Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

MODEL PENGEMBANGAN PERANGKAT DESAIN PEMBELAJARAN


Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas mata kuliah Perencanaan
Pembelajaran Sd

Disusun oleh:
Kelompok 2
Siti Khoeratunnisa (H.1910087)
Suci Lestari (H.1910115)
Siti Dianatul M (H.1910137)
Uswatun Hasanah (H.1910139)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
2020

KATA PENGANTAR

1
Dengan meneyebuit nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi maha
penyayang .kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang
telah melimpangkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada kami,
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah perencanaan pembelajaran
materi “Model Pengembangan Perangkat Desain Pembelajaran”.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Nabi
Muhammad Saw. Yang kita nantikan syafaatnya di hari akhir nanti.
Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dan dengan
bantuan beberapa pihak. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada
semua pihak yang ikut berkontribusi dalam penulisan makalah ini. Untuk itu
pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih kepada ibu Dr. Rusi
Rusmiati Aliyyah, M.pd. pembimbing kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Namun kami berharap semoga makalah ini dapat dimanfaatkan dengan sebik-
baiknya. Kritik dan saran pembaca akan kami terima dengan baik demi
kesempurnaan makalah ini.

Bogor, 03 febuari2020

Penulis

Daftar Isi
Kata Pengantar i............................................................................................
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang................................................................................................ 1
Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
Tujuan ............................................................................................................. 2

2
Bab II Pembahasan
Materi ASSURE
Pengertian Pembelajaran ASSURE.............................................................. 3
Langkah-langkah Model ASSURE............................................................... 3
Model Pemelajaran Hannafin and Peck
Pengertian Pembelajaran Hannafin And Peck............................................. 9
Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Hannafin and Peck.....10
Model Pembelajaran Dick and Carey
Pengertian Model Pembelajaran Dick and Carey...................................... 11
Langkah Penelitian Pengembangan Dick and Carey.................................13
Kekurangan dan kelebihan Penelitian Dick and Carey.............................18
Model Pengembangan Pembelajaran 4-D
Pengertian Model Pembelajaran 4-D......................................................... 21
Model-Model Desain Pengembangan Pembelajaran 4-D........................21
Rancangan Pengembangan Bahan Ajar 4-D.............................................. 22
Model Pembelajaran PPSI
Pengertian Model Pembelajaran PPSI......................................................... 22
Pengertian Hasil Pembelajaran PPSI........................................................... 30
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.......................................................................................................32
Saran ...............................................................................................................32
Daftar Pustaka..............................................................................................................33

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Latar belakang Perencanaan Pembelajaran SD merupakan mata


pelajaran yang bersumber dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi

3
menggunakan pembelajaran SD yang digunakan untuk kepentingan
pembelajaran. Keadaan belajar mengajar selalu mengalami perubahan dari
waktu ke waktu, kemajuan di berbagai bidang kehidupan harus dapat
ditangkap dan diperhatikan oleh lembaga pendidikan yang kemudian jadi
bahan materi pembelajaran, sehingga bahan pembelajaran secara formal
dapat dituangkan dalam bentuk kurikulum. Mengacu pada kuriklum di
Indonesia yang masih terpusat (sentralisasi) artinya segala keputusan
tentang pendidikan yang akan diberikan kepada peserta didik dirumuskan
di pemerintahan pusat. Mulailah dari sana mata kuliah PPSD diajarkan
kepada kita selaku mahasiswa. Setiap jenjang pendidikan PGSD mestilah
diajarkan mata kuliah PPSD.
Mengajarkan sebuah mata pelajaran seorang guru harus memahami
betul mata pelajaran tersebut. Sehingga tidak terjadi guru asal mengajar,
guru asal memberikan informasi kepada peserta didiknya. Hal tersebut
akan terjadi apabila guru kurang menyenangi dengan mata pelajaran nya,
guru tidak menyelami dan mendalami mata pelajaran tersebut. Kondisi
inilah yang banyak terjadi dilingkungan pendidikan kita. Guru hanya asal
mengajar tanpa tahu kenapa mata pelajaran tersebut perlu diajarkan
disekolahnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian pembelajaran ASSUREL,HANNAFIN and PECK,
DICK and CAREY, 4-D, PPSI ?
2. Bagaimana sistem pembelajarannya?
3. Bagaimana model-model pembelajarannya?
4. Apa saja kekurangan dan kelebihannya?

C. Tujuan

4
Dari makalah ini diharapkan mahasiswa sebagai calon guru sekolah dasar
dapat mengetahui bagaimana perencanaan pembelajaran di SD sebagai model dan
langkah-langkahnya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. MODEL ASSURE
1. Pengertian model pembelajaran ASSURE
Model ASSURE adalah jembatan antara peserta didik, materi, dan semua
bentuk media, berbasis teknologi dan bukan teknologi. Model ini
mengasumsikan bahwa cara pembelajaran tidak hanya menggunakan
pertumuan kuliah/buku teks, tetapi juga memungkinkan untuk
menggabungkan belajar diluar kelas dan teknologi kedalam materi pelajaran.

5
A Analyze Learners (menganalisa Si Belajar)
S State Objectives (Kesatuan Tujuan/Sasaran)
S Select Methods, Media, and Materials (Memilih metode, media, dan bahan-
bahan)
U Utilize Media and Materials (memanfaatkan media dan bahan-bahan)
R Require Learner Participation (keharusan partisipasi si belajar)
E Evaluate and Revise (evaluasi dan revisi)

2. Langkah-langkah model ASSURE dalam pembelajaran


a. Analyze Learners (Analisis Pembelajaran)
Media pembelajaran dan teknologi dapat digunakan secara efektif apabila
ada kecocokkan antara karakteristik peserta didik dan isi media, metode dan
material. Sebelum merancang cara penyampaian yang efektif,maka perlu
mengetahui siapa peserta didik.oleh karena itu,langkah pertama model
ASSURE adalah menganalisis peserta didik.ada 3 faktor yang di bahas dalam
menganalisis pembelajar yaitu:
 General characteristics (karakteristik umum)
Karakteristik umum siswadapat ditemukan melalui variable yang
konstan,seperti jenis kelamin, umur ,tingkat perkembangan, budaya dan
faktor sosial ekonomi serta etnik.semua variabel konstan tersebut menjadi
patokan dalam merumuskan strategi dan media yang tepat dalam
menyampaikan bahan pelajaran.
 Specific entry competencies (mendiagnosis kemampuan awal
pembelajar)
Penelitian yang terbaru menunjukkan bahwa pengetahuan awal siswa
merupakan sebuah subyek patokan yang berpengaruh dalam bagaimana
dan apa yang dapat mereka pelajari lebih banyak sesuai dengan
perkembangan psikologi siswa ( Dick,carey dalam smaldino) hal ini akan
memudahkan dalam merancang suatu pembelajaran agar penyampaian
materi pelajaran dapat di serap dengan optimal oleh peserta didik sesuai
dengan kemampuan yang di milikinya.
 Leraning style (gaya belajar)

6
Merupakan gambaran dari prefensi gaya belajar masing-masing peserta
didik.artinya sifat psikologis lah yang mempengaruhi bagaimana kita
menanggapi rangsangan yang berbeda.pertama-tama pendidik akan
mengamati gaya belajar auditorial,visual,dan kinestetik.pendidik kemudian
akan menentukan pengelolaan informasi dari kebiasaan peserta
didik.kategori ini berisi berbagai variabel yang terkait dengan bagaimana
kecendrungan individu dalam pemrosesan informasi kognitif.terakhir
pendidik akan menentukan faktor fisiologis dan motivasi terhadap peserta
didik. Ketika pendidik menggunakan faktor fisiologis dan motivasi
terhadap peserta didik .ketika pendidik menggunakan faktor motivasi perlu
mempertimbangkan hal-hal seperti kecemasan ,tingkat struktur,motivasi
berprestasi,motivasi sosial,kehati-hatian ,dan daya saing.yang paling
mempengaruhi faktor fisiologis adalah perbedaan seksual,kesehatan,dan
kondisi lingkungan.jadi,dalam setiap kelas karakter peserta didik berbeda-
beda dalam gaya belajarnya,yang terbaik adalah menggabungkan banyak
cara untuk menyajikan informasi sebanyak mungkin.

b. State standard and objectives ( menentukan standard dan tujuan )


Tahap selanjutnya dalam ASSURE model adalah merumuskan tujuan
dan standar dengan demikian peserta didik di harapkan dapat memperoleh
suatu kemampuan dan kompetensi tertentu dari pembelajaran dalam
merumuskan tujuan dari standar pembelajaran perlu memperhatikan dasar
strategi ,media dan pemilihan media yang tepat.
c. Select strategies, technology, media, anda materials. (memilih,
strategi, teknologi, median dan bahan ajar)
Langkah selanjutnya dalam membuat pembelajaran yang efektif
adalah mendukung pembelajaran dengan menggunakan teknologi dan
media dama sistematika pemilihan strategi, teknologi, media dan bahan
ajar.
 Memilih strategi pembelajaran
Pemilihan strategi pembelajran disesuaikan dengan standar dan tujuan
pembelajar. Selain itu juga memperhatikan gaya belajar dan motivasi

7
siswa yang nanti nya dapat mendukung pembelajaran. Strategi
pembelajaran dapat mengandung ARCS model (Smaldino dari Keller,
1987). ARCS model dapat membantu strategi mana yang dapat
membangun attention (perhatian) siswa, pembelajaran berhubungan yang
rellevanit dengan keutuhan dan tujuan, convident, desain pembelajaran
dapat membantu pengetahuan oleh siswa dan santisfaction dari usaha
belajar siswa.
 Memilih teknologi dan mediayang sesuai dengan bahan ajar
Bentukmedia adalah bentuk fisik dimana sebuah pesan digabungkan
dan ditampilkan. Bentuk media meliputi, sebagai contoh, diagram
(gamabar diam dan teks) slide (gambar diam lewat proyektor) video
(gambar bergerak dalam tv). Dan multimedia komputer (grafik, teks, dan
barang bergerak dalam tv) setiap media itu mempunyai kekuatan dan
batasan dalam bentuk type dari pesan yang bisa di rekam dan di
tampilkan.
 Memilih, mengubah, dan merancang bahan
Ketika kita sudah memilih strategi dan media pembelajran yang akan
digunakan, maka langkah selanjutnya adalah memilih bahan (materi)
yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Langkah ini umunya mencangkup
(1) memilih materi yang tersedia, (2) mengubah materi yang ada, atau (3)
perancang materti baru.
d. Utilize technology, media, and materials (menggunakan teknologi,
media, dan bahan ajar)
Ada lima langkah yang bisa diikuti oleh guru dalam memanfaatkan
media dan bahan yang ada:
 Free view materi
Pendidik harus melihat dulu materi sebelum menyampaikan nya dalam
kelas dan selama proses pembelajaran sehingga dapat menentukan
bahan-bahan tersebyt sesuai dengan siswa dan tujuan yang ingin
dicapai.
 Siapkan bahan

8
Pendidik harus mengumpulkan semua materi dan media yang
dibutuhkan pendidik dan peserta didik. Pendidik harus menentukan
urutan materi dan penggunaan media. Pendidik harus menggunakan
media terlebih dahulu untuk memastikan keadaan media.
 Siapkan lingkungan
Tempat yang akan digunakan untuk pembelajaran haruslah di persiapkan
sehingga dapat mendukung proses pembelajaran. Hal yan g perlu di
erhatikan misalnya tempat duduk yang nyaman, ventilasi yang cukup,
terang yang sesuai, suhu yang dapat di kontrol dll.
 Peserta didik
memberitahukan peserta didik tentang tujuan pembelajaran.
Menceritakan sebuah alasan kenapa mempelajari topik yang di
pelajari tersebut. Memberikan pernyataan yang memotivasi yang
menciptrakan kebutuhan untuk mereka ketahui dan bagaimana
mereka dapat mendapatkan keuntungan dari hasil perhatian yang
mereka berikan pendidik menjelaskan bagaimana cara peserta didik
dapat memperoleh informasi dan cara mengevaluasi materinya.
 Mempersiapkan pengalaman belajar
Jika semua bahan-bahan sudah di persipkan maka seorang pengajar
harus memperesentasikan dengan propessioanl.pengajar seolah
menjadi aktor atau aktris yang harus menguasai perhatian dari siswa
dan mampu menjadi instruktur yang mengarahkan perhatian di
kelas.untuk memberikan pengalaman pembelajaran kepada para
murid pengajar harus memainkan aturan yang menjadi pedoman atau
fasilitator,menolong siswa untuk mengeksplor topic lewat
internet,mendiskusikan isi,menyiapkan bahan-bahan untuk porto
folio,atau menjelaskan informasi kepada kawan sekelas mereka
sendiri.

e. Require learner participation ( mengembangkan partisipasi


pembelajar)

9
Tujuan utama dari pembelajaran adalah adanya partisipasi siswa terhadap
materi dan media yang kita tampilkan.seorang guru pada era teknologi di
tuntut untuk memiliki pengalaman dan fraktik
menerapkan,menganalisis,mensintesis,dan mengefaluasi ketimbang
sekedar memahami dan memberi informasi kepada siswa. ini sejalan
dengan gagasan konstruktivis bahwa belajar merupakan proses mental
aktif yang di bangun berdasarkan pengalaman yang autentik,dimana
parasiswa akan menerima umpan balik informatif untuk mencapai tujuan
belajar mereka.

f. Evaluate and revise (mengevaluasi dan merevisi)


Evaluasi dan revisi merupakan komponen akhir model ASSURE
untuk belajar efektif.seringkali kesalahan yang sering berulang-ulang
dalam proses mendesain pelajaran.evaluasi dan revisi adalah sebuh
komponen yang penting untuk membangun kualitas belajar.
Penilaian dan perbaikan adalah aspek yang sangat mendasar untuk
mengembangkan kualitas pembelajaran.penilaian dan perbaikan dapat
berdasarkan dua tahap yaitu:
1. Penilaian hasil belajar
 Penilaian hasil belajar siswa yang otentik
 Penilaian hasil belajar portofolio
 Penilaian hasil belajar yang tradisional /eleltronik

2. Menilai dan memperbaiki strategi.teknologi dan media dan beberapa


fungsi dari evaluasi antara lain:
a) evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpan balik bagi
siswa.
b) evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui bagaimana
ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan.
c) evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan
program kurikulum.

10
d) informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan siswa secara individual
dalam mengambil keputusan.
e) evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum khusus nya
dalam menentukan tujuan khusus yang ingin dicapai
f) evaluasi berfungsi sebagai umpan balik untuk orang tua, guru,
pengembang kurikulum, dan pengambil kebijakan.

11
B. MODEL PEMBELAJARAN HANNAFIN DAN PECK
1. Pengertian Model Pembelajaran Hannafin dan Peck
Model pembelajaran hannafin dan peck ini adalah model pengembangan
sistem pembelajaran yang berorientasi pada hasil(produk) misalnya video
pembelajaran,mulmedia pembelajaran atau modul.
Karakteristik desain pembelajaran model hananafin and feck pada penerapan
desain sistem pembelajaran model hannafin dan peck biasanya tidak memiliki
kontak langsung dengan pengembangan programnya. Kontak langsung hanya
terjadi antara pengguna program saat proses evaluasi terhadap ptotipa
program.pada model ini ditandai dengan empat asumsi pokok yaitu.
A. Produk atau program pembelajaran memang sangat diperlukan
B. Produk atau program pembelajaran baru memang perlu diproduksi
C. Produk atau program pembelajaran memerlukan proses uji coba dan revisi
D. Produk atau program pembelajaran dapatdigunakan hanya dengan
bimbingan dari fasilitator.
Menurut hanafin dan peck (Afandi dan Badarudin,2011:26) model desain
pembelajaran terdiri dari tiga fase yaitu Need Assessment (fase analisis
keperluan),design (fase desain),dan Develop/impelement (fase pengembangan
danimplementasi).dalam model ini disetiap fase akan dilakukan penilaian dan
pengulangan.
Fase pertama adalah analisis kebutuhan dilakukan dengan mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran termasuk
di dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran yang dibuat,pengetahuan dan
kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran,peralatan dan keperluan media
pembelajaran.
Wina sanjaya (2008:93) mengemukakan secara detail langkah-langkah need
assement yakni:
1. Tahapan pengumpulan informasi
2. Tahapan identifikasi kesenjangan
3. Analisis performance
4. Mengidentifikasi kendala beserta sumber-sumbernya
5. Identifikasi karakteristik siswa

12
6. Identifikasi tujuan
7. Menetukan permasalahan
Fase kedua adalah Informasi dari fase analisis dipindahkan kedalam bentuk
dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran. Dokumen
yang dihasilkan dalam fase ini adalah dokumen story board yang mengikut urutan
aktifitas pembelajaran.
Fase ketiga adalah fase pengembangan dan implementasi, terdiri dari
penghasilan diagram alue, pengujian, serta penilaian formatif dan penilaian
sumatif. Hasil dari proses pengujian dan penilaian ini akan digunakan dalam
proses pengubah untuk mencapai kualitas media yang di kehendaki.

2. Kelebihan Model Pembelajaran Hannafin and Peck


Kelebihan model pembelajaran ini yaitu;
 Menekankan proses penilaian dan pengulangan yang melibatkan ketiga
fase.
 Dapat menentukan hal utama dari apa yang dibutuhkan dalam pendidikan.
 Dapat memecahkan kesenjangan dari analisis performance.

3. Kekurangan Model Pembelajaran Hannafin and Peck


Kekurangan model pembelajaran ini yaitu ;
 Media pembelajaran dengan bahan yang ada karena berorientasi pada
produk.
 Dalam produk atau program pembelajaran nya memerlukan uji coba dan
revisi terlebih dahulu.
 Masalah yang mungkin bisa diselesaikan adalah tentang pengembangan
bahan dan alat-alat.

13
C. MODEL PENELITIAN PENGEMBANGAN DICK& CAREY
1. Pengertian Model Pembelajaran Dick dan Carey
Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggris
Research and Development adalah metode  penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.
Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat
analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya
dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji
keefektifan produk tersebut.
Metode penelitian dan pengembangan telah banyak digunakan pada
bidang-bidang Ilmu Alam dan Teknik. Hampir semua produk teknologi,
seperti alat-alat elektronik, kendaraan bermotor, pesawat terbang, kapal laut,
senjata, obat-obatan, alat-alat kedokteran, bangunan gedung bertingkat dan
alat-alat rumah tangga yang modern diproduk dan dikembangkan melaui
penelitian dan pengembangan. Namun demikian metode penelitian dan
pengembangan bisa juga digunakan dalam bidang ilmu-ilmu sosial seperti
psikologi, sosiologi, pendidikan, manajemen, dan lain-lain.
Penelitian dan pengembangan yang menghasilkan produk tertentu
untuk bidang administrasi, pendidikan dan sosial lainnya masih rendah.
Padahal banyak produk tertentu dalam bidang pendidikan dan sosial yang
perlu dihasilkan melalui research dan development. (Sugiyono: 2016, 407)
Model R&D Dick Carey adalah model pendekatan sistem atau model pendekatan
prosedural yang dikembangkan oleh Walter Dick, Lou Carey, dan James O.
Carey dalam The Systematic Design of Instruktion Edisi ke-7 tahun 2009.
Kemudian model ini lebih dikenal dengan nama model pengembangan Dick,
Carey, dan Carey atau juga model Dick and Carey. Model prosedural Dick,
Carey, dan Carey ini merupakan model penelitian yang menyarankan agar
penerapan prinsip desain pengembangan disesuaikan dengan langkah-langkah
yang harus ditempuh secara berurutan. Model prosedural Dick and Carey ini
merupakan model penelitian yang berorientasi pada pemaparan tahapan
penelitian secara deskriptif. Secara umum tahapan-tahapan dalam penelitian

14
ini terdiri atas tiga bagian yakni tahap pra-pengembangan, pengembangan, dan
pasca-pengembangan.
Model pengembangan Dick and Carey ini memiliki sepuluh langkah prosedural.
Setiap langkah prosedural dalam komponen penelitian dan pengembangan
dengan model Dick and Carey ini saling dependen dengan langkah lainnya.
Proses langkah evaluasi akan menetukan bentuk revisi atau perbaikan
instruksional pada langkah pengembangan berikutnya. Langkah-langkah
model Dick and Carey ini dijabarkan mulai dari awal pengembangan sampai
pada produk hasil pengembangan.
Model Dick and Carey memiliki ciri khas dari metode R&D pada
umumnya, yakni langkah-langkah yang dikelompokkan dalam lima prosedur
penelitianpengembangan, yakni analisis, pengembangan, desain,
implementasi, dan evaluasi. Kelima langkah prosedur pengembangan tersebut
bila diinterpretasikan dalam 10 model pengembangan Dick and Carey yakni :
1) analisis (analyze) yang memuat tiga langkah prosedural pada model
pengembangan Dick and Carey di antaranya : menganalisis kebutuhan untuk
mengidentifikasi tujuan (asses needs to identity goals), menganalisis
intruksional (conduct instructional analysis), dan menganalisis pembelajar dan
konteks (analysis learners and contexts), 2) pengembangan (develop), 3)
desain (design), dan 4) implementasi (implement) merupakan langkah-langkah
prosedural setelah melakukan tahapan analisi kebutuhan. Ketiga langkah ini
dilakukan secara prosedural berupa siklus yang dilakukan beberapa kali
hingga ditemukan model pengembangan yang diharapkan selanjutnya pada
tahapan kelima model hasil dari langkah-langkah prosedural develop-design-
implement dievaluasi pada tahapan ke 5) evaluasi (evaluate), tahapan evaluasi
berdasarkan model Dick and Carey ditempuh dengan dua cara, yakni evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi ini bersifat menyeluh yang akan
mempengaruhi model pengembangan berdasarkan hasil prosedural pada
tahapan develop-design-implement.
Diantara model-model rancangan pengembangan tersebut saat ini salah satu
model rancangan sistem yang sering dipakai dalam penelitian dan

15
pengembangan secara luas adalah model pendekatan sistem yang dirancang
dan dikembangkan oleh Dick & Carey.
Secara umum menurut model Dick and Carrey, sebelum desainer merumuskan
tujuan khusus yakni performance goals, perlu menganalisis pembelajaran serta
menentukan kemampuan awal siswa terlebih dahulu.Oleh karena itu rumusan
kemampuan khusus harus berpijak dari kemampuan dasar atau kemampuan
awal. Setelah dirumuskan tujuan khusus yang harus dicapai selanjutnya
dirumuskan tes dalam bentuk criterion reference test, artinya tes yang
mengukur kemampuan penguasaan tujuan khusus. Untuk itulah maka
dikembangkan strategi pembelajaran, yakni skenario pelaksanaan
pembelajaran yang diharapkan dapat mencapai tujuan secara optimal, setelah
itu dikembangkan bahan-bahan pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan.Langkah akhir dari desain adalah melakukan evaluasi, yaitu evaluasi
formatife dan sumatife.Evaluasi formatife berfungsi untuk menilai efektivitas
program dan evaluasi sumatife berfungsi untuk menentukan kedudukan setiap
siswa dalam penguasaan materi pelajaran.
Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah. Setiap langkah sangat jelas
maksud dan tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai
dasar untuk mempelajari model desain yang lain. Kesepuluh langkah pada
Model Dick and Carey menunjukkan hubungan yang sangat jelas dan tidak
terputus antara langkah yang satu dengan langkah yang lainnya. Dengan kata
lain, sistem yang terdapat pada Model Dick and Carey sangat ringkas, namun
isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan berikutnya.
2. Langkah-langkah Penelitian Pengembangan Dick and Carey
Model Dick & Carey banyak di jumpai di banyak buku teks yang beredar di
Indonesia. Model penelitian dan pengembangan yang dirancang oleh Dick &
Carey saat ini merupakan salah satu model yang sering dipakai dalam
penelitian dan pengembangan secara luas. Dalam model tersebut terdiri atas
sepuluh langkah. Terdapat perbedaan istilah yang digunakan antara Model
Dick & Carey 1978 dengan model yang terdapat dalam bukunya terbitan
tahun 2009. Meskipun demikian banyaknya langkah atau komponen Model

16
Dick & Carey 1978 sama dengan Model Dick & Carey 2009 hanya terdapat
beberapa perbedaan istilah saja.
Berikut merupakan bentuk alur prosedural dan pengelompokan tahapan
prosedural pengembangan berdasarkan Instructional Design Dick, Carey, dan
Carey

Gambar Model Pengembangan Dick,Carey, and Carey


Secara singkat berikut penjelasan mengenai langkah-langkah Model Penelitian
Pengembangan Dick & Carey :
1. Analisis Kebutuhan dan Tujuan (Identity Instructional Goal (s)).

Melakukan analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan program atau produk


yang akan dikembangkan. Kegiatan analis kebutuhan ini peneliti
mengidentifikasi kebutuhan prioritas yang segera perlu dipenuhi. Dengan
mengkaji kebutuhan, pengembang akan mengetahui adanya suatu keadaan
yang seharusnya ada (what should be) dan keadaan nyata atau riil di lapangan
yang sebenarnya (what is). Dengan  cara “melihat” kesenjangan atau gap yang
terjadi, pengembangan mencoba menawarkan suatu alternatif pemecahan
dengan cara mengembangkan suatu produk atau desain tertentu. Tentu saja,
rencana yang akan dilakukan itu dilandasi dari segi teori dan kajian empiris
yang sudah ada sebelumnya, bahwa hal tersebut memang patut atau layak
dilakukan atau diadakan pengkajian lebih luas lagi. Dengan kata lain, bahwa
berdasarkan analisis ini pula, pengembangan mengetengahkan suatu persoalan
atau kesenjangan dan sekaligus menawarkan solusinya.

17
2. Melakukan Analisis Instruksional (Conduct Instructional Analysis).

Apabila yang dipilih adalah latar pembelajaran, maka langkah berikutnya


pengembangan melakukan analisis pembelajaran, yang mencakup
ketrampilan, proses, prosedur, dan tugas-tugas belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Hal-hal apa saja yang menjadi kebutuhan yang dirasakan “felt
need”, perlu diidentifikasi dan selanjutnya diungkapkan dalam rancangan
produk atau desain yang ingin dikembangkan. Ini menjadi spesifikasi suatu
produk atau desain yang akan dikembangkan lebih lanjut dan memiliki
kekhasan tersendiri.
3. Analisis Pembelajar dan Konteks (Analyze Learners and Contexts).

Analisis ini bisa dilakukan secara simultan bersamaan dengan analisis


pembelajaran di atas, atau dilakukan setelah analisis pembelajaran.
Menganalis pembelajar dan konteks, yang mencakup kemampuan, sikap,
karakteristik awal pembelajar dalam latar pembelajaran. Dan juga termasuk
karakteristik latar pembelajaran tersebut di mana pengetahuan dan
keterampilan baru akan digunakan untuk merancang strategi instrusional.

4. Merumuskan Tujuan Performasi (Write Performance Objectives).

Merumuskan tujaun performasi atau untuk kerja dilakukan setelah analisis-


analisis pembelajar dan konteks. Merumuskan tujuan untuk kerja, atau
operasional. Gambaran rumusan oprasional ini mencerminkan tujuan khusus
program atau produk, prosedur yang dikembangkan. Tujuan ini secara spesifik
memberikan informasi untuk mengembangkan butir-butir tes. Pengembang
melakukan penerjemahan tujuan umum atau dari standar kompetensi yang
telah ada ke dalam tujuan khusus yang lebih operasional dengan indikator-
indikator tertentu.
5. Mengembangkan Instrumen (Develop Assesment Instruments).

Langkah berikutnya adalah mengembangkan instrumen assessment, yang secara


langsung berkaitan dengan tujuan khusus, operasional. Tugas
mengembangkan instrumen ini menjadi sangat penting. Karena instrumen
dalam hal ini bisa berkaitan langsung dengan tujuan operasional yang ingin

18
dicapai berdasarkan indikator-indikator tertentu, dan juga instrumen untuk
mengukur perangkat produk atau desain yang dikembangkan. Instrumen yang
berkaitan dengan tujuan khusus berupa tes hasil belajar, sedangkan instrumen
yang berkaitan dengan perangkat produk atau desain yang dikembangkan
dapat berupa kuesioner atau daftar cek.

6. Mengembangkan Strategi Instruksional (Develop Instructional


Strategy).

Mengembangkan strategi instruksional, yang secara spesifik untuk membantu


pembelajar untuk mencapai tujuan khusus. Strategi instruksional tertentu yang
dirancang khusus untuk mencapai tujuan dinyatakan secara eksplisit oleh
pengembang. Strategi pembelajaran yang dirancang ini juga berkaitan dengan
produk atau desain yang ingin dikembangkan. Sebagai contoh, apabila
pengembang ingin membuat produk media gambar, maka strategi apa yang
dipakai untuk membuat mempresentasikan media gambar tersebut. Apabila
pengembang ingin mengembangkan suatu desain pembelajaran tertentu, maka
strategi apa yang cocok dan dipilih untuk menunjang desain tersebut. Jadi
dengan pendek kata, peranan strategi tetap sangat penting dalam kaitannya
dengan proses pengembangan yang ingin dilakukan.
7. Mengembangkan dan Memilih Material Instruksional (Develop and
Select Instructional Materials).

Langkah ini merupakan kegiatan nyata yang dilakukan oleh pengembang.


Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran, yang dalam hal ini dapat
berupa : bahan cetak, manual baik untuk pebelajar maupun pembelajarn, dan
media lain yang dirancang untuk mendukung pencapaian tujuan. Produk atau
desain yang dikembangkan berdasarkan tipe, jenis, dan model tertentu perlu
diberikan argumen atau alasan mengapa memilih dan mengembangkan
berdasarkan tipe atau model tersebut. Alasan memilih tipe atau model tersebut
biasanya dikemukakan dalam subbagian model pengembangan.
8. Merancang dan Melakukan Evaluasi Formatif (Design and Conduct
Formative Evaluation of Instruction).

19
Merancang dan melakukan evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang dilaksanakan
oleh pengembang selama proses, prosedur, program atau produk
dikembangkan. Atau, evaluasi formatif ini dilakukan pada saat proses
pembelajaran berlangsung dengan maksud untuk mendukung proses
peningkatan efektivitas.
Dalam kondisi tertentu, pengembang cukup sampai pada langkah ini Dick &
Carey merekomendasikan suatu proses evaluasi formatif yang terdiri dari tiga
langkah :
1. Uji coba prototipe bahan secara perorangan (one-to-one trying out) ; uji
coba perorangan ini dilakukan untuk memperoleh masukan awal tentang
produk atau rancangan tertentu. Uji coba perorangan dilakukan kepada subjek
1-3 orang. Setelah itu dilakukan uji coba perorangan, produk, atau rancangan
revisi.

2. Uji coba kelompok kecil (small group tryout). Uji coba ini melibatkan
subjek yang terdiri atas 6-8 subjek. Hasil uji coba kelompok kecil ini dipakai
untuk melakukan revisi produk atau rancangan.

3. Uji coba lapangan (field tryout). Uji coba ini melibatkan subjek dalam
kelas yang lebih besar yakni sekitar 15-30 subjek (a whole class of learners).

Selama uji coba ini, pengembang melakukan observasi dan wawancara. Dengan
demikian, pengembang melakukan pendekatan kualitatif disamping data
kuantitatif (hasil tes, skala sikap, rubrik dan sebagainya). Hasil validasi dari
langkah 8 inilah yang kemudian dipakai untuk melakukan revisi di langkah
selanjutnya.
9. Melakukan Revisi Instruksional (Revise Instruction).

Revisi dilakuakn terhadap proses (pembelajaran), prosedur, program, atau produk


yang dikaitkan dengan langkah-langkah sebelumnya. Revisi dilakukan 
terhadap tujuh langkah pertama yaitu mulai dari : tujuan umum pembelajaran,
analisis pembelajaran, perilaku awal, tujuan unjuk kerja atau performansi,
butir tes, strategi pembelajaran dan/atau bahan-bahan pembelajaran. Strategi
instruksional ditinjau kembali dan akhirnya semua pertimbangan ini

20
dimasukkan ke dalam revisi instruksional untuk membuatnya menjadi alat
instruksional yang lebih efektif.
10. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif (Design and Conduct
Summative Evaluation).

Hasil-hasil pada tahap revisi instruksional dijadikan dasar untuk menulis


perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat tersebut selanjutnya divalidasi
dan diujicobakan atau diimplementasikan di kelas dengan evaluasi sumatif.
Setelah suatu produk, program atau proses pengembangan selesai
dikembangkan, langkah berikutnya melakukan evaluasi sumatif. Evaluasi
sumatif ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan tingkat efektivitas
produk, program, atau proses secara keseluruhan dibandingkan dengan
program lain.
Untuk keperluan pengembangan ini biasanya peneliti hanya menggunakan
sampai langkah kesembilan, yakni evaluasi formatif di mana rancangan,
proses, atau program sudah dianggap selesai. Akan tetapi, untuk keperluan uji
efektivitas rancangan, proses, dan program secara menyeluruh diperlukan uji
atau evaluasi secara eksternal. Dengan demikian, diperoleh tingkat efisiensi,
efektiviras dan daya tarik rancangan, proses dan program secara menyeluruh

3. Kekurangan dan Kelebihan Penelitian Pengembangan Dick Carey


a. Kelebihan Model Dick Carey
Dengan melihat langkah-langkah yang telah disebutkan , maka dapat kita lihat
bahwa model Dick and Carey ini merupakan tahapan prosedural, dari tahapan
prosedural semacam ini dapat dilihat beberapa kelebihan dari model ini
diantaranya :
1. Setiap langkah jelas dan mudah diikuti. Tahapan-tahapan model ini
merupakan tahapan logis sederhana, artinya desain ini merupakan arahdan
cara berpikir dari kebanyakan orang untuk mencapai suatu tujuan atau
program.

2. Teratur, efektif, dan efisien.Langkah-langkah yang dijelaskan tiap tahap


akan menghindarkan desainer dari multitafsir, sehingga setiap desainer akan
melewati urutan yang sama. Bandingkan dengan model sirkular, yang

21
memungkinkan desainer memilih langkah yang mungkin. Selain itu, karena
telah terperinci urutannya, model ini menjadi satu arah, jelas, dan efektif.

3. Walaupun secara tahapan, merupakan tahapan prosedur, akan tetapi pada


model ini masih menyediakan ruang perbaikan yaitu pada langkah ke-9.
Adanya revisi pada analisis pembelajaran, memungkinkan perbaikan apabila
terjadi kesalahan dan dapat segera dapat dilakukan perubahan pada analisis
instruksional tersebut, sebelum kesalahan didalamnya ikut mempengaruhi
kesalahan pada komponen setelahnya.

4. Model Dick and Carey sangat sesuai untuk design pembelajaran, bahkan
Gall menyebutkan bahwa tak hanya cocok digunakan untuk design
pembelajaran namun juga untuk penelitian pendidikan secara umum.

5. Model Dick and Carey diacu sebagai model teoretis mandiri dalam ranah
disiplin desain pembelajaran dan menjadi salah satu modelpengembangan
dalam Research and Development (R&D).

6. Model Dick and Carey relatif sederhana, namun tahapan dan komponen
yang dikembangkan rinci

7. Setiap langkah model Dick and Carey adalah suatu prosedur yang sangat
sistematis bila dibandingkan dengan model-model instructional lainnya. Mulai
dari tahap awal pengembangan sampai kepada desiminasi produk yang
dikembangkan dengan melakukan proses perbaikan yang berlangsung secara
terus-menerus hingga target (standar kualitas) produk yang dikembangkan
tercapai, yaitu efektif, efisien dan berkualitas.

b. Kelemahan Model Dick Carey


Walaupun model pembelajaran Dick and Carey ini terlihat sangat sistematis,
logis, dan sederhana, akan tetapi kita dapat melihat beberapa kekurangan,
diantaranya adalah :
1. Desain ini merupakan desain prosedural, artinya desainer harus melewati
tahapan-tahapan yang ditentukan, sehingga model desain pembelajaran Dick
dan Carey terkesan kaku, karena setiap langkah telah di tentukan

22
2. Desain Model ini merupakan desain yang matang, artinya tidak
menyediakan ruang untuk uji coba dan kegiatan revisi baru dilaksanakan
setelah diadakan tes formatif.

3. Jika pembelajaran menggunakan basis internet dan model interaktif,


dimana guru tidak bertemu langsung dengan siswa-siswanya, kecuali interaksi
dengan satu atau dua orang siswa. Model ini akan mengalami kesulitan,
terutama ketika harus menganalisis karakteristik siswa.

4. Pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi pembelajaran


maupun pada pengembangan dan penilaian bahan pembelajaran tidak nampak
secara jelas ada tidaknya penilaian pakar (validasi).

23
D. MODEL PENGEMBANGAN 4-D
1. Pengertian Model Pengembangan 4-D
Model pengembangan diartikan sebagai proses desain konseptual
dalam upaya peningkatan fungsi dari model yang telah ada sebelumnya,
melalui penambahan komponen pembelajaran yang dianggap dapat
meningkatkan kualitas pencapaian tujuan (Sugiarta, 2007:11).
Pengembangan model dapat diartikan sebagai upaya memperluas untuk
membawa suatu keadaan atau situasi secara berjenjang kepada situasi yang
lebih sempurna atau lebih lengkap maupun keadaan yang lebih baik.
Pengembangan disini artinya diarahkan pada suatu program yang
telah atau sedang dilaksanakan menjadi program yang lebih baik. Hal ini
seiring dengan pendapat yang dikemukakan oleh Adimiharja dan Hikmat,
2001:12 (dalam Sugiarta A.N, 2007:24) bahwa “pengembangan meliputi
kegiatan mengaktifkan sumber, memperluas kesempatan, mengakui
keberhasilan, dan mengintergrasikan kemajuan”.
Pengembangan model baru disusun berdasarkan pengalaman pelaksanaan
program yang baru dilaksanakan, kebutuhan individu atau kelompok, dan
disesuaiakan dengan perkembangan dan perubahan lingkungan belajar
warga belajar.

2. Model-Model Desain Pengembangan Pembelajaran 4-D


Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang
dikemukakan oleh para ahli. Secara umum, model desain pembelajaran
dapat diklasifikasikan ke dalam model berorientasi kelas, model
berorientasi sistem, model berorientasi produk, model prosedural dan
model melingkar.
Model berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk mendesain
pembelajaran level mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam
pelajaran atau lebih. Contohnya adalah model ASSURE. Model
berorientasi produk adalah model desain pembelajaran untuk
menghasilkann suatu produk, biasanya media pembelajaran, misalnya
video pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau modul. Contoh

24
modelnya adalah model hannafin and peck. Satu lagi adalah model
beroreintasi sistem yaitu model desain pembelajaran untuk menghasilkan
suatu sistempembelajaran yang cakupannya luas, seperti desain sistem
suatu pelatihan, kurikulum sekolah, dll. contohnya adalah model ADDIE.
Selain itu ada pula yang biasa kita sebut sebagai model prosedural dan
model melingkar. Contoh dari model prosedural adalah model Dick and
Carrey sementara contoh model melingkar adalah model Kemp. Adanya
variasi model yang ada ini sebenarnya juga dapat menguntungkan kita,
beberapa keuntungan itu antara lain adalah kita dapat memilih dan
menerapkan salah satu model desain pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik yang kita hadapi di lapangan, selain itu juga, kita dapat
mengembangkan dan membuat model turunan dari model-model yang
telah ada, ataupun kita juga dapat meneliti dan mengembangkan desain
yang telah ada untuk dicobakan dan diperbaiki. Kesemua model tersebut
juga dapat dimodifikasi untuk melakukan pengembangan bahan ajar.

3. Rancangan Pengembangan Bahan Ajar Model 4D


Model pengembangan perangkat Four-D Model disarankan oleh
Sivasailam Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel
(1974). Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu Define, Design,
Develop, dan Disseminate atau diadaptasikan menjadi model 4-D, yaitu
pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap pengembangan dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a) Define (Pendefinisian)
Kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk menetapkan dan mendefinisikan
syarat-syarat pengembangan. Dalam model lain, tahap ini sering dinamakan
analisis kebutuhan. Tiap-tiap produk tentu membutuhkan analisis yang
berbeda-beda. Secara umum, dalam pendefinisian ini dilakukan kegiatan
analisis kebutuhan pengembangan, syarat-syarat pengembangan produk yang
sesuai dengan kebutuhan pengguna serta model penelitian dan
pengembangan (model R & D) yang cocok digunakan untuk

25
mengembangkan produk. Analisis bisa dilakukan melalui studi literature atau
penelitian pendahuluan. Thiagarajan (Online), menganalisis 5 kegiatan yang
dilakukan pada tahap define yaitu: analisis ujung depan (front-end analysis),
analisis siswa (learner analysis), analisis tugas (task analysis), analisis konsep
(concept analysis) dan perumusan tujuan pembelajaran (specifying
instructional objectives).
1) Front and analysis. Pada tahap ini, guru melakukan diagnosis awal untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
2) Learner analysis. Pada tahap ini dipelajari karakteristik peserta didik,
misalnya: kemampuan, motivasi belajar, latar belakang pengalaman, dsb.
3) Task analysis. Guru menganalisis tugas-tugas pokok yang harus dikuasai
peserta didik agar peserta didik dapat mencapai kompetensi minimal.
4) Concept analysis. Menganalisis konsep yang akan diajarkan, menyusun
langkah-langkah yang akan dilakukan secara rasional.
5) Specifying instructional objectives. Menulis tujuan pembelajaran,
perubahan perilaku yang diharapkan setelah belajar dengan kata kerja
operasional.
Menurut Mulyatiningsih (Online) dalam konteks pengembangan bahan
ajar (modul, buku, LKS), tahap pendefinisian dilakukan dengan cara: 1)
Analisis kurikulum, 2) Analisis karakteristik peserta didik, 3) Analisis
materi.
1) Analisis kurikulum
Pada tahap awal, peneliti perlu mengkaji kurikulum yang berlaku pada
saat itu. Dalam kurikulum terdapat kompetensi yang ingin dicapai.
Analisis kurikulum berguna untuk menetapkan pada kompetensi yang
mana bahan ajar tersebut akan dikembangkan. Hal ini dilakukan karena
ada kemungkinan tidak semua kompetensi yang ada dalam kurikulum
dapat disediakan bahan ajarnya.
2) Analisis karakteristik peserta didik
Seperti layaknya seorang guru akan mengajar, guru harus mengenali
karakteristik peserta didik yang akan menggunakan bahan ajar. Hal ini
penting karena semua proses pembelajaran harus disesuaikan dengan

26
karakteristik peserta didik. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk
mengetahui karakteristik peserta didik antara lain: kemampuan akademik
individu, karakteristik fisik, kemampuan kerja kelompok, motivasi belajar,
latar belakang ekonomi dan sosial, pengalaman belajar sebelumnya, dsb.
Dalam kaitannya dengan pengembangan bahan ajar, karakteristik peserta
didik perlu diketahui untuk menyusun bahan ajar yang sesuai dengan
kemampuan akademiknya, misalnya: apabila tingkat pendidikan peserta
didik masih rendah, maka penulisan bahan ajar harus menggunakan bahasa
dan kata-kata sederhana yang mudah dipahami. Apabila minat baca
peserta didik masih rendah maka bahan ajar perlu ditambah dengan ilustasi
gambar yang menarik supaya peserta didik termotivasi untuk
membacanya.
3) Analisis materi
Analisis materi dilakukan dengan cara mengidentifikasi materi utama
yang perlu diajarkan, mengumpulkan dan memilih materi yang relevan,
dan menyusunnya kembali secara sistematis
4) Merumuskan tujuan
Sebelum menulis bahan ajar, tujuan pembelajaran dan kompetensi yang
hendak diajarkkan perlu dirumuskan terlebih dahulu. Hal ini berguna
untuk membatasi peneliti supaya tidak menyimpang dari tujuan semula
pada saat mereka sedang menulis bahan ajar.
b) Design (Perancangan)
Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran.
Thiagarajan, dkk (online) membagi perancangan menjadi empat langkah
yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu: (1) penyusunan standar tes
(criterion-test construction), (2) pemilihan media (media selection) yang
sesuai dengan karakteristik materi dan tujuan pembelajaran, (3) pemilihan
format (format selection), yakni mengkaji format-format bahan ajar yang
ada dan menetapkan format bahan ajar yang akan dikembangkan, (4)
membuat rancangan awal (initial design) sesuai format yang dipilih.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Penyusunan tes acuan patokan (constructing criterion-referenced test)

27
Menurut Thiagarajan, dkk (1974), penyusunan tes acuan patokan
merupakan langkah yang menghubungkan antara tahap pendefinisian
(define) dengan tahap perancangan (design). Tes acuan patokan disusun
berdasarkan spesifikasi tujuan pembelajaran dan analisis siswa, kemudian
selanjutnya disusun kisi-kisi tes hasil belajar. Tes yang dikembangkan
disesuaikan dengan jenjang kemampuan kognitif. Penskoran hasil tes
menggunakan panduan evaluasi yang memuat kunci dan pedoman
penskoran setiap butir soal.
2) Pemilihan media (media selection)
Pemilihan media dilakukan untuk mengidentifikasi media
pembelajaran yang relevan dengan karakteristik materi. Lebih dari itu,
media dipilih untuk menyesuaikan dengan analisis konsep dan analisis
tugas, karakteristik target pengguna, serta rencana penyebaran dengan
atribut yang bervariasi dari media yang berbeda-beda.hal ini berguna
untuk membantu siswa dalam pencapaian kompetensi dasar. Artinya,
pemilihan media dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan bahan ajar
dalam proses pengembangan bahan ajar pada pembelajaran di kelas.
3) Pemilihan format (format selection)
Pemilihan format dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini
dimaksudkan untuk mendesain atau merancang isi pembelajaran,
pemilihan strategi, pendekatan, metode pembelajaran, dan sumber belajar.
Format yang dipilih adalah yang memenuhi kriteria menarik, memudahkan
dan membantu dalam pembelajaran.
4) Rancangan awal (initial design)
Menurut Thiagarajan, dkk (online), “initial design is the presenting of
the essential instruction through appropriate media and in a suitable
sequence.” Rancangan awal yang dimaksud adalah rancangan seluruh
perangkat pembelajaran yang harus dikerjakan sebelum ujicoba
dilaksanakan. Hal ini juga meliputi berbagai aktivitas pembelajaran yang
terstruktur seperti membaca teks, wawancara, dan praktek kemampuan
pembelajaran yang berbeda melalui praktek mengajar.Dalam tahap
perancangan, peneliti sudah membuat produk awal (prototype) atau

28
rancangan produk. Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap ini
dilakukan untuk membuat modul atau buku ajar sesuai dengan kerangka
isi hasil analisis kurikulum dan materi. Dalam konteks pengembangan
model pembelajaran, tahap ini diisi dengan kegiatan menyiapkan kerangka
konseptual model dan perangkat pembelajaran (materi, media, alat
evaluasi) dan mensimulasikan penggunaan model dan perangkat
pembelajaran tersebut dalam lingkup kecil.
Sebelum rancangan (design) produk dilanjutkan ke tahap berikutnya, maka
rancangan produk (model, buku ajar, dsb) tersebut perlu divalidasi. Validasi
rancangan produk dilakukan oleh teman sejawat seperti dosen atau guru dari
bidang studi/bidang keahlian yang sama. Berdasarkan hasil validasi teman
sejawat tersebut, ada kemungkinan rancangan produk masih perlu diperbaiki
sesuai dengan saran validator.
c) Develop (Pengembangan)
Thiagarajan (Online), membagi tahap pengembangan dalam dua kegiatan
yaitu: expert appraisal dan developmental testing. Expert appraisal merupakan
teknik untuk memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan produk. Dalam
kegiatan ini dilakukan evaluasi oleh ahli dalam bidangnya. Saran-saran yang
diberikan digunakan untuk memperbaiki materi dan rancangan pembelajaran
yang telah disusun. Developmental testing merupakan kegiatan uji coba
rancangan produk pada sasaran subjek yang sesungguhnya. Pada saat uji coba
ini dicari data respon, reaksi atau komentar dari sasaran pengguna model.
Hasil uji coba digunakan memperbaiki produk. Setelah produk diperbaiki
kemudian diujikan kembali sampai memperoleh hasil yang efektif.
Dalam konteks pengembangan bahan ajar (buku atau modul), tahap
pengembangan dilakukan dengan cara menguji isi dan keterbacaan modul atau
buku ajar tersebut kepada pakar yang terlibat pada saat validasi rancangan dan
peserta didik yang akan menggunakan modul atau buku ajar tersebut. Hasil
pengujian kemudian digunakan untuk revisi sehingga modul atau buku ajar
tersebut benar-benar telah memenuhi kebutuhan pengguna. Untuk mengetahui
efektivitas modul atau buku ajar tersebut dalam meningkatkan hasil belajar,

29
kegiatan dilanjutkan dengan memberi soal-soal latihan yang materinya
diambil dari modul atau buku ajar yang dikembangkan.
Tujuan tahap pengembangan ini adalah untuk menghasilkan bentuk akhir
perangkat pembelajaran setelah melalui revisi berdasarkan masukan para
pakar ahli/praktisi dan data hasil ujicoba.

Dalam konteks pengembangan model pembelajaran, kegiatan


pengembangan (develop) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Validasi model oleh ahli/pakar. Hal-hal yang divalidasi meliputi panduan


penggunaan model dan perangkat model pembelajaran. Tim ahli yang
dilibatkan dalam proses validasi terdiri dari: pakar teknologi pembelajaran,
pakar bidang studi pada mata pelajaran yang sama, pakar evaluasi hasil
belajar. Revisi model berdasarkan masukan dari para pakar pada saat validasi
Menurut Thiagarajan, dkk (1974: 8), “expert appraisal is a technique for
obtaining suggestions for the improvement of the material.” Penilaian para
ahli/praktisi terhadap perangkat pembelajaran mencakup: format, bahasa,
ilustrasi dan isi. Berdasarkan masukan dari para ahli, materi pembelajaran di
revisi untuk membuatnya lebih tepat, efektif, mudah digunakan, dan memiliki
kualitas teknik yang tinggi.

2) Uji coba (developmental testing) terbatas dalam pembelajaran di kelas,


sesuai situasi nyata yang akan dihadapi. Revisi model berdasarkan hasil uji
coba Implementasi model pada wilayah yang lebih luas. Selama proses
implementasi tersebut, diuji efektivitas model dan perangkat model yang
dikembangkan. Pengujian efektivitas dapat dilakukan dengan eksperimen
atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Cara pengujian melalui eksperimen
dilakukan dengan membandingkan hasil belajar pada kelompok pengguna
model dan kelompok yang tidak menggunakan model. Apabila hasil belajar
kelompok pengguna model lebih bagus dari kelompok yang tidak
menggunakan model maka dapat dinyatakan model tersebut efektif. Cara
pengujian efektivitas pembelajaran melalui PTK dapat dilakukan dengan cara

30
mengukur kompetensi sebelum dan sesudah pembelajaran. Apabila
kompetensi sesudah pembelajaran lebih baik dari sebelumnya, maka model
pembelajaran yang dikembangkan juga dinyatakan efektif.
d) Disseminate (Penyebarluasan)
Thiagarajan (Online), membagi tahap dissemination dalam tiga kegiatan
yaitu: validation testing, packaging, diffusion and adoption. Pada tahap
validation testing, produk yang sudah direvisi pada tahap pengembangan
kemudian diimplementasikan pada sasaran yang sesungguhnya. Pada saat
implementasi dilakukan pengukuran ketercapaian tujuan. Pengukuran ini
dilakukan untuk mengetahui efektivitas produk yang dikembangkan.
Setelah produk diimplementasikan, pengembang perlu melihat hasil
pencapaian tujuan. Tujuan yang belum dapat tercapai perlu dijelaskan
solusinya sehingga tidak terulang kesalahan yang sama setelah produk
disebarluaskan. Kegiatan terakhir dari tahap pengembangan adalah
melakukan packaging (pengemasan), diffusion and adoption. Tahap ini
dilakukan supaya produk dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Pengemasan
model pembelajaran dapat dilakukan dengan mencetak buku panduan
penerapan model pembelajaran. Setelah buku dicetak, buku tersebut
disebarluaskan supaya dapat diserap (diffusi) atau dipahami orang lain dan
digunakan (diadopsi) pada kelas mereka. Pada konteks pengembangan
bahan ajar, tahap dissemination dilakukan dengan cara sosialisasi bahan
ajar melalui pendistribusian dalam jumlah terbatas kepada guru dan
peserta didik. Pendistribusian ini dimaksudkan untuk memperoleh respons,
umpan balik terhadap bahan ajar yang telah dikembangkan. Apabila
respon sasaran pengguna bahan ajar sudah baik maka baru dilakukan
pencetakan dalam jumlah banyak dan pemasaran supaya bahan ajar itu
digunakan oleh sasaran yang lebih luas.

31
E. Model Pembelajaran PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional)
1. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN PPSI
(Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional) menurut Hamzah
adalah sistem yng saling berkaitan dri satu instruksi yang terdiri atas
urutan, desain tugas yang progresif bagi individu dalam belajar, agar setiap
individu dapat meraih keberhasilan dlam proses belajar mengajar sesuai
dengan tujuan PPSI itu sendiri. (Hamzah B. Uno, 2007:81).
PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional) menggunakan
sistem yang mengutamakan adanya tujuan yang jelas, sehingga dapat
dikatakan bahwa PPSI merujuk pada pengertian sebagai suatu sistem, yaitu
sebagai eksatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen
yang saling berhubungan satu dengan yang lain dalam rangka mencapai
tujuan yang diinginkan.sebagai suatu sistem, pembelajaran mengandung
sejumlah komponen, seperti tujuan, materi, metode, alat dan evaluasi yang
semuanya berinteraksi satu dengan yang lainnyauntuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. (Rusman, 2012:148).
Ada lima langkah pokok dari pengembangan model PPSI, yaitu :
1. Merumuskan tujuan pembelajaran
2. Pengembangan alat evaluasi (menentukan jenis tes yang akan
digunakan)
3. Menentukan kegiatan belajar mengajar (menetapkan kegiatan
pembelajaran yang akan ditempuh)
4. Merencanakan kegiatan belajar mengajar (merumuskan materi
pelajaran dan memilih sumber yang akan digunakan)
5. Pelaksanaan (mengadakan pretest, menyampaikan materi pelajaran,
mengadakan posttest dan revisi). (Rusman, 2012:148-149)
Adapun langkah-langkah pelaksanaan model PPSI dalam kegiatan belajar
mengajar adalah sebagai berikut :
1. Mengadakan Pretest (Tes Awal)
Fungsi tes awal ini adalah untuk memperoleh informasi tentang
kemampuan siswa, sebelum mereka mengikuti program pembelajaran
yang telah disiapkan.
2. Menyampaikan materi pembelajaran
Sebelum menyampaikan materi pelajaran, hendaknya guru menjelaskan
terlebih dahulu kepada siswa tujuan/kompetensi yang akan dicapai,
sehingga mereka mengetahui kemampuan setelah mengikuti
pelajaran.
3. Mengadakan Post Test
Post Test diberikan setelah selesai mengikuti program pembelajaran. Tes
yang diberikan identik dengan yang diberikan pada tes awal, jadi
bedanya terletak pada waktu dan fungsinya. (Rusman, 2012:150:151)

32
2. Pengertian Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar
siswa melalui kegiatan penilaian dan pengukuran hasil belajar.
(Damayanti, dkk 2009:200)
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. (Nana Sudjana, 2009:22).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu
puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat
evaluasi guru. Dan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya. Menurut W. S. Winkel (1994:240) adapun faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar, dapat digolongkan
menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Faktor dari pihak murid, terdiri dari, faktor intelegensi, faktor hasil
belajar, faktor kondisi fisik.
2. Faktor dari pihak guru, yaitu faktor pengetahuan guru, faktor sikap guru.
3. Faktor intitusi lain yaitu, faktor kurikulum, faktor jadwal kurikulum,
faktor pembagian tugas, faktor pengelompokkan siswa dan faktor fasilitas
siswa.

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut S. Nasution (2009:38)


adalah bakat untuk mempelajari suatu mutu pelajaran, kesanggupan untuk
mempelajari pembelajaran, ketekunan, waktu yang disediakan untuk
belajar.

Menurut Oemar Hamalik (2009:93) faktor lain yang mempengaruhi


pencapaian hasil belajar, yaitu :
1. Faktor pertumbuhan ialah pertambahan secara kuantitatif dari
substansi atau struktur yang umumnya ditandai dengan perubahan
biologis pada diri yang menuju kematangan.
2. Faktor kematangan ialah tingkat atau keadaan yang harus dicapai
dalam proses perkembangan perorangan sebelum ia dapat
melakukan sebagaimana mestinya pada bermacam-macam tingkat
pertumbuhan mental sosial dan emosional.
3. Faktor pengembangan menggambarkan perubahan kualitas diri
seseorang, yakni adanya perubahan dalam struktur, kapasitas,
fungsi dan efisiensi.
4. Perkembangan normal dilihat dari segi pola perkembangan
individu siswa seperti, yang lebih dulu pandai berjalan sedangkan
siswa yag lain lebih cepat pandai berbicara.
Berdasarkan uraian diatas, faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa,
diantaranya ada faktor yang datangnya dari dalam diri siswa atau disebut

33
faktor intern dang faktor yang datangnya dari luar diri siswa disebut faktor
ekstern.

Bab III
PENUTUP
A. Kesimpulan

34
Desain pembelajaran merupakan rancangan atas proses pembelajaran berdasarkan
kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampaian nya sehiungga menjadi
acuan dalam pelaksanaan nya untuk menciptakan pembelajaran yang efektif .
Dengan tujuan menciptakan yang efektif dan efesien dan meminimalisir
kesukaran siswa dalam memahami pembelajaran model-model desain rencana
pembelajaran adalah model PPSI, model kem, model dick and carey, model
ASSURE dan model hanafin and peck.
B. Saran
Dengan adanya desain pembelajaran diharapkan proses belajar mengajar dan
tujuan pendidikan nasional akan tercapai.

Daftar Pustaka

Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfa Beta.

Walter Dick, Lou Carey, 2001. The Systemic Design of Instruction. United State:
Addison-Wesley Educational Publishers Inc.

Wina Sanjaya, 2013. Perencanaan dan Designe Sistem Pembelajaran. Jakarta:


Kencana Prenadamedia Group.

Uno, Hamzah, (2007). Model Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.


Rusman, (2012). Model-model Pembelajaran: Seri Manajemen Sekolah Bermutu.
Jakarta: Raja Grafindo persada.
Winkel, W. S. (1994). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi, Jakarta: Gramedia.
S. Nasution, (2009). Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik Oemar, (2009). Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.

35

Anda mungkin juga menyukai