Anda di halaman 1dari 15

A.

Pengertian as- Sunnah


As- Sunnah menurut bahasa berarti jalan hidup yang dijalani atau
dibiasakan, baik jalan hidup itu baik atau buruk terpuji ataupun tercela.
Sunnah menurut istilah antara lain dikemukakan oleh ahli hadis, ushul
fiqih dan para ahli fiqih. Sunnah dalam pengertian para ahli hadis adalah
sesuatu yang didapatkan dari nabi SAW yang terdiri dari ucapan,
perbuatan, persetujuan, sifat fisik atau budi, atau biografi, baik pada masa
sebelum kenabian ataupun sesudahnya. Sunnah menurut pengertian ini
sinonim dengan hadis menurut pendapat sebagian mereka. Sunnah
menurut istilah para ahli pokok agama adalah sesuatau yang diambil dari
nabi SAW, yang terdiri dari sabda, perbuatan, dan persetujuan beliau.
Sunnah menurut para ahli fiqih ialah suatu hukum yang jelas
berasal dari nabi yang tidak termasuk fardhu ataupun wajib, dan assunnah
itu ada bersama wajib dan lain – lain dalam hukum yang lima.
Adapun kedudukan as-Sunnah bterhadap Al- Qur’an yaitu sebagai
pengukuh terhadap ayat- ayat Al-qur'an.Sebagai penjelasan terhadap
maksud ayat- ayat Al-qur'an.  Menetapkan hukum yang tidak disebutkan
dalam Al-qur'an. Sunnah merupakan sumber bagi da'wah dan bimbingan
bagi seorang muslim, sunnah juga merupakan sumber ilmu pengetahuan
keagamaan, kemanusiaan, dan sosial yang dibutuhkan umat manusia untuk
meluruskan jalan mereka, membetulkan kesalahan mereka ataupun
melengkapi pengetahuan eksperimental mereka.
Seperti Al-Qur’an, sunnah juga mengandung informasi tentang
beberapa hakikat yang berkaitan dengan masalah- masalah ghaib. Sunnah
juga memuat informasi tentang informasi tentang kejadian- kejadian masa
lalu, tentang awal penciptaan, tentang rasul- rasul dan nabi- nabi yang
tidak mampu diliput oleh historiografi konvensional dan perangkatnya.
Informasi- informasi sejarah masa lalu tersebut tidak diketahui kecuali
dengan melalui wahyu. Sunnah juga mengandung informasi- informasi
tentang berbagai peristiwa yang berkaitan dengaan masa depan. Demikian
juga mengenai hal- hal yang akan terjadi setelah hari kiamat. Sebagai

1
sumber ilmu pengetahuan kedua, hadits atau sunnah telah menjadi faktor
pendukung utama kemajuan ilmu pendidikan. Banyak hadits yang
berbicara tentang ilmu terutama ilmu pengetahuan. Landasan hadits
sebagai sumber ilmu adalah QS. An- Najm ayat 3-4 yang artinya “tiadalah
yang diucapkannya itu menurut kemauan dan hawa nafsunya. Ucapannya
itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).

B. Pengertian Ilmu pengetahuan


Ilmu pengetahuan adalah terjemahan dari kata bahasa Inggris,
science, yang berarti pengetahuan. Kata science itu sendiri berasal dari
bahasa Yunani, scientia, yang berarti pengetahuan. Namun pengertian
yang umum dipergunakan , ilmu pengetahuan adalah himpunan
pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui peroses pengkajian dan
dapat diterima oleh rasio. Ada yang berpendapat bahwa ilmu pengetahuan
adalah gambaran atau keterangan yang lengkap dan konsisten tentang
fakta-fakta pengalaman manusia yang disusun dengan metode-metode
tertentu, dan mempergunakan istilah-istilah yang disederhanakan. Selain
itu, ada pula yang mengatakan, ilmu pengetahuan adalah ilmu yang
bersifat empiris, rasional, umum, dan merupakan satu kesatuan.
Jika defenisi-defenisi di atas dihubungkan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa ilmu pengetahuan adalah fakta-fakta pengalaman
manusia yang disusun secara seksama dan sistematis sehingga ia
merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling berkaitan. Fakta-fakta
tersebut diperoleh melalui peroses pengkajian yang mendalam, seperti
pengamatan, penggolongan, penguraian, dan penyimpulan.
Ilmu pengetahuan berbeda dengan pengetahuan. Pengetahuan
adalah apa saja yang diketahui oleh manusia mulai dari urusan yang
sekecil-kecilnya sampai dengan yang sebesar-besarnya. Pengetahuan
tersebut masih parsial, belum disusun secara sistematik dan berjalan
sendiri-sendiri sehingga belum memperlihatkan satu kesatuan dan belum
terumuskan dalam suatu teori. Sedangkan ilmu pengetahuan adalah

2
pengetahuan yang sudah disusun secara sistematik dan memiliki sifat-sifat
sebagaimana disebutkan di atas.
Istilah ilmu pengetahuan, sebagaimana umumnya difahami para
ahli, terbatas pada ilmu kealaman atau yang dikenal dengan istilah science
(sains).
Pengetahuan dikategorikan kepada dua bagian
a. Ilmu abadi (perenial knowledge) yang berdasar pada wahyu ilahi
yang tertera dalam Al-qur’an dan sunnah dan segala yang dapat di
ambil dari keduanyadengan menekankan bahasa Arab sebagai anak
kunci untuk memahami keduanya.
b. Ilmu dicari (acuired knowledge) termasuk sains kealaman dan
terapan yang dapan berkembang secara kuantitatif dan penggandaan,
pariasi terbatas dan pinjaman antara budaya, selama tidak
bertentangan dengan syaria’at sebagai sumber nilai.
Kolerasi antara pernyataan-pernyataan ilmiah Al-qur’an dan
pengetahuan. Sebagaimana disebutkan di atas, salah satu sifat ilmu
pengetahuan adalah dapat diterima oleh rasio dan akal. Al-qur’an
memberikan penghargaan yang amat tinggi terhadap akal. Tidak sedikit
ayat yang menganjurkan dan mendorong manusia agar mempergunakan
akal dan pikirannya. Dan manusia juga dianjurkan menuntut ilmu.
Kata-kata atau pernyataan yang dipakai dalam Al-qur’an untuk
menggambarkan perbuatan berfikir, bukan hanya kata ‘aqala (‫ )عقل‬tetapi
juga kata-kata sebagai berikut.
1. Nazara (‫ )نظر‬yaitu melihat secara abstrak, dalam arti, berfikir dan
merenung kata ini terdapat dalam 30 ayat lebih diantaranya: Q.S. Al-
Ghasyiyah ayat 17-20 :
Artinya : “Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta
bagaimana Dia diciptakan, dan langit, bagaimana ia ditinggikan? dan
gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? dan bumi bagaimana ia
dihamparkan?”

3
Perintah untuk istihar terhadap alam semesta, baik makhluk hidup
seperti yang tercantum dalam ayat di atas, dan jaminan bahwa hukum-
hukum yang mengendalikan alam semesta ini tidak berubah.

2. Tadabbara yaitu merenungkan sesuatu yang tersurat dan tersirat. Kata


ini banyak dijumpai di dalam Q.S. Muhammad ayat 24:
Artinya : “Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran
ataukah hati mereka terkunci?”

Dengan melakukan Tadabbara sebagaimana disebutkan dalam ayat


di atas, manusia akan dia antarkan kepada suatu fakta bahwa Al-Qur’an
menambahkan dimensi baru terhadap studi mengenai yang tersurat seperti
ayat-ayat Al-Qur’an dan tanda-tanda yang terdapat dalam alam, dan
membantu pikiran manusia melakukan terobosan terhadap batas
penghalang dari alam materi.
3. Tafakkara yaitu mengerti secara mendalam hal ini ada di dalam Q.S.
Al-Jatsiyah ayat 13:
Artinya : “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit
dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”

4. Faqiha yaitu mengerti secara mendalam. Hal ini dijumpai dalam 16


ayat, diantaranya QS.At-Taubah ayat 122:
Artinya : “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke
medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya.”

4
Pandangan Islam Terhadap Islam dan Ilmu Pengetahuan
Agama islam banyak memberikan penegasan mengenai ilmu
pengetahuan baik secara nyata maupun secara tersamar,seperti yang
tersebut dalam surat Al-Mujadalah ayat 11 yaitu: Artinya : ”... Allah akan
mengangkat orang-orang yang beriman diantara kamu sekalian dan
berilmu pengetahuan beberapa derajat. Maksudnya sebagai berikut : sama-
sama dari kelompok orang yang beriman maka Allah masih akan
meninggikan derajat bagi mereka,ialah mereka yang berilmu pengetahuan.
Sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-‘Alaq 1 sampai 5,
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan mu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha Pe-Murah. Yang mengajar (manusia) dengan
perantara kalam. Dia mengajarkan kepadamu apa apa yang tidak
diketahui.” Sejak awal turunnya wahyu kepada Muhammad SAW.(Al
Qur’an) , masalah ilmu adalah merupakan pangkal perintah alllah kepada
manusia perintah membaca merupakn kunci mancari dan mengulas ilmu
pengetahuan. Orang ber-ilmu pengetahuan berarti menguasai ilmu dan
memiliki kemampuan untuk mendapatkan dan menjelaskan nya.
Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan diperlukan antara lain
adanya sarana tertentu ,yaitu yang disebut berpikir . Dalam al-Qur’an dan
al-hadist sangat banyak ayat-ayat yang menerangkan tentang hubungan
antara ajaran islam dan ilmu pengetahuan serta pemanfaatanya yang kita
sebut Iptek. Hubungan tersebut dapat terbentk semacam perintah yang
mewajibkan,mmenyuruh mempelajari pernyataan-pernyataan ,bahkan ada
yang berbentuk sidiran – sindiran dan sebagainya.
Kesemuaan itu tidak lain adalah menggabarakan betapa eratnya
hubungan antara Islam dan Iptek sebagai hal yang tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lainya. Demikian juga tiap tindakan keilmuan atau
Iptek, mempunyai tujuan dan niatan (niat). Untuk melaksanakan perintah
islam seperti naik haji menguasai dan mengambil manfaat isi bumi untuk
kesejahateraan umat manusia, untuk menentukan saaat di mulanya puasa

5
ramdhan dan mengakhirinya dan lain sebagainya hanya dapat sempurna
apabila di topang oleh Iptek ,baik dari tingat rendah ataupun tinggi.
C. Al- Qur’an dan as-Sunnah Tentang Ilmu Pengetahuan
1. Pandangan Al Quran
Ilmu pengetahuan adalah merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab
suci Alquran. Bahkan kata ‘ilm itu sendiri disebut dalam Alquran
sebanyak 105 kali, tetapi dengan kata jadiannya ia disebut lebih dari 744
kali (Rahardjo, 2002). yang memang merupakan salah satu kebutuhan
agama Islam, betapa tidak setiap kali umat Islam ingin melaksanakan
ibadah selalu memerlukan penentuan waktu dan tempat yang tepat,
umpamanya melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan,
pelaksanaan haji, semuanya punya waktu-waktu tertentu. Dalam
menentukan waktu yang tepat diperlukan ilmu astronomi. Maka dalam
Islam pada abad pertengahan dikenal istilah sains mengenai waktu-waktu
tertentu (Turner, 2004).
Banyak lagi ajaran agama yang pelaksanaannya sangat terkait erat
dengan sains dan teknologi, seperti menunaikan ibadah haji, berdakwah,
semua itu membutuhkan kendaraan sebagai alat transportasi. Allah telah
meletakkan garis-garis besar sains dan ilmu pengetahuan dalam Alquran,
manusia hanya tinggal menggali, mengembangkan konsep dan teori yang
sudah ada, antara lain sebagaimana terdapat dalam QS. Ar-Rahman ayat
33.
Artinya: “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup
menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu
tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.”
Ayat di atas pada masa empat belas abad yang silam telah
memberikan isyarat secara ilmiyah kepada bangsa Jin dan Manusia,
bahwasanya mereka telah dipersilakan oleh Allah untuk mejelajah di
angkasa luar asalkan saja mereka punya kemampuan dan kekuatan
(sulthan). Kekuatan yang dimaksud di sini sebagaimana di tafsirkan para
ulama adalah ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi, hal ini telah

6
terbukti di era modern sekarang ini, dengan di temukannya alat
transportasi yang mampu menembus luar angkasa, bangsa-bangsa yang
telah mencapai kemajuan dalam bidang sains dan teknologi telah berulang
kali melakukan pendaratan di Bulan, Pelanet Mars, Jupiter dan planet-
pelanet lainnya.
Sains dan teknologi baik itu yang ditemukan oleh ilmuan muslim
maupun oleh ilmuan barat pada masa dulu, sekarang dan yang akan
datang, semua itu bukti kebenaran informasi yang terkandung di dalam
Alquran, karena jauh sebelum peristiwa penemuanpenemuan itu terjadi,
Alquran telah memberikan isyarat-isyarat tentang hal itu dan ini termasuk
bagian dari kemukjizatan Alquran, dimana kebenaran yang terkandung di
dalamnya selalu terbuka untuk dikaji, didiskusikan, diteliti, diuji dan
dibuktikan secara ilmiah oleh siapa pun.
Alquran adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan,
sumber dari segala sumber, basis bagi segala sains dan ilmu pengetahuan.
Alquran adalah buku induk ilmu pengetahuan, di mana tidak ada satu
perkara apapun yang terlewatkan (Kartanegara, 2006), semuanya telah
diatur di dalamnya, baik yang berhubungan dengan Allah (hablum
minallah) sesama manusia (hablum minannas) alam, lingkungan, ilmu
akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu emperis, ilmu agama, umum dan
sebagainya (dalam QS Al An’am: 38). Lebih lanjut Baiquni (1997)
mengatakan bahwa sebenarnya segala ilmu yang diperlukan manusia itu
tersedia di dalam Alquran (p. 17). Salah satu kemukjizatan (keistimewaan)
Alquran yang paling utama adalah hubungannya dengan ilmu
pengetahuan, begitu pentingnya ilmu pengetahuan dalam Alquran
sehingga Allah menurunkan ayat yang pertama kali QS. Al-‘Alaq: 1-5

2. Pandangan As Sunnah
Hadits-hadits Nabi juga sangat banyak yang mendorong dan
menekankan, bahkan mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu
(Alavi, 2003). Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW:

7
‫طلب العلم فريضة على آل مسلم‬
Artinya: “Menuntut ilmu itu suatu kewajiban kepada setiap
muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Hadits di atas memberikan dorongan yang sangat kuat bagi kaum
muslimin untuk belajar mencari ilmu sebanyak-banyaknya, baik ilmu-ilmu
agama maupun ilmu-ilmu umum, karena suatu perintah kewajiban
tentunya harus dilaksanakan, dan berdosa hukumnya jika tidak dikerjakan.

1. Al- qur’an dan Jiwa


Jiwa berasal dari bahas Arab “al- nafs” dan ilmu jiwa disebut “ ilmu
al nafs”. Kata- kata al- nafs banyak dijumpai dalam Al- Qur’an dan
memiliki makna ganda seperti manusia, zat, unsur, diri, nafsu, dan
jiwadalam arti substansi manusia. Kata- kata al- nafs bermakna jiwa yang
terdapat dalam Q.S Al- Fajr ayat 27- 28: Artinya :”Hai jiwa yang tenang.
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya”.
Al- Qur’an banyak menyebut kata- kata al nafs tapi tidak memberi
makna konkret mengenai hakikat jiwa. Ilmuan muslim berbeda dalam
menafsirkan hakikat makna jiwa. Secara garis besar, jiwa dapat
dikategorikan menjadi tiga, diantaranya:
a. Al- Nafs Al- Ammarah, pada tingkat ini, jiwa didorong oleh hal-
hal yang rendah seperti, loba, tamak, iri, dengki dan sifat keji
lainnya.
b. Al- nafs al- Lawwamah, pada tingkatan ini, manusia sudah
menyadari kesalahan yang dilakukan dan menyesali tindakannya
itu, namun ia belum dapat mangendalikan penuh terhadap
jiwanya sehingga kemungkinan kasalahan akan terulang kembali
pada dirinya.
c. Al- Nafs al- Muthmainnah, adalah tingkat yang tertinggi dari
jiwa manusia karena ia mampu mengendali semua sikap dan
tindakannya. Orang yang demikian merasa puas dengan apa yang
telah dimiliki, sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan dan

8
tidak berkeluh kesah menghadapi malapetaka dan tantangan
hidup sambil mencari jalan keluar dengan penuh tantangan.

2. Al- Qur’an dan Hak Asasi Manusia


Hak asai adalah hak dasariyah yang harus diperoleh manusia,
meliputi hak hidup, hak mendapat persamaan dan kebebasan, hak
memperoleh keamanan, perlidungan, hak memperoleh pendidikan , dan
lain sebagainya.

3. Al- Qur’an dan Kisah Sejarah


Al- qur’an al- Karim, dalam berbagai surat mengangkat kisah-
kisah sejarah masa lampau, mulai dari nabi Adam sebagai manusia
pertama, bahkan ada isyarat terhadap zaman sebelum Adam, sampai
dengan turunnya wahyu. Namun Al- Qur’an tidak menyebutkan
keseluruhan. Misalnya, daerah manakah Nabi Nuh dan diturunkan
bahteranya, siapakah anak nabi Nuh yang tenggelam dan pada abad atau
tahun berapa peristiwa itu terjadi.

4. Al- Qur’an dan Proses Penciptaan Manusia Dalam Kandungan


Fase- fase penciptaan manusia dalam kandungan dapat dikaji
sejumlah ayat- ayat Al- Qur’an. Diantaranya Q.S Al- Qiyamah ayat 37-38:
Artinya: “ Bukankah Dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam
rahim). kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah
menciptakannya, dan menyempurnakannya”.

5. Al- Qur’an dan IPTEK Kebumian


Bumi adalah planet yang berada di lingkingan matahari dan
ternyata paling cocok sebagai tempat kehidupan makhluk.bumi berbentuk
bulat dan berputar pada sumbunya ke arah timur. Sambil berotasi , planet
bumi beredar mengelilingi matahari (revolusi), dan sekaligus bumi
dikelilingi oleh sebuah satelit yaitu bulan. Waktu yang diperlukan oleh

9
bumi untuk berputar pada porosnya adalah 1 hari (24 jam), sedangkan
waktu untuk mengelilingi matahari diprlukan waktu selama 1 tahun (365
hari), Allah berfirman dalam Q.S. Luqman ayat 29 yaitu:
Artinya: “Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah
memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam
malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan
sampai kepada waktu yang ditentukan, dan Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

6. Al- Qur’an dan Tsunami


Tsunami adalah suatu kata yang dikenal luas atau diketahui oleh
segenap lapisan masyarakat dunia. Tsunami terjadi akibat getaran bumi
yang kuat dan ini terjadi akibat dari gempa yang keras atau berkekuatan di
atas 6 pada skala Rechter. Menyangkut dengan gempa bumi Allah
berfrman dalam Q.S. Al- Zalzalah ayat 1-2 :
Artinya: “ Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang
dahsyat). dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang
dikandung)nya”.
Berdasarkan ayat ini dipahami bahwa guncangan yang dahsyat
daripada bumi dapat memuntahkan berbagai benda di dalam perutnya dan
air laut juga vakan melimpah jauh ke daratan.
Lain dari hal yang diatas,di dalam Al- Qur’an manusia
mengembangkan studi ilmu alam, fenomena- fenomena alam dan hasil
penelitian manusia tidaklah melenceng seperti apa yang diterangkan dalam
Al- Qur’an, manusia meneliti tenteng bentuk muka bumi dan segala yang
berada di atasnya seperti gunung- gunung dan sungai- sungai (Q.S. An-
Nahl ayat 15 dan An- Naba’ ayat 6-7), manusia menemukan ilmu
perbintangan, dan Al- Qur’an juga sudah menjelaskan hal itu yakni
tentang langit yang dipenuhi oleh bintang dan planet (Q.S. Al- Hijr ayat
16), manusi mengembangkan Ilmu Botani(tumbuh- tumbuhan), dan Al-
Qur’an menerangkan tentang air dan tumbuh- tumbuhan serta hubungan

10
keduanya dengan kehidupan manusia dan binatang (Q.S. as- Sajadah ayat
27), dan masih banyak lagi ayat Al- Qur’an mengenai ilmu pengetahuan.
Berikut ini adalah beberapa contoh As- Sunnah sebagai sumber
pengetahuan:
a. Bintang – bintang di langit
Nabi bersabda:
‫ت النُّجُوْ ُم أَتَى ال َّس َما َء َما تُوْ َع ُدوْ نَ َو أَنَا أَ َمنَةٌ أِل َصْ َحابِى فَأ ِ َذا‬
ِ َ‫النُّجُوْ ُم أَ َمنَةٌ لِل َّس َما ِء فَأ ِ َذا َذهَب‬
‫َب أَصْ َحابِى أَتَى أُ َّمتِى َما‬ َ ‫ْت أَتَى أَصْ َحابِى َما يُوْ َع ُدوْ نَ َوأَصْ َحابِى أَ َمنَةٌ أِل ُ َّمتِى فَأ ِ َذا َذه‬ ُ ‫َذهَب‬
َ‫يُوْ َع ُدوْ ن‬
Artinya:“Bintang-bintang adalah pengaman bagi langit, jika
bintang mati, maka datanglah pada langit sesuatu yang
mengancamnya. Dan aku adalah pengaman bagi sahabatku, jika
aku mati, maka datanglah kepada para sahabat sesuatu yang
mengancam mereka. Sahabatku.
b. Siklus Hujan
Nabi bersabda:
ٍ ‫َام بِأَقَ َّل َمطَرًا ِم ْن ع‬
‫َام‬ ٍ ‫ َما ِم ْن ع‬ 
Artinya: “Tidak ada tahun yang lebih sedikit curah hujannya
daripada tahun yang lain.”

D. Pandangan Para Ahli Tentang Ilmu Pengetahuan Islam


1. Ulama Syech Zarnuji dalam kitab Ta’limu al-Muta‘alim ketika
menjelaskan hadis bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim
menyatakan : Ketahuilah bahwa sesungguhya tidak wajib bagi setiap
muslim dan muslimah menuntut segala ilmu, tetapi yang diwajibkan
adalah menuntut ilmu perbuatan. sebagaimana diungkapkan, sebaik-
baik ilmu adalah ilmu perbuatan dan sebagus-bagus amal adalah
menjaga perbuatan.
Kewajiban manusia adalah beribadah kepada Allah, maka wajib
bagi manusia (muslim, muslimah) untuk menuntut ilmu yang
terkaitkan dengan tata cara tersebut, seperti kewajiban shalat, puasa,

11
zakat, dan haji, mengakibatkan wajibnya menuntut ilmu tentang hal-
hal tersebut. Demikianlah nampaknya semangat pernyataan Syech
Zarnuji
2. Al Ghazali di dalam Kitabnya Ihya Ulumudin mengklasifikasikan ilmu
dalam dua kelompok yaitu, 1) Ilmu Fardhu ain 2) Ilmu Fardu Kifayah,
kemudian beliau menyatakan pengertian ilmu-ilmu tersebut sebagai
berikut :
Ilmu fardu ain, ilmu tentang cara amal perbuatan yang wajib, maka
orang yang mengetahui ilmu yang wajib dan waktu wajibnya,
berartilah dia sudah mengetahui ilmu fardu ain. Ilmu fardu kifayah
ialah tiap-tiap ilmu yang tidak dapat dikesampingkan dalam
menegakan urusan duniawi. Al Ghazali menjelaskan bahwa yang
termasuk ilmu fardu ain ialah ilmu agama dengan segala cabangnya,
seperti yang tercakup dalam rukun Islam, sementara itu yang termasuk
dalam ilmu (yang menuntutnya) fardhu kifayah antara lain ilmu
kedokteran, ilmu berhitung untuk jual beli, ilmu pertanian, ilmu
politik, bahkan ilmu menjahit, yang pada dasarnya ilmu-ilmu yang
dapat membantu dan penting bagi usaha untuk menegakkan urusan
dunia.
3. Dr. Mahadi Ghulsyani memandang ilmu pengetahuan sebagai berikut :
Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah
penekanannya terhadap masalah ilmu (sains), Al quran dan Al –sunnah
mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan Ilmu dan
kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada
derajat tinggi
Allah Swt berfirman dalam al-Qur’an yang artinya: Allah
meninggikan beberapa derajat (tingkatan) orang-orang yang berirman
diantara kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmu
pengetahuan). dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan
Ayat di atas dengan jelas menunjukan bahwa orang yang beriman
dan berilmu akan menjadi memperoleh kedudukan yang tinggi.

12
Keimanan yang dimiliki seseorang akan menjadi pendorong untuk
menuntut Ilmu, dan Ilmu yang dimiliki seseorang akan membuat dia
sadar betapa kecilnya manusia dihadapan Allah, sehingga akan tumbuh
rasa kepada Allah bila melakukan hal-hal yang dilarangnya, hal ini
sejalan dengan firman Allah: sesungguhnya yang takut kepada allah
diantara hamba –hambanya hanyaklah ulama (orang berilmu).
Disamping ayat–ayat Qur’an yang memposisikan Ilmu dan orang
berilmu sangat istimewa, al-Qur’an juga mendorong umat Islam untuk
berdo’a agar ditambahi ilmu, dan katakanlah, tuhanku ,tambahkanlah
kepadaku ilmu penggetahuan.
Dalam hubungan inilah konsep membaca, sebagai salah satu
wahana menambah ilmu ,menjadi sangat penting,dan islam telah sejak
awal menekeankan pentingnya membaca , sebagaimana terlihat dari
firman Allah yang pertama diturunkan yaitu surat Al-Alaq yang
artinya: Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan kamu dari segummpal darah. Bacalah,dan
Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia ) dengan
perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahui.
Ayat –ayat tersebut, jelas merupakan sumber motivasi bagi umat
Islam untuk tidak pernah berhenti menuntut ilmu, untuk terus
membaca, sehingga posisi yang tinggi dihadapan Allah akan tetap
terjaga, yang berarti juga rasa takut kepada Allah akan menjiwai
seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk melakukan amal shaleh,
dengan demikian nampak bahwa keimanan yang dibarengi denga ilmu
akan membuahkan amal ,sehingga Nurcholis Madjd menyebutkan
bahwa keimanan dan amal perbuatan membentuk segi tiga pola hidup
yang kukuh ini seolah menengahi antara iman dan amal.
4. Ibnu Khaldun mengklarifikasi kan ilmu ke dalam dua kelompok yaitu :
1) Ilmu yang merupakan suatu yang alami pada manusia, yang ia
bisa menemukannya karena kegiatan berpikir.

13
2) Ilmu yang bersifat tradisional (naqli).
3) bila kita lihat pengelompokan di atas , barangkali bisa
disederhanakan menjadi 1). Ilmu aqliyah , dan 2). Ilmu
naqliyah.
Dalam penjelasan selanjutnya Ibnu Khaldun menyatakan :
Kelompok pertama itu adalah ilmu-ilmu hikmah dan falsafah.
Yaituilmu pengetahuan yang bisa diperdapat manusia karena alam
berpikirnya, yang dengan indra—indra kemanusiaannya ia dapat
sampai kepada objek-objeknya, persoalannya, segi-segi
demonstrasinya dan aspek-aspek pengajarannya, sehingga penelitian
dan penyelidikannya itu menyampaikan kepada mana yang benar dan
yang salah, sesuai dengan kedudukannya sebagai manusia berpikir.
Kedua, ilmu-ilmu tradisional (naqli dan wadl’i. Ilmu itu secara
keseluruhannya disandarkan kepada berita dari pembuat konvensi
syara.
Dengan demikian bila melihat pengertian ilmu untuk kelompok
pertama nampaknya mencakup ilmu-ilmu dalam spektrum luas
sepanjang hal itu diperoleh melalui kegiatan berpikir. Adapun untuk
kelompok ilmu yang kedua Ibnu Khaldun merujuk pada ilmu yang
sumber keseluruhannya ialah ajaran-ajaran syariat dari al-Qur’an dan
Sunnah Rasul.
5. Ulama lain yang membuat klasifikasi Ilmu adalah Syah Waliyullah,
beliau adalah ulama kelahiran India tahun 1703 M. Menurut
pendapatnya ilmu dapat dibagi ke dalam tiga kelompok menurut
pendapatnya ilmu dapat dibagi kedalam tiga kelompok yaitu : 1) al-
Manqulat, 2) al-Ma’qulat, dan 3) Al-Maksyufat.
Adapun pengertiannya adalah sebagai berikut :
1) Al manqulat adalah semua Ilmu-ilmu Agama yang disimpulkan
dari atau mengacu kepada tafsir, ushul al tafsir, hadis dan al
hadis.

14
2) Al ma’qulat adalah semua ilmu dimana akal pikiran memegang
peranan penting.
3) Al maksyufat adalah ilmu yang diterima langsung dari sumber
Ilahi tanpa keterlibatan indra, maupun pikiran spekulatif
Selain itu, Syah Waliyullah juga membagi ilmu pengetahuan ke
dalam dua kelompok yaitu : 1). Ilmu al husuli, yaitu ilmu pengetahuan
yang bersifat indrawi, empiris, konseptual, formatif aposteriori dan 2).
Ilmu al huduri, yaitu ilmu pengetahuan yang suci dan abstrak yang
muncul dari esensi jiwa yang rasional akibat adanya kontak langsung
dengan realitas ilahi .

15

Anda mungkin juga menyukai