Abstract. To cure patients who are still in childhood, the role of parents is also needed
through education provided by a doctor. This researc was conducted to find out how
doctors in educating parents of children with tonsillitis. The method in this study is
interviews with a doctor who was on guard at the clinic. The results of the analysis of data
obtained the way doctors educate their parents begins with an explanation of the disease
that attacks the child. Beside of that, the way of doctors to educate their patients is
basically same but different in its delivery. In providing education, a doctor give attention
to several criteria including education, background, mindset, parenting and mother
language used. The doctor who was on guard at the clinic also said that the most
appropriate education was focused on the lifestyle. Parents and children should have
adopt a healthy lifestyle so they are not susceptible to any kind of disease. So the
conclusion is doctor's approach to parents of children suffering from tonsillitis is very
important because it determines his recovery not only through drugs, but also the way of
parents to educate their children through educational that given by doctors.
1. PENDAHULUAN
Pada zaman sekarang ini penyakit tonsillitis (amandel) merupakan penyakit yang
sudah dianggap biasa. Penyakit ini terutama sering diderita oleh anak- anak yang makan dan
minum sembarangan. Misalnya ketika pulang sekolah anak-anak TK dan SD sering
mengunakan uang saku mereka untuk membeli aneka minuman dan makanan yang dijual oleh
pedagang asongan. Padahal makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh anak- anak tersebut
belum terjamin kehigenisan atau kebersihannya. Selain itu, pengawasan orang tua terhadap
anak terkadang juga menjadi faktor datangnya berbagai macam penyakit pada anak yang
terutama berasal dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari.
Penyakit tonsilitis merupakan peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh infeksi
bakteri atau virus. Selain virus dan bakteri, penyakit ini juga bisa disebabkan karena
kegagalan atau ketidaksesuaian pemberian antibiotik pada saat pertama kali menderita
(tonsilitis akut) sehingga penyakit ini semakin meradang jika timbul untuk kedua kalinya dan
menjadi tonsilitis kronis. Penyakit ini dapat mengenai semua umur namun umumnya
menyerang pada anak-anak. (Ramadhan, Sahrudin, & Ibrahim, 2017)
Tanda-tanda maupun gejala tonsilitis yang sering ditemukan diantaranya perasaan
mudah lelah dan lesu, sulit berkonsentrasi, rasa tidak enak pada tenggorokan, sulit menelan
hingga rasa sakit saat menelan, nafas atau mulut berbau serta terkadang muncul juga
gangguan pada telinga dan siklus tidur seseorang. Pengaruh non mikroba juga menjadi
penyebab dari penyakit ini seperti refluks esofagus, imunomodulator dan radikal bebas.
Radikal bebas sendiri merupakan molekul tidak stabil dan sangat reaktif sehingga bisa
menyebabkan kerusakan jaringan terutama di membrane sel. (Liwikasari, 2018)
Penyakit Tonsilitis lebih sering terjadi pada negara-negara yang memiliki iklim
subtropik. Sedangkan pada negara-negara yang memiliki iklim dingin lebih banyak
ditemukan kasus tonsilitis dari pada negara dengan iklim tropis. Penyebaran infeksi dari salah
satu bakteri penyebab tonsilitis yaitu Streptococcus lebh sering terjadi pada iklim penghujan
selama beberapa tahun tersebut. Data penyakit telinga hidung tenggorokan (THT) di
Indonesia menunjukkan bahwa penyakit tonsilitis kronik menempati posisi paling tinggi
diantara penyakit THT lainnya setelah nasofaringitis. Total sebanyak 3,8% penderita tonsilitis
dari seluruh kasus THT di Indonesia. (Wardhana, Kharisman, & Stella, 2013).
Penanganan untuk tonsilitis akut saat ini diawali dengan konsultasi dengan dokter.
Namun jika pemberian antibiotik tidak membuat kondisi pasien semakin membaik maka
tindakan operasi perlu dilakukan pada anak-anak yang menderita tonsilitis. Sayangnya,
setelah dilakukannya tonsilektomi sebanyak 0,1-3% pasien penderita tonsilitis mengalami
pendarahan. Untuk mengatasi pendarahan paska dilakukannya tonsilektomi maka ditemukan
teknik operasi lainnya berupa intracasular tonsillectomy atau tonsilotomi dimana pada
prosesnya otot-otot disekitar tonsil tidak diangkat seperti pada tindakan tonsilektomi sehingga
tidak timbul pendarahan. Oleh karena itu, tonsilotomi lebih dianjurkan dari pada tonsilektomi
pada anak-anak dan dijadikan sebagai standard dalam tindakan operasi tonsilitis. (Foki et al.,
2017)
Pendekatan dokter dalam memberikan edukasi maupun pengarahan kepada orang tua
pasien tidak kalah penting dari skill, pengetahuan serta pengalaman dokter sendiri.
Komunikasi yang baik, sikap yang ramah, serta dengan mengutamakan kenyamanan pasien
juga memberikan dampak terhadap pemulihan pasien selama masa pengobatan. Tingkat
kepuasan pasien juga menjadi salah satu hal yang utama sebagai seorang dokter. Seorang
dokter harus selalu menjaga kehormatan serta martabat pasien dan orang tuanya selama
proses pemeriksaan. Hal yang terpenting bukanlah “apa yang harus diceritakan kepada orang
tua pasien’ melainkan “bagaimana menjelaskan kepada mereka” dengan baik seperti dalam
menginformasikan kondisi anak mereka yang sebenarnya dengan bahasa yang mudah
dimengerti dan tidak membingungkan. Selain komunikasi yang baik, dokter juga harus
bersikap jujur mengenai status kesehatan anak tersebut dan selalu memberikan harapan untuk
hidup kepada orang tuanya. Oleh karenanya, hal ini menjadi salah satu cara proses
penyembuham pasien melalui kedua orang tua atau pun langsung pada diri anak tersebut
selain obat-obatan yang sudah diberikan. (Chamsi-Pasha & Albar, 2016)
2. METODE
Metode yang digunakan penelitian kali ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif
kualitatif. Hasil dari penelitian ini merupakan data yang berupa kaka-kata atau kalimat yang
disusun secara deskriptif (Palupi & Endahati, 2019). Penelitian deskriptif kualitatif sendiri
merupakan penelitian yang biasa dilakukan untuk mendeskripsikan kondisi sekitar misalnya
alam. Penelitian deskriptif kualitatif juga sudah ditetapkan sebagai penelitian yang penting
dan dianjurkan untuk penelitian yang fokus pada pertanyaan untuk menemukan jawaban
berupa kalimat tanya apa, siapa, dan dimana suatu fenomena itu terjadi sehingga bisa
mendapatkan informasi terkait peristiwa tersebut yang sama sekali belum diketahui. (Kim,
Sefcik, & Bradway, 2016)
Menurut (Bradshaw, Atkinson, & Doody, 2017) penelitian deskriptif kualitatif
mampu mempresentasikan karakteristik dari penelitian yang bersifat kualitatif dimana fokus
pada budaya sebagai etnografi, pengalaman kehidupan sebagai fenomena atau teori yang
membangun dengan adanya teori-teori yang sudah ada disekitarnya. Penelitian deskriptif
kualitatif sendiri adalah penelitian yang bertujuan untuk melihat dan menemukan fenomena
yang belum diketahui, suatu proses, atau perspektif dan pandangan dunia terhadap orang-
oang yang bersangkutan. Sebagai metodologi penelitian, penelitian deskriptif kualitatif ini
sudah popular akhir-akhir ini terutama dalam bidang keperawatan dan kebidanan dimana
sudah diidentifikasi lebih dari setengah dari penelitian yang bersifat kualitatif.
Dalam penelitian kali ini peneliti melakukan wawancara terhadap dokter yang
bersangkutan untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana pendekatan yang dilakukan
oleh seorang dokter dalam memberikan penjelasan kepada orang tua anak penderita tonsilitis.
Data yang dihasilkan berupa data yang bersifat kualitatif sehingga hanya ditemukan kata-kata
yag disusum dalam sebuah kalimat seperti yang sudah dijelaskan diatas. Data yang sudah
didapatkan selanjutnya dianalisis untuk ditarik kesimpulan tentang bagaimana cara dokter
dalam mengedukasi orang tua anak yang menderita tonsilitis, apakah cara edukasi
dokter yang berbeda dapat memengaruhi orang tua dalam mengasuh dan mendidik
anak, serta apa saja kriteria yang memengaruhi dokter dalam memberikan edukasi
terhadap orang tua anak.
4. SIMPULAN
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan maka dapat ditarik simpulan bahwa
pendekatan dokter terhadap orang tua anak penderita amandel (tonsillitis) dapat ditinjau dari
cara dokter dalam mengedukasi orang tua anak tersebut dimana orang tua harus dipahamkan
terlebih dahulu tentang penyakit yang diderita oleh anaknya dalam hai ini tonsilitis apakah
berbahaya atau tidak serta apakah perlu dilakukan tindakan operasi atau cukup diberikan obat
saja. Hal ini perlu dilakukan karena edukasi maupun arahan dokter sangat memengaruhi sikap
orang tua dalam mengurus anaknya. Kemudian setiap dokter pada dasarnya mempunyai cara
edukasi yang sama kepada pasiennya hanya cara penyampaiannya saja yang berbeda namun
inti dari edukasinya sama.
Ada beberapa kriteria yang memengaruhi dokter dalam memberikan edukasi kepada
orang tua anak diantaranya pendidikan orang tua, budaya dan perilaku, pola pikir orantua,
pola asuh orang tua serta bahasa ibu yang digunakan. Seperti yang telah dijelaskan bahwa
masing- masing komponen tersebut dapat memengaruhi cara dokter dalam memberikan
edukasi kepada orang tua anak penderita tonsilitis (amandel). Lalu edukasi yang paling tepat
adalah penyampaian dokter dalam hal pola hidup yang benar dan sehat. Misalnya tentang
menjaga pola makan anak seperti memberikan nutrisi kepada anak sesuai dengan standar gizi
yang telah ditentukan serta anjuran agar selalu berperilaku hidup bersih dan sehat sehingga
anak tidak mudah terserang penyakit.
5. SARAN
Dalam pendekatan terhadap orang tua anak seorang dokter perlu memahami terlebih
dahulu kondisi orang tua tersebut sekaligus anak sebagai pasien. Dokter juga harus berhati-
hati dalam memberikan edukasi atau arahan agar tidak terjadi kesalahan yang dapat berakibat
buruk bagi orang tua juga anak. Banyak faktor yang memengaruhi cara dokter dalam
memberikan edukasinya terhadap pasien sehingga dokter perlu meninjau setiap kriteria yang
menjadi dasar dalam memberikan edukasi. Dalam penelitian ini, peneliti sadar bahwa masih
banyak kekurangan yang harus diperbaiki karena peneliti juga memiliki keterbatasan seperti
masih kurangnya pengetahuan serta wawasan terhadap masalah yang diteliti sehigga perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang analisis pendekatan dokter terhadap
orang tua anak penderita amandel.
6. DAFTAR
PUSTAKA Buku
Marchdante J. K., Kliegman R., Jenson H., & Behrman R. (2014). Nelson Ilmu
Kesehatan Anak Esensial Edisi 6. Jakarta: EGC.
Sherwoood, L. (2013). Introduction to Human Physiology (8th ed.). United St: EGC.
Jurnal
Bradshaw, C., Atkinson, S., & Doody, O. (2017). Employing a Qualitative
Description Approach in Health Care Research.
https://doi.org/10.1177/2333393617742282
Chamsi-Pasha, H., & Albar, M. A. (2016). Doctor-patient relationship. 37(2), 121–
126. https://doi.org/10.15537/smj.2016.2.13602
Foki, E., Seemann, R., Stelter, K., Lill, C., Foki, E., Seemann, R., … The, C. L.
(2017). The effect of tonsillotomy on chronic recurrent tonsillitis in
children. 6489(May). https://doi.org/10.1080/00016489.2017.1322712