Anda di halaman 1dari 8

MENDAPATKAN PENGHASILAN PASIF 100 JUTA

SEBULAN.
Memiliki penghasilan pasif 100 juta pasti tidak terbayangkan bagi
sebagian besar orang. Bahkan bagi saya dulu. Kalau mendapatkan
penghasilan aktif 100 juta sebulan sih cukup mudah, tinggal menjadi
dokter spesialis atau pengacara sudah beres, direktur atau berdagang
sembako, jualan mobil, jadi agen asuransi, agen rumah dan
sebagainya. Tetapi jika mereka tidak cerdas finansial, maka sudah
terbukti bahwa penghasilan aktif yang besar justru menyebabkan
semakin miskin yang ditandai dengan bekerja semakin keras dari
waktu ke waktu hanya untuk mempertahankan tingkat kehidupan,
dan hutang yang semakin besar. Karena merasa bisa membayar
cicilan, dengan mudah mereka kredit (berhutang) rumah, mobil
mewah dan sebagainya. Tanpa tahu bahwa hidup mewah dengan
penghasilan aktif adalah orang miskin. Ibarat menarik gerobak isi
barang, semakin lama gerobaknya semakin penuh barang, suatu saat
pasti tidak mampu lagi menarik bebannya itu. Karena kita sendiri
yang harus menarik gerobak yang semakin berat itu. Berbeda dengan
mereka yang memiliki penghasilan pasif, ibaratnya naik gerobak
yang ditarik kuda. Semakin besar penghasilan pasifnya dan semakin
banyak sumbernya atau pipanya, maka semakin relaks kita karena
sang kuda semakin banyak dan kuat serta sudah jalan sendiri sendiri.
Penghasilan pasif 100 juta sebulan itu ibarat memiliki deposito Rp.
20.000.000.000,- . Bank umum biasanya memberi bunga deposannya
sekitar 50%-60% dari keuntungan akibat deposito itu. Itu dirupakan
bunga 6%-7% (bank umum) atau nisbah/porsi bagi hasil (bank
syariah) yang jatuhnya ya kisaran 6%-7% di bank syariah (naik turun
berdasarkan keuntungan bank), tergantung posisi tawar deposan.
Deposan besar bisa mendapat bunga atau nisbah yang besar pula,
kalau deposan kecil ya terpaksa ikut tarif terendah. Ambil saja yang
rata rata yaitu 6%, maka deposito 20 milyar akan menghasilkan 100
juta sebulan. Untuk mendapatkan uang 20 milyar, jika Anda
menabung 20 juta sebulan, maka membutuhkan 1000 bulan atau 83
tahun. Jika menabung 2 juta sebulan, butuh 830 tahun. Artinya itu
suatu hal yang hampir mustahil.
Untuk bisa mendapatkan penghasilan pasif sebesar penghasilan akhir
saja, kita perlu punya deposito 200x penghasilan terakhir (bunga atau
nisbah 0,5 % /bulan). Jika kenaikan gaji, bunga bank dan inflasi
hampir sama, maka untuk bisa mendapatkan uang sebesar 200x
penghasilan, jika kita menyisihkan 20% atau seperlimanya setiap
bulan, butuh waktu 200 x 5 = 1000 bulan atau 83 tahun. Untuk bisa
mendapatkan hasil 200 x penghasilan dalam waktu 40 tahun sehingga
saat pensiun nanti penghasilan Anda tidak berubah, maka Anda perlu
mendepositokan 200/480 x 100% = 41% sejak awal Anda bekerja di
usia 25 tahun, sehingga nanti usia 65 tahun kehidupan Anda terjamin.
Apakah Anda bisa ? lagi lagi sepertinya mustahil.
Kemudian bagaimana caranya agar saya bisa mendapatkan
penghasilan pasif 100 juta sebulan ? Apakah saya harus menjalankan
bisnis ini dan itu, investasi ini itu ?. Kalau itu Anda lakukan, maka
Anda akan mendapatkan penghasilan pasif 100 juta sebulan di alam
kubur, meninggal karena stress.
Beberapa tahun lalu, ketika awal awal belajar tentang pikiran, di
sebuah pertemuan orang tua murid HSKN (Home Schooling Kak
Seto) Surabaya, saya sempat ngobrol sebentar dengan pak Ariesandi,
salah satu pakar hipnoterapi dan pikiran. Kami sama sama
menyekolahkan anak kami disana. Saya bertanya ke beliau :”Maaf
pak, bagaimana kita bisa tahu bahwa pola pikir kita ini sudah pola
pikir kaya ?” Beliau menjawab :”Dari kehidupan kita. Ibarat
komputer, pola pikir itu harddisk dan kehidupan kita layarnya. Kita
hanya bisa melihat isi hardisk dari apa yang ada di layar komputer”.
Jadi kita baru tahu bahwa pola pikir kita ini benar benar pola pikir
kaya dari kehidupan kita, apakah kita sudah mengarah menuju kaya
atau sebaliknya ?. Bagaimana cashflow kita?, bagaimana cara kita
menggunakan uang?, bagaimana Indeks Kemakmuran kita ?, Jika
semakin hari indeks kemakmurannya semakin menurun, meskipun
saat ini penghasilan aktif kita puluhan atau ratusan juta, tetap saja kita
sebenarnya memiliki pola pikir miskin karena secara keuangan kita
bertambah miskin. Meskipun kita sendiri merasa kaya karena
memiliki penghasilan besar, rumah besar dan mobil banyak. Kaya
tidaknya kita bukan dilihat dari itu, tetapi dilihat dari Indeks
Kemakmuran kita. Lebih kecil dari 1 atau lebih besar dari 1 (lihat e
book Kecerdasan Finansial Dasar).
Jadi sebenarnya bagaimana cara kita mendapatkan penghasilan pasif
yang besar itu ? Gampang sekali, yaitu dengan menggunakan bakat
terbesar kita, MENIRU !! ditambah dengan percaya akan hukum
hukum alam. Hanya itu !!
Siapa yang bisa kita tiru ? yaitu mereka yang sudah sukses dan
memiliki penghasilan pasif yang besar. Kita lihat apa yang mereka
lakukan, Anda bisa menirunya, karena hanya 3 bidang yang bisa
Anda lakukan untuk mendapatkan penghasilan pasif besar yaitu
Investor, Konglomerasi dan networking. Saya tidak menyinggung
waralaba karena itu hanya bisa jika Anda sudah memiliki uang.
Anggap saja Anda memulai tanpa memiliki uang banyak :
1. Investor memulai dengan membantu menyukseskan orang lain.
Investor saham menyukseskan pialang, investor sapi
menyukseskan para peternak. Sementara pialangnya tidak pernah
rugi karena mereka mendapat fee dari setiap transaksi baik itu
transaksi rugi maupun untung. Sebaliknya si investor bisa untung
dan bisa rugi, baik karena ketidak jujuran orang yang dibantu
sukses (peternak/pialang) maupun karena faktor lain. Tetapi lama
kelamaan, hasil si investor akan lebih besar dari pialang atau
peternak, karena si investor bisa memiliki banyak sapi atau
saham, sedang si peternak hanya mampu merawat beberapa
ternak saja, begitu juga si pialang hanya bisa menangani beberapa
transaksi.
2. Kebanyakan para konglomerat memulai kerajaannya dengan
magang kepada seseorang, membantu menyukseskan seseorang
hampir tanpa pamrih dan bersikap jujur. Jika di titik ini dia gagal
dan malah menipu orang kaya yang diikuti, maka kariernya akan
berakhir. Kemudian ketika mulai bisa membuat perusahaan
sendiri, di awal awalnya mereka juga membuat sukses banyak
orang dulu, sementara mereka sendiri belum mendapatkan apa
apa :
a. Pemilik perusahaan konvensional kuadran kanan,
membayar dulu untuk bisa membangun pabrik,
membayar direktur dan karyawan. Pada saat merintis, apa
yang diperoleh para pekerja yang membangun, para
direktur dan karyawan jauh lebih besar dibanding yang
diperoleh pemilik perusahaan. Tetapi lama kelamaan bisa
berbanding terbalik, pemilik bisa mendapat keuntungan
sama besar atau lebih besar dari total yang diterima
karyawannya. Sementara karyawannya menerima segitu
gitu saja secara perorangan (karena harus dibagi ke
banyak karyawan), si pemilik akan mendapat bagian
semakin besar.
b. Pemilik perusahaan penjualan online seperti Alibaba,
Bukalapak, Tokopedia dan lain lain, pada awalnya tidak
mendapat apa apa, sementara para penjual yang dia layani
sudah mendapat keuntungan dari jualannya. Jack Ma
selama 3 tahun tidak mendapat uang, tetapi saat ini, dia
mendapat ribuan kali lipat dari para penjualnya.
Sementara para penjual online ya begitu begitu saja
hasilnya, mereka yang melayani kehidupannya akan
melesat.
c. Perusahaan aplikasi angkutan, nyaris tidak mengambil
untung dari para pengemudi yang dia layani. Tetapi pada
akhirnya, pengemudi yang sejak awal sudah dibantu dan
diuntungkan itu hidupnya ya begitu begitu saja karena ada
di kuadran kiri, sedang pemilik perusahaan akan semakin
kaya dengan semakin banyak pengemudi yang dilayani.
3. Para pemain networking atau MLM yang sukses, sejak awal
selalu membuat sukses orang lain. Mereka mau mengikuti sistem,
ketika mulai aktif, mereka langsung belanja dan menambah
sedikit penghasilan mentornya tergantung struktur dan peringkat
si mentor (sekitar 3% dari belanjanya masuk ke mentor). Jika di
titik ini saja dia tidak mau, maka hampir pasti gagal (tidak mau
belanja dan kemudian di duplikasi). Ketika mulai membangun
bisnis, dia mulai melayani anggota baru tanpa pamrih. Ketika
anggota baru itu bergabung, mereka tidak mendapat uang sama
sekali dari biaya bergabungnya anggota itu. Ini berbeda dengan
money game atau bisnis jaringan kuadran kiri, dimana kita
mendapat uang dari pendaftar baru, sehingga kita bekerja bukan
untuk menolong orang, tetapi untuk memanfaatkan orang. Di
bisnis jaringan kuadran kanan, saat menjoinkan orang, kita justru
mendapat beban untuk membimbing. Si anggota baru
diperkenalkan dengan sistem, di dorong (terkadang dipaksa)
untuk hadir di pertemuan pertemuan untuk meningkatkan plafon
rejeki mereka karena bergaul dengan orang yang sudah sukses.
Barulah ketika si anggota tadi mulai aktif berbelanja dan
membangun grup, dia mendapatkan hasilnya. Mungkin dari 10
yang dibimbing, hanya 1 atau 2 yang benar benar akan memberi
hasil kepadanya. Tetapi para network builder atau pembangun
jaringan yang akhirnya berhasil tersebut tidak peduli, dia terus
melakukan dan melakukan sampai akhirnya berhasil mendapat
penghasilan pasif besar dan bisa freedom seumur hidup dia dan
keturunannya. Semakin banyak anggota yang dibantu dan
dibimbing sehingga sukses, akan semakin besar penghasilannya.
Hukum Alam Memberi dan Menerima akan selalu bekerja.
Di setiap cara itu selalu ada resiko kegagalan, bahkan yang gagal jauh
lebih banyak dibandingkan yang berhasil. Mereka yang gagal
umumnya karena tidak memiliki kesabaran, ingin segera mendapat
hasil dan tidak mau rugi. Para investor ketika merasa rugi satu dua
kali sudah berhenti berinvestasi. Para calon pengusaha kuadran B
sama juga, setelah bangkrut satu dua kali karena ditipu orang yang
dia sukseskan, kemudian berhenti menyukseskan orang lain dan
mengerjakan sendiri semuanya, kembali ke kuadran S atau
pengusaha kecil. Para pengusaha networking juga sama, yang gagal
adalah mereka yang tidak memiliki kesabaran dan enggan
menyukseskan orang lain. Ada yang enggan belanja produk, ada yang
ketika sudah menjalankan beberapa bulan kemudian berhenti karena
merasa tidak mendapatkan uangnya. Mereka orang orang yang rugi,
ibarat sudah menanam, tidak mau merawat karena merasa
tanamannya tidak segera berbuah. Kemudian mereka berhenti
merawat pohon itu dan meninggalkan lahannya. Akhirnya dirawat
orang lain dan orang itulah yang mendapatkan hasil.
Bagaimana dengan profesi seperti dokter, guru, notaris, pemilik
rumah yatim, pengacara, dan banyak lagi. Bukankah pekerjaan
mereka juga menolong orang dan membantu orang agar bisa lebih
sukses? Mengapa mereka tidak bisa sesukses contoh contoh pebisnis
kuadran kanan diatas ? Penyebabnya karena mereka menolong dan
langsung mendapatkan imbalannya. Sehingga seringkali niatnya
bukan lagi menolong tetapi numpang hidup kepada yang ditolong,
yaitu langsung mendapat penghasilan dari kegiatan itu. Kemudian
langsung di nikmati, maka selesai sudah lingkarannya. Tidak ada lagi
Hukum Alam Pertumbuhan ataupun Memberi dan Menerima disana,
karena dis asudah menerima langsung, dan tidak sempat
ditumbuhkan sudah habis dimakan.

Banyak orang berusaha sukses dengan meniru tindakan orang lain.


Mereka heran ketika mendapati bahwa hasil akhirnya tidak sama.
Mereka lupa dengan hal terpenting, yaitu cara berpikir dari orang
yang ditiru itu. Tindakannya sama, misal mengajak orang tetapi
dengan niat (pikiran) yang berbeda, maka hasilnya akan berbeda.
Maka semua kita tiru dari awal, yaitu dari pola pikirnya.
KESIMPULAN.
Untuk memiliki penghasilan pasif besar sebenarnya setiap orang
bisa, mulai penjahit miskin di Indonesia, penjual duren di Cina,
profesor sampai penasehat presiden di Amerika. Syaratnya cuma
satu, yaitu MAU BERUBAH. Apapun dan siapapun Anda saat ini,
apakah tinggal di gubuk atau di rumah mewah, apakah
berpenghasilan satu juta atau ratusan juta per bulan, JIKA
FAKTANYA SAAT INI Anda belum memiliki penghasilan pasif
yang besar, berarti pola pikir Anda belum memenuhi syarat untuk
bisa memiliki penghasilan pasif besar. Atau dengan kata lain Anda
belum memiliki kepantasan untuk memiliki penghasilan pasif besar.
Jika ingin memiliki penghasilan pasif besar, harus merubah pola
pikirnya dahulu, kemudian merubah tindakan tindakannya, merubah
kebiasaannya sehingga memiliki karakter tertentu dan barulah Anda
memiliki nasib berpenghasilan pasif besar.
Karena itu di BTD ini pendidikannya ada 3 tahap, dimana 2 tahap
pertama (BTD dan Seminar) untuk meningkatkan pola pikir, dan
tahap ketiga (bagi yang mau), untuk melatih tindakan, kebiasaan
sampai pembentukan karakternya dengan menjalankan bisnis
kuadran kanan dengan bimbingan. Tentu tidak semua orang akan
berlanjut dari satu fase ke fase lain. Semua fase sifatnya sukarela,
karena ini pendidikan orang dewasa, dimana Anda bebas untuk
keluar dari grup kapan saja.
Yang paling berat tentu di tahap ke tiga yaitu menumbuhkan
kepantasan kita untuk bisa mendapatkan anugerah penghasilan pasif
100 juta per bulan dari Tuhan. Karena itu disini yang paling sedikit
orangnya. Karena untuk masuk sini saja bawah sadar dan ego Anda
sudah ketakutan terlebih dahulu. Bahkan salah satu murid saya
mengatakan :”Ini bisnis yang paling dibenci orang. Anda mau apa
tidak ?” Mereka yang bisa memiliki penghasilan pasif 100 juta,
seperti yang dikatakan Robert T Kiyosaki adalah mereka yang bisa
membangun dirinya sehingga memiliki sikap kepemimpinan yang
tinggi, dan karakter yang kira kira seperti ini :
1. Jujur, memiliki integritas tinggi.
2. Bisa bersikap adil,
3. Bersifat mengayomi semua orang dan menghindari menyakiti
hati seseorang.
4. Mampu mengantongi egonya, tidak mementingkan dirinya
sendiri
5. Memiliki people skill yang tinggi.
6. Selalu siap membantu siapapun tanpa pamrih.
Seperti yang dikatakan salah satu rekan bisnis saya mbak Allisa
Wahid, bisnis ini sangat islami karena telah memaksa orang untuk
selalu berbuat baik dan menghindari dosa. Mereka yang sudah
berhasil, tidak mungkin berani ke tempat tempat maksiat. Begitu
mereka mendatangi tempat itu, selesai sudah. Begitu mereka
bertindak tidak jujur demi kepentingan pribadi, selesai sudah. Begitu
dia bertindak kasar atau tidak adil kepada seseorang, selesai sudah.
Bisnis yang sudah dibangun dengan susah payah akan runtuh seperti
menara kartu tertiup angin.
Tetapi dari pengalaman selama ini, yang tidak mau berubah tidak
akan berhasil mendapatkan penghasilan pasif. KITA HARUS MAU
DIUBAH JIKA INGIN BERHASIL.

Surabaya, 29 Januari 2018, revisi Mei 2019


Sigit Setyawadi

Anda mungkin juga menyukai