Akmal, S.Si
NIP. 19670704 198603 1 001
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TUJUAN
3.4 MATERI
LAMPIRAN
LAMPIRAN 4. UNDANGAN
LAMPIRAN 7. DOKUMENTASI
BAB I
PENDAHULUAN
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan (UU Nomor 18 Tahun 2012). Kondisi ini tercermin dari tersedianya pangan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif,
dan produktif secara berkelanjutan. Pangan mempunyai arti dan peran yang sangat penting bagi
kehidupan suatu bangsa. Ketersediaan pangan yang lebih sedikit dibandingkan kebutuhannya
dapat menciptakan ketidakstabilan ekonomi. Berbagai gejolak sosial dan politik dapat juga
terjadi jika ketahanan pangan terganggu. Kondisi pangan yang kritis ini bahkan dapat
membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas Nasional.
Di Indonesia, pangan sering diidentikkan dengan beras karena jenis pangan ini merupakan
makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun selain beras, terdapat beberapa
komoditi lain yang juga penting antara lain jagung, kedelai, daging, telur, susu, ikan, bawang,
dan cabai. Cabai dan bawang merupakan dua komoditi yang akhir-akhir ini menjadi perhatian
karena memengaruhi inflasi. Konsumsi daging sapi perlu dihitung untuk menentukan kuota
impor. Daging dan telur ayam sangat penting untuk pemenuhan kebutuhan protein. Cetak biru
persusuan nasional memerlukan data konsumsi susu di masyarakat. Konsumsi susu penting
untuk perbaikan gizi dan peningkatan kesejahteraan bagi peternak sapi perah. Beberapa
komoditas strategis perikanan seperti ikan tuna, tongkol, cakalang, kembung, bandeng
merupakan sumberdaya perikanan yang potensial karena jumlahnya yang cukup melimpah dan
memiliki nilai ekonomis penting karena paling banyak ditangkap untuk konsumsi masyarakat
dan kebutuhan pasar regional dan ekspor. Selain itu, konsumsi ikan (selain rumput laut)
merupakan salah satu indikator nasional pencapaian SDGs .
Selain dikonsumsi langsung oleh manusia, bahan pokok juga dikonsumsi dalam bentuk
hasil olahan, seperti tepung, bihun, makanan kering (crackers) dan lain-lain. Bahan pokok
tersebut juga digunakan sebagai bahan baku industri nonmakanan (tidak dikonsumsi manusia),
seperti untuk industri pakan ternak, industri kosmetik, dan industri bahan kimia. Pemerintah
selalu berupaya untuk meningkatkan ketahanan pangan bagi masyarakat, baik dari produksi
dalam negeri maupun dengan tambahan impor. Pemenuhan kebutuhan pangan dan menjaga
ketahanan pangan menjadi semakin penting bagi Indonesia karena jumlah penduduk yang cukup
besar dengan cakupan geografis yang luas dan tersebar. Indonesia memerlukan pangan dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dan terdistribusi dengan baik dalam rangka
memenuhi kriteria konsumsi maupun cadangan logistik, yang mudah diakses oleh setiap orang.
Ketergantungan masyarakat Indonesia yang tinggi terhadap bahan pokok mendorong pemerintah
untuk mengetahui secara riil tentang total konsumsi/kebutuhan bahan pokok tersebut dalam
rangka penyediaan nasional. Konsumsi merupakan faktor yang sangat penting dalam menghitung
kebutuhan bahan pokok. Kesalahan dalam penghitungan konsumsi akan berdampak pada
ketidaktepatan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Selama ini informasi konsumsi bahan
pokok per kapita bersumber dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Namun,
konsumsi bahan pokok dalam Susenas hanya konsumsi di dalam rumah tangga (yang diolah di
dalam rumah). Meskipun informasi tentang makanan jadi yang mengandung bahan pokok juga
telah dikumpulkan, tetapi perkiraan tentang konsumsi bahan pokok dari makanan jadi susah
untuk dilakukan.
Pada tahun 2011, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian bekerjasama
dengan Badan Pusat Statistik (BPS) telah melakukan kajian khusus mengenai konsumsi beras
dengan berbagai pendekatan yang didasarkan pada berbagai sumber data yaitu Susenas, Survei
Industri, Survei Konsumsi dan Cadangan Beras Nasional, serta Tabel Input-Output. Kemudian
pada tahun 2012 BPS melakukan Survei Konsumsi Beras Nasional (VKB12) untuk melengkapi
data yang belum tersedia, dan untuk memastikan hasil penghitungan konsumsi beras pada tahun
2011. Berdasarkan hasil kajian tersebut dan adanya gejolak beberapa harga bahan pokok seperti
cabai merah dan daging sapi pada beberapa tahun terakhir, maka dipandang perlu dilakukan
kajian lebih lanjut. Oleh karena itu, pada tahun 2014 dan 2015 dilakukan Survei Konsumsi
Bahan Pokok dengan ruang lingkup yang lebih luas dan menambahkan komoditas-komoditas
lain, seperti cabai, bawang merah, dan daging sapi. Demi ketersediaan data yang
berkesinambungan, maka pada tahun 2017 kembali diadakan Survei Konsumsi Bahan Pokok
yang mencakup beberapa komoditi seperti beras, jagung, kacang kedelai, daging sapi, daging
ayam, telur ayam ras, susu sapi segar, ikan, bawang merah, dan cabai.
BAB II
TUJUAN
Kegiatan pelatihan calon petugas ini dilakukan dengan tujuan untuk menyamakan
persepsi terhadap konsep/definisi dan cara pengisian daftar yang baik dan benar sesuai dengan
apa yang diinginkan survey ini serta terjadinya proses transformasi pengetahuan dan
pembentukan keterampilan dari instruktur kepada peserta serta ajang transfer pengetahuan dari
Inda ke peserta mengenai metodologi dan konsep definisi dan dari peserta ke inda mengenai
kondisi dan permasalahan di lapangan.
Hasil pelatihan ini yang diharapkan adalaha mendapatkan petugas yang mampu
mengimplementasikan hasil pelatihan di tempat kerja masing masing, sehingga bias membentuk
petugas yang berkualitas yang pada akhirnya menghasilkan data berkualitas.
BAB III
PELAKSANAAN
A. FasilitasBelajar
1. Kapasitas ruang belajar per kelas : 28 - 30 orang
2. Penerangan : Listrik -1 Lainnya -2
3. PapanTulis : Putih dengan spidol -1
Lainnya dengan kapur -2
Alat-alat tulis peserta : Buku tulis/blok note -1 -2
Ball point -1 -2
Pensil -1 -2
Penghapus -1 -2
Peruncing -1 -2
Tas -1 -2
3.4 Materi
Adapun materi yang diajarkan yaitu pendahuluan yang memuat tentang latar belakang dan
tujuan dilaksanakannya survey Konsumsi Bahan Pokok 2017. Materi selanjutnya yaitu tentang
metodologi yang menguraikan tentang cakupan perusahaan, cakupan KBLI yang digunakan di
BAPOK 2017, kerangka sampel, desain sampling, alokasi sampel dan stratifikasi blok sensus,
dan jumlah sampel serta skema pembentukan sampel. Kemudian dilanjutkan dengan materi
pembahasan tata cara pengsisian dokumen listing dan tata cara pengisisan dokumen sampel.
GELOMBANG I
Jam Materi Pelatihan Peserta
(1) (2) (3) (4)
Rabu/ 12.00 – Selesai Registrasi Check In PMS/PCS
15 Maret 2017
08.00 - 10.00 Pembukaan
10.00 - 10.15 Coffee Break/ Istirahat
10.15 - 12.00 Penjelasan umum, Organisasi Lapangan, Metodologi,
Serta Tata Cara Penggunaandan Pengisisan Daftar
Kamis/ VKBP17 DS, VKBP17 DSPD, VKBP17 KSPD PMS/PCS
16 Maret 2017
12.00 – 13.00 ISHOMA
13.00 – 15.00 Tatacara Pendaftaran Bangunan dan Rumah Tangga
Serta Pengisian Daftar VKBP17 L
15.00 – 15.15 Coffee Break/ Istirahat
15.15 – 18.00 Tatacara Pendaftaran Bangunan dan Rumah Tangga
Serta Pengisian Daftar VKBP17 L
08.00 - 10.00 Tatacara Pencacahan Sampel Usaha dan Pengisian
Daftar VKBP 17.S
10.00 - 10.15 Coffee Break / Istirahat
Jumat/ 10.15 – 11.30 Tatacara Pencacahan Sampel Usaha dan Pengisian
Daftar VKBP 17.S PMS/PCS
17 Maret 2017
11.30 – 13.00 ISHOMA
13.00 – 15.00 Pendalaman / Role Playing
15.00 – 15.15 Coffee Break/ Istirahat
15.15 – 18.30 Tatacara Pendaftaran Bangunan dan Rumah Tangga
Serta Pengisian Daftar VKBP17 L
08.00 - 10.00 STKU dan Kegiatan Rutin Lainnya
10.00 - 10.15 Coffee Break / Istirahat
10.15 - 12.00 Penjelasan Kegiatan Direktori Pasar
Sabtu/ 12.00 – 13.00 ISHOMA PMS/PCS
18 Maret 2017 13.00 – 15.00 Penjelasan Kegiatan Direktori Pasar
15.00 – 15.15 Coffee Break / Istirahat
15.15 – 18.00 Penutupan