Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kasus trauma merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di

dunia. Ribuan orang meninggal karena trauma tiap tahunnya. Kasus trauma

banyak terjadi di negara berkembang dan atau negara dengan pendapatan

rendah. Survei yang dilakukan menunjukkan sebesar 90% trauma terjadi di

negara berkembang. Kematian akibat kecelakaan lalu lintas diperkirakan

meningkat 83% di negara berkembang pada tahun 2000-2020, dan kasus yang

paling banyak adalah cedera kepala (Salim, 2015).

Menurut Brain Injuri Association Of America, cedera kepala adalah

suatu keretakan pada kepala, bukan bersifat koningetal ataupun generatif,

tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat

mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan

kemampuan kognitif dan fungsi fisik (Maizarni, 2016).

Pelayanan keperawatan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan

tahap awal proses keperawatan yang diberikan oleh perawat kepada pasien

yang masuk dengan kondisi yang dialami, mengancam kehidupan dan terjadi

secara mendadak serta tidak dapat dikendalikan. Seorang perawat memiliki

tanggungjawab untuk menetapkan diagnosis keperawatan dan manajemen

respon pasien dan keluarga terhadap kondisi kesehatan yang sedang dialami.

1
2

Perawat harus memiliki kemampuan, ketrampilan, teknik dan ilmu

pengetahuan yang tinggi dalam memberikan pertolongan kegawatdaruratan

kepada pasien. Pasien yang mengalami cedera kepala, cenderung mengalami

masalah yang komplit karena akan terjadi masalah pada otak dan saraf.

Penyebab kematian atau kecacatan yang dapat terjadi apabila pasien cedera

kepala tidak mendapatkan pertolongan yang benar pada saat kegawat

daruratan.

Melihat besarnya dampak yang dapat diakibatkan dari cedera kepala

perlu adanya perawatan dan sistem pendukung yang intensif, sehingga

diharapkan masalah yang ada dapat teratasi dan komplikasi yang mungkin

terjadi dapat dihindari secara dini, serta tindakan keperawatan yang

komprehensif. Untuk mewujudkan peningkatan mutu pelayanan dalam

penanganan korban cedera kepala atau pasien gawat darurat diperlukan suatu

sistem penanganan korban yang dilakukan secara terpadu dan terintegrasi

dengan melibatkan beberapa pihak. Keadaan ini selain membutuhkan

pengetahuan dan keterampilan yang baik dari penolong dan sarana yang

memadai, juga dibutuhkan pengorganisasian yang sempurna (Depkes, 2016).

Cedera kepala menimbulkan kelainan struktural dan atau fungsional

pada jaringan otak, bahkan dapat mengganggu kesadaran serta menimbulkan

kerusakan kemampuan kognitif dan fisik. Pusat Pengendalian Penyakit atau

The Centers for Disease Control and Prevention (CDC), memperkirakan 1,7

juta orang dengan cedera kepala, sebanyak 52.000 meninggal, 275.000

dirawat di rumah sakit dan 1.365.000 (hampir 80%) dalam keadaan darurat
3

serta dirawat di Instalasi Gawat Darurat atau IGD (Marx, Hockbergem &

Walls, (2014) dalam Widyaswara, (2016)).

Data World Health Organization (WHO) tentang cedera kepala

menunjukkan 40-50% mengalami kecacatan permanen atau disabilitas. Oleh

karena itu, seseorang yang datang ke rumah sakit dengan cedera kepala

membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat agar pasien terhindar dari

kecacatan dan kematian (Qureshi et al, dalam Widyaswara, P.A., 2016).

Cedera kepala diperkirakan akan melampaui penyakit-penyakit lain

sebagai penyebab kematian dan kecacatan utama pada tahun 2020. Kasus

cedera kepala di Amerika Serikat mencapai 1,7 juta kasus setiap tahunnya,

dimana 52.000 kasus meninggal dan sepuluh persennya meninggal sebelum

tiba di rumah sakit. Pasien cedera kepala yang sampai di rumah sakit

dikelompokan menjadi cedera kepala ringan (CKR) sekitar 80%, cedera

kepala sedang (CKS) 10%, dan cedera kepala berat (CKB) 10% (Faul,M., et

al., 2015).

Data cedera kepala di seluruh rumah sakit di Indonesia belum tercatat

secara baik. Data di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo didapatkan jumlah

CKR (60%-70%), CKS (15%-20%) dan CKB (10%) adalah masing-masing

dan dari total pasien rawat inap. Rata-rata insiden cedera kepala pertahun di

RSUP Sanglah adalah lebih dari 2000 kasus, dimana 30% merupakan cedera

kepala sedang dan berat (Niryana, IW., 2017). Menurut Riskesdas (2018)

angka kejadian cedera kepala yang lebih tinggi terjadi di Provinsi Gorontalo
4

sebanyak 17,9% dan yang paing terendah terjadi di Provinsi Kalimantan

Selatan. Sedangkan angka cedera kepala yang terjadi di Provinsi Sulawesi

Selatan berada pada posisi ke enam dengan total 15%.

Berdasarkan hasil pengambilan data awal yang dilakukan di RSUD

Haji Makassar didapatkan bahwa angka kejadian cedera kepala di RSUD Haji

Makassar sebanyak … orang pada tahun 2017, sebanyak … orang pada tahun

2018, sebanyak … orang pada tahun 2019. Sedangkan pada tahun 2020

(bulan Januari – Maret) angka kejadian cedera kepala yang terjadi sebanyak

… orang.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka peneliti

tertarik melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Perawat

Dengan Penanganan Awal Pasien Cedera Kepala Di IGD RSUD Haji

Makassar”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Hubungan Pengetahuan

Perawat Dengan Penanganan Awal Pasien Cedera Kepala Di IGD RSUD Haji

Makassar?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan perawat dengan

penanganan awal pasien cedera kepala di IGD RSUD Haji Makassar.


5

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat tentang

penanganan awal cedera kepala di IGD RSUD Haji Makassar.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu

keperawatan dan penanganan awal cedera kepala, dapat digunakan

sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun strategi untuk

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di ruang IGD serta dapat

dijadikan referensi untuk peningkatan kemampuan perawat dalam

menangani pasien gawat darurat.

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, merupakan pengalaman berharga bagi peneliti

khususnya dalam meningkatkan wawasan dalam bidang

penelitian dan pengetahuan tentang asuhan keperawatan

kegawatdaruratan utamanya Bantuan Hidup Dasar (BHD).

b. Bagi rumah sakit, dapat dijadikan bahan dalam membentuk

Sumber Daya Manusia (SDM) perawat dan peningkatan pola

kerja demi peningkatan pelayanan keperawatan yang profesional

khususnya tenaga kegawatgaruratan.

c. Bagi Institusi, sebagai masukan bagi institusi terkait terhadap

tindakan kegawatdaruratan khususnya penanganan awal cedera

kepala.
6

d. Trauma kepala merupakan kasus yang banyak ditemukan di

unit gawat darurat dan sering menyebabkan mortalitas dan

morbiditas yang signifikan.

e. Di UK diperkirakan 200-300 per 100.000 populasi dibawa ke

Unit Gawat Darurat dengan kasus trauma kepala dan 50%

diantaranya mengalami cedera kepala berat dan 50%

diantaranya mengalami cedera kepala ringan dan

sedang.insiden trauma kepala sering terjadi pada laki-laki usia

muda dan anak-anak.

f. Di Scotland, insiden cedera kepala terjadi pada 5000 dari

250.000 populasi dengan rincian 70% terjadi pada laki-laki,

60% terjadi pada usia dewasa, dan 25% setelah konsumsi

alkohol.

g. Di Indonesia angka pasti kejadian trauma kepala sampai saat

ini belum ada, tetapi data dari Rumah sakit Cipto

Mangunkusumo, untuk data pasien rawat inap 60-70% dengan

cedera kepala ringan, 15-20% cedera kepala sedang dan 10%

cedera kepala berat.

Anda mungkin juga menyukai