Anda di halaman 1dari 4

HIKAYAT SAJADAH BIRU

Burung-burung tengah berkicau ria bermain dan hinggap kesana kemari embun pagi
yang berada pada pucuk daun menjadi minuman badi burung yang mulai lelah
berkicau.Ulat yang biasa ada di daun-daun talas menjadi mangsa bagi burung
perkutut.Halaman rumah itu begitu luas,jongos-jongos yang bekerja di sana tengah
sibuk mengangkat barang kiriman dari Netherland dan beberapa dari Batavia.Vallarie
van de Dijk tengah menunggu seseorang, Gadis cantik dengan lesung pipit yang indah
membuat orang terpukau dengan lesung pipit dan senyum yang menawan dan juga mata
yang menghipnotis orang yang melihatnya.Vallarie gadis lesung pipit yang memiliki
mata berwarna biru seperti samudra. Matanya berwarna biru shapire yang indah dan
memiliki bulu mata tegak disertai dengan alis berwarna coklat yang tebal, Ia
memiliki rambut coklat yang panjangnya sepunggung yang biasanya dikepang menjadi
satu.Penampilannya tersebut membuat ia banyak disukai lawan jenisnya.Vallarie bosan
dengan kehidupannya. Papanya selalu mengkekangnya dengan segala jenis peraturan
yang kontroversial,sedangkan mamanya sering sekali pergi dari rumah untuk mengikuti
pesta yang diadakan teman-temanya dan para bangsawan---terkadang itulah yang
membuat ia kesal---sehingga ia harus berdandan dengansangat cantik karena ia harus
mengikuti acara tersebut.

Seorang gadis yang tengah ditunggu Vallarie datang dengan membawa


sekeranjang penuh apel dan beberapa buku. Gadis itu disambut oleh Mak Par dengan
ramah. Mercy Jackson gadis keturunan Jerman yang tengah mengikuti perjalan ayahnya
sebagai peneliti di Hindia-Belanda. Ayahnya diknas bersama dengan papanya Vallarie
karena berkerja sama diknas ayahnya bekerja sama dengan Kerajaan Netherland.
Berpangkat letjen¹ di KNIL². "Guten morgan Vally, ich bringe apfel von papa."³
Gadis itu menyapa Vallarie dengan ramah ia habis memberi beberapa apelnya kepada
Mak Par."Goede morgen4,Mercy.Terima kasih atas apelmu." Mercy memandang sahabatnya
yang tengah memerhatikannya dengan tatapan datar tapi,bisa dilihat dari matanya
terdapat rasa gelisah yang ia sembunyikan."Kau kemari bukan hanya untuk membawakab
apel, kan?" Tanya Vallarie penuh selidik.Mercy menatap Vallarie dengan tatapan
nakalnya ia lalu tersenyum."Ich will bei dir zu hause spielen5,lagi pula aku bosan
dirumah. Aku tengah menghindari Mom karena ia pasti menyuruhku membuat teh untuk
para tamu. "
Jawab Mercy.
"Vally, apa kau meresahkan sesuatu? "
Vallarie memandang Mercy sejenak dan menunduk."Apa kau menggelisahkan tentang
rencana kepindahan kita ke Surabaya? "
Valarie menunduk dengan dalam dan setitik embun telah menggelincir di pipinya.
"Aku tau kau pasti meresahkan itu. Papamu memang kontroversial terhadapmu "
Kata Mercy lalu ia mendengus kesal.
"Sebenarnya itu hanya seperempat dari keresahanku. Aku lebih meresahkan
jika aku sendiri,tanpa Mak Par, teh Aci,dan Mang Ayan. Mereka telah menjadi bagian
dari hidupku.Kau tau, Mak Par telah menggantikan posisi Mama dalam kehidupan
keseharianku,

teh Aci juga begitu ia telah kuanggap sebagai saudara perempuanku,mereka yang
mengurusiku memberiku kasih sayang yang sebelumnya tak pernah kudapatkan andai kau
rasa yang kurasakan saat melihat merekan tersenyum kepadaku karena
menyayangiku.Mang Ayan juga begitu, ia tak sekedar tukang kebun atau jongos antar
jemput Papa, tapi ia adalah Papa bagiku sendiri. Saat aku begitu kesal dengan
segala perlakuan Papa dan Mama merekalah yang menjadi penghibur dan penghidupku.

Mercy aku tak tau harus bagaimana? "

Mercy menghela napas berat dan mulai memandang dengan tatapan iba.

"Vally, aku sudah menduga kau akan berkata seperti itu. Papamu memqng
kontroversial terhadapmu, sedangkan mamamu tak benar-benar mengurusimu ia hanya
mementingkan kekayaan dan derajat. Schat, kuatkan hatimu mari kita belajar seperti
yang diminta Papamu"

¢₹¥

"Mak Par, mak... Waar ben je6?! " Mak Par tersenyum mendengar suara gadis cantik
berkepang dua yang tengah memanggilnya.
"Shcat, aku ndek dapur. " Vally kecil berjalan menuju dapur megahnya,ipi gembulnya
membuat para pelayan di rumahnya gemas ingin mencubit pipinya. Di rumah sebesar itu
hanya di huni oleh dia saja,papa dan mamanya sedang pergi entah kemana yang jelas
ia di titipkan kepada Mak Par dan teh Aci. "Ono opo, Nduk? Sampean golek aku. "
"Mak Par, aku ingin tidur tolong nantikan lagu yang biasanya!" Rengek Vally."Lagu?
Oh, Nggih. Ayo ke kamarmu tak nyayikno Sing nok jaluk. " Vally kecil melangkah
dengan riang ke kamarnya diikuti oleh Mak Par. Perempuan umur tiga puluhan. Vally
melangkah menaiki tempat tidurnya sedangkan Mak Par duduk disamping Vally yang
tenha berbaring hendak tidur."Mak Par, kau tak mau temani aku tidur?"
Tanya Vally dengan penuh harap.Mak Par tersyum dan berkata,"Aku akan menemani kau
tidur. Tenang saja,sekarang kau mau aku nyanyikan lagu apa?" Vally mengerutkan
dahi, "Aku mau lagu yang biasa kau senandungkan saat membuatkan aku susu. " Mak Par
mengerutkan dahi sejenak,"Genduk ayu, kuwi ora lagu Kuwi namane sholawatan cah."
Vally mengerutkankan dahi tak mengerti.

"Lalu apa bedanya? "

"Beda, nduk. Sholawat biasane iku buat gusti Allah kang maha agung lan kanjeng nabi
muhammad shallahuallaihi wa salam. Gusti Allah iku tuhan Mak Par lan Kanjeng Nabi
Muhammad iku utusane gusti. "

"Tapi bolehkan Vally minta di nyanyii.. Eh, dishowalat."

"Sholawat. "

"Eh,iya."

Mak Par tersenyum dan mengangguk.

Vally memersiapkan diri dan mulai memejamkan mata,Mak Par tengah mengupuk-upuk
kepala Vally dan mulai menyenandungkan sholawat.

"Allohumma sholli sholaatan

Kaamilatan wa sallim sallaaman

Taman 'ala sayyidina Muhammadi liladzi

tanahalu bihil 'uqodu wa tanfariju bihil kurobu

Wa tuqdhobihil hawaiju wa tunna lu bihiro'ibu

Wa husnul khotimi wa yustaqol ghomawu

Biwajhihil kariim wa 'ala aalihi wa shohbihi fi

kulli lamhatin wa nafasim bi'adadi kulli ma'lu

Mi laka ya robbal 'aalamin."

Vally mendengarkan dengan hikmat entah mengapa senandung yang bernama sholawat itu
telah menghipnotisnya memasuki relung jiwanya membuat ia terbang melambung tinggi.

"Mak Par,aku sering lihat kau melakukan entah apa pokoknya kau seperti orang
jungkir balik,Mak Par juga duduk sambil nangis-nangis." Kata Vally dengan mata
kantuknya.
"Oh, kuwi namanya Sholat. Sama kayak sampean beribadah setiap minggu di gereja Mak
Par juga beribadah tapi beda." Vally mengerutkankan dahinya dan menatap Mak Par
heran."Kanapa Mak Par gk gereja malah melakukan itu kan capek jungkir balik tiap
hari. " Mak Par tersyum dan menjawab,"Kepercayaan orang berbeda, nak.Wajar kalau
Mak Par tak pergi ke gereja banyak di luar sana juga seperti Mak Par atau ada juga
yang lain."

Vally menatap Mak Par dengan dalam dan menggenggam baju Mak Par.

"Mak,ayo lagi aku mau showalat."

"Sholawat."Ralat Mak Par, Vally mengangguk seraya mulai memejamkan matanya


sedangkan Mak Par mulai bersholawatan seperti yang dilminta Vallaria kecil.

¢₹¥₦
Gemerisik angin yang menerpa wajah disertai rerintik hujan yang terjun ke bumi
dengan jarang. Beberapa burung berkicau di pohon-pohon entah kicauan risau atau
senang menyambut hujan. Awan tampaknya sedang ikut bersedih seperti kesedihan
seorang remaja cantik tersebut. Vallarie diselimuti kegelisahan karrna akan pindah
dari rumah lamanya sore nanti adalah keberangkatannya menuju kediaman barunya wajah
Vallarie seperti diselimuti warna kelabu walaupun ia tengah tersenyum lebar

Seorang laki-laki umur empat puluhan menghampiri Vallarie. Kumisnya yang


tebal membuat kesan tersendiri bagi orang yang melihatnya ialah Harold van de Dijk
papa Vallarie van de Dijk dan istri dari Alida de Hoorn.

"Vallarie, ben je klaar om later vamiddag te vertrekken?7"

Vallarie memandang Papanya lalu menjawab,


" Ik ben klaar, Papa. Ik maak me allen zorgen dat her hard gaat regenen8."

"Oh, baguslah. Berdoa saja tak hujan,Vallarie ik dengar kau dapat salam dari putra
meneer Joan siapa namanya, ah ya Devoss van Espen. "

Vallarie meneguk ludah dan tersenyum seolah senang. Papa Vallarie tampak terkekeh
sendiri seakan tau rasa yang dirasakan Vallarie.

"Non,non Vallarie,non!" Panggil seseorang dari belakang.

"Non, non,oh moal kumaha datang kuring henteu nguping kuring nelepon9! Non
Vallarie!"
Panggil Mang Ayan setengah berteriak. Vallarie menoleh ke sumber suara.
"Ik, Mang Ayan? "Tanya Vallarie,"Enya, saha wae eta teh10." Jawab Mang Ayan gemas.
"Mang kenapa panggil saya? " Vallarie bertanya dengan keheranan."Anu, Mak Par
manggil non buat ke dapur cenah hoyong dibere hal,Mak Par oge sami teh Aci.11"
Vallarie mengangguk kemudian ia langsung pergi ke dapur di sana sudah ada Mak Par,
teh Aci,dan juga Mang Ayan. Mak Par membawa sebuah bungkusan yang cukup besar dan
teh Aci juga membawa sewadah kue yang disukai Vallarie. Wajah mereka tampak sayu
hanya Mak Par yang tampak sedikit berbinar meskipun langsung digantikan oleh
ratapan bahwa yang selama ini dianggap anaknya akan pergi dari pandangannya."Cah
ayu, ini dari kami meskipun tak sebanding dengan barang yang kau miliki Mak harap
engkau menyukainya." Mak Par memberikan bingkisan itu dengan wajah teduh yang biasa
ia gunakan untuk menidurkan Vallarie,teh Aci juga menyondongkan wadah yang di
bawanya dan Vallarie pun menerimanya dengan wajah senang. Mang Ayan tak bergeming
ia tetap diam sambil menggenggam sesuatu."Mang,kau kenapa? " Mang Ayan menjawab
dengan gugup. "Eh, non.Eee..ini saya cuma bisa ngasih ini. " Kata Mang Ayan sambil
menyondorkan sebuah tasbih."Disimpan aja teh gak usah dipakai anggap aja jimat dari
mamang." Kata mang Ayan sambil tersenyum. Vallarie mengangguk dan memandang merekan
satu persatu,"Mak Par, teh Aci, dan mang Ayan terimakasih atas segalanya." Vallarie
menitikkan air mata membuat teh Aci sesenggukan dengan sangat kencang." Vally, teh
emang gak bisa apa-apa gak punya apa-apa cuma doa saja yang bisa teh kasih buat
Vally.

Anda mungkin juga menyukai