PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian adalah suatu kepastian yang tak dapat dihindari oleh manusia. Semua makhluk
pasti akan mengalami kematian, tak peduli tua maupun muda. Kematian, bagi seseorang yang
telah menemui ajalnya, ini merupakan bukanlah akhir dari segala-galanya, melainkan adalah
awal bagi kehidupan di akhirat. Sedangkan bagi yang masih hidup, ada kewajiban yang harus
dipikul terhadap orang yang telah meninggal, diantaranya; memandikan, mengkafani,
menshalaykan, dan menguburkan. Dalam makalah ini penulis mencoba untuk mengupas segala
masalah kewajiban yang harus dilakukan oleh orang yang masih hidup terhadap jenazah.
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana cara memandikan jenazah?
2) Bagaimana cara mengkafani jenazah?
3) Bagaimana cara menshalati jenazah?
4) Bagaimana cara menguburkan jenazah?
5) Apa itu takziah?
6) Apa itu ziarah kubur?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pengurusan Jenazah
Pengurusan jenazah merupakan bagian dari etika islam yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW kepada umatnya. Hukum dalam pengurusan jenazah merupakan fardhu
kifayah, artinya apabila sebagian orang telah melaksanakannya, maka dianggap cukup atau .
Akan tetapi jika tidak ada seorangpun yang melakukannya, maka berdosalah seluruh masyarakat
yang berada di daerah itu, pengurusan jenazah juga merupakan tanda penghormatan terhadap
jenazah. Dalam ajaran islam ada empat kewajiban bagi setiap muslim terhadap jenazah sesama
muslim, yaitu memandikan jenazah, mengafankan jenazah, menshalatkan jenazah dan
menguburkan jenazah.
Sebelum mengetahui pembahasan selanjutnya mengenai keempat kewajiban bagi setiap
muslim terhadap jenazah sesama muslim, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu beberapa
hal yang perlu dilakukan ketika menjumpai seorang muslim yang baru saja meninggal dunia,
yaitu :
1) Apabila mata masih terbuka, pejamkan matanya dengan mengurut pelupuk mata pelan-
pelan.
2) Apabila mulut masih terbuka, katupkan dengan selendang agar tidak kembali terbuka.
3) Tutuplah seluruh tubuh jenazah dengan kain sebagai penghormatan.
Memandikan Jenazah
Sebelum jenazah dikafankan, maka yang harus dilakukan adalah memandikannya.
Memandikan jenazah dimaksudkan agar segala bentuk hadast dan najis yang ada pada jenazah
tersebut hilang dan bersih, sehingga jenazah yang akan dikafani terus dishalatkan telah suci dari
hadas dan najis.
Pada dasarnya memandikan jenazah sama saja dengan mandinya orang yang hidup, namun
perbedaannya adalah orang yang hidup mandi sendiri sedangkan jenazah harus dimandikan.
Walaupun demikian ada sedikit perbedaan dalam memandikan jenazah, tidak saja meratakan air
ke seluruh tubuh, namun dalam memandikannya juga harus dengan hati-hati dan lemah lembut.
2
Dalam memandikan mayat wajib adanya niat mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena
ia termasuk bagian dari ibadah. Demikian pula mutlak, suci dan halalnya air. Menghilangkan
najis dari badan mayat terlebih dahulu, dan tidak adanya penghalang yang dapat mencegah
sampainya air ke kulit mayat, semua itu harus dipenuhi dalam memandikan mayat.
3
Orang yang tidak punya tugas atau kepentingan, sebaiknya dilarang memasuki tempat
memandikan mayit. Hal ini untuk menjaga kerahasiaan mayit.
Air untuk Memandikan
Air yang dipakai adalah air mutlak (suci menyucikan). Dianjurkan menggunakan air laut,
karena bisa memperlambat proses pembusukan. Namun, bila berada di daerah yang sangat dingin,
atau di tubuh mayit terdapat kotoran yang sulit dihilangkan, maka lebih baik menggunakan air
hangat.
Persiapan Sebelum Memandikan Jenazah
Sebelum memandikan jenazah, maka harus dilakukan beberapa persiapan, adapun hal-hal
yang perlu dipersiapkan sebelum proses pemandian adalah:
a) Sabun atau bahan lainnya untuk membersihkan tubuh si jenazah
b) Air bersih secukupnya untuk proses memandikan. Boleh memakai air yang dialiri oleh
selang, boleh juga menyiapkan air menggunakan ember besar asal cukup.
c) Tempat memandikan jenazah, jangan terbuka, agak tinggi, kuat serta tahan air.
d) Handuk untuk mengeringkan tubuh dan rambut si jenazah.
e) Kapas, kapur barus, daun bidara, atau wewangian yang lain serta bedak.
f) Kain kafan, dipersiapkan tergantung jenis kelamin.
4
Adapun yang lebih utama memandikan mayit laki-laki adalah orang yang paling mengerti
masalah agama dan yang paling punya rasa belas kasih (syafaqah). Sedangkan yang paling
utama memandikan jenazah perempuan, adalah orang perempuan yang semahram dengan
jenazah.
Sebaiknya, yang bertugas memandikan tidak lebih dari 7 orang. 3 orang memangku di
atas bagian depan, sedangkan 4 orang yang lain, ada yang menyiramkan air, ada yang
menggosok tubuh jenazah dan ada pula yang membantu menyediakan hal-hal yang diperlukan.
Posisi Jenazah
Jenazah hendaknya diletakkan pada posisi yang paling memudahkan untuk dimandikan.
Namun yang sunnah adalah, jenazah didudukkan agak miring ke belakang. Posisi ini
memudahkan orang yang memandikan untuk membersihkan kotoran yang ada pada jenazah.
5
“Aku sengaja (niat) memandikan mayit ini karena Alloh Ta’ala “
13. Siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki 3 kali dengan air bersih.
14. Siram sebelah kanan 3 kali.
15. Siram sebelah kiri 3 kali.
16. Kemudian memiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung kanan sebelah belakang.
17. Memiringkan mayat ke kanan basuh bahagian lambung sebelah kirinya.
18. Siram kembali dari kepala hingga ujung kaki.
19. Setelah itu siram dengan air kapur barus.
20. Setelah itu jenazahnya diwudukkan .
Lafaz niat mewudukkan jenazah lelaki :
6
Cara mewudukkan jenazah ini yaitu dengan mencucurkan air ke atas jenazah itu mulai
dari muka dan terakhir pada kakinya, sebagaimana melaksanakan wuduk biasanya.
21. Setelah selesai dimandikan dan diwudukkan dengan baik, dilap menggunakan lap pada
seluruh badan mayat.
7
Artinya: “Dari Jabir berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda: “Apabila salah seorang
kamu mengkafani saudaranya, hendaklah dibaikkan kafannya itu.” (HR. Muslim).
2. Kain kafan hendaknya berwarna putih.
3. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi mayat
perempuan 5 lapis.
4. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain kafan
hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
5. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.
“Janganlah kamu berlebih-lebihan (memilih kain yang mahal) untuk kafan karena
sesungguhnya kafan itu akan hancur dengan segera.”(HR. Abu Dawud).
Catatan :
Kalau kain putih tidak ada, maka boleh mengkafani mayat dengan kain apa saja yang
dapat digunakan untuk mengkafaninya, kemudian dishalatkannya.
8
Tata Cara Mengkafani Jenazah
Adapun tata cara mengkafankan jenazah, yaitu :
Untuk mayat laki-laki
a) Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas serta
setiap lapisan diberi kapur barus.
b) Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan
memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
c) Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin masih
mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d) Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar sebelah
kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan cara yang lembut.
e) Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga atau lima
ikatan.
f) Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka tutuplah bagian
kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan daun kayu, rumput atau
kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka
tutuplah dengan apa saja yang ada.
Untuk mayat perempuan
Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang terdiri dari:
a) Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.
b) Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.
c) Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.
d) Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.
e) Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.
9
d) Pakaikan sarung.
e) Pakaikan baju kurung.
f) Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
g) Pakaikan kerudung.
h) Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain kiri
dan kanan lalu digulungkan kedalam.
i) Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.
3. Menshalatkan Jenazah
10
(utara). Posisi imam, bila mayit laki-laki, maka berada didekat kepala mayit. Bila mayit
perempuan, maka didekat pantatnya.
Makmum masbuq
Adalah makmum yang tidak mengikuti bacaan surat al-Fatihah bersama imam. Semisal
kita baru takbiratul ihram, sedangkan imam sudah melakukan takbir yang ketiga. Maka, kita
harus langsung membaca surat al-Fatihah. Bila imam melakukan takbir keempat, maka kita
langsung takbir juga, sekalipun bacaan al-Fatihah belum selesai. Bila imam mengucapkan salam,
maka kita melanjutkan shalat dengan takbir ketiga dan seterusnya dengan mengikuti rukun dan
bacaan yang sudah ada.
11
kaum muslimin hingga tiga saf, maka dosa-dosa si mayat diampuni”. (HR. Lima ahli
hadis, kecuali Nasai)
3) Setelah saf teratur,
4) Niatlah shalat jenazah disertai takbiratul ihram
Untuk seorang mayit laki-laki
ِ ِ ض ِك َفا َي ٍة
ٰ هلل َت َع
الى َ ْت َفر ِ لى َه ٰذا ْال َم ِّي
ٍ ت أَرْ َب َع َت ْك ِبي َْرا َ ُأ
ٰ ص ِّلى َع
”Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini “
ِ ِ ض ِك َفا َي ٍة
ٰ هلل تَ َع
الى ٍ لى ٰه ِذ ِه ْال َم ِّيتَ ِة أَرْ َب َع تَ ْك ِبي َْرا
َ ْت فَر ٰ لى َع َ ُأ
ِّ ص
”Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini “
Untuk seorang mayit anak laki-laki
ِ ٍة ِهللjjَض ِكفَاي
َ ْت فَر ِ ِّلى هَ ٰذا ْال َمي
ٍ ت الطِّ ْف ِل أَرْ بَ َع تَ ْكبِي َْرا ٰ لى َع َ ُأ
ِّ ص
ٰ تَ َع
الى
”Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini “
Untuk seorang mayit anak perempuan
12
Lafadz Takbir
”“Allah Maha Besar
5) Takbir empat kali.
a) Takbir Pertama: membaca Surat Al-Fatihah
b) Takbir Kedua: membaca sholawat Nabi
jرا ِه ْي َم
لى إِ ْبَ j ص jلَّي َ
ْت َع ٰ آل ُم َح َّم ٍد َك َمjjا َ
لى ِلى ُم َح َّم ٍد َو َع ٰ
صلِّ َع ٰاَللَّهُ َّم َ
آل ُم َح َّم ٍد َك َمjjjjا
لى ِلى ُم َح َّم ٍد َو َع ٰjjjjار ْك َع ٰ
ْjjjjرا ِه ْي َم َو بَ ِ
آل إِب َ لى ِ
َو َع ٰ
jرا ِه ْي َم فِى ْال َعjjالَ ِمي َْن إِنَّ َ
ك َح ِم ْي ٌ jد آل إِ ْبَ j jرا ِه ْي َم َو َع ٰ
لى ِ لى إِ ْبَ j jار ْك َ
ت َع ٰ بََ j
َم ِج ْي ٌد
ف َع ْن ُه ا َل ّل ُه َّم ْ
اغ ِفرْ َل ُه َو َ
ارْح ْم ُه َو َعا ِف ِه َو ْ
اع ُ
Untuk Perempuan:
ف َع ْن َها ا َل ّل ُه َّم ْ
اغ ِفرْ َل َها َو َ
ارْح ْم َها َو َعا ِف َها َو ْ
اع ُ
13
Jika mayit anak kecil ditambah dengan do’a :
طا َواجْ َع ْلهُ (هاَ) َلهُمjاَ َسَ jل ًفا َواجْ َع ْلjهُ (هjاَ) َلهُ َمjjا
َا ّلل َه َّم اجْ َع ْلهُ (هاَ) َلهُ َما َف َر ً
لى قُلُ ْو ِب ِه َمjjا َو َ
ال َت ْف ِت ْنهُ َمjjا غ َّ
الصjب َْر َع ٰ از َنهُ َمjjا َو َأ ْفِ j
jر ِ ُذ ْخرًا َو َث ِّقلْ ِبه (هاَ) َم َو ِ
ال تَحْ ِر ْمهُ َما َأجْ َرهُ (هاَ)َبعْ َده ُ(هاَ) َو َ
d) Sesudah takbir keempat sebelum salam sunnah membaca :
لى َسjjيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍدصjjلَّى هللا َُو َسjjلَّ َم َع ٰ اَ ْل َح ْمُ jjد ِهللِ َربِّ ْال َعjjالَ ِمي َْن َو َ
ت ك أَ ْن َ صjjjjحْ بِ ِه أَجْ َم ِعي َْن 0اَلّلهُ َّم َربَّنَjjjjا تَقَبَّلْ ِمنَّا إِنَّ َ
لى آلِِ jjjjه َو َ
َو َع ٰ
ح ال ُّد ْنيَا
ك َخ َر َج ِم ْن َر ْو ِ ك َواب ُْن َع ْب ِد َ ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم اَلّلهُ َّم ٰه َذا َع ْب ُد َ
jو الَقِـ ْي ِه لى ظُ ْل َم ِة ْالقَ ْبِ j
jر َو َمjjا هَُ j او َمحْ ب ُْوبِهَا َوأَ ِحبَّآئِ ِه فِ ْيهَا إِ ٰ َو َس َعتِهَ َ
jك َوأَ َّن ُم َح َّم ًدا
ْك لََ j
ك الَ َش ِ jري َ ان يَ ْشهَ ُد أَ ْن آل إِ ٰلهَ إِالَّ أَ ْن َ
ت َوحْ َد َ َك َ
jك َوأَ ْن َ
ت َخ ْيُ jر ت أَ ْعلَ ُم بِِ jه 0اَللّهُ َّم إِنَّهُ نََ j
jز َل ِبَ j ك َوأَ ْن َ
ك َو َرس ُْولُ َ
َع ْب ُد َ
14
َ ك َوأَ ْن
ت َغنِ ٌّي َع ْن َع َذابِ ِه َوقَ ْد ٰ َِم ْن ُز ْو ٍل بِ ِه َوأَصْ بَ َح فَقِ ْيرًا إ
َ ِلى َرحْ َمت
ِ jَنًا فjان ُمحْ ِسj
ز ْد فِىj َ jهُ اَللّهُ َّم إِ ْن َكjَفَ َعآ َء لjك ُشj َ jاغبِي َْن إِلَ ْي َ jَِج ْئن
ِ اك َرj
ك ْاألَ ْم َن ِم ْنj
َ jِ ِه بِ َرحْ َمتjِهُ أَ ْلقjاو ْز َع ْن
َ jيْئا ً فَتَ َجjان ُم ِس َ إِحْ َسانِ ِه َوإِ ْن َك
ٰ لَّى هللا ُ َعj ص
لى ِ ك يَآأَرْ َح َم الر
َ َّاح ِمي َْن َو َ ِلى َجنَّت
ٰ ِك َحتَّى تَ ْب َعثَهُ إ
َ َِع َذاب
ؤ ميتjjنى اونتjjاء ايjjلَّ َم (دعjصحْ بِ ِه َو َس ٰ َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َع
َ لى آلِ ِه َو
تىjjذكر دى كنjj اونتؤ فرمفوان لفظ مذكر دان ضمير م،2الكى
)مؤنث
4. Menguburkan Jenazah
a) Pemberangkatan Jenazah
Minimal jenazah dibawa dengan cara yang tidak mengandung arti penghinaan pada mayit.
Adapun cara membawa yang sempurna adalah :
Ketika mayit siap diberangkatkan, memberi kesaksian bahwa mayit adalah orang baik.
Namun tidak semua mayit boleh disaksikan baik. Untuk mayit yang jelas fasiq, maka
tidak boleh disaksikan baik.
Mayit dibawa dengan memakai keranda (Madura : kathél), dan dibawa oleh beberapa
orang sesuai dengan kebutuhan, minimal dua orang. Diutamakan yang membawanya
berjumlah ganjil.
Seperti halnya saat dilahirkan, mayit diberangkat-kan dengan kepala di depan
(menghadap ke arah tujuan).
Sunnah mempercepat langkah kaki lebih dari sekedar berjalan biasa. Namun tidak dengan
berlari.
Membawa mayit hendaknya dengan sopan dan penuh penghormatan.
Hukum mengantar jenazah ke kuburan sunnah bagi laki-laki, makruh bagi perempuan.
15
Bentuk lubang kubur ada 2 macam :
Apabila tanahnya keras, maka lebih baik berbentuk liang lahad. Yaitu, menggali bagian
sisi barat dari lubang kubur, sekitar cukup untuk tempat membaringkan mayit.
Apabila tanahnya lunak (mudah longsor) atau berpasir, maka berbentuk liang cempuri.
Yaitu, menggali sisi tengah dari lubang kubur, dengan ukuran bisa membaringkan mayit,
dan di sisi kanan kirinya diberi batu bata.
16
Etika orang yang mengantarkan jenazah
a) Tafakkur, meresapi arti sebuah kematian.
b) Berjalan di depan dan di dekat mayit.
c) Dimakruhkan ramai-ramai dan bersuara keras serta membicarakan masalah dunia.
d) Sunnah dengan jalan kaki. Megantarkan jenazah ke pekuburan dengan naik kendaraan
hukumnya makruh.
e) Mengantarkan jenazah sampai proses penguburan selesai secara sempurna. Rasulullah
SAW bersabda:
5. TAKZIAH
Takziah artinya melawat atau menjenguk orang yang meninggal dunia untuk turut
mengatakan bela sungkawakepada keluarganya, serta member penghormatan terakhir kepada
orang yang telah dipanggiluntuk menghadap kehadirat Allah SWT.
Takziah dapat dilakukan sebelum dan sesudah jenazah dikuburkan hingga selam tiga hari.
Namun demikian, takziah diutamakan dilakukan sebelum jenazah dikuburkan.
a) Adab dan Etika Takziah
Apabila kita mendengar kabar ada seseorang yang meninggal dunia, maka hendaklah
mengucapkan.
Datanglah dengan segera melawat kerumah duka, masuklah kerumahnya dengan
mengucapkan salam dam mendoakan.
Pada ssaat takziah, hendaklah bersikap dan berpakaian sopan.
17
Hendaknya memberikan nasihat untuk tetap sabar dan tabah dalam menghadapi musibah.
Hendaklah ikut mengerjakan shalat jenazah dengan ikhlas dan khusyuk.
Apabila tidak ada uzur, hendaklah kita mengantarkan jenazah itu sampai selesai
dimakamkan.
Memberikan bantuan materi dan moril kepada keluarga yang ditinggalkan, termasuk
memberoikan makanan , karena mereka sedang mendapat cobaan.
b) Hikmah Takziah
Dapat meringankan beban keluarga si mayat, terutama dari segi mental, sehingga merasa
sedikit terhibur
Tugas dan kewajiban keluarga yang ditinggalkan terbantu.
Dapat mengingatkan akan kematian
Penghormatan terakhir pada almarhum/ah
Ikut mendoakan almarhum/ah
Mempererat tali persaudaraan umat muslim
6. ZIARAH KUBUR
a) Pengertian dan Hukum Ziarah Kubur
Ziarah kubur adalah datang ke makam keluarga atau bukan keluargadengan maksud
untuk mendoakan agar diterima amalnya dan diampuni dosanya oleh Allah SWT. Ziarah kubur
adalah sunah bagi laki-laki, sedangkan bagi perempuan adalah makruh. Alasannya dikhawatirkan
perempuan akan menambah perasaan sedih.
Ziarah kubur hukumnya disunnahkan, hikmahnya adalah agar menjadi peringatan dan
menyadari bahwa setiap jiwa pasti akan mati serta mengingat akan adanya alam akhirat.
Sedangkan tatacara ziarah kubur :
Sebelum duduk dianjurkan mengucapkan salam :
ار ِم َنِ َ ِّديjjل الjj َ ا أَ ْهjjَ ِة… يjjال َمرْ ح ُْو َم/ ْ و ِمjjُ
ْ َرةَ ْال َمرْ حjjض ْ ا َحjjَالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم يjjلس َّ َا
ِ ت َو ْال ُم ْؤ ِمنِي َْن َو ْال ُم ْؤ ِمنَا
ت َوإِنَّا إِ ْن َشآ َء هللا ُبِ ُك ْم الَ ِحقُ ْو َن ِ ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َو ْال ُم ْسلِ َما
kemudian membaca al-Qur’an atau Tahlil, serta memohon kepada Allah agar pahala
bacaannya disampaikan pada si mayit. Dan jangan lupa, dalam do’a tersebut disisipi
kalimat :
18
ٰ ِاب َماقَ َر ْأنَاهُ إ
لى ِ … اَللَّهُ َّم أَ ْو
َ صلْ ثَ َو
BAB III
PENUTUP
19
A. KESIMPULAN
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi makhluk
yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu mendapat perhatian
khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah seorang
muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh
mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban
seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:
1) Memandikan
2) Mengkafani
3) Menshalatkan
4) Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
1) Memperoleh pahala yang besar.
2) Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
3) Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa atas
musibah yang dideritanya.
4) Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan masing-
masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
5) Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila salah
seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut aturan
Allah SWT dan RasulNya.
B. SARAN
Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini, pemakalah
berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan diri untuk
menyambut kematian itu. Selain itu, pemakalah juga berharap agar pembahasan ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan kita semua serta dapat mengajarkannya dengan baik
ketika telah menjadi seorang guru di masa yang akan datang.
20