Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik tanaman jeruk siam

Tinjauan sistematika tanaman jeruk siam (Citrus nobilis var microcarpa

L.) menurut Tjitrosoepomo (1991) adalah

Devisi : Spermatophyta

Anak devisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Anak kelas : Dialypetalae

Bangsa : Rutales

Suku : Rutaceae

Genus : Citrus

Species : Citrus nobilis var. microcarpa L.

Jeruk siam memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh jeruk keprok

lainnya karena mempunyai kulit yang tipis sekitar 2 mm, permukaannya halus dan

licin, mengkilap serta kulit menempel lebih lekat dengan dagingnya. Dasar

buahnya berleher pendek dengan puncak berlekuk. Tangkai buahnya pendek,

dengan panjang sekitar 3 cm dan berdiameter 2.6 mm. Biji buahnya berbentuk

ovoid, warnanya putih kekuningan dengan ukuran sekitar 20 biji. Daging buahnya

lunak dengan rasa manis dan harum. Produksi buahnya cukup berat dengan bobot

berat per buah sekitar 75,6 g. Satu pohon rata-rata menghasilkan sekitar 40-60 kg

7
8

buah tahun-1. Panen biasanya dapat dilakukan pada bulan Mei-Agustus (Dirjen

Hortikultura, 2013).

Buah jeruk (hesperidium) adalah variasi dari buah buni dengan tiga lapisan

dinding buah. Lapisan luar yang liat dan berisi kelenjar minyak; lapisan tengah

yang serupa jaringan bunga karang dan umumnya keputih-putihan; serta lapisan

dalam yang bersekat-sekat, dengan gelembung-gelembung berisi cairan di

dalamnya. Biji-biji tersebar di antara gelembung-gelembung itu (Anonim, 2015).

Tanaman jeruk siam mulai berbunga sekitar bulan september sampai

nopember. Bunga jeruk berbentuk majemuk dalam satu tangkai, tandan atau malai

kebanyakan berangkai dua, kelopak bunga berjumlah 4-5, ada yang menyatu dan

ada yang tidak. Mahkota bunga terpisah dengan jumlah 4-5. Tonjolan dasar bunga

bergerigi dan berlekuk didalam benang sari. Pada tanaman jeruk siam bunga

berwarna putih dan bunga keluar dari ketiak daun atau pucuk ranting yang masih

muda; berbau harum, dan banyak mengandung nectar (Dirjen Hortikultura, 2013).

2.2 Syarat tumbuh tanaman jeruk siam

Budidaya jeruk siam pun tergolong cukup fleksibel, artinya, bibit jeruk

siam bisa ditanam baik di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Dengan

cara perawatan yang baik dan benar, akan didapatkan buah-buah kualitas

tinggi dengan rasa dan penampilan khas jeruk siam. Syarat tumbuh yang baik

untuk spesies jeruk yang satu ini; antara lain terkait iklim, media tanam yang baik,

dan ketinggian tempat tanam. Tanaman jeruk dapat ditanam pada dataran rendah

dengan ketinggian 1- ≤ 700 m dpl dan pada dataran tinggi dengan ketinggian >

700 - ≤ 1.400 m dpl; tanah gembur, subur, drainase baik dengan kedalaman
9

efektif > 60 cm; kondisi lahan yang akan ditanami harus telah bebas dari tanaman

jeruk yang sakit minimal dua tahun sebelum tanam; lokasi harus bersih dari

tanaman pembawa vektor CVPD, Diaphorina citrii dan dari tanaman lain yang

disukai hama tersebut seperti kemuning dan tapak doro. Lokasi kebun harus

berjarak minimal 3 km dari tanaman atau kebun jeruk yang terserang CVPD; pH

tanah 5.0 – 7.0. Temperatur optimum 20o–30o C. Curah hujan 1500 – 2000 mm

per tahun, bulan basah rata-rata 2-4 bulan dan bulan kering 3-5 bulan (Ginting,

2013).

2.3 Produksi buah tanaman jeruk siam

Prospek agribisnis jeruk siam di Indonesia cukup bagus karena potensi

lahan produksi yang luas. Melalui program peningkatan kualitas sumberdaya

petani jeruk serta didukung dengan hasil inovasi teknlogi pemupukan dan hormon

alami, pengelolaan hama dan penyakit terpadu, serta sistem budidaya lainnya

yang semuanya didasarkan pada semangat ramah lingkungan akan meningkatkan

kualitas dan kuantitas produksi jeruk dengan tetap menjaga kelestarian

lingkungan.

Tingkat produksi yang dicapai 1000-2000 butir buah tahun-1, tergantung

pada pengelolaan lahan dan perawatan tanaman. Produksi rata-rata 250-300 butir

buah pohon-1. Panen raya dapat dua kali setahun yaitu bulan maret-april dan juni-

agustus dan panen susulan / selingan antara desember-januari. Umur produksi

antara 10-15 tahun, tetapi pada pengelolaan dan perawatan yang baik

dapat mencapai 20-25 tahun. Tanaman jeruk dapat memperkaya pola tanam lahan

rawa dan meningkatkan pendapatan petani. Pola tanam dapat diatur sebagai
10

berikut padi-jeruk; padi-jeruk-sayuran; atau padi-jeruk-pisang. Pola tanam padi-

jeruk mempunyai nilai kompetitif karena memberikan keuntungan 4-5 kali lipat

bila dibandingkan dengan pola tanam padi, tanpa jeruk. Pendapatan pada pola

tanam padi-jeruk-cabai berkisar Rp. 14-18 juta, sedang pada pola padi-padi hanya

mencapai Rp. 4-6 juta (Ginting, 2013).

2.4 Penjarangan buah jeruk siam

Andreea, et.al (2013) menyatakan penjarangan buah bertujuan supaya

buah cukup mendapat ruang untuk tumbuh menjadi buah normal, sehingga akan

didapat buah-buah yang ukurannya relatif besar. Selain itu penjarangan buah juga

mengurangi persaingan antar buah dalam mendapatkan asimilat yang digunakan

untuk pertumbuhan buah. Tanpa penjarangan, buah akan saling berhimpitan

dalam ruang sempit sehingga tidak mampu berkembang secara maksimal.

Oleh karena itu untuk memperoleh kualitas termasuk ukuran buah jeruk

yang bagus sesuai dengan tuntutan pasar (marketable) atau meningkatkan nilai

ekonomisnya, walaupun konsekuensinya adalah jumlah buah berkurang (Falivene

and Hardy, 2008). Upaya yang dilakukan adalah mengurangi jumlah buah yang

berlebih pada satu dahan dan pada satu pohon sehingga diharapkan mengurangi

kompetisi buah-buah tersebut terhadap asimilat yang dihasilkan di daun-daun

(sources) dan kemudian ditranslokasikan ke buah-buah (sinks) (Goldschmidts and

Monselise, 1977; Guardiola, 1988). Teknik penjarangan secara manual (hand

thinning) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ukuran buah (Falivene

and Hardy, 2008).


11

Keseimbangan source-sink diperlukan bagi tanaman pada saat fase

perkembangan buah. Masa pembentukan organ reproduktif merupakan masa kritis

yang sangat memerlukan cukup banyak energi dari jaringan source. Pengendalian

source-sink menjadi sangat penting. Proses fotosintesis yang terjadi pada daun

menghasilkan asimilat yang digunakan untuk pertumbuhan buah dan

berkontribusi pula terhadap kualitas buah. Jumlah maupun luas daun merupakan

sumber (source) asimilat saling berinteraksi dengan buah yang merupakan organ

pengguna asimilat (sink). Namun pada kenyataannya daun tidak dapat

ditingkatkan jumlahnya sehingga pengaturan nisbah daun/buah hanya

dimungkinkan dengan pengurangan jumlah buah (penjarangan buah). Source

merupakan organ (daun, phloem, buah muda dan batang hijau) yang mensintesis

dan mengeksport hasil fotosintesis seperti karbohidrat dan hormon (pucuk, akar

dan biji). Sink merupakan organ yang mengimpor dan menggunakan atau

menyimpan hasil fotosintesis seperti karbohidrat (biji, daging buah, akar, pucuk

yang tumbuh). Pada tanaman jeruk siam, sumber (source) yaitu daun, phloem,

buah muda dan batang hijau. Sink yang paling dominan pada tanaman jeruk dalam

penyimpanan karbohidrat adalah buahnya.

Penjarangan mengakibatkan ketersediaan karbohidrat (carbohydrate

availability) bagi buah-buah yang ditinggalkan (remaining fruits) untuk tumbuh

dan berkembang, yang dapat mengurangi persentase buah gugur dan

meningkatnya konsentrasi karbohidrat daun pada dahan yang diperjarang

dibandingkan yang tidak diperjarang. Argumentasi yang serupa juga dinyatakan


12

oleh Guardiola and Gracia (2000) bahwa penjarangan buah jeruk meningkatkan

hasil dan ukuran buah.

Pengurangan buah akan meningkatkan nisbah daun:buah melalui

peningkatan luas daun yang ada terhadap setiap buah yang dibiarkan terus tumbuh

dan berkembang (Ron’zhina, 2009). Apabila jumlah buah dalam kondisi banyak

pada suatu tanaman maka akan menyebabkan berkurangnya kandungan

karbohidrat, ukuran dan bobot buah, serta komponen kualitas buah (kadar gula).

Pada perlakuan penjarangan buah, nisbah daun terhadap jumlah buah meningkat

yang mengakibatkan pertumbuhan buah lebih optimal dan menurunnya kompetisi

dalam memperebutkan asimilat. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya ukuran

buah, kandungan padatan terlarut, bobot kering buah (Ron’zhina, 2009).

Moghadam et al. (2013) juga menyatakan bahwa keseimbangan rasio daun : buah

dengan mengurangi beberapa buah-buah menyebabkan pembesaran buah.

Greene et al. (1990) menyatakan bahwa penjarangan buah meningkatkan

rasio daun:buah dan akibatnya mengurangi kompetisi terhadap assimilat yang

tersedia dan akhirnya meningkatkan laju pertumbuhan calon-calon buah. Golnar

Safaei-Nejad et al. (2015) juga melaporkan bahwa penjarangan buah (mengguna-

kan zat kimia) meningkatkan ukuran buah dengan meningkatnya rasio daun:buah.

Berbeda dengan pendapat tersebut, Ko et al. (1987) melaporkan bahwa tidak

terdapat perbedaan nyata rasio daun-buah (the L-F ratio) dan kualitas buah jeruk

mandarin satsuma.

Pada tahun dimana pohon jeruk berbuah lebat, perlu dilakukan

penjarangan supaya pohon mampu mendukung pertumbuhan dan bobot buah serta
13

kualitas buah terjaga. Buah yang terlalu lebat akan mempengaruhi hasil produksi

akhir, disamping itu buah yang terlalu lebat juga akan mempengaruhi kondisi

buah pada musim berikutnya. Bahkan pohon jeruk yang umurnya dibawah 4

tahun, bila berbuah terlalu lebat akan sangat mempengaruhi kesehatan dan

produktivitas pohon jeruk pada masa selanjutnya. Pada masa produksi awal (umur

3 tahun) basanya buah hanya ditinggalkan pada cabang-cabang yang benar-benar

kuat dan jumlahnya tidak terlalu banyak. Buah yang dibuang meliputi buah yang

sakit, yang tidak terkena sinar matahari (didalam kerimbunan daun) dan kelebihan

buah didalam satu tangkai. Buah dihilangkan pada ujung kelompok buah dalam

satu tangkai utama terdapat dan disisakan hanya 2-3 buah (Andreea et al., 2013).

Buah yang baik adalah buah yang posisinya mudah terkena sinar matahari, oleh

karena itu buah yang terdapat pada cabang yang terlindung perlu

dijarangkan/dibuang, agar tidak memboroskan energi/unsur hara yang diserap

oleh pohon jeruk.

Hardy (2008) melaporkan bahwa untuk memperoleh buah-buah yang besar

dan berkualitas baik dapat dilakukan penjarangan pertama ketika buah-buah

berdiameter 25-35 mm dengan mengurangi jumlah buah sampai 50%.

Penjarangan setelah buah berdiameter >40 mm mungkin sudah memasuki tahap

pembesaran sel lebih lanjut sehingga terlalu besar untuk diperjarang.

Komponen kualitas buah, rasa manis yang ditunjukkan oleh kadar gula

buah juga dipengaruhi oleh penjarangan. Untuk industri pengolahan buah jeruk

ada standar yang dipersyaratkan pada bauah-buah jeruk yanga akan diolah. Di

Autralia untuk standar industri, kadar gula (obrix) dalam buah jeruk siam
14

(mandarin) adalah 8% (Government of Western Australia, Department of

Agriculture and Food, 2009). Di Indonesia termasuk di Bali petani enggan

melakukan penjarangan buah jeruk, sehingga buah jeruk siam rata-rata kecil (tidak

terlalu besar) dibandingkan dengan jeruk impor. Disamping itu rasanya juga tidak

terlalu manis serta warna kulit yang hijau sehingga kalah bersaing dengan jeruk

impor.

Anda mungkin juga menyukai