nyeri dirasakan
meningkat pada malam hari,nyeri perut berkurang kalau perut diisi
makanan,pasien juga mengelukan mual,bersendawa dan rasa cepat
kenyang. Keluhan muncul ketika pasien makan yg tidak teratur dan
banyak fikiran
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya sering mengalami gejala seperti ini dan dengan
meminum obat antasid keluhan beras berkurang.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengeluhkan gejala yang sama seperti
pada pasien.
Riwayata hipertensi (-), diabetes melitus (+) adik pasien.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum/Kesadaran : baik /CMC/ GCS 15
Tanda Vital : Nadi : 100x/menit
RR : 25x/menit
Suhu : 36,5 ºC
Tensi 130/90
Berat/tinggi badan : 80 kg/155 cm
Status Generalis : Dalam Batas Normal
Laboratorium
-

Diagnosis Sementara
Sindroma dispepsia

Pengobatan dasar yang diberikan


Ranitidine 2x150mg (PO)
Omeprazole 2x20 mg (PO)
Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi pada pasien harus dilakukan dengan intensif
mengingat pasien sering mengeluhkan keluhan yg sama,diharapkan pasien bisa
menjaga pola makan,tidak memakan makanan yg mengandung asam,pedas dan
bersoda,paien juga harus menghindari stress,dan minum obat teratur.

Anda mungkin juga menyukai