Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai
oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara. Penyakit ini merupakan
penyebab utama morbiditas dan cacat, Saat fungsi paru memburuk dan penyakit
berkembang maka risiko terjadinya penyakit ini juga akan meningkat. Kejadian PPOK
menyebabkan penurunan kualitas hidup, berkurangnya toleransi terhadap latihan,
mengurangi fungsi otot rangka, dan akhirnya meningkatkan risiko kematian (Kent,
2015).
World Health Organization (WHO) melaporkan terdapat 600 juta orang
menderita PPOK di dunia dengan 65 juta orang menderita PPOK derajat sedang
hingga berat. Pada tahun 2012 PPOK merupakan penyebab utama kematian kelima
di dunia dan diperkirakan menjadi penyebab utama ketiga kematian di seluruh dunia
tahun 2030. (WHO, 2019). Berdasarkan hasil pendataan penyakit tidak menular
pada 5 (lima) rumah sakit provinsi di Indonesia (Jawa Timur, Jawa Barat,Sumatra
Selatan dan Lampung), didapatkan PPOK merupakan urutan pertama penyumbang
angka kesakitan (35%), disusul oleh asma bronkial (33%), dan kanker paru (30%)
(Riskesda, 2019).
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) terjadi lebih sering pada orang dewasa
yang berusia di atas 50 tahun. Faktor resiko yang paling umum untuk PPOK yaitu
paparan pekerjaan terhadap debu, bahan kimia (saat ini atau mantan penambang),
atau sebelumnya punya riwayat infeksi paru-paru lainnya dan perokok aktif/pasif.
Gejala yang sering terjadi antara lain batuk berdahak atau tanpa dahak yang tak
kunjung sembuh, sesak nafas, tidak dapat melakukan aktivitas fisik, mengi, lemas,
rasa berat di dada, penurunan berat badan (Fitriananda Dkk, 2017).
Intervensi yang dapat diberikan pasien dengan PPOK salah satunya terapi
Fisioterapi dada. Peranan fisioterapi sangat penting dalam mengatasi gejala akibat
penyakit PPOK. Fisioterapi dada merupakan terapi kombinasi memobilitas sekret
pada pulmonari. fisioterapi dada dapat mengeluarkan sekresi, dan reparisasi
ventilasi, dan efektifitas pengunaan otot pernafasan. Bentuk intervensi lain yang
diberikan yaitu dengan memberikan oksigen dan nebulizer (Fitriananda Dkk, 2017).
Hasil penelitian “pengaruh fisioterapi dada, batuk efektif dan nebulizer
terhadap peningkatan saturasi oksigen dalam darah pada pasien ppok”
menggunakan wilcoxon test, untuk nilai p= 0,001 (p<0,05) ada pengaruh
pemberian fisioterapi dada, batuk efektif dan nebulizer terhadap peningkatan
saturasi oksigen dalam darah sebelum dan sesudah intervensi pada pasien PPOK
(Nurmayanti, 2019).

1.2 Rumusan Masalah


Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien penderita PPOK
hendaknya bersifat holistik yang bertujuan tidak hanya untuk mencapai
kembali tingkat kesehatan yang optimal secara fisik saja tetapi juga untuk
memberikan dukungan psikososial dalam proses peyembuhan. Berdasarkan
latar belakang ini penulis tertarik untuk menulis Karya Ilmiah Akhir Ners
(KIAN) yang berjudul “Asuhan keperawatan peningkatan bersihan jalan nafas
dengan tehnik fisioterapi dada pada Ny.Ms yang mengalami PPOK di ruang
nakula RSUD Sanjiwani Gianyar”.

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) bertujuan untuk meningkatkan
bersihan jalan nafas pada pasien PPOK dengan teknik fisioterapi dada.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Manfaat bagi pelayanan
Manfaat bagi pelayanan diharapkan dapat memberikan edukasi pada
masyarakat dalam peningkatkan bersihan jalan nafas dengan teknik
fisioterapi dada
2. Manfaat bagi keilmuan
Manfaat bagi keilmuan diharapkan dapat memberikan motivasi pada dunia
keilmuan dalam peningkatkan bersihan jalan nafas pada pasien ppok
3. Manfaat bagi peneliti
Manfaat bagi peneliti diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan pada masyarakat dalam peningkatan bersihan jalan nafas
pada pasien ppok.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PPOK

2.1.1 Definisi

PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) merupakan suatu istilah yang


sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama
dan ditandai dengan peningkatan retensi terhadap aliran udara sebagai
gambaran patofisiologi utamanya yang merupakan bentuk kesatuan dari
penyakit bronkitis kronis dan emfisema paru ataupun asma bronkial. (Sylvia
A. Price, 2015).
Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai
dengan gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang
disebabkan oleh adanya penyempitan saluran napas dan tidak banyak
mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa waktu. Eksaserbasi
akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya. Definisi eksaserbasi akut pada PPOK adalah kejadian akut
dalam perjalanan alami penyakit dengan karakteristik adanya perubahan basal
sesak napas, batuk, atau sputum yang diluar batas normal dalam variasi hari
ke hari (GOLD, 2015).
Menurut Smeltzer (2013) PPOK merupakan keadaan irreversible yang
ditandai adanya sesak nafas pada saat melakukan aktivitas dan terganggunya
aliran udara masuk dan keluar dari paru-paru. PPOK merupakan penyakit
kronis ditandai dengan terhambatnya aliran udara karena obstruksi saluran
pernafasan yang disebabkan oleh paparan yang lama terhadap polusi dan asap
rokok. PPOK merupakan istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru-paru yang berlangsung lama. PPOK adalah penyakit yang
dapat dicegah dan diobati yang secara umum ditandai dengan keterbatasan
aliran udara yang terus menerus biasanya progresif dan berhubungan dengan
peradangan kronis, peningkatan respon dalam saluran udara dan paru-paru
dari partikel berbahaya atau gas. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
adalah penyakit radang saluran nafas utama ditandai dengan keterbatasan
aliran udara sebagian besar ireversibel yang menghasilkan hypoxemia dan
hiperkapnia.
2.1.2 Tanda dan gejala

a. Batuk kronis
Terjadi berselang atau setiap hari dan sering kali terjadi sepanjang hari
(tidak seperti asma yang terdapat gejalabatuk malam hari).
b. Produksi sputum secara kronik
Semua pola produksi sputum dapat mengindikasi adanya PPOK.
c. Bronkitis akut (terjadi secara berulang)
d. Sesak napas (dypsnea)
Bersifat progresif sepanjang waktu, terjadi ssetiap hari, memburuk jika
berolahraga dan memburuk jika terkena infeksi pernapasan
e. Riwayat paparan terhadap faktor resiko : merokok , partikel dan senyawa
kimia, asap dapur. Kelemahan badan
f. Batuk
g. Sesak napas
h. Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi
i. Mengi/wheeze atau ronchi
j. Ekspirasi yang memanjang
k. Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut.
l. Penggunaan otot bantu pernapasan
m. Suara napas melemah
n. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal
o. Edema kaki, asites dan jari tabuh
2.1.3 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan radiologis
Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
1) Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang
parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut
adalah bayangan bronkus yang menebal.
2) Corak paru yang bertambah
Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu:
1) Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia
dan bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema
panlobular dan pink puffer.
2) Corakan paru yang bertambah.
b. Pemeriksaan faal paru
Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang
bertambah dan KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat
penurunan VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal)
atau MEFR (maximal expiratory flow rate), kenaikan KRF dan VR,
sedangkan KTP bertambah atau normal. Keadaan diatas lebih jelas pada
stadium lanjut, sedang pada stadium dini perubahan hanya pada saluran
napas kecil (small airways). Pada emfisema kapasitas difusi menurun
karena permukaan alveoli untuk difusi berkurang.
c. Analisis gas darah.
Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul
sianosis, terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan
eritropoesis. Hipoksia yang kronik merangsang pembentukan eritropoetin
sehingga menimbulkan polisitemia. Pada kondisi umur 55-60 tahun
polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih berat dan
merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.
d. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah
terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal
pada hantaran II, III, dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih
dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.
e. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.
Laboratorium darah lengkap

2.1.4 Pengobatan PPOK

- Oksigen NRM
- Ceftazidime
- Nebul Combivent (inhalasi)
- Metyl Predinisolon
- N-acetylcysteine
2.2 Masalah psikososial pada pasien PPOK

2.3 Asuhan keperawatan psikososial pada penderita PPOK


BAB III

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1 Pengkajian
Nama : Ny. MS
Umur : 60 tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Tanggal Masuk RS :
Tanggal pengkajian :
Tempat/Tanggal Lahir : Banjar Gadungan, 31 – 12 – 1959
No. Register :
Diagnosa Medis : PPOK
Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. WA
Umur : 30 tahun
Hub. Dengan klien : anak
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Gadungan Bresela Payangan
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Pasien mengeluh sesak nafas, batuk berdahak
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS Sanjiwani Gianyar pada tanggal November 2019 diantar
oleh keluarganya. Pasien datang pukul wita. Keluarga pasien mengatakan pasien
mengeluh sesak nafas disertai batuk berdahak. Sesak dirasakan sejak 1 hari yang lalu
tanggal 21 November 2019. Pada saat di IGD dilakukan pemeriksaan tanda – tanda
vital dan didapatkan hasil yaitu TD : 130/60 mmHg, Nadi 90x/menit, RR 28x/menit,
suhu 36,2°C, SpO2 : 76%. Pada saat di IGD pasien sudah diberikan terapi IVFD NaCl
0,9%, O2 NRM 6 lpm, nebul combivent (inhalasi), ceftazidine 1 gram (IV), metil
prednisolon 62,5 mg (IV). Pukul wita pasien tiba di ruang Nakula untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut. Pada saat pengkajian, keluarga pasien mengatakan pasien
mengeluh sesak nafas disertai batuk berdahak dan dahaknya susah keluar. Batuk
dirasakan ± sejak 2 minggu yang lalu. Sesak dirasakan sejak 1 hari yang lalu secara
tiba – tiba saat melakukan aktivitas, keluhan nyeri dada (-), pusing (-). Pasien tampak
lemas, adanya penggunaan otot bantu nafas, pernafasan cuping hidung (+), TD
130/80 mmHg, RR 28x/menit, Nadi 96x/menit, Suhu 36,5°C, SpO2 95%. Pasien
terpasang O2 NRM 6 lpm. Diagnosa medis pasien saat ini yaitu PPOK + Pneumonia
Riwayat Kesehatan Dahulu
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………
Riwayat Kesehatan
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………

a. Masalah keperawatan
b. Diagnosa keperawatan
c. Implementasi keperawatan
d. Evaluasi keperawatan

Anda mungkin juga menyukai