Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KKP (KURANG KALORI PROTEIN)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Anak


Dosen Pengampu : Ns. Fetty Rahmawaty,. S.Kep., M. Kep

Disusun Oleh :
Nama : Desty Natalia Damayanthi
NIM : PO.62.20.1.16.129

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Palangka Raya


DIV Keperawatan Reguler 3
2017
Asuhan Keperawatan Anak Dengan KKP

I. Konsep Dasar
A. Pengertian
Nama internasional KKP yaitu Calori Protien Malnutrition atau CPM adalah
suatu penyakit difisiensi gizi dari keadaan ringan sampai berat, disebut juga Protien
Energi Malnutrisi ( PEM )
Secara klinik dibedakan dalam bentuk yaitu Kwashiorkor dan marasmus.
Diantara kedua bentuk tersebut terdapat bentuk antara atau “ Marasmus Kwasiorkor “
a. Marasmus yaitu keadaan kurang kalori
b. Kwashiorkor yaitu keadaan kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori
yang
kurang.
c. Marasmus kwashiorkor yaitu keadaan peralihan antara marasmus dan kwashiorkor.
B. Etiologi
1. Marasmus
a) Masukkan kalori yang kurang akibat kesalahan pemberian makanan.
b) Penyakit metabolik
c) Kelaian kongenital
d) Infeksi kronik atau kelainan organ tubuh lainnya.
2. Kwashiorkor
a) Diare yang kronik
b) Malabsorbsi protien
c) Sindrom nefrotik
d) Infeksi menahun
e) Luka bakar
f) Penyakit hati.
C. Patofisiologi
1. Marasmus
Untuk kelangsungan hidup jaringan diperlukan sejummlah energi yang dalam
keadaan normal dapat dipenuhhi dari makanan yang diberikan. Kebutuhan ini tidak
terpenhi pada masukan yang kurang, karena itu untuk pemenuhannya digunakan
cadangan protein senagai sumber energi. Pengahancuran jaringan pada defesiensi
kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga memungkinkan
sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya, seperti berbagai asam amino.
2. Kwashiorkor.
Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat
lebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam
dietnya.kelianan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang
meyebabkan edem dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan
terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk
sentesis dan metabolisme. Makin kekurangan asam amnino dalam serum ini akan
menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat
edem.perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-lipoprotein,
sehingga transport lemak dari hati kedepot terganggu, dengan akibat terjadinya
penimbunan lemah dalam hati.
D. Gejala Klinis
1. Marasmus
a) Perubahan psikis , anak menjadi cengeng, cerewet walaupun mendapat minum.
b) Pertumbuhan berkurang atau tehenti.
c) Berat badan anak menurun, jaringan subkutan menghilang ( turgor jelek dan
kulit keriput.
d) Vena superfisialis kepala lebih nyata, frontal sekung, tulang pipi dan dagu
terlihat menonjol, mata lebih besar dan cekung.
e) Hipotoni akibat atrofi otot
f) Perut buncit
g) Kadang-kadang terdapat edem ringan pada tungkai
h) Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis.
2. Kwashiorkor
a) Secara umum anak tampak sembab, latergik, cengeng dan mudah terangsang,
pada tahap lanjut anak menjadi apatus dan koma.
b) Pertumbuhan terlambat
c) Udema
d) Anoreksia dan diare.
e) Jaringan otot mengecil, tonus menurun, jaringan subcutis tipis dan lembek.
f) Rambut berwarna pirang , berstruktur kasar dan kaku serta mudah dicabut.
g) Kelainan kulit, tahap awal kulit kering, bersisik dengan garis-garis kulit yang
dalam dan lebam, disertai defesiensi vitamin B kompleks, defesiensi eritropoitin
dan kerusakan hati.
h) Anak mudah terjangkit infeksi
i) Terjadi defesiensi vitamin dan mineral
E. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pada kwashiorkor, penurunan kadar albumin, kolesteron dan glukosa.
2. Kadar globulin dapat normal atau meningkat, sehingga perbandingan albumin dan
globulin serum dapat terbalik
3. Kadar asam amino essensial dalam plasma relatif lebih rendah dari pada asam
amino non essiensial.
4. Kadar imunoglobulin normal, bahkan dapat menigkat.
5. Kadar IgA serim normal, namun kadar IgA sekretori rendah.
F. Pengobatan
Prinsip pengobatan adalah pemberian makanan yang banyak mengandung
protein bernilai biologik tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan miniral.
Makan tersebut dalam bentuk mudah cerna dan diserap, diberikan secara bertahap.
Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis pedoman pemberian perenteral adalah
sebagai berikut:
1. Jumlah cairan adalah ; 200 ml / kgBB/ hari untuk kwasiorkor atau marasmus
kwashiorkor.
2. 250 ml/kgBB/ hari untuk marasmus.
3. Makanan tinggi kalori tinggi protien 3,0-5,0 g/kgBB
4. Kalori 150-200 kkal/ kgBB/hari
5. Vitamin dan mineral , asam folat peroral 3x 5 mg/hari pada anak besar
6. KCL oral 75-150mg /kgBB/hari.
7. Bila hipoksia berikan KCL intravena 3-4 mg/KgBB/hari.

II. Asuhan Keperawatan Pasien Anak Dengan KKP


A. Pengkajian
1. Identitas pasien:
Nama, alamat, umur, jemis kelamin, alamat dst.
2. Keluhan utama
Kwashiorkor: ibu mengatakan anaknya mengalami bengkak pada kaki dan tangan,
kondisi lemah dan tidak mau maka, BB menurun dll.
Marasmus : ibu pasien mengatakan anaknya rewel, tidak mau makan, badan
kelihatan kurus dll.
3. Riwayat kesehatan;
a. Riwayat penyakit sekarang
1) Kapan keluhan mulai dirasakan
2) Kejadian sudah berapa lama.
3) Apakah ada penurunan BB
4) Bagaimanan nafsu makan psien
5) Bagaimana pola makannya
6) Apakah pernah mendapat pengobatan, dimanan, oleh siapa, kapan, jenis
obatnya.
b. Pola penyakit dahulu
1) Apakah dulu pasien dulu pernah menderita penyakit seperti sekarang
c. Riwayat penyakit keluarga
1) Apakah anggota keluarga pasien pernah menderita penyakit yang berhubungan
dengan kekurangan gizi atau kurang protein.
d. Riwayat penyakit sosial
1) Anggapan salah satu jenis makanan tertentu.
2) Apakah kebutuhan pasien tepenuhi.
3) Bagaimanan lingkungan tempat tinggal pasien
4) Bagaimana keadaan sosial ekonomi keluarga.
e. Riwayat spiritual
1) Adanya kepercayaan yang melarang makanan tertentu.
1. Pengkajian Fisik.
1. Inspeksi:
Meliputi observasi sistemik keadaan pasien sehubungan dengan status gizi
pasien meliputi :
a.Pemampilan umum pasien menunjukkan status nutrisi atau gizi pasien
b. Pada kwashiorkor; apakah ada edema, rambut rontok, BB menurun, muka
seperti bulan.
Pada marasmus : badan kurus, atrofi otot, rambut kemerahan dan kusam, tampak
siannosis,
c.perut membuncit.
2. Palpasi
a.Pada marasmus terdapat tugor kulit yang jelek.
b. Pada kwashiorkor terdapat pembesaran hati.
2. Pemeriksaan Diagnostik
Data laboratorium;
1) Feses, urine, darah lengkap
2) Pemeriksaan albumin.
3) Hitung leukosit, trombosit
4) Hitung glukosa darah.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pada Kwashiorkor
1) Gangguan nutrisi s/d intake yang kurang ( protien ) ditandai dengan pasien tidak
mau makan, anoreksia, makanan tidak bervariasi, BB menurun, tinggi badan tidak
bertambah.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi pasein terpenuhi dengan kreteria timbul nafsu makan, BB
bertambah ½ kg per 3 hari.
Intervensi :
a. Mengukur dan mencatat BB pasein
b. Menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
c. Menyajikan makanan yang dapat menimbulkan selera makan
d. Memberikan makanan tinggi TKTP
e. Memberi motivasi kepada pasien agar mau makan.
f. Memberi makan lewat parenteral ( D 5% )
Rasional:
a. BB menggambarkan status gizi pasien
b. Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit dan mencegah muntah
c. Sebagai alternatif meningkatkan nafsu makan pasien
d. Protein mempengaruhi tekanan osmotik pembuluh darah.
e. Alternatif lain meningkatkan motivasi pasein untuk makan.
f. Mengganti zat-zat makanan secara cepat melalui parenteral
Evaluasi :
Pasien mau makan makanan yang TKTP, BB bertambah ½ kg tiap 3 hari.
2) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.
Tujuan :
Aktivitas pasien dapat maksimal dengan kreteria pasien dapat melakukan aktivitas
sehari-harinya tanpa dibantu orang lain.
Intervensi :
a. Kaji aktivitas pasien sehari-hari
b. Bantu pasien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
c. Melatih dan membimbing dalam merubah posisi.
d. Membantu pasien melekukan aktivitas / gerakan-gerakan yang ringan.
Rasional :
a. Aktivitas mengambarkan kekuatan fisik pasien
b. Meningkatkan motivasi pasien untuk beraktivitas walau dalam keterbatasan / sesuai
kemampuannya.
c. Salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas.
d. Sebagai support mental bagi pasien.
Evaluasi :
Kebutuhan aktivirtas pasien dapat maksimal. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-
harinya tanpa bantuan orang lain.
3) Potensial terjadinya komplikasi b.d rendahnya daya tahan tubuh
Tujuan :
a. Mencegah komplikasi
Intervensi :
a. Memberikan makanan cukup gizi (TKTP)
b. Menjaga personal hygiene pasien
c. Memberikan penkes tentang pentingnya gizi untuk kesehatan.
d. Kolaborasi pemberian cairan parenteral.
Rasional :
a. Makanan yang cukup gizi mempengaruhi daya tahan tubuh.
b. Personal hygiene mempengaruhi status kesehatan pasien.
c. Pendidikan gizi menentukan status gizi dan status kesehatan pasien.
d. Mengganti/ memenuhi zat-zat makanan secara cepat melalui parenteral.
Evaluasi :
Komplkasi dapat tehindar atau tidak terjadi.
2. Pada Marasmus
1) Gangguan pemenuhan nutrisi b.d intake yang kurang adekuat ditandai dengan
pasien tidak mau makan, BB menurun, anoreksia, rambut merah dan kusam, fisik
tampak lemah.
Tujuan :
Kebutuhan nutisi pasien terpenuhi dengan kreteria; BB bertambah ½ kg / 3 hari ,
rambut tidak kusam, penderita mau makan.
Intervensi :
a. Mengukur dan mencatat berat badan pasien.
b. Menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
c. Menyajikan makanan yang dapat menimbulkan selera makan.
d. Memberi makanan TKTP
e. Memberi motivasi kepada penderita agar mau makan.
f. Memberikan makanan lewat parenteral ( D 5% )
Rasional :
a. BB menggambarkan status gizi pasien
b. Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit dan mencegah muntah
c. Sebagai alternatif meningkatkan nafsu makan pasien
d. Kalori dan protien sangat berpengaruh terhadap gizi pasien.
e. Mengganti zat-zat makanan secara cepat melalui parenteral
Evaluasi :
Pasien mau makan makanan TKTP , BB bertambah ½ kg tiap 3 hari.
2) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d intake yang kurang adekuat
ditandai dengan turgor kulit yang jelek, bibir pecah-pecah. Pasien merasa haus,nadi
cepat 120 / menit.
Tujuan :
Keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi dengan kreteria ; turgor kulit normal,
bibir lembab, pasien tidak mengeluh haus, nadi normal.
Intervensi :
a. mengukur tanda vital pasien.
b. Menganjurkan agar minum yang banyak kepada pasien
c. Mengukur input dan output tiap 6 jam.
d. Memberikan cairan lewat parenteral
Rasional :
a. Tanda vital ( nadi dan tensi ) menggambarkan keseimbangan cairan dan elektrolit
pasien.
b. Alternative penggantian cairan secara cepat.
c. Input dan output menggambarkan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh pasien.
d. Sebagai alternatif penggantian cairan cepat melalui parenteral.
Evaluasi :
Keseimbangan cairan dan elektrolit pasien terpenuhi ditandai dengan turgor kulit
normal, mokusa bibir lembab, pasien tidak mengeluh haus , Td dan nadi normal.
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.
Tujuan :
Aktivitas pasien dapat maksimal dengan kriteria pasien dapat melakukan aktivitas
sehari-hari tanpa dibantu orang lain.
Intervensi :
a. Kaji aktivitas pasien sehari-hari.
b. Membantu pasien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
c. Melatih dan membimbing pasien dalam ,merubah posisi.
d. Membantu pasien melakukan gerakan-gerakan ringan.
Rasional :
a. Aktivitas menggambarkan kekuatan fisik pasien.
b. Meningkatkan motivasi pasien untuk beraktivitas sesuai dengan kemampuannya.
c. Salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas pasien.
d. Sebagai support mental bagi pasien.
Evaluasi:
Kebutuhan aktivitas pasien dapat maksimal. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-
hari tanpa bantuan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Klaus & Fanaroff. 1998. Penata Laksanaan Neonatus Resiko Tinggi. Edisi
4 EGC. Jakarta.
Nelson. 2000. Ilmu kesehatan Anak,volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai