Mata Kuliah : Administrasi Kebijakan Kesehatan Dosen pengampu : Rian Arie Gustaman., S.K.M., M.Kes Nama : Salwa Tsania Nisa Kelas : B / Kesehatan Masyarakat NPM : 194101060
Kebijakan-kebijakan Social Distancing untuk Mencegah Penyebaran Virus Corona
Akhir-akhir ini, seluruh dunia dihebohkan dengan adanya virus baru bernama SARS- CoV-2 yang menyebabkan penyakit COVID-19. SARS-CoV-2 atau biasa disebut virus Corona adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia (zoonosis). Pada manusia Corona diketahui menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrme (SARS). Penyakit yang diduga berasal dari kota Wuhan ini berhasil mewabah diberbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia kasus pertama tercatat pada tanggal 2 Maret 2020. Pertanggal 31 Maret 2020, kasus positif COVID-19 di Indonesia telah mencapai angka 1.528 orang, meninggal 136 orang, dan sembuh 81 orang. Tentu ini menunjukan angka penyebaran yang begitu masif terjadi di Indonesia. Tingginya angka positif COVID-19 di Indonesia membuat pemerintah menghimbau masyarakat untuk melakukan social distancing sebagai salah satu upaya pencegahan penyebaran virus Corona. Apa itu social distancing? Social distancing merupakan strategi kesehatan publik yang direkomendasikan publik untuk mencengah, melacak dan menghambat penyebaran virus, dengan cara menunda atau mengurangi kegiatan yang melibatkan interaksi sosial dengan banyak orang. Akhir-akhir ini istilah social distancing berubah menjadi physical distancing, WHO mengubah istilah ini secara sengaja agar orang-orang tetap terhubung. Langkah ini tidak berarti bahwa secara sosial, seseorang harus memutuskan hubungan dan komunikasi dengan orang lain. Dengan adanya teknologi, setiap orang tetap dapat terhubung dengan berbagai cara tanpa benar-benar berada dalam ruangan yang sama secara fisik. Baik itu social distancing atau physical distancing, keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu mencegah penyebaran virus Corona. Social distancing ini merupakan pencegahan primer yang bisa dilakukan oleh seluruh warga Indonesia untuk ikut serta memerangi COVID-19. Upaya ini cukup efektif dilakukan untuk menekan angka penderita COVID-19 yang setiap harinya terus bertambah. Dikutip dari berbagai sumber, para ahli menyatakan praktik social distancing ini berhasil meredam penyebaran virus berdasarkan studi pada pandemi influenza Spanyol 1918. Sebuah studi yang dirilis 2007 ini menyebutkan bahwa kota-kota di Spanyol yang mempraktekkan social distancing seperti melarang pertemuan di tempat public hingga menutup sekolah, berhasil menekan tingkat kematian secara signifikan. Mengingat virus Corona ini baru, belum ada penelitian ilmiah yang mempelajari pengaruh social distancing. Namun, jika merujuk pada pengalaman pandemi influenza di Spanyol tersebut, terdapat potensi besar bahwa praktik social distancing dapat menekan penularan virus Corona. Lalu bagaimana social distancing mampu mencegah penyebaran virus Corona? Virus ini menyebar dengan cukup mudah melalui droplet batuk atau bersin dari penderita. Penyebaran droplet biasanya terbatas sejauh satu meter. Namun, droplet juga dapat menempel pada permukaan benda, terutama kenop pintu, ponsel, dan pegangan tangga, parahnya COVID-19 bertahan cukup lama pada benda-benda tersebut. Hal ini akan sangat berisiko menularkan penyakit bila memegang barang yang terkontaminasi, lalu menyentuh mata, hidung, atau mulut tanpa mencuci tangan dengan sabun. Jika semua orang melakukan aktivitas dan berinteraksi seperti biasanya, maka penyebaran COVID-19 akan bertambah banyak. Kata kunci dari kebijakan ini adalah melandaikan kurva penyebaran virus. Melalui social distancing dan berkegiatan di rumah, tingkat penyebaran virus akan melambat. Meski jika jumlah orang yang terinfeksi tidak turun, pelandaian kurva ini akan membuat fasilitas kesehatan tidak kewalahan menghadapi jumlah pengidap yang meningkat secara drastis dalam jangka waktu yang singkat. Saat social distancing berjalan dengan optimal, penderita COVID-19 yang mendapat perawatan memadai di rumah sakit akan sembuh dan sudah mempunyai kekebalan tubuh terhadap virus corona sehingga ketika terpapar kembali dengan COVID-19, kemungkinan besar sudah kebal dan tidak akan terinfeksi lagi, dan virus ini akan kehabisan inangnya untuk hidup. Himbauan pemerintah kepada masyarakat untuk melakukan social distancing atau saat ini di Indonesia disebut PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), masih banyak diabaikan oleh banyak pihak, hal ini terjadi karena himbauan tersebut belum diimbangi dengan kebijakan dan teknis pelaksanaan yang sesuai. Ada beberapa kebijakan yang dapat pemerintah tegakkan, diantaranya :
1. Dilakukan Razia Kepada Masyarakat yang Tidak Disiplin
Untuk menertibkan masyarakat yang masih belum displin perlu adanya tindakan tegas. TNI, Polri, Pemda, Pemkot dan seluruh jajarannya harus bisa bekerja sama dalam melaksanakan penertiban ini. 2. Dibuatkan Regulasi yang Mengatur Kebijakan PSBB Perlu adanya regulasi yang tertulis untuk mengatur apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan, agar bisa dijadikan patokan oleh masyarakat. Himbauan "dirumah saja kecuali sangat mendesak" menimbulkan kerancuan makna. Karena makna sangat mendesak bagi setiap orang itu berbeda. 3. Dibuatkan Jadwal Keluar Rumah Jadwal keluar rumah ini diberlalukan untuk memenuhi kehidupan yang mendesak tadi, sehingga tidak membludak disatu hari. Kebijakan ini mungkin bisa dilakukan oleh kepala pemerintahan yang cakupannya tidak terlalu luas, seperti tingkat RT atau RW, tetapi tetap harus diinstruksikan dari pemerintah pusat, seperti yang dilakukan di Australia. 4. Perlu diberlakukan Sanksi Jika dengan aturan-aturan diatas masih banyak yang melanggar, maka harus diterapkan sanksi. Mencontoh dari negara maju yang berhasil menekan mobilitas masyarakat dengan adanya sanksi baik berupa materil atau denda kurungan terbukti ampuh "memaksa" masyarakat untuk patuh. 5. Memberikan Insentif/Subsidi kepada Masyarakat Pemerintah perlu memberikan insentif khususnya untuk masyarakat kelas menengah kebawah. Dana ini bisa di lakukan dengan penghematan anggaran dan juga pengalokasian dana dan atau melakukan gerakan galang dana sekala nasional dari rakyat untuk rakyat yang dikelola secara transparan agar dapat membantu yang tidak mampu. 6. Pemerintah Pusat Harus Gerak Cepat Perintah pusat meminta semua daerah melakukan semua tindakan dengan koordinasi, akan tetapi faktanya hal ini malah memperlambat upaya pencegahan penyebaran. Baiknya pemerintah pusat lebih cepat dalam melakukan dan mengambil keputusan agar upaya pencegahan penyebaran virus berhasil. 7. Batasi Mobilitas Masyarakat Jika pemerintah tidak mengambil keputusan "Lockdown" maka harusnya pemerintah memaksimalkan keputusan PSBB. Dengan cara batasi pergerakan rakyat, cegah masyarakat berpindah pindah dari lokasi a ke lokasi b. Bisa dilakukan dengan cara sederhana yaitu naikkan harga tol untuk mobil pribadi, naikan harga tiket kereta, pesawat dan transportasi lain, 10 kali lipat. 8. Manfaatkan Teknologi untuk Melacak Perkumpulan Dengan teknologi modern saat ini, yang di miliki BIN atau instansi lainnya tidak sulit untuk menditeksi lokasi seseorang. Hal ini juga yang dilakukan negara maju seperti jerman. Mereka dapat mengetahui dimana ada kerumunan masyarakat hanya dari ponsel. Makin banyak ponsel aktif di area itu maka dapat dipastikan daerah itu sedang ramai. Teknologi ini sebenernya tidak mahal, karena sistem ini juga yang di pakai google maps untuk menentukan macet tidaknya suatu lokasi. 9. Mengerahkan Seluruh Tenaga Terutama untuk Masalah Ekonomi (All out) Ekonomi memang menjadi sektor yang paling berdampak dengan adanya covid-19 tapi jika pemerintah melakukan semuanya secara setengah setengah maka virus ini akan bertahan lama dan bahkan bisa menimbulkan kerugian ekonomi yang lebih besar lagi Kebijakan-kebijakan tersebut sudah seharusnya dipertimbangkan dan dilaksanakan oleh pemerintah, agar pelaksanaan social distancing atau PSBB dalam rangka mencegah penyebaran virus Corona dapat berjalan dengan Optimal. Sehingga hasil akhirnya, kurva penyebaran virus akan melandai, tenaga kesehatan tidak akan kewalahan, dan banyak nyawa yang akan terselamatkan.