Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGERTIAN HADIST, SUNNAH, KHOBAR

Dosen Pengampu : Muchlis Ashori, S.TH.I., M.Pd.I.

DISUSUN OLEH

1. Syah Jiddan Kemal Haki (196121147)


2. Ilham Nugroho (196121151)
3. Shofawi Abdul Manan (196121170)

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS ADAB DAN BAHASA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

2019/2020
A. Pendahuluan

Hadits Nabi telah ada sejak awal perkembangan Islam adalah sebuah
kenyataan yang tak dapat diragukan lagi. Hadits Nabi merupakan sumber
ajaran Islam, di samping al-Qur'an. "Hadits atau disebut juga dengan Sunnah,
adalah segala sesuatu yang bersumber atau didasarkan kepada Nabi SAW.,
baik berupa perketaan, perbuatan, atau taqrir-nya. Hadits, sebagai sumber
ajaran Islam setelah al-Qur'an, sejarah perjalanan hadits tidak terpisahkan dari
sejarah perjalanan Islam itu sendiri. Akan tetepi, dalam beberapa hal terdapat
ciri-ciri tertentu yang spesipik, sehingga dalam mempelajarinya diperlukan
pendekatan khusus".

Pada zaman Nabi, hadits diterima dengan mengandalkan hafalan para


sahabat Nabi, dan hanya sebagian hadits yang ditulis oleh para sahabat Nabi.
Hal ini disebabkan, "Nabi pernah melarang para sahabat untuk menulis hadits
beliau. Dalam pada itu, Nabi juga pernah menyuruh para sahabat untuk
menulis hadits beliau. Walaupun demikian tidaklah berarti bahwa seluruh
hadits telah terhimpun dalam catatan para sahabat tersebut

Menurutnya, tidak boleh ada satu kata atau huruf yang dikurangi atau
ditambah dari yang disabdakan Rasul SAW. Dengan demikian, hadits Nabi
yang berkembang pada zaman Nabi (sumber aslinya), lebih banyak
berlangsung secara hafalan dari pada secara tulisan. Penyebabnya menurut
penulis karakter orang-orang Arab sangat kuat hafalannya dan suka
menghafal, dan ada kehawatiran bercampur dengan al Qur'an. Dengan
kenyataan ini, sangat logis sekali bahwa tidak seluruh hadits Nabi
terdokumentasi pada zaman Nabi secara keseluruhan.

Selain perkembangan hadits yang cukup banyak, juga banyak istilah-


istilah yang digunakan. Pada masyarakat umum yang dikenal adalah Hadits
dan as-Sunnah, sedangkan pada kelompok tertentu, dikenal istilah Khabar.
Untuk itu, pada pembahasan makalah ini, pemakalah akan menyoroti
pengertian Hadits, dan perbedaan Hadits dengan Sunnah dan Khabar.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadits, Sunnah dan Khabar

1. Hadits

Kata Hadis secara etimologis berarti komunikasi, cerita, percakapan, baik dalam
konteks agama atau duniawi, atau dalam konteks sejarah atau peristiwa dan
kejadian aktual. Penggunaanya dalam bentuk kata sifat atau adjektiva,
mengandung arti al-jadid, yaitu: yang baharu, lawan dari al-qadim, yang lama.
Dengan demikian, pemakaian kata Hadis disini seolah-olah dimaksudnya untuk
membedakannya dengan Al-Qur’an yang bersifat qadim.1 Ahli hadis dan ahli
ushul berbeda pendapat dalam memberikan pengertian dalam memberikan hadis.

Ada yang mendefinisikan hadis dengan “ segala perkataan Nabi SAW,.


Perbuatan, dan hal ihwalnya”. Ulama hadis menerangkan bahwa yang termasuk
“hal ihwal” ialah segala pemberitaan tentang Nabi SAW, seperti yang berkaitan
dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran, dan kebiasaan-kebiasaannya.
Ahli hadis yang lain menyatakan bahwa hadis merupakan segara sesuatu yang
bersumber dari Nabi SAW. Selain Al-Qur’an yang berupa perkataan, perbuatan,
dan taqrir-nya, yang berkaitan dengan hukum syara’.

Yang dimaksud dengan hukum syara’ adalah mengenai tingkah laku manusia
yang berkaitan dengan perintah, larangan, dan pilihan-pilihan yang termuat dalam
hukum taklifi. Menurut Ibn As-Subki sebagaimana dikemukakan oleh Suyuki
Ismail, hadis adalah sabda dan perbuatan Nabi Muhammad SAW.2 Adapun
menurut Ibn As-Subki, taqrir tercakup dalam af’al atau perkataan Nabi. Oleh
karena itu, tidak perlu dinyatakan pada definisinya. Pada umumnya, ulama hadis
memberi pengertian bahwa yang dimaksud dengan hadis adalah segala sesuatu
yang disandarkan kepada Nabi Muhamamd SAW, baik berupa perkataan (qauly)

Contoh salah satu hadis

Penggunaan kata Hadits tersebut juga terdapat dalam sabda Nabi SAW
seperti misalnya pada sabda Nabi Muhammad SAW:
ِ ٍ ِ ِ ِ
ُ‫ أَنَّه‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ِّ ‫َع ْن َعْب د الرَّمْح َ ِن بْ ِن َعْب د اللَّه بْ ِن َم ْس عُود َع ْن أَبِيه َع ِن النَّىِب‬
ُ‫ض َر اللَّه‬ ُ ‫ َي ُق‬-‫ص لى اهلل عليه وسلم‬- ‫ول اللَّ ِه‬
َّ َ‫ ن‬-‫ول‬ َ ‫ت َر ُس‬ ِ ِ َّ ‫ قَ َال عب ُد‬- ‫قَ َال‬
ُ ‫الرزَّاق مَس ْع‬ َْ
‫ظ لَهُ ِم ْن َس ِام ٍع‬ َّ ‫ْامَرأً مَسِ َع ِمنَّا َح ِديثاً فَ َح ِفظَهُ َحىَّت يَُبلِّغَهُ َفُر‬
ْ ‫ب ُمَبلَّ ٍغ أ‬
ُ ‫َح َف‬
Dari Abdurrahman bin Abdulloh bin Mas’ud dari ayahnya, dari Nabi SAW,
bahwa ayahnya tersebut berkata: “Abdul Razaq berkata saya mendengar
Rasululloh SAW bersabda: “ semoga Allah memberikan cahaya pada orang yang
mendengar hadits dari saya, kemudian menghafalkannya lalu menyampaikannya,
maka banyak orang yang menyampaikan itu lebih hafal daripada orang yang
(hanya) mendengar (HR. Ahmad)

Jenis – jenis Hadits


Jenis – jenis hadits dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa kategori, yaitu :
Berdasarkan Keutuhan Rantai Sanad
Berdasarkan tingkat keutuhan rantai Sanadnya, hadits dapat digolongkan ke dalam
6 jenis, yaitu :
Hadits Mursal – Merupakan hadits yang penutur satunya tidak dijumpaik secara
langsung.
Hadits Munqathi’ – Merupakan hadits yang putus pada salah satu atau pun dua
penutur.
Hadits Mu’dlal – Merupakan hadits yang terputus pada dua generasi penutur
secara berturut – turut.
Hadits Mu’allaq – Merupakan hadits yang terputus sebanyak 5 penutur, dimulai
dari penutur pertama secara berturut – turut.
Hadits Mudallas – Merupakan hadits yang tidak tegas disampaikan secara
langsung kepada penutur.
Hadits Musnad – Merupakan hadits yang penuturnya paling jelas dan tidak
terpotong sama sekali.
Berdasarkan Jumlah Penutur
Berdasarkan Jumlah penuturnya, hadits dapat dikelompokkan ke dalam 2 jenis
hadits, yaitu :
Hadits Mutawatir – Merupakan hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang
yang sudah sepakat untuk saling mempercayai.
Hadits Ahad – Merupakan hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang yang
belum mencapai tingkatan mutawatir. Hadits Ahad sendiri dapat dikelompokkan
ke dalam tida macam hadits yaitu Gharib, Aziz, dan Mansyur.
Berdasarkan Tingkat Keaslian Hadits
Berdasarkan tingkat keasliannya, hadits dapat dibagi menjadi 4 macam hadits,
yaitu :
Hadits Sahih – Merupakan hadits yang sanadnya bersambung, paling diakui
tingkat keasliannya dan paling banyak diterima oleh kelompok ulamah.
Hadits Hasan – Merupakan hadits yang sanadnya bersambung, namun
diriwayatkan oleh rawi yang tidak sempurna ingatannya.
Hadits Dhaif – Merupakan hadits yang sanadnya tidak bersambung atau pun
diriwayatkan oleh rawi yang tidak kuat ingatannya / tidak adil.

2. Sunnah

Dalam tinjauan kebahasaan sunnah berarti jalan, perjalanan atau kebiasaan, baik
itu positif maupun negatif. Dalam ayat-ayat Al-Qur-an maupun Hadits, juga
sering dijumpai kata sunnah yang diartikan secara bervariatif. Seperti misalnya
pada surat An-Nisa’ ayat 26:

‫وب َعلَ ْي ُك ْم ۗ َوهَّللا ُ َعلِي ٌم َح ِكي ٌم‬VVVVVVVVVVVVV


َ ُ‫نَنَ الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم َويَت‬VVVVVVVVVVVVV‫ ِديَ ُك ْم ُس‬VVVVVVVVVVVVVْ‫ ُد هَّللا ُ لِيُبَيِّنَ لَ ُك ْم َويَه‬VVVVVVVVVVVVV‫ي ُِري‬
“Allah hendak menerangkan (hukum syari'at-Nya) kepadamu, dan menunjukimu
kepada jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para nabi dan shalihin) dan
(hendak) menerima taubatmu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana”

Dalam ayat tersebut kata Sunnah (sunana) berarti jalan-jalan (banyak


jalan), sesuai dengan arti secara kebahasaannya. Hal yang serupa juga bisa
ditemui dalam Hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Jarir ibn Abdillah:
ُ‫ا َوالَ يَ ْنقُص‬VVَ‫ل بِه‬V َ V‫ب لَهُ ِم ْث ُل أَجْ ِر َم ْن َع ِم‬ َ ِ‫َم ْن َس َّن فِى ا ِإل ْسالَ ِم ُسنَّةً َح َسنَةً فَ ُع ِم َل بِهَا بَ ْع َدهُ ُكت‬
‫ ُل ِو ْز ِر‬V‫ ِه ِم ْث‬V‫ب َعلَ ْي‬َ ِ‫ َدهُ ُكت‬V‫ا بَ ْع‬VVَ‫اإل ْسالَ ِم ُسنَّةً َسيِّئَةً فَ ُع ِم َل بِه‬
ِ ‫ُور ِه ْم َش ْى ٌء َو َم ْن َس َّن فِى‬ ُ
ِ ‫ِم ْن أج‬
ِ ‫َم ْن َع ِم َل بِهَا َوالَ يَ ْنقُصُ ِم ْن أَوْ َز‬
‫ار ِه ْم َش ْى ٌء‬
“Barangsiapa membuat inisiatif yang baik, ia akan mendapatkan pahala dan
pahala orang-orang yang mengerjakannya sesudahnya tanpa sedikitpun
berkurang; dan barangsiapa membuat inisiatif yang jelek, ia akan
mendapatkan dosa dan dosa-dosa orang yang mengerjakannya sesudahnya
tanpa sedikitpun berkurang (HR. Muslim)

Sedangkan sunnah menurut perspektif terminologi, terdapat beberapa


definisi yang di paparkan oleh para Ulama’ Hadits. Ambillah contoh Ajjaj Al-
Khatib maupun Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki yang menjelaskan sunnah
dalam 3 sudut pandang, yakni:
a. Sunnah menurut sebagian Muhadditsin: “Segala apa yang dinisbatkan
kepada Rasululloh baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan,
karakter fisik dan etika, ataupun kebiasaan-kebiasaan Nabi SAW baik
sebelum diangkat menjadi utusan-seperti berhannuts-nya beliau di gua
Hira- maupun setelah diangkat menjadi rasul.” Sementara menurut
Muhadditsin yang lain, Sayyid Muhammad menjelaskan bahwa
“sunnah itu termasuk segala sesuatu yang dihubungkan kepada para
sahabat atau tabi’in, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir ataupun
sifat-sifatnya”.
b. Sunnah menurut Ushuliyyin: “Segala sesuatu yang bersumber dari
Nabi Muhammad SAW selain Al-Qur-an, baik berupa perkataan,
perbuatan, atau ketetapan yang patut dijadikan dalil dalam penetapan
hukum agama (syari’at)”
c. Sunnah menurut Fuqaha’: “Segala sesuatu yang telah dipastikan
berasal dari Nabi SAW yang bukan merupakan hal fardlu juga bukan
hal yang wajib”
Contoh sunnah: dianjurkan puasa senin-kamis, salat tahajud, membaca doa
sebelum dan sesudah makan,memakai pakaian dll.

3. Khabar

Secara etimologis khabar (‫ )الخبر‬berarti berita. Dalam pengembangan bentuk


katanya, kata khabar bisa berarti pemberitaan, baik itu berita yang benar
maupun berita yang salah. Kata Khabar ini tidak seperti kata Hadits dan
Sunnah yang telah dipergunakan cukup sering dalam ayat Al-Qur’an maupun
Hadits.

Adapun secara terminologis, para ulama Hadits tidak sepakat dalam


mendefiniskan Khabar. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa khabar adalah
sinonim dari kata hadits dan sebagian lagi tidak demikian. Di antara definisi
Khabar yang beredar di kalangan Muhadditisin digambarkan secara lengkap oleh
Ibnu Hajar sebagaimana sebagai berikut:
Syaikhul Islam (Ibnu Hajar) menuturkan dalam syarh nuhbah: “khabar
menurut pakar istilah merupakan sinonim dari hadits, dimana keduanya
merupakan sesuatu yang disandarkan pada Nabi SAW, Sahabat dan
Tabi’in. pendapat lain mengungkapkan, bahwa hadits adalah sesuatu
yang berasal dari Nabi SAW sementara khabar berasal dari selain Nabi
SAW. Maka dari itu ada yang menyebut bahwa orang yang berkecimpung
dalam kajian sunnah disebut muhaddits, dan orang yang berkecimpung
dalam bidang tarikh/sejarah dan sesamanya disebut akhbariy. Pendapat
lain mengatakan dengan konsep umum-khusus, dalam arti setiap hadits
adalah khabar, dan belum tentu setiap khabar itu hadits.

Perbedaan dalam mengartikan khabar tersebut tampaknya masih terlihat dalam


literatur-literatur hadits hingga kini. Para pakar kontemporer seperti Sayyid
Muhammad bin Alwi Al-Maliki, Manna Khalil Qatthan, hingga Subhi Shalih
tetap menguraikan perbedaan definisi khabar diantara para Ulama’. Hanya saja,
Subhi Shalih terlihat lebih memilih konsep umum-khusus dalam membedakan
Khabar dan Hadits. Dalam arti bahwa setiap hadits itu pasti khabar, dan setiap
khabar belum tentu hadits. Karena bisa jadi khabar itu bukan bersandar pada
Rasulullah SAW, akan tetapi bisa jadi mauquf atau maqtu’. Hal ini mengingat
bahwa khabar lebih dominan sebagai pemberitaan atau pemberitahuan, dari
manapun datangnya.

Contoh khabar :

Contoh khabar: Ali bin Abi Thalib r.a berkata :


َّ ‫ ِمنَ ال ُّسنَّ ِة َوضْ ُع ْالكَفِّ تَحْ تَ ال ُّس َّر ِة فِى ال‬.
‫صالَّ ِة‬

Artinya :
“Sebagian dari sunah, adalah meletakkan tangan di bawah pusar sewaktu
melakukan shalat.”

Analisis tema

Dari ketiga pengertian hadits, sunnah dan khabar, terdapat kesamaan dan
perbedaan makna menurut istilah masing-masing. Ketiganya memiliki kesamaan
maksud, yaitu segala yang bersumber dari Nabi SAW, baik berupa perkataan,
perbuatan, maupun taqrirnya. Dan hadits dapat juga disebut dengan sunnah, dan
khabar. Oleh karena itu, hadits sahih dapat juga disebut dengan sunnah sahih,
khabar sahih.

a. Hadits dan sunnah: hadits terbatas pada perkataan, perbuatan, takrir yang
bersumber pada Nabi SAW, sedangkan sunnah segala yang bersumber dari Nabi
SAW baik berupa perkataan, perbuatan, takrir, tabiat, budi pekerti atau perjalanan
hidupnya, baik sebelum di angkat menjadi rasul maupun sesudahnya.

b. Hadits dan khabar: sebagian ulama hadits berpendapat bahwa khabar sebagai
suatu yang berasal atau disandarkan kepada selain nabi SAW., hadits sebagai
sesuatu yang berasal atau disandarkan pada Nabi SAW.

Menurut sebagian ulama, sunnah lebih luas dari hadis. Sunnah adalah segala yang
dinukilkan dari Nabi Muhammad Saw., baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir,
maupun pengajaran, sifat, kelakuan dan perjalanan hidup, baik sebelum maupun
sesudah diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Titik berat sunnah adalah kebiasaan
normatif Nabi Muhammad Saw. Khabar selain dinisbahkan kepada Nabi
Muhammad Saw., dapat juga dinisbahkan kepada sahabat dan tabiin. Khabar lebih
umum dari hadis, karena masuk didalamnya semua riwayat yang bukan dari Nabi
Muhammad Saw.

Ada yang berpendapat, bahwa Hadits itu adalah istilah khusus untuk sabda Nabi
SAW, sedangkan Sunnah itu adalah umum atau segala sesuatu yang disandarkan
kepada Nabi SAW.

Persamaan Hadis, Sunnah, dan Khabar Menurut sebagian ulama, antara ketiga
istilah ini adalah muradif atau mempunyai pengertian yang sama. Alasannya
adalah: “ Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw., baik berupa
perkataan, perbuatan maupun taqrir (ketetapan) beliau.” Akan tetapi sebahagian
ulama membedakan pengertian antara sunnah dan hadis. Sunnah itu adalah segala
sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi Saw., baik perkataaan maupun perbuatan
beliau, sedangkan hadis hanya khusus mengenai perkataan beliau. Ada juga yang
berpendapat bahwa sunnah Nabi Saw. hanyalah tata cara dan perilaku Nabi yang
beliau praktekkan terus menerus dan diikuti oleh para sahabatnya, sedangkan
hadis adalah perkataan Nabi Saw. yang diriwayatkan oleh orang seorang atau dua
orang, lalu hanya mereka saja yang mengetahuinya dan tidak menjadi pegangan
atau amalan umum. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa persamaan antara
sunnah dengan hadis adalah: baik sunnah maupun hadis keduanya adalah
bersumber kepada Rasulullah Saw.
Kesimpulan

Setelah disimpulkan pengertian Hadits, Sunnah, khabar memiliki


artian yang berbeda-beda tetapi masih ada keterkaitan atau
kemiripan dari ketiganya, yaitu sama-sama ajaran atau contoh baik
yang diajarkan oleh rasulullah untuk diterapkan pada umatnya,
Fungsi utama hadits yaitu memperkuat apa yang tidak ada pada
alquran,kemudian fungsi sunnah yaitu, prilaku,perkataan rasulullah
yang seharusnya dilakukan walaupun tidak diwajibkan. Kemudian
khabar yaitu berita yang berdasarkan dari perkataan orang ke orang
baik itu kabar yang benar maupun tidak. Tentu kita sebagai umat
islam seharusnya menjalankan apa yang diajarkan oleh rasulullah.

Daftar Pustaka

http://www.academia.edu/download/54344213/HADITS_PADA_MASA_NABI.p
df

https://www.academia.edu/download/60048920/REVISI_HADIS_-_SERLY-
120190718-18410-9989td.pdf

https://www.academia.edu/12836981/pengertian_hadits_sunnah_khabar_dan_atsa
r.sanad_matan_dan_rawi

https://www.academia.edu/17769920/Pengertian_Persamaan_dan_perbedaan_Had
its_Sunnah_Khabar_dan_Atsar?auto=download

https://www.bacaanmadani.com/2018/01/persamaan-dan-perbedaan-hadis-
sunnah.html
https://pengertiandefinisi.com/pengertian-hadits-dan-jenis-jenis-hadits/

Anda mungkin juga menyukai