HIKAYAT
HIKAYAT
Burung-burung tengah berkicau ria bermain dan hinggap kesana kemari embun pagi
yang berada pada pucuk daun menjadi minuman badi burung yang mulai lelah
berkicau.Ulat yang biasa ada di daun-daun talas menjadi mangsa bagi burung
perkutut.Halaman rumah itu begitu luas,jongos-jongos yang bekerja di sana tengah
sibuk mengangkat barang kiriman dari Netherland dan beberapa dari Batavia.Vallarie
van de Dijk tengah menunggu seseorang, Gadis cantik dengan lesung pipit yang indah
membuat orang terpukau dengan lesung pipit dan senyum yang menawan dan juga mata
yang menghipnotis orang yang melihatnya.Vallarie gadis lesung pipit yang memiliki
mata berwarna biru seperti samudra. Matanya berwarna biru shapire yang indah dan
memiliki bulu mata tegak disertai dengan alis berwarna coklat yang tebal, Ia
memiliki rambut coklat yang panjangnya sepunggung yang biasanya dikepang menjadi
satu.Penampilannya tersebut membuat ia banyak disukai lawan jenisnya.Vallarie bosan
dengan kehidupannya. Papanya selalu mengkekangnya dengan segala jenis peraturan
yang kontroversial,sedangkan mamanya sering sekali pergi dari rumah untuk mengikuti
pesta yang diadakan teman-temanya dan para bangsawan---terkadang itulah yang
membuat ia kesal---sehingga ia harus berdandan dengansangat cantik karena ia harus
mengikuti acara tersebut.
teh Aci juga begitu ia telah kuanggap sebagai saudara perempuanku,mereka yang
mengurusiku memberiku kasih sayang yang sebelumnya tak pernah kudapatkan andai kau
rasa yang kurasakan saat melihat merekan tersenyum kepadaku karena
menyayangiku.Mang Ayan juga begitu, ia tak sekedar tukang kebun atau jongos antar
jemput Papa, tapi ia adalah Papa bagiku sendiri. Saat aku begitu kesal dengan
segala perlakuan Papa dan Mama merekalah yang menjadi penghibur dan penghidupku.
Mercy menghela napas berat dan mulai memandang dengan tatapan iba.
"Vally, aku sudah menduga kau akan berkata seperti itu. Papamu memqng
kontroversial terhadapmu, sedangkan mamamu tak benar-benar mengurusimu ia hanya
mementingkan kekayaan dan derajat. Schat, kuatkan hatimu mari kita belajar seperti
yang diminta Papamu"
¢₹¥
"Mak Par, mak... Waar ben je6?! " Mak Par tersenyum mendengar suara gadis cantik
berkepang dua yang tengah memanggilnya.
"Shcat, aku ndek dapur. " Vally kecil berjalan menuju dapur megahnya,ipi gembulnya
membuat para pelayan di rumahnya gemas ingin mencubit pipinya. Di rumah sebesar itu
hanya di huni oleh dia saja,papa dan mamanya sedang pergi entah kemana yang jelas
ia di titipkan kepada Mak Par dan teh Aci. "Ono opo, Nduk? Sampean golek aku. "
"Mak Par, aku ingin tidur tolong nantikan lagu yang biasanya!" Rengek Vally."Lagu?
Oh, Nggih. Ayo ke kamarmu tak nyayikno Sing nok jaluk. " Vally kecil melangkah
dengan riang ke kamarnya diikuti oleh Mak Par. Perempuan umur tiga puluhan. Vally
melangkah menaiki tempat tidurnya sedangkan Mak Par duduk disamping Vally yang
tenha berbaring hendak tidur."Mak Par, kau tak mau temani aku tidur?"
Tanya Vally dengan penuh harap.Mak Par tersyum dan berkata,"Aku akan menemani kau
tidur. Tenang saja,sekarang kau mau aku nyanyikan lagu apa?" Vally mengerutkan
dahi, "Aku mau lagu yang biasa kau senandungkan saat membuatkan aku susu. " Mak Par
mengerutkan dahi sejenak,"Genduk ayu, kuwi ora lagu Kuwi namane sholawatan cah."
Vally mengerutkankan dahi tak mengerti.
"Beda, nduk. Sholawat biasane iku buat gusti Allah kang maha agung lan kanjeng nabi
muhammad shallahuallaihi wa salam. Gusti Allah iku tuhan Mak Par lan Kanjeng Nabi
Muhammad iku utusane gusti. "
"Sholawat. "
"Eh,iya."
Vally memersiapkan diri dan mulai memejamkan mata,Mak Par tengah mengupuk-upuk
kepala Vally dan mulai menyenandungkan sholawat.
Vally mendengarkan dengan hikmat entah mengapa senandung yang bernama sholawat itu
telah menghipnotisnya memasuki relung jiwanya membuat ia terbang melambung tinggi.
"Mak Par,aku sering lihat kau melakukan entah apa pokoknya kau seperti orang
jungkir balik,Mak Par juga duduk sambil nangis-nangis." Kata Vally dengan mata
kantuknya.
"Oh, kuwi namanya Sholat. Sama kayak sampean beribadah setiap minggu di gereja Mak
Par juga beribadah tapi beda." Vally mengerutkankan dahinya dan menatap Mak Par
heran."Kanapa Mak Par gk gereja malah melakukan itu kan capek jungkir balik tiap
hari. " Mak Par tersyum dan menjawab,"Kepercayaan orang berbeda, nak.Wajar kalau
Mak Par tak pergi ke gereja banyak di luar sana juga seperti Mak Par atau ada juga
yang lain."
Vally menatap Mak Par dengan dalam dan menggenggam baju Mak Par.
¢₹¥₦
Gemerisik angin yang menerpa wajah disertai rerintik hujan yang terjun ke bumi
dengan jarang. Beberapa burung berkicau di pohon-pohon entah kicauan risau atau
senang menyambut hujan. Awan tampaknya sedang ikut bersedih seperti kesedihan
seorang remaja cantik tersebut. Vallarie diselimuti kegelisahan karrna akan pindah
dari rumah lamanya sore nanti adalah keberangkatannya menuju kediaman barunya wajah
Vallarie seperti diselimuti warna kelabu walaupun ia tengah tersenyum lebar
"Oh, baguslah. Berdoa saja tak hujan,Vallarie ik dengar kau dapat salam dari putra
meneer Joan siapa namanya, ah ya Devoss van Espen. "
Vallarie meneguk ludah dan tersenyum seolah senang. Papa Vallarie tampak terkekeh
sendiri seakan tau rasa yang dirasakan Vallarie.
"Non, non,oh moal kumaha datang kuring henteu nguping kuring nelepon9! Non
Vallarie!"
Panggil Mang Ayan setengah berteriak. Vallarie menoleh ke sumber suara.
"Ik, Mang Ayan? "Tanya Vallarie,"Enya, saha wae eta teh10." Jawab Mang Ayan gemas.
"Mang kenapa panggil saya? " Vallarie bertanya dengan keheranan."Anu, Mak Par
manggil non buat ke dapur cenah hoyong dibere hal,Mak Par oge sami teh Aci.11"
Vallarie mengangguk kemudian ia langsung pergi ke dapur di sana sudah ada Mak Par,
teh Aci,dan juga Mang Ayan. Mak Par membawa sebuah bungkusan yang cukup besar dan
teh Aci juga membawa sewadah kue yang disukai Vallarie. Wajah mereka tampak sayu
hanya Mak Par yang tampak sedikit berbinar meskipun langsung digantikan oleh
ratapan bahwa yang selama ini dianggap anaknya akan pergi dari pandangannya."Cah
ayu, ini dari kami meskipun tak sebanding dengan barang yang kau miliki Mak harap
engkau menyukainya." Mak Par memberikan bingkisan itu dengan wajah teduh yang biasa
ia gunakan untuk menidurkan Vallarie,teh Aci juga menyondongkan wadah yang di
bawanya dan Vallarie pun menerimanya dengan wajah senang. Mang Ayan tak bergeming
ia tetap diam sambil menggenggam sesuatu."Mang,kau kenapa? " Mang Ayan menjawab
dengan gugup. "Eh, non.Eee..ini saya cuma bisa ngasih ini. " Kata Mang Ayan sambil
menyondorkan sebuah tasbih."Disimpan aja teh gak usah dipakai anggap aja jimat dari
mamang." Kata mang Ayan sambil tersenyum. Vallarie mengangguk dan memandang merekan
satu persatu,"Mak Par, teh Aci, dan mang Ayan terimakasih atas segalanya." Vallarie
menitikkan air mata membuat teh Aci sesenggukan dengan sangat kencang." Vally, teh
emang gak bisa apa-apa gak punya apa-apa cuma doa saja yang bisa teh kasih buat
Vally.