Anda di halaman 1dari 23

Judul buku : Etika Bisnis Tuntutan dan Relevensinya

Pengarang : Dr. A sonny keraf

Penerbit : Kanisius

Nama : Regina Meldiana

BAB 1

Teori-Teori Etika
1. Pengertian Etika
Secara teoritis kita dapat membedakan dua pengertian etika, kendati dalam penggunaan
praktis sering tidak mudah dibedakan.
Pertama,etika berasal dari kata Yunani etbos, yang dalam bentuk jamaknya (ta etha) berarti
‘kebiasaan’. Dalam pengertian etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri
seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Ini berarti etika berkaitan
dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang
dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang lain atau dari satu generasi ke generasi yang lain.
Kebiasaan ini terungkap dalam perilaku berpola yang harus terus berulang sebagai sebuah kebiasaan.
Kedua,etika juga dipahami dalam pengertian yang sekaligus berbeda dengan moralitas.
Dalam pengertian kedua ini, etika mempunyai pengertian yang jauh lebih luas dari moralitas dan
etika dalam pengertian pertama diatas. Etika dalam pengertian kedua ini dimengerti sebagai filsafat
moral, atau ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma yang diberikan oleh moralitas dan
etika dalam pengertian pertama diatas. Dengan demikian, etika dalam pengertian pertama,
sebagaimana hanya moralitas, berisikan nilai dan norma-norma konkret yang menjadi pedoman dan
pegangan hidup manusia dalam seluruh kehidupannya. Ia berkaitan dengan perintah dan larangan
langsung yang bersifat konkret. Maka, etika dalam pengertian ini lebih normatif dan karena itu lebih
mengikat setiap pribadi manusia.

2. Tiga Norma Umum


Pertama, norma sopan santun, atau yang juga disebut norma etiket, adalah norma yang
mengatur pola perilaku dan sikap lahiriyah manusia, misalnya menyangkut sikap dan perilaku seperti
bertamu, makan dan minum, duduk,berpakaian, dan sebagainya. Norma ini lebih menyangkut tata
cara lahiriyah dalam pergaulan sehari-hari. Norma ini tidak menentukan baik buruknya seseorang
sebagai manusia. Karena, ia hanya menyangkut sikap dan perilaku lahiriyah. Kendati perilaku dan
sikap lahiriyah bisa menentukan sikap pribadi seseorang, tidak dengan sendirinya sikap ini
menentukan sikap moral seseorang.
Kedua, norma hukum adalah norma yang dituntut keberlakuannya secara tegas oleh
masyarakat karena dianggap perlu dan niscaya demi keselamatan dan kesejahteraan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat. Norma ini mencerminkan harapan, keinginan, dan keyakinan seluruh
anggota masyarakat tersebut tentang bagaimana hidup bermasyarakat yang baik dan bagaimana
masyarakat tersebut harus diatur secara baik. Karena itu, ia mengikat semua anggota masyarakat
tanpa terkecuali.
Ketiga, norma moral, yaitu aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia.
Norma ini menyangkut aturan tentang baik dan buruknya, adil tidaknya tindakan dan perilaku
manusia sejauh ia dilihat sebagai manusia.

3. Dua Teori Etika


a. Etika Deontologi
Istilah ‘deontologi’ berasal dari kata Yunani deon, yang berarti kewajiban. Karena itu,
etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik.
Menurut etika deontologi, suatu tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan
berdasarkan akibat atau tujuan baik dari tindakan itu, melainkan berdasarkan tindakan
itu sendiri sebagai baik pada dirinya sendiri. Dengan kata lain, tindakan itu bernilai
moral karena tindakan itu dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang memang harus
dilaksanakan terlepas dari tujuan atau akibat dari tindakan itu.

b. Etika Teleologi
Berbeda dengan etika deontologi, etika teologi justru mengukur baik buruknya suatu
tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan
akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Suatu tindakan dinilai baik, kalau
bertujuan mencapai sesuatu yang baik, atau kalau akibat yang ditimbulkan baik dan
berguna.

BAB 2
Bisnis : Sebuah Profesi Etis?

Ditinjau dari tempat profesi dan etika profesi dalam kerangka etika:
 Etika terapan
Secara umum kita dapat membagi etika menjadi etika umum dan etika khusus.
Etika umum berbicara mengenai norma dan nilai moral, kondisi kondisi dasar
bagi manusia untuk bertindak secara etis, dan semacamnya. Sedangkan etika
khusus adalah penerapan prinsip-prinsip dan norma-norma moral dasar dalam
bidang kehidupan yang khusus. Dalam kaitan dengan ini, etika khusu
dianggap sebagai etika terapan. Karena, aturan normative yang bersifat umum
yang diterapkan secara khusus sesuai dengan kekhususan dan kekhasan bidang
kehidupan dan kegiatan khusus tertentu.
 Etika profesi
a. Pengertian profesi
Profesi dapat dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan sebagai
nafkah hidup dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi
dan dengan melibatkan komitmen pribadi(moral) yang mendalam.
b. Ciri-ciri profesi
-Adanya keahlian dan keterampilan khusus
-Adanya komitmen moral yang tinggi
-Biasanya orang yang professional adalah orang yang hidup dari
profesinya
-Pengabdian kepada masyarakat
c. Prinsip-prinsip etika profesi
Tuntutan profesi sangat erat hubungannya dengan suatu kode etik untuk
masing-masing profesi. Kode etik itu berkaitan dengan prinsip etika
tertentu yang berlaku untuk suatu profesi. Ada 4 prinsip etika profesi yang
paling kurangberlaku untuk semua profesi pada umumnya.
1. Prinsip tanggung jawab
Salah satu prinsip pokok bagi kaum professional, bertanggung jawab pada
pekerjaan dan terhadap hasilnya. Dan juga bertanggung jawab terhadap
kepentingan orang lain, khususnya kepentingan orang-orang yang dilayani.
2. Prinsip keadilan
Tidak merugian pihak tertentu, tidak boleh melakukan diskriminasi kepada
siapapun.
3. Prinsip otonomi
Prinsip yang dituntut oleh kalangan professional terhadap dunia luar agar
mereka diberi kebebasan agar mereka diberi kebebasan sepenuhnya dalam
menjalankan profesinya.
4. Prinsip integritas moral
Prinsip ini orang professional punya integritas dan moral yang tinggi.
Karena, ia punya komitmen pribadi untuk menjaga keluhuran
profesinya,nama baiknya dan juga kepentingan orang lain atau masyarakat.

 Menuju bisnis sebagai profesi luhur


Untuk melihat tepat tidaknya kata profesi dipakai juga untuk dunia bisnis
dan untuk dunia bisnis dan untuk melihat apakah bisnis dapat menjadi
sebuah profesi yang luhur, mari kita tinjau dua pandangan dan penghayatan
yang berbeda mengenai pekerjaandan kegiatan bisnis yang dianut oleh para
pelaku bisnis.
-Pandangan praktis-realitis
Pandangan ini bertumpu terutama pada kenyataan(pada umumnya) yang
diamati berlaku dalam dunia bisnis dewasa ini.
-Pandangan ideal
Dalam kenyataannya masih merupakan suatu yang ideal mengenai dunia
bisnis.
BAB 3

Bisnis dan Etika


Tugas etika bisnis memperlihatkan bahwa bisnis perlu etika, bukan hanya berdasar
tuntutan etis belaka melainkan juga berdasarkan tuntutan kelangsungan bisnis itu sendiri.

Mitos bisnis amoral (de george): kerja orang bisnis adalah berbisnis bukan beretika,
melakukan bisnis sebaik mungkin untuk mendapatkan keuntungan sehingga yang menjadi
pusat perhatian adalah bagaimana memproduksi, mengedarkan, menjual dan membeli barang
dengan tujuan memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.

Ada beberapa argumen yang mendukung pendapat tersebut:

1. bisnis adalah bentuk persaingan yang mengutamakan kepentingan pribadi


2. aturan yang dipakai dalam dunia bisnis berbeda dengan aturan yang dipakai dalam
kehidupan sosial pada umumnya
3. orang bisnis yang masih mematuhi aturan moral akan berada pada posisi yang tidak
menguntungkan ditengah persaingan ketat tersebut

Argumen yang menyebutkan bahwa mitos bisnis amoral tidak selamanya benar:

1. dalam bisnis orang mempertaruhkan dirinya, nama baiknya, keluarganya, seluruh


hidupnya serta semua karyawan sehingga menyangkut nilai-nilai yang sangat hakikat
2. bisnis merupakan bagian aktifitas masyarakat sehingga menjadi fenomena modern
yang tidak bisa dipisahkan
3. harus dibedakan antara legalitas dan moralitas
4. etika harus dibedakan dari ilmu empiris

Ilmu empiris:
Suatu gejala dan fakta yang berulang terus menerus yang terjadi dimana-mana dan menjadi
alasan yang sah bagi kita untuk menarik sebuah teori atau hukum ilmiah yang sah dan
berlaku universal
keuntungan dan etika:

1. tujuan utama bisnis adalah mengejar keuntungan


2. tanpa memperoleh keuntungan tidak ada investor yang akan menanamkan modalnya
3. keuntungan membuat perusahaan dapat bertahan dan berkembang serta menghidupi
karyawannya pada tingkat dan taraf hidup yang lebih baik

Argumen yang menunjukkan bahwa untuk memperoleh keuntungan etika sangat dibutuhkan
sangat relevan dan mempunyai tempat yang sangat strategis:

1. para pelaku bisnis dituntut untuk prefesional dibidangnya yang memperlihatkan


kinerja bukan hanya bisnis, manajerial dan teknis murni melainkan juga aspek etis
2. customer is the king
3. sistem pasar terbuka dengan pemerintah yang bersifat netral tak berpihak tetapi
efektif, menjaga hak dan kepentingan semua pihak agar terjamin
4. perusahaan modern menyadari bahwa karyawan adalah subjek utama dalam bisnis
yang menentukan berhasil atau tidaknya perusahaan sehingga harus dipenuhi hak dan
kewajibannya, bukan dieksploitasi tenaganya

Tuntutan bisnis modern:


bersikap proaktif dan bukan reaktif. Proaktif artinya berusaha sejauh mungkin untuk
mencegah timbulnya hal-hal yang merugikan kepentingan bisnis baik jangka pendek ataupun
jangka panjang
mepangapa masih ada praktek bisnis yang melanggar nilai moral:

1. tidak semua orang bersih serta memiliki etis dan moral dalam bertindak
2. praktek bisnis yang tidak fair, tidak baik dan tidak etis sering terjadi karena adanya
peluang dari sistem ekonomi dan politik
3. prkatek bisnis yang melanggar norma dilakukan karena pelakunya dalam keadaan
terpaksa

Sasaran dan lingkup etika bisnis:

1. etika profesi membahas prinsip, kondisi dan masalah yang terkait dengan praktek
bisnis yang baik dan etis
2. sasaran etika bisnis adalah untuk menyadarkan masyarakat bahwa ada hak dan
kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis apapun
3. sistem ekonomi yang sangat menentukan etis tidaknya suatu praktek bisnis

BAB 4
Prinsip-Prinsip Etika Bisnis

Prinsip-prinsip etika bisnis adalah sebagai berikut:


1.              Prinsip Otonomi
Yaitu dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasrkan
kesadarannya tentang tentang apa yang baik baginya untuk dilakukan.  Unsur hakiki dari
prinsip otonomi ini adalah kebebasan untuk bertindak secara etis dan bertangung jawab. Etis
adalah tindakan yang bersumber dari kemauan baik serta kesadaran pribadi. Orang yang
otonom adalah orang yang sadar akan kewaibannya dan bebas mengambi keputusan dan
tindakan berdasarkan apa yang dianggap baik, melainkan juga adalah orang yang bersedia
mempertanggung jawabkan keputusannya dan tindakannya serta mampu bertanggung jawab
atas keputusan dan tindakannya serta dampak dari keputusan keputusan dan tindakannya.
2.              Prinsip Kejujuran
Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditujukan secara jelas bahwa bisnis tidak akan
bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak berdasarkan kejujuran. Pertama, jujur dalam
pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang
atau  jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern
dalam suatu perusahaan.
Kejujuran memang prinsip yang paling penting dalam kegiatan bisnis islami maupun
konvensional. Para pelaku bisnis modern sadar dan mengakui bahwa memang kejujuran
dalam berbisnis adalah kunci keberhasilannya. Kejujuran relevan dalam pemenuhan syarat-
syarat perjanjian dan kontrak. Dalam mengikat perjanjian semua pihak secara Saling percaya,
serius serta tulus dan jujur dalam membuat dan melaksanakannya. Jika ada salah satu pihak
yang tidak jujur maka akan menimbulkan efek multiplier-expansive. Kejujuran juga relevan
dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Dengan 1x saja
seorang pebisnis berbohong tentang hal apapun, jangan harap mendapatkan kepercayaan lagi.

3.              Prinsip Keadilan


Menuntut agar orang diberlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai
dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria yang sesuai, rasional, objektif serta dapat
dipertanggungjawabkan. Prinsip Keadilan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
a.               Keadilan Distributive
Yaitu keadilan yang sifatnya menyeimbangkan alokasi benefit dan beban antar anggota
kelompok sesuai dengan kontribusi tenaga dan pikirannya terhadap benefit. Benefit terdiri
dari pendapatan, pekerjaan, kesejahteraan, pendidikan dan waktu luang. Beban terdiri dari
tugas kerja, pajak dan kewajiban social.
b.            Keadilan Retributif
Yaitu keadilan yang terkait dengan retribution (ganti rugi) dan hukuman atas kesalahan
tindakan. Seseorang bertanggung jawab atas konsekuensi negative atas tindakan yang
dilakukan kecuali tindakan tersebut dilakukan atas paksaan pihak lain.
c.                Keadilan Kompensatoris
Yaitu keadilan yang terkait dengan kompensasi bagi pihak yang dirugikan. Kompensasi yang
diterima dapat berupa perlakuan medis, pelayanan dan barang penebus kerugian.

4.               Prinsip saling menguntung  (mutual benefit principle)


menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa, sehingga menguntungkan semua pihak.
5.               Prinsip integritas moral
Prinsip ini terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau
perusahaan agar tetap menjaga nama baiknya atau nama baik perusahaan. Tanggung jawab
moral juga tertuju kepada semua pihak terkait yang berkepentingan (skateholders): konsumen
penyalur, pemasok, investor, atau kreditor, karyawan, masyarakat luas, relasi-relasi bisnis,
pemerintah dan seterusnya. Artinya segi kepentingan pihak-pihak terkait dapat
dipertanggungjawabkan secara moral.
6.               Prinsip Laba
tidak mungkin jika bisnis tidak mencari keuntunganngan atau laba, pada kenyataanya
hanya  keuntunganlah yang  menjadi satu-satunya  motivasi atau daya tarik pelaku bisnis.
Mencari keuntungan adalah bukan hal jelek karena semua orang memasuki bisnis selalu
punya motivasi dasar, yaitu mencari keuntungan.

BAB V
Etika Utilitaliarisme Dalam Bisnis

Teori atau aliran etika yang mempunyai relevansi yang sangat kuat untuk dunia bisnis, yaitu
utilitarianisme.

Jeremy Bentham (1748-1832) : bagaimana menilai baik buruknya suatu kebijaksanaan sosial
politik, ekonomi, dan legal secara moral. Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme:

  Ada 3 kriteria objektif yang dapat dijadikan dasar objektif sekaligus norma untuk menilai
suatu kebijaksanaan atau tindakan

1. Kriteria manfaat, yaitu bahwa kebijaksanaan atau tindakan itu mendatangkan manfaat atau
kegunaan tertentu.
2. Kriteria manfaat terbesar, yaitu bahwa kebijaksanaan atau tindakan itu mendatangkan
manfaat  terbesar (atau dalam situasi tertentu lebih besar) dibandingkan dengan
kebijaksanaan atau tindakan alternatif lainnya.
3. Kriteria ketiga menyangkut pertanyaan mengenai manfaat terbesar untuk siapa, untuk saya
atau kelompokku, atau juga untuk semua orang yang terkait, yang terpengaruh dan terkena
oleh kebijaksanaan atau tindakan.

Atas dasar ketiga kriteria tersebut, etika utilitarianisme mengajukan tiga pegangan :
1. Suatu kebijaksanaan atau tindakan adalah baik dan tepat secara moral jika dan hanya jika
kebijaksanaan atau tindakan itu mendatangkan manfaat atau keuntungan
2. Diantara berbagai kebijaksanaan atau tindakan  yang sama baiknya, mempunyai manfaat
terbesar adalah tindakan yang paling baik
3. Diantara kebijaksanaan atau tindakan yang sama-sama mendatangkan manfaat terbesar,
kebijaksanaan atau tindakan yang mendatangkan manfaat terbesar bagi paling banyak orang
adalah tindakan yang paling baik.
BAB 6

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Ada tiga syarat penting bagi tanggung jawab moral, yaitu :

Pertama, tanggung jawab mengandaikan bahwa suatu tindakan dilakukan dengan


sadar dan tahu, dan dijalankan oleh pribadi yang rasional. Tanggung jawab hanya bisa
dituntut dari seseorang kalau ia bertindak dengan sadar. Pelakunya tahu mengenai baik dan
buruk. Kalau tidak, dia dianggap sebagai innocent, contohnya adalah anak kecil. Sampai
tingkat tertentu, orang gila yang tidak waras tidak bisa bertanggung jawab secara moral atas
tindakannya karena ia tidak tahu dan sadar mengenai tindakannya. 
Kedua, tanggung jawab juga mengandaikan adanya kebebasan pada tempat pertama,
tanggung jawab hanya mungkin relevan dan dituntut dari seseorang atas tindakannya, kalau
tindakannya dilakukan secara bebas, bukan dalam keadaan terpaksa atau dipaksa. 
Ketiga, tanggung jawab juga mensyaratkan bahwa orang yang melakukan tindakan
tertentu memang mau melakukan tindakan itu. Situasi ini terutama terjadi ketika seseorang
dihadapkan pada hanya satu pilihan. 
Sehubungan dengan tanggung jawab moral, berlaku prinsip the principle of alternate
possibilities yang mengatakan seseorang bertanggung jawab secara moral atas tindakannya
hanya kalau ia bisa bertindak secara lain. Menurut Frankfurt, prinsip yang benar adalah
seseorang tidak bertanggung jawab secara moral atas tindakannya kalau ia melakukannya
hanya karena ia tidak bisa bertindak secara lain. 
Dengan demikian, tindakan yang dilakukan dalam situasi yang kelihatan secara
terpaksa belum tentu membenarkan tidak adanya tanggung jawab moral. Kendati keadaannya
terpaksa tapi ia melakukan tindakan tersebut tanpa menghiraukan keadaan terpaksa karena
dia sendiri ingin melakukannya, maka ia tetap bertanggung jawab atas tindakannya. 

Berdasarkan ketiga syarat diatas, dapat disimpulkan bahwa hanya orang yang berakal budi
dan punya kemauan bebas yang bisa bertanggung jawab atas tindakannya. 

2. Status Perusahaan
Perusahaan adalah sebuah badan hukum. Artinya perusahaan dibentuk berdasarkan
hukum tertentu dan disahkan dengan hukum atau aturan legal tertentu. Sebagai badan hukum,
perusahaan memiliki hak-hak legal tertentu  misalnya hak milik pribadi, hak paten, dsb.
Sebagai badan hukum perusahaan mempunyai hak dan kewajiban legal, tapi tidak dengan
sendirinya berarti perusahaan juga mempunyai hak dan kewajiban moral. 
De George membedakan dua macam pandangan mengenai status perusahaan:
Pertama, pandangan legal-creator, yang melihat perusahaan sebagai sepenuhnya ciptaan
hukum, dan ada hanya berdasarkan hukum. Kedua, pandangan legal-recognition yang tidak
memusatkan perhatian pada status legal perusahaan melainkan pada perusahaan sebagai suatu
usaha bebas dan produktif. Dalam hal ini perusahaan tidak dibentuk oleh negara, dan bukan
organisasi bentukan masyarakat. 
Maka perusahaan menetapkan sendiri tujuannya dan beroperasi sedemikian rupa
untuk mencapai tujuannya itu. Karena perusahaan dibentuk untuk mencapai kepentingan para
pendirinya, maka dalam aktivitasnya perusahaan meang melayani masyarakat, tapi bukan
tujuan utamanya. Pelayanan masyarakat hanyalah sarana untuk mencapai tujuannya yaitu
mencari keuntungan. 
Kegiatan perusahaan dapat dibatasi, yakni ketika perusahaan merugikan kepentingan
masyarakat. Tapi itu pun hanya sebatas tindakan legal. 
Perusahaan memang punya tanggung jawab, tetapi hanya terbatas pada tanggung
jawab legal, yaitu tanggung jawab memenuhi aturan hukum yang ada. Perusahaan tidak
punya tanggung jawab moral dan sosial karena perusahaan bukanlah moral person yang
punya akal budi dan kemauan bebas dalam bertindak dan dlaam kaitan dengan pandangan
legal-recognition, perusahaan dibangun oleh orang atau kelompok orang tertentu untuk
kepentingannya dan bukan melayani kepentingan masyarakat. 
Milton Friedman mengatakan hanya manusia yang mempunyai tanggung jawab
moral. Kalaupun perusahaan tetap dituntut untuk mempunyai tanggung jawab sosial-moral,
Friedman menekankan bahwa tanggung jawab itu hanya terbatas pada lingkup mendatangkan
keuntungan. Tanggung jawab sosial perusahaan hanya dinilai dan diukur berdasarkan sejauh
mana perusahaan itu berhasil mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya. 
Keuntungan ekonomi merupakan salah satu lingkup tanggung jawab sosial
perusahaan. Tetapi tanggung jawab moral-sosial perusahaan tidak hanya mencakup
keuntungan ekonomis sebagaimana diklaim Friedman karena ada bahaya bahwa demi
keuntungan, apapun bisa dilakukan. 
Tidak benar bahwa perusahaan hanya punya tanggung jawab legal. Sebabnya,
pertama, dalam arti tertentu perusahaan adalah pribadi artifisial. Perusahaan adalah
organisaasi atau lembaga manusia yang kegiatannya diputuskan, direncanakan dan dijalankan
oleh manusia. 
Kegiatan bisnis perusahaan adalah kegiatan yang didasarkan pada perencanaan,
keputusan yang rasional, bebas dan atas dasar kemauan yang diambil oleh staf manajemen.
Sampai tingkat tertentu, paling kurang secara analog perusahaan sesungguhnya punya suara
hati. 
Kedua, ada benarnya bahwa tanggung jawab moral dan sosial tidak bisa diwakilkan
dan diwakili oleh orang lain. Tanggung jawab moral dan sosial bersifat pribadi, dan karena
itu hanya orang yang bersangkutan yang bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.
Pimpinan perusahaan tidak bisa mewakili dan mmengambil alih tanggung jawab sosial dan
moral perusahaan. 
Pada situasi tertentu tanggung jawab moral sesungguhnya dapat diwakili. Misalnya
ketika seorang anak yang innocent melakukan suatu tindakan yang berakibat merugikan
orang lain. Dalam kasus di mana kerugian sangat besar dan fatal, harus ada pihak tertentu
yang bertanggung jawab secara legal dan moral. Orang tua atau pihak yang punya otoritas
atas anak tersebut mewakili anak itu untuk bertanggung jawab atas tindakannya. 
Ketika perusahaan melakukan tindakan bisnis tertentu yang merugikan pihak lain
harus ada orang tertentu yang bertanggung jawab atas tindakan itu. Kalau tidak, manusia-
manusia yang berkerja dalam perusahaan itu akan seenaknya melakukan tindakan bisnis apa
saja, termasuk merugikan pihak lain, lalu tidak mau bertanggung jawab hanya dengan dalih
bahwa perusahaan tidak punya tanggung jawab moral. Argumen ini dapat diperkuat dengan
kenyataan bahwa dalam segala aspek lainnya ternyata perusahaan selalu diwakili oleh staf
manajemen. 
Ketiga, tanggung jawab legal tidak bisa dipisahkan dari tanggung jawab moral.
Kenyataan bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab legal, sudah menyiratkan bahwa
dengan demikian perusahaan pun punya tanggung jawab moral karena tanggung jawab legal
hanya mungkin dijalankan secara serius kalau ada sikap moral untuk bertanggung jawab.
Tanpa sikap moral, tanggung jawab legal tidak punya makna apa pun. 
Dapat disimpulkan bagaimanapun perusahaan tetap punya tanggung jawab moral dan sosial.
Pada tingkat operasional, tanggung jawab sosial dan moral ini diwakili secara formal oleh
staf manajemen. Karena mereka telah menerima kepercayaan untuk menjalankan perusahaan
itu, maka mereka jugalah yang memikul tanggung jawab sosial dan moral perusahaan itu.
Seluruh karyawan memikul tanggung jawab sosial dan moral dari perusahaan di mana
mereka bekerja. Melalui karyawan inilah tanggung jawab sosial dan moral perusahaan
menemukan bentuk dan manifestasinya yang paling konkret dan transparan dan bisa dilihat
besar kecilnya, serius tidaknya tanggung jawab moral dan sosial suatu perusahaan. 

3. Lingkup Tanggung Jawab Sosial 


Tanggung jawab sosial menunjukkan kepedulian perusahaan terhadap kepentingan
pihak-pihak lain secara lebih luas daripada sekadar terhadap kepentingan perusahaan belaka.
Jangan hanya karena demi keuntungan, perusahaan bersikap arogan tidak peduli pada
kepentingan pihak-pihak lain. Perusahaan memang punya tujuan utama mengejar
keuntungan, keuntungan itu harus dicapai dengan tetap mengindahkan kepentingan banyak
orang lain. 
Suatu perusahaan harus menjalankan kegiatan bisnisnya sedemikian rupa sehingga
tidak sampai merugikan pihak-pihak tertentu dalam masyarakat. Secara positif perusahaan
diharapkan untuk ikut melakukan kegiatan tertentu yang tidak semata-mata didasarkan pada
perhitungan keuntungan kontan yang langsung, melainkan demi kemajuan dan kesejahteraan
masyarakat. Sebagaimana halnya manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain, demikian pula
perusahaan tidak bisa hidup, beroperasi, dan memperoleh keuntungan bisnis tanpa pihak lain.
Perusahaan perlu dijalankan dengan tetap bersikap tanggap, peduli dan bertanggung jawab
atas hak dan kepentingan banyak pihak lainnya. 
Ada empat bidang yang dianggap dan diterima sebagai termasujk dalam apa yang
disebut sebagai tanggung jawab sosial perusahaan. Pertama, keterlibatan perusahaan dalam
kegiatan sosial yang berugna bagi kepentingan masyarakat. Keterlibatan perusahaan dianggap
sebagai satu-satunya yang disebut sebagia tanggung jawab sosial perusahaan. Di antara
semua wujud keterlibatan sosial perusahaan tersebut, salah satu yang paling mendapat
sorotan adalah keterlibatan sosial perusahaan dalam ikut memecahkan masalah ketimpangan
sosial dan ekonomi. 
Beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar bagi keterlibatan perusahaan dalam berbagai
kegiatan sosial:
1. Karena perusahaan dan seluruh karyawannya adalah bagian integral dari masyarakat
setempat. 
2. Perusahaan telah diuntungkan dengan mendapat hak untuk mengelola sumber daya
alam yang ada dalam masyarakat tersebut dengan mendapatkan keuntungan bagi
perusahaan tersebut.
3. Dengan tanggung jawab sosial melalui berbagai kegiatan sosial, perusahaan
memperlihatkan komitmen moralnya untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan bisnis
tertentu yang dapat merugikan kepentingan masyarakat luas. 
4. Dengan keterlibatan sosial, perusahaan tersebut menjalin hubungan sosial yang lebih
baik dengan masyarakat dan dengan demikian perusahaan tersebut akan lebih diterima
kehadirannya dalam masyarakat tersebut. 

Lingkup tanggung jawab sosial perusahaan yang kedua adalah keuntungan ekonomis. Ini
merupakan lingkup utama dari tanggung jawab sosial dan moral dari suatu perusahaan. Satu-
satunya tanggung jawab sosial perusahaan adalah mendatangkan keuntungan sebesar-
besarnya bagi perusahaan. Kini keuntungan ekonomis dilihat sebagai salah satu lingkup dan
wujud yang sah dari tanggung jawab moral dan sosial perusahaan. Latar belakangnya adalah
paham moral yang bermula dari filsafat Stoa, Adam Smith, dan Friedman bahwa semua
orang punya tanggung jawab moral untuk mengejar dan mempertahankan kepentingan
pribadinya. Kepentingan pribadi tidak dilihat sebagai kecenderungan yang egois melainkan
sebagai bentuk cinta diri yang positif. Maka secara moral adalah hal yang baik bahwa setiap
orang harus berusaha untuk mempertahankan hidupnya serta kepentingan pribadinya yang
sangat menunjang kehidupan pribadinya. 
Konsep ini kemudian diterapkan dalam bisnis bahwa setiap pelaku bisnis secara moral
dibenarkan untuk mengejar kepentingan pribadinya. 
Perusahaan mempunyai tanggung jawab moral dan sosial untuk mengejar keuntungan
ekonomi karena hanya dengan itu perusahaan itu dapat dipertahankan dan juga hanya dengan
itu semua karyawan dan semua pihak lain yang terkait bisa dipenuhi hak dan
kepentingannya. Pengalaman bisnis banyak perusahaan menunjukkan bahwa justru
keterlibatan sosial sebagai salah satu wujud tanggung jawab sosial perusahaan akan sangat
menunjang kegiatan bisnis perusahaan dan pada akhirnya akan sangat menguntungkan
perusahaan itu sendiri.
Kepedulian perusahaan terhadap lingkungan hidup, kelestarian hutan, kesejahteraan
masyarakat sekitar dan seterusnya akan menciptakan iklim yang lebih menerima perusahaan
itu. Jadi tanpa menolak keuntungan sebagai salah satu lingkup pokok dari tanggung jawab
sosial perusahaan, keterlibatan dalam berbagai kegiatan sosial pun tidak bisa disepelekan
begitu saja. 
Ketiga, lingkup tanggung jawab sosial perusahaan adalah memenuhi aturan hukum
yang berlaku. Sebagai bagian integral dari masyarakat, perusahaan punya kewajiban dan juga
kepentingan untuk menjaga ketertiban dan keteraturan sosial. Asumsinya kalau perusahaan
tidak mematuhi aturan hukum yang ada, sebagaimana halnya semua orang lainnya, maka
ketertiban dan keteraturan masyarakat tidak akan terwujud. Perusahaan punya tanggung
jawab moral dan sosial untuk menjaga agar bisnis berjalan secara baik dan teratur. Cara
terbaik untuk itu adlaah dengan mematuhi aturan bisnis yang ada. Jadi perusahaan punya
tanggung jawab sosial dan moral untuk taat pada aturan bisnis yang ada, tidak hanya demi
kelangsungan bisnis, melainkan juga demi menjaga ketertiban dan keteraturan baik dalam
iklim bisnis maupun keadaan soasial pada umumnya. 
Keempat, hormat pada hak dan kepentingan stakehorlders atau pihak-pihak terkait
yang punya kepentingan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan bisnis suatu
perusahaan. Perusahaan tersebut secara moral dituntut dan menuntut diri untuk bertanggung
jawab atas hak dan kepentingan pihak terkait yang punya kepentingan. 

4. Argumen yang Menentang Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan


Dari keempat lingkup tanggung jawab sosial perusahaan di atas, lingkup pertama
menimbulakn suatu kontroversi yang hebat yang memperlihatkan dua pandangan yang saling
bertentangan antara yang menentang dan yang mendukung perlunya keterlibatan sosial
sebagai salah satu wujud tanggung jawab sosial perusahaan. 
Arguman-argumen yang menentang keterlibatan sosial tersebut:
a. Tujuan utama bisnis adalah mengejar keuntungan sebesar-besarnya. Milton
Friedman adlaah penentang utama tanggung jawab sosial perusahaan dalam wujud
keterlibatan sosial ini. Yang menjadi perhatian utama perusahaan adalah bagaimana
mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya seefisien mungkin. Maka keterlibatan
perusahaan dalam berbagai kegiatan sosial harus ditentang karena justru akan
menimbulkan ketidakefisienan. Fungsi bisnis adalah fungsi ekonomis, bukan fungsi
sosial. Karena itu , keberhasilan suatu bisnis diukur berdasarkan kinerja ekonomisnya
dengan terutama memperhatikan faktor eifisiensi ekonomis tadi. 
b. Tujuan yang terbagi-bagi dan harapan yang membingungkan. Keterlibatan sosial
sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan akan menimbulkan minat dan
perhatian yang bermacam ragam yang mengalihkan perhatian para pimpinan
perusahaan. Asumsinya keberhasilan perusahaan dalam bisnis modern sangat
ditentukan oleh konsentrasi seluruh perusahaan pada core business-nya. Sekali
perusahaan terlibat dalam kegiatan sosial, semakin banyak tuntutan dan permintaan
akan keterlibatan sosial . Karena itu, keterlibatan perusahaan dalam berbagai kegiatan
sosial sangat kontraproduktif dnegan kegiatan bisnis perusahaan tersebut, dan perlu
ditolak. 
c. Biaya keterlibatan sosial. Keterlibatan sosial sebagai wujud tanggung jawab sosial
perusahaan malah dianggap memberatkan masyarakat. Alasannya biaya yang
digunakan untuk keterlibatan sosial perusahaan itu bukan biaya yang disediakan oleh
perusahaan itu, melainkan biaya yang telah diperhitungkan sebagai salah satu
komponen dalam harga barang dan jasa yang ditawarkan dalam pasar. Yang akan
menanggung biaya dari keterlibatan sosial perusahaan tersebut adalah konsumen.
Dalam lingkup makro akan melemahkan atau mengganggu daya saing perusahaan
karena harga yang ditawarkan perusahaan tesrsebut akan jauh lebih tinggi dari
perusahaan lain yang tidak mengenakan biaya untuk kegiatan sosialnya. 
d. Kurangnya Tenaga Terampil di Bidang kegiatan sosial. Dengan argumen ini
dikatakan bahwa para pimpinan perusahaan tidak profesional dalam membuat pilihan
dan keputusan moral. Mereka hanya profesional dalam bidang bisnis dan ekonomi.
Karena itu tuntutan agar perusahaan pun ikut dalam berbagai kegiatan sosial demi
kemajuan masyarakat sulit dipenuhi. 

5. Argumen yang mendukung perlunya keterlibatan sosial perusahaan. 


Beberapa argumen yang menuntut perlu adanya keterlibatan sosial perusahaan sebagai
perwuudan tanggun jawab sosial:
a. Kebutuhan dan harapan masyarakat yang semakin berubah. Dalam masyarakat yang
semakin berubah, kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap bisnis pun ikut
berubah. Untuk mendatangkan keuntungan tersebut, mereka harus peka dan tanggap
terhadap kebutuhan dan harapan masyarakat yang semakin berubah itu. Misalnya,
masyarakat tidak hanya butuh barang dan jasa tertentu, melainkan barang dan jasa
dengan mutu yang baik dan harga yang kompetitif. Masyarakat menuntut agar barang
itu diproduksi dengan tetap menghargai hak dan kepentingan karyawan serta masalah
lingkungan. Kalau tidak mereka akan memboikot produk tersebut. 
b. Terbatasnya sumber daya alam. Argumen ini didasarkan bahwa bumi kita
mempunyai sumber daya alam yang terbatas. Bisnis diharapkan tidak hanya
mengeksploitasi sumber daya alam demi keuntungan ekonomis, melainkan juga ikut
melakukan kegiatan sosial yang terutama bertujuan memelihara sumber daya alam.
Keterlibatan dan kepedulian perusahaan tersebut, khususnya pada kelestarian sumber
daya alam akan mendorong penggunaan sumber daya alam yang terbatas secara
efisien. 
c. Lingkungan sosial yang lebih baik. Bisnis mempunyai kewajiban dan tanggung jawab
moral dan sosial untuk memperbaiki lingkungan sosialnya ke arah yang lebih baik.
Dengan memperhatikan prasarana sosial di sekitarnya, kondisi bisnis pun ikut
diperbaiki. Dengan membantu memperbaiki keadaan sosial dan ekonomi masyarakat
sekitar, jurang kaya miskin akan sedikit diperkecil dan dengan demikian masyarakat
sekitar lebih menerima kehadiran perusahaan tersebut. Dengan itu, daya beli
masyarakat juga diperbaiki yang akan mampu menyerap produk perusahaan tersebut. 
d. Perimbangan tanggung jawab dan kekuasaan. Bisnis mempunyai kekuasaan sosial
yang sangat besar. Bisnis mempengaruhi lingkungan, konsumen, kondisi masyarakat,
bahkan kehidupan budaya dan moral masyarakat. Karena itu tanggung jawab sosial
sangat dibutuhkan untuk bisa mengimbangi dan mengontrol kekuasaan bisnis yang
besar itu. Asumsinya, kekuasaan yang terlalu besar dari bisnis, jika tidak diimbangi
dan dikontrol dengan tanggung jawab sosial, akan menjadi kekuatan yang merusak
masyarakat. Bisnis yang dalam kenyataan praktis telah mengakumulasi kekuasaan riil
dalam masyarakat harus dikendalikan melalui tanggung jawab sosial dan moral demi
kepentingan masyarakat. Kalau tidak, perusahaan yang sangat besar dan perusahaan
kecil dan menengah dapat bertindak sesukanya sampai merugikan masyarakat.
Sesungguhnya tanggung jawab sosial dan moral dapat berfungsi pula untuk mencegah
campur tangan pemerintah dalam kegiatan bisnis. Asumsinya kalau suatu perusahana
melakukan kegiatan bisnis sampai merugikan hak dan kepentingan pihak lain,
pemerintah akan bertindak. 
e. Bisnis mempunyai sumber-sumber daya yang berguna. Perusahaan tidak hanya punya
dana, melainkan juga tenaga profesional dalam segala bidang yang dpaat
dimanfaatkan atau dapat disumbangkan bagi kepentingan kemajuan masyarakat.
Pengalaman mereka dalam memecahkan berbagai persoalan bisnis akan sangat
berguna untuk memecahkan berbagai persoalan sosial yang dihadapi masyarakat. 
f. Keuntungan jangka panjang. Argumen ini mau menunjukkan bahwa bagi perusahaan,
tanggung jawab sosial  merupakan suatu nilai yang sangat positif bagi perkembangan
dan kelangsungan perusahaan itu dalam jangka panjang. Dengan peduli pada
kepentingan masyarakat yang mungkin dalam jangka pendek merugikan secara
finansial, dalam jangka panjang akan sangat menguntungkan bagi perusahaan. Biaya
tersebut dapat dianggap sebagai investasi jangka panjang. 
Bisnis hanya bisa bertahan kalau kepentingan semua pihak terkait diperhatikan. Prinsip
yang berlaku disini adlaah bahwa lebih baik secara proaktif mencegah terjadinya dampak
yang merugikan perusahaan dan masyarakat daripada terlanjur ditindak yang malah
menimbulkan kerugian lebih besar. 
Berdasarkan argumen-argumen diatas, harus kita katakan bahwa tanggung jawab sosial
dan moral perusahaan merupakan suatu tuntutan yang realistis sesuai dengan hakikat dan
tujuan bisnis itu sendiri, dan sesuai dengan perkembangan bisnis dan masyarakat. Dengan
adanya tanggung jawab sosial perusahaan, terbentuk sebuah citra yang lebih positif tentang
profesi bisnis.  Bisnis lalu tampil sebagai sebuah profesi yang ramah, peduli pada
kepentingan banyak orang. Pelaku-pelaku bisnis pun lalu tampil sebagai orang-orang
profesional yang punya komitmen moral pada hak dan kepentingan semua orang lain. 

6.Implementasi tanggung jawab sosial perusahaan. 


Asumsinya, supaya tanggung jawab sosial dan moral itu benar-benar terlaksana,
dibutuhkan kondisi internal tertentu dalam perusahaan yang memnungkinkan terwujudnya
tanggung jawa sosial dan moral itu. 
Prinsip utama dalam suatau organisasi profesional adalah struktur mengikuti strategi.
Artinya struktur suatu organisasi didasarkan dan ditentukan oleh strategi dari organisasi atau
perusahaan itu. Strategi hanya bisa dirumuskan kalau tujuan dan misi suatu perusahaan sudah
jelas. Tujuan dan misi inilah yang membedakan satu perusahaan dari perusahaan lainnya.
Tujuan dan misi perusahaan mengikuti dan ditentukan oleh nilai yang dianut dalam
perusahaan itu. Etos bisnis atau budaya perusahaan, sebagaimana telah kitalihat di depan,
punya arti penting dalam menentukan tujuan dan misi perusahaan tersebut. Letak dan penting
tidaknya tanggung jawab sosial dan moral dalam perusahaan lalu ditempatkan pertama-tama
pada kerangka nilai ini. 
BAB 7
Keadilan Dalam Bisnis

1. Paham Tradisional mengenai Keadilan

a.       Keadilan Legal


Semua orang atau kelompok masyarakat diperlakukan secara sama oleh negara
berdasarkan hukum yang berlaku dan  semua pihak dijamin untuk mendapat perlakuan  yang
sama sesuai dengan hukum yang berlaku.
Dasar moral:
1. Semua orang adalah manusia yang mempunyai harkat dan martabat yang sama dan karena
itu harus diperlakukan secara sama.
2. Semua orang adalah warga negara yang sama status dan kedudukannya, bahkan sama
kewajiban sipilnya. Perlakuan yang tidak sama hanya bisa dibenarkan melalui
pertanggungjawaban yang terbuka berdasar prosedur legal yang berlaku.

Konsekuensi legal dan moral yang mendasar:


- Semua orang harus secara sama dlindungi oleh hukum negara.
-Tidak ada orang yang akan diperlakukan secara istimewa oleh hukum atau negara.
- Negara/pemerintah tidak boleh mengeluarkan hukum atau produk hukum apapun yang
secara khusus dimaksudkan demi kepentingan kelompok atau orang tertentu dengan tanpa
merugikan kepentingan pihak lain. 
-Semua warga tanpa perbedaan apapun harus tunduk dan taat kepada hukum yang berlaku
karena hukum tersebut melindungi hak dan kepentingan semua warga.

b.      Keadilan Komutatif


Keadilan ini mengatur hubungan yang adil dan fair antara orang yang satu dan yang lain atau
warga negara yang satu dengan warga negara yang lain.
Keadilan ini menuntut agar dalam interaksi sosial antara warga yang satu dengan warga yang
lain tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya.

c.       Keadilan Distributif


Keadilan Distributif/ Keadilan Ekonomi adalah distributif ekonomi  yang merata yang
dianggap adil bagi semua warga negara, yang menyangkut pembagian kekayaan ekonomi
atau hasil-hasil pembangunan.
Keadilan distributif memiliki relevansi dalam dunia bisnis, khususnya dalam perusahaan,
setiap karyawan harus digaji sesuai dengan prestasi, tugas dan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.

2.       Keadilan Individual dan Struktural


Keadilan dan upaya untuk menegakkan keadilan, menyangkut aspek yang lebih luas
berupa penciptaan sistem yang mendukung terwujudnya keadilan tersebut, berarti prinsip
prinsip keadilan legal berupa perlakuan yang sama terhadap setiap orang bukan lagi soal
sikap orang per-orang, melainkan menyangkut sistem dan struktur sosial politik secara
keseluruhan.
BAB 8
Hak Pekerja

1.      MACAM-MACAM HAK PEKERJA

a)      Hak Atas Pekerjaan, yaitu hak atas pekerjaan merupakan hak azasi manusia,karena:

 Kerja melekat pada tubuh manusia. Kerja adalah aktifitas tubuh dan karena itu tidak
bisa dilepaskan atau difikirkan lepas dari tubuh manusia.
 Kerja merupakan perwujudan diri manusia, melalui kerja manusia merealisasikan
dirinya sebagai manusia dan sekaligus membangun hidup dan lingkungannya yang
lebih manusiawi. Maka melalui kerja manusia menjadi manusia, melalui kerja
mamnusia menentukan hidupnya sendiri sebagai manusia yang mandiri.
 Hak atas kerja juga merupakan salah satu hak asasi manusia karena kerja berkaitan
dengan hak atas hidup, bahkan hak atas hidup yang layak.

Hak atas pekerjaan ini tercantum dalam undang-undang dasar 1945 pasal 27 ayat 2 yang
menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.

b)      Hak atas upah yang adil, yaitu hak atas upah yang adil merupakan hak legal yang
diterima dan dituntut seseorang sejak ia mengikat diri untuk bekerja pada suatu perusahaan.
Dengan hak atas upah yang adil sesungguhnya bahwa:

 Bahwa setiap pekerja berhak mendapatkan upah, artinya setiap pekerja berhak untuk
dibayar.
 Setiap orang tidak hanya berhak memperoleh upah, ia juga berhak memperoleh upah
yang adil yaitu upah yang sebanding dengan tenaga yang telah disumbangkannya.
 Bahwa perinsipnya tidak boleh ada perlakuan yang berbeda atau diskriminatif dalam
soal pemberian upah kepada semua karyawan, dengan kata lain harus berlaku prinsip
upah yang sama untuk pekerjaan yang sama.

c)       Hak untuk berserikat dan berkumpul, yaitu untuk bisa memperjuangkan
kepentingannya, khususnya hak atas upah yang adil, pekerja harus diakui dan dijamin haknya
untuk berserikat dan berkumpul. Yang bertujuan untuk bersatu memperjuangkan hak dan
kepentingan semua anggota mereka. Menurut De Geroge, dalam suatu masyarakat yang adil,
diantara perantara-perantara yang perlu untuk mencapai suatu sistem upah yang adil, serikat
pekerja memainkan peran yang penting. Ada dua dasar moral yang penting dari hak untuk
berserikat dan berkumpul :

 Ini merupakan salah satu wujud utama dari hak atas kebebasan yang merupakan salah
satu hak asasi manusia.
 Dengan hak untuk berserikat dan berkumpul, pekerja dapat bersama-sama secara
kompak memperjuangkan hak mereka yang lain, khususnya atas upah yang adil.

d)      Hak atas perlindungan kesehatan dan keamanan, yaitu selain hak-hak diatas, dalam
bisnis modern sekarang ini semakin dianggap penting bahwa para pekerja dijamin keamanan,
keselamatan dan kesehatannya. Karena itu pada tempatnya pekerja diasuransikan melalui
asuransi kecelakaan dan kesehatan. Ini terutama dituntut pada perusahaan yang bergerak
dalam bidang kegiatan yang penuh resiko. Karena itu perusahaan punya kewajiban moral
untuk menjaga dan menjamin hak ini, paling kurang dengan mencegah kemungkinan hidup
pekerjanya terancam dengan menjamin hak atas perlindungan keamanan, keselamatan dan
kesehatan kerja. Beberapa hal yang perlu dijamin dalam kaitan dengan hak atas keamanan,
keselamatan dan kesehatan kerja:

 Setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan atas keamanan, keselamatan dan


kesehatan melalui program jaminan atau asuransi keamanan dan kesehatan yang
diadakan perusahaan itu.
 Setiap pekerja berhak mengetahui kemungkinan resiko yang akan dihadapinya dalam
menjalankan pekerjaannya dalam bidang tertentu dalam perusahaan tersebut.
 Setiap pekerja bebas untuk memilih dan menerima pekerjan dengan resiko yang sudah
diketahuinya itu atau sebaiknya menolaknya.
 Jika ketiga hal ini bisa dipenuhi, suatu perusahaan sudah dianggap menjamin secara
memadai hak pekerja atas perlindungan keselamatan, keamanan dan kesehatan kerja.
Kalaupun pada akhirnya terjadi risiko tertentu, secara etis perusahaan tersebut tetap
dinilai baik.

e)      Hak untuk diproses hukum secara sah, yaitu hak ini terutama berlaku ketika seorang
pekerja dituduh dan diancam dengan hukuman tertentu karena diduga melakukan
pelanggaran atau kesalahan tertentu. pekerja tersebut wajib diberi kesempatan untuk
mempertanggungjawabkan tindakannya, dan kalau ternyata ia tidak bersalah ia wajib diberi
kesempatan untuk membela diri. Ini berarti baik secara legal maupun moral perusahaan tidak
diperkenankan untuk menindak seorang karyawan secara sepihak tanpa mencek atau
mendengarkan pekerja itu sendiri.

f)       Hak untuk diperlakukan secara sama, yaitu pada prinsipnya semua pekerja harus
diperlakukan secara sama, secara fair. Artinya tidak boleh ada diskriminasi dalam perusahaan
entah berdasarkan warna kulit, jenis kelamin, etnis, agama dan semacamnya, baik dalam
sikap dan perlakuan, gaji, maupun peluang untuk jabatan, pelatihan atau pendidikan lebih
lanjut. Perbedan dalam hal gaji dan peluang harus dipertimbangkan secara rasional.
Diskriminasi yang didasrkan pada jenis kelamin, etnis, agama dan semacamnya adalah
perlakuan yang tidak adil.

g)      Hak atas rahasia pribadi, yaitu karyawan punya hak untuk dirahasiakan data
pribadinya, bahkan perusahan harus menerima bahwa ada hal-hal tertentu yang tidak boleh
diketahui oleh perusahaan dan ingin tetap dirahasiakan oleh karyawan. Hak atas rahasia
pribadi tidak mutlak, dalam kasus tertentu data yang dianggap paling rahasia harus diketahui
oleh perusahaan atau akryawan lainnya, misalnya orang yang menderita penyakit tertentu.
Ditakutkan apabila sewaktu-waktu penyakit tersebut kambuh akan merugikan banyak orang
atau mungkin mencelakakan orang lain. Umumnya yang dianggap sebagai rahasia pribadi
dan karena itu tidak perlu diketahui dan dicampuri oleh perusahaan adalah persoalan yang
menyangkut keyakinan religius, afiliasi dan haluan politik, urusan keluarga serta urusan
sosial lainnya

h)      Hak atas kebebasan suara hati,  yaitu pekerja tidak boleh dipaksa untuk melakukan
tindakan tertentu yang dianggapnya tidak baik, atau mungkin baik menurut perusahaan jadi
pekerja harus dibiarkan bebas mengikuti apa yang menurut suara hatinya adalah hal yang
baik.
BAB 9
Bisnis Dan Perlindungan Konsumen

Masyarakat modern adalah masyarakat pasar atau masyarakat bisnis atau juga disebut
sebagai masyarakat konsumen. Alasannya tentu jelas, semua orang dalam satu atau lain
bentuk tanpa terkecuali adalah konsumen dari salah satu barang yang diperoleh melalui
kegiatan bisnis. Semua manusia adalah konsumen, termasuk pelaku bisnis atau produsen
sendiri. Karena itu, tidak berlebihan kalau bisnis adalah bagian integral dari masyarakat
modern, dan mempengaruhi manusia baik secara positif maupun secara negative. Bisnis ikut
menentukan baik buruknya dan maju tidaknya kebudayaan manusia pada abad modern ini.
Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian untuk
memberikan perlindungan hukum kepada konsumen. Pengertian konsumen sendiri adalah
setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.

Sesuai dengan pasal 3 Undang-undang Perlindungan Konsumen, tujuan dari Perlindungan ini
adalah :
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri,
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses
negatif pemakaian barang dan/atau jasa,
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-
haknya sebagai konsumen,
d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum
dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi,
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan ini sehingga
tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam berusaha,
f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi
barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen.

Adapun Azas perlindungan konsumen antara lain :


a. Asas Manfaat; mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan
ini harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku
usaha secara keseluruhan,
b. Asas Keadilan; partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan
memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan
melaksanakan kewajibannya secara adil,
c. Asas Keseimbangan; memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku
usaha, dan pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual
d. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen; memberikan jaminan atas keamanan dan
keselamatan kepada konsumen dalarn penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang
dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan;
e. Asas Kepastian Hukum; baik pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum dan
memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara
menjamin kepastian hukum.

Masyarakat modern adalah masyarakat bisnis. Pelaku bisnis beranggapan hanya bertanggung
jawab memenuhi kebutuhan dan bersikap netral. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
(YLKI) memiliki peran melindungi konsumen dari tindakan produsen. Hubungan Produsen
Dan Konsumen. Antara Produsen Dan Konsumen memiliki “Hak Kontraktual” yaitu Hak
yang timbul dan dimiliki seseorang ketika memasuki suatu persetujuan atau kontrak dengan
pihak lain.

1. Hubungan Produsen dan Konsumen


Ada beberapa aturan yang perlu dipenuhi dalam sebuah kontrak yang dianggap baik
dan adil, yang menjadi dasar bagi hak kontraktual setiap pihak dalam suatu kontrak yaitu:
Kedua belah pihak mengetahui sepenuhnya hakikat dan kondisi persetujuan yang mereka
sepakati. Tidak ada pihak yang secara sengaja memberikan fakta yang salah atau
memalsukan fakta tentang kondisi dan syarat-syarat kontrak untuk pihak yang lain. Tidak ada
pihak yang boleh dipaksa untuk melakukan kontrak atau persetujuan itu

Kontrak juga tidak mengikat bagi pihak manapun untuk tindakan yang bertentangan dengan
moralitas. Ada 2 alasan perangkat pengendalian terutama tertuju pada produsen dalam
hubungannya dengan konsumen, adalah:
Dalam hubungan antara konsumen atau pelanggan di satu pihak dan pemasok,
produsen, dan penyalur barang atau jasa tertentu di pihak lain, konsumen atau pelanggan
terutama berada pada posisi yang lebih lemah dan rentan untuk dirugikan.
Dalam kerangka bisnis sebagai profesi, konsumen sesungguhnya membayar produsen untuk
menyediakan barang kebutuhan hidupnya secara professional.

Adapun aturan-aturan hubungan produsen dan konsumen adalah:


-Produsen wajib memenuhi semua ketentuan yang melekat baik pada produk yang
ditawarkan maupun pada iklan tentang produk itu.
-Produsen punya kewajiban untuk menyikapkan semua informasi yang perlu diketahui oleh
semua konsumen tentang sebuah produk.
-Kewajiban untuk tidak mengatakan yang tidak benar tentang produk yang ditawarkan.
Dari ketiga aturan-aturan diatas terlihat jelas bahwa informasi tentang produk
memainkan peranan penting. Dalam banyak kasus informasi adalah dasar bagi konsumen
untuk memutuskan membeli sebuah produk.

2. Gerakan Konsumen

Salah satu syarat bagi terpenuhi dan terjaminnya hak-hak konsumen adalah perlunya pasar
dibuka dan dibebaskan bagi semua pelaku ekonomi, termasuk bagi produsen dan konsumen
untuk keluar masuk dalam pasar. Selain itu, salah satu langkah yang dirasakan sangat
berpengaruh adalah Gerakan Konsumen. Gerakan ini terutama lahir karena dirasakan adanya
penggunaan kekuatan bisnis secara tidak fair. Gerakan kosumen juga lahir karena
pertimbangan sebagai berikut:
Produk yang semakin banyak di satu pihak menguntungkan konsumen karena mereka punya
pilihan bebas yang terbuka, namun di pihak lain juga membuat pilihan mereka menjadi rumit.
Jasa kini semakin terspesialisasi sehingga menyulitkan konsumen untuk memutuskan mana
yang benar-benar dibutuhkannya.
Kebutuhan iklan yang merasuki setiap menit dan segi kehidupan manusia modern yang
melalui berbagai media massa dan media informasi lainnya, membawa pengaruh yang sangat
besar bagi kehidupan konsumen.
Kenyataan menunjukan bahwa keamanan produk jarang sekali diperhatikan secara serius oleh
produsen.
BAB 10
Iklan dan Dimensi Etisnya

Dalam abad informasi sekarang ini, iklan memainkan peran  yang sangat penting untuk 
menyampaikan informasi tentang suatu produk kepada masyarakat;
Ø  Suka atau tidak suka, iklan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan
manusia baik secara positif maupun secara negatif;
Ø  Iklan mempunyai andil besar dalam menciptakan citra bisnis baik secara positif maupun
negatif;
Ø  Iklan ikut menentukan penilaian masyarakat mengenai baik buruknya kegiatan bisnis;
Ø  Iklan berperan besar dalam menciptakan budaya dalam masyarakat modern;
Ø  Kebudayaan masyarakat modern adalah:
v  kebudayaan massa;
v  kebudayaan serba instan;
v  kebudayaan serba tiruan;
v  kebudayaan serba polesan.
Ø  Iklan merupakan salah satu strategi pemasaran yang bermaksud untuk mendekatkan
barang yang akan dijual kepada konsumen.

1. Fungsi Iklan

a.      Iklan sebagai Pemberi Iformasi


Ø Iklan merupakan media untuk menyampaikan informasi yang sebenarnya kepada
masyarakat tentang produk yang sedang atau akan dijual;
Ø Iklan berfungsi membeberkan dan menggambarkan  seluruh kenyataan yang serinci
mungkin tentang suatu produk;
Ø Iklan hanyalah media informasi yang netral untuk membantu pembeli memutuskan secara
tepat dalam membeli produk tertentu demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
b.      Iklan sebagai Pembentuk Pendapat Umum
Ø  Iklan dilihat sebagai suatu cara untuk mempengaruhi pendapat umum masyarakat tentang
sebuah produk.
Ø  Fungsi iklan mirip dengan fungsi propaganda politik yang brusaha mempengaruhi massa
pemilih.
Ø  Fungsi iklan adalah untuk menarik masa konsumen untuk membeli produk itu.
Ø  Caranya dengan menampilkan model iklan yang manipulatif, persuasif, dan tendensius
dengan maksud untuk menggiring konsumen membeli produk itu.
Ø  Iklan manipulatif jelas dilarang karena benar-benar memanipulsi manusia dan segala
aspek kehidupannya.

2. Beberapa Persoalan Etis

a.      Iklan merongrong otonomi dan kebebasan manusia.


b.      Iklan manipulatif dan persuasif non-rasional menciptakan kebutuhan manusia dengan
manusia modern menjadi konsumtif
c.       Iklan manipulatif dan persuasif non-rasional malah membentuk dan menentukan
identitas atau citra diri manusia modern.
d.      Iklan merongrong rasa keadilan sosial masyarakat.
3. Makna Etis Menipu  dalam Iklan

Ø  Iklan akan membentuk citra sebuah prodak atau bahkan sebuah perusahaan di mata
masyarakat.
Ø  Citra terbentuk bukan karena bunyi atau penampilan iklan itu sendiri, melainkan
kesesuaian antara kenyataan sebuah produk yang diiklankan dengan apa yang disampaikan
dalam iklan itu.
Ø  Iklan sering dimaksudkan sebagai media untuk mengungkapkan hakikat dan misi sebuah
perusahaan atau produk.
Ø  Prinsip etika bisnis yang paling relevan adalah kejujuran, yang tidak hanya menyangkut
kepentingan banyak orang, tetapi juga kepentingan perusahaan, atau bisnis seluruhnya
sebagai sebuah profesi yang baik.
Ø  Iklan yang membuat pernyataan salah atau tidak benar, yang tidak sesuai dengan
kenyataan dengan maksud memperdaya atau mengecoh konsumen adalah sebuah tipuan dan
karena itu harus dinilai sebagai iklan yang tidak etis.
Ø  Semua iklan yang dibuat dengan melebih-lebihkan kenyataan sebenarnya dari produk
tertentu dengan maksud untuk memperdaya, menghasut, dan membujuk konsumen untuk
membeli produk itu dianggap sebagai iklan yang tidak etis.
Ø  Iklan yang memberi informasi yang salah, tanpa sadar atau tanpa mengetahuinya suatu
kondisi yang perlu dibuktikan – bukanlah iklan yang menipu melainkan iklan yang bohong,
karena itu secara moral tidak dikutuk, akan tetapi jika ada pengaduan konsumen maka iklan
itu harus dicabut dan bila dibiarkan oleh biro iklan atau produsennya maka iklan itu sebagai
iklan yang menipu, tidak etis dan harus dikutuk secara moral.

4. Kebebasan Konsumen

Ø  Iklan merupakan suatu aspek pemasaran yang penting, karena iklan menentukan hubungan
antara produsen dan konsumen;
Ø  Iklan menentukan pula hubungan penawaran dan permintaan antara produsen dan
pembeli, yang pada gilirannya ikut pula menentukan harga barang yang dijual di pasar;
Ø  Sebagai mahluk sosial kita tidak bisa lepas dari pengaruh dan informasi orang lain, namun
tidak berarti pengaruh tadi membelenggu dan meniadakan kebebasan setiap individu;
Ø  Profesi periklanan dan organisasi profesi periklanan perlu benar-banar perlu punya
komitmen moral untuk mewujudkan iklan yang baik bagi masyarakat.

BAB 11
Etika Pasar Bebas

Tegaknya etika binis dan sehat tidaknya iklim bisnis, sangat ditentukan oleh sistem sosial
politik yang dianut suatu negara.
v  Demi menjamin bisnis yang baik dan etis, sangat diperlukan sosial politik dan ekonomi
yang sesuai, yaitu sosial politik yang menjamin konsekuensi kegiatan bisnis yang baik, etis
dan fair.
v  Rasanya sia-sia kita mengharapkan suatu bisnis yang baik dan etis kalau tidak ditunjang
oleh sistem sosial politik dan ekonomi yang memungkinkan.
v  Betapapun etisnya pelaku ekonomi, kalau sistem yang ada melanggengkan praktek-praktek
bisnis yang tidak fair seperti monopoli, kolusi, manipulasi, dan nepotisme secara transparan
dan arogan, akan sulit sekali mengharapkan iklim bisnis yang baik dan etis.
v  Supaya bisnis dijalankan secara baik dan etis dibutuhkan perangkat hukum yang baik dan
adil.
v  Harus ada aturan main yang fair yang dijiwai oleh etika dan moralitas.
v  Sistem sosial politik dan ekonomi yang kondusif bagi praktek bisnis yang etis adalah
sistem sosial-politik-ekonomi yang paling memungkinkan praktek bisnis yang etis.

1. Keunggulan Moral Pasar bebas

a.       Sistem ekonomi pasar bebas menjamin keadilan melalui jaminan perlakuan yang sama
dan fair bagi semua pelaku ekonomi.
b.      Dari sejarahnya ekonomi pasar bebas justru lahir untuk membasmi sistem ekonomi
yang korup, karena didukung oleh monopli, kolosi, dan praktek-praktek politik distorsif yang
mengarah pada manipulasi birokrasi pemerintah oleh pengusaha demi kepentingan mereka
dan elit penguasa dengan mengorbankan kepentingan dan rasa keadilan masyarakat luas.
c.       Pasar bebas adalah sistem ekonomi yang lahir untuk mendobrak sistem ekonomi yang
tidak etis dan yang menghambat pertumbuhan ekonomi dengan memberi kesempatan
berusaha yang sama, bebas, dan fair kepada semua pelaku ekonomi.
d.      Dalam sistem ekonomi  pasar bebas,  semua pelaku ekonomi dibiarkan bebas
mejalankan kegiatan bisnisnya, sesuai dengan keinginannya untuk mengejar keuntungan
sebesar-besarnya, asalkan dengan syarat tidak merugikan masyarakat.
e.      Sistem ekonomi pasar bebas bukanlah sistem tanpa regulasi melainkan sistem yang
menjamin kebebasan berusaha sebagai hak asasi semua orang, tetapi tetap dalam kerangka
aturan yang fair dan terbuka bagi semua.
f.        Regulasi pasar bebas adalah regulasi sebagai perwujudan keadilan dan kebebasan demi
menjamin hak dan kepentingan setiap orang dan hak seluruh masyarakat, sambil tetap
mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi.
g.       Pasar mencapai tiga nilai moral:
1)      Pasar mengarahkan penjual dan  pembeli untuk melakukan dagang secara adil;
2)      Pasar memaksimalisasi manfaat yang diperoleh penjual dan pembeli dengan
mengarahkan mereka untuk mengalokasikan, menggunakan dan mendistribusikan barang-
barang mereka secara efisien,
3)      Pasar mencapai semua ini dengan tetap menghargai hak penjual dan pembeli atas
kebebasan.

2. Peran Pemerintah

a.       Syarat utama untuk menjamin sebuah sistem ekonomi pasar yang fair dan adil adalah
perlunya suatu peran pemerintah yang sangat canggih.
b.      Peran bahkan campur tangan pemerintah tidak ditolak sama sekali bahkan pemerintah
harus campurtangan.
c.       Pemerintah harus turun tangan menindak secara konsekuen pihak yang merugikan
pihak-pihak lain.
d.      Pembatasan peran pemerintah  yang minimal tetapi sekaligus efektif karena:
1)        Tugas melindungi masyarakat dari kekerasan dan invasi dari masyarakat merdeka
lainnya;
2)        Tugas melindungi sebisa mungkin setiap anggota masyarakat dari ketidak adilan atau
penindasan dari setiap anggota lainnya;
3)        Tugas membangun dan mengelola pekerjaan-pekerjaan umum tertentu dan lembaga-
lembaga umum tertentu yang tidak bisa dijalankan oleh swasta karena tidak menguntungkan,
tetapi sangat berguna bagi kehidupan bersama.
e.      Syarat utama bagi trwujudnya sistem pasar yang adil dalam kegiatan bisnis yang baik
dan etis adalah perlunya pemerintahan yang adil juga, yang benar-benar bersikap netral dan
tunduk  pada aturan main yang ada.
f.        Pasar bebas akan berubah menjadi hutan rimba tanpa aturan yang jelas, dimana semua
pelaku ekonomi akan saling memakan dan berupaya melindungi kegiatan manipulatifnya di
bawah dukungan politik yang bisa dibeli.
Agar pemerintah dapat berfungsi secara efektif menegakkan aturan dan praktek bisnis yang
fair, baik dan etis, pemerintah sendiri harus adil.
Dalam penegakan pemerintahan yang adil dibutuhkan:
1)        Membutuhkan pemisahan dan kemandirian antara kekuasaan legislatif, eksekutif dan
yudikatif;
2)        Hanya dengan kekuasaan pemerintah yang mutlak ini keamanan, keadilan dan
kepentingan masyarakat umum dapat dijamin
v  Dalam sistem ekonomi yang terbuka da bebas, pemerintah diharapkan untuk tetap
memainkan perannya yang sangat penting dan strategis untuk menciptakan iklim usaha yang
baik dan fair.
v  Dengan iklim usaha yang baik dan fair, maka selain pertumbuhan ekonomi akan tetap
terjaga juga rasa keadilan masyarakat akan terjaga semaksimal mungkin.
v  Jadi dari segi ekonomi maupun moral, peran pemerintah sangat menentukan berhasil
tidaknya ekonomi kita, serta etis tidaknya iklim bisnis kita.
v  Dalam menyongsong era globalisasi, keberhasilan kita sangat ditentukan oleh peran
pemerintah sebagaimana mestinya.

BAB 12
Monopoli dan Kebijaksanaan Pemerintah

      Monopoli
      Monopoli adalah suatu situasi dalam pasar dimana hanya satu atau segelitir
perusahaan yang menjual produk atau komoditas tertentu yang tidak punya pengganti yang
mirip dan ada hambatan bagi perusahaan atau pengusaha lain untuk masuk dalam bidang
industri atau bisnis tersebut.
      Dengan kata lain pasar dikuasai oleh satu atau segelintir perusahaan, sementara
pihak lain sulit masuk di dalamnya, karena itu hampir tidak ada persaingan yang berarti.
a.       Monopoli alamiah:
      Lahir karena mekanisme murni dalam pasar
      Lahir secara wajar dan alamiah karena kondisi obyektif yang dimiliki oleh suatu
perusahaan, yang menyebabkan perusahaan ini unggul dalam pasar tanpa bisa ditandingi dan
dikalahkan scara memadai oleh perusahaan lain.`
b.      Monopoli artifisial:
      Lahir karena ersekongkolan atau kolosi politis dan ekonomis antara pengusaha dan
penguasa demi melindungi kepentingan kelompok pengusaha tersebut.
      Lahir karena pertimbangan rasional maupun irasional.
      Suatu rekayasa sadar yang pada  akhirnya akan menguntungkan kelompok yang
mendapat monopoli dan merugikan kepentingan kelompok lain, bahkan kepentingan
mayoritas masyarakat.
2.       Oligopoli
      Suatu bentuk monopoli tetapi agak berbeda sifatnya. Kalau monopoli merupakan
kolosi antara pengusaha dan penguasa, sedang oligopoli adalah kolosi antara pengusaha
dengan pengusaha.
      Inti dari Oligopoli adalah perusahaan sepakat, baik secara tersirat maupun tersurat
untuk menetapkan harga produk dari industri sejenis pada tingkat yang jauh lebih tinggi dari
harga mekanisme murni dalam pasar.
      Dalam praktek monopoli artifisial perusahaan tertentu melakukan kolosi dengan
penguasa demi mengalahkan atau menyingkirkan perusahaan lain, sedangkan praktek oligoli
adalah persekongkolan antara beberapa perusahaan sejenis dengan tujuan utama untuk
mengalahkan dan mendikte konsumen.

3.       Suap
      Salah satu praktek yang sampai tingkat tertentu juga mengarah pada monopoli dan
juga merusak pasar adalah suap.
      Suap mengarah pada monopoli karena dengan suap-menyuap mencegah perusahaan
lain untuk masuk dalam pasar bersaing secara fair.
      Dengan suap perusahaan penyuap dapat hak istimewa untuk melakukan bisnis
tertentu yang tidak bisa dimasuki oleh perusahaan lain.
      Melalui suap pihak pemerintah mengeluarkan peraturan tertentu untuk melindungi
kegiatan bisnis perusahaan penyuap tadi untuk mengeluarkan langkah kebijaksanaan tertentu
dan bertujuan untuk melindungi perusahaan penyuap.

4.       Tip
      Tip adalah hadiah atau pemberian cuma-cuma yang diberikan kepada seseorang
atau pihak tertentu sebagai tanda terima kasih atas bantuan atau pelayanan yang telah
diberikannya, kendati bantuan atau pelayanan itu merupakan tugas dan tanggung jawabnya.
      Tip adalah bentuk perilaku etis sebagai ungkapan penghargaan yang tulus atas jasa
orang lain.
      Tip tidak menimbulkan persoalan etis, namun tip bisa berubah menjadi suap karena
secara positip penerima tip merasa berhutang budi dan dengan demikian dengan penuh resiko
ingin membalas kebaikan dengan anipulasi tertentu.

5.       Undang-Undang Anti-Monopoli


Tujuan Undang-Undang Anti-Monopoli:
a.       Bukan untuk membatasi pasar akan tetapi justru untuk mengaktualisasikan cita-cita
pasar bebas dan menjamin agar pasar yang fair benar-benar berfungsi.
b.      Untuk melindungi kesejahteraan konsumen dengan melarang praktek-praktek bisnis
yang curang dan tidak fair.
c.       Melindungi perusahaan kecil dan mencegah praktek bisnis yang monopolis dan
oligopolistis.

Anda mungkin juga menyukai