Bimbingan Skripsi
Bimbingan Skripsi
KOK
LANGSUNG BAB 1??? SEKALIAN 1
BUAT DAFTAR ISI, DAFTAR TABEL,
DAFTAR BAGAN/ SKEMA, KATA HALAMAN UNTUK AWAL BAB
PENGANTAR, DAFTAR PUSTAKA. DI TENGAH BAWAH
BAB I
JADI SEKALIAN SAYA KOREKSI
Point A PENDAHULUAN
seharusnya Enter sekali lagi
berada pada A. Latar Belakang
garis merah,
jangan menjorok Penyakit kusta masih menjadi masalah kesehatan di beberapa wilayah
kmelewati garis
Indonesia dan beberapa negara lain di dunia. Penyakit kusta sangat
merah, harus
sejajar dengan ditakuti oleh masyarakat, keluarga, termasuk petugas kesehatan sendiri,
titik awal ruler. karena deformitas atau cacat tubuh. Namun, pada tahap awal kusta, gejala
Hal ini
yang timbul hanya berupa perubahan warna kulit seperti hipopigmentasi
mempengaruhi
yang lainnya (warna kulit menjadi lebih terang), hiperpigmentasi (warna kulit menjadi
sampai bawah. lebih gelap), dan eritomatosa (kemerahan pada kulit). Kusta merupakan
Tolong perbaiki
penyakit kronik dan penyebabnya ialah mycobacterium leprae yang
bersifat intraseluler obligat.
STIKes Faletehan
2
STIKes Faletehan
3
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan masyarakat tentang kusta di desa maja kabupaten lebak
wilayah kerja puskesmas DTP Maja.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang
kusta sebelum dilakukan intervensi di desa maja kabupaten
lebak wilayah kerja puskesmas DTP Maja.
POINT A, B, C RATA DENGAN
KATA TUJUAN KHUSUS,
SATU GARIS b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang
kusta sesudah dilakukan intervensi di desa maja kabupaten
lebak wilayah kerja puskesmas DTP Maja.
STIKes Faletehan
4
D. Manfaat Penelitian
STIKes Faletehan
5
HALAMAN UNTUK AWAL BAB
DI TENGAH BAWAH
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Enter sekali lagi
A. Penyakit Kusta
1. Definisi
Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
Mycrobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat, artinya
bakteri tersebut harus berada di dalam sel makhluk hidup untuk dapat
berkembang biak. Kusta merupakan penyakit yang ditakuti karena
dapat menyebabkan luka yang sukar sembuh, perubahan bentuk
anggota gerak dan wajah serta kerusakan saraf dan otot (Sandjaja,
2014). Program penyakit kusta yaitu tentang pemberantasan dan
pencegahan terhadap penyakit kusta adalah salah satu bentuk kegiatan
di Puskesmas untuk membantu kinerja dinas kesehatan dalam
mencapai target eliminasi penyakit kusta dan meningkatkan
pengetahuan kesehatan bagi masyarakat.
STIKes Faletehan
6
2. Etiologi
Penyakit kusta disebabkan oleh Mycobacterium Leprae yang
merupakan bakteri yang berbentuk batang dan tahan asam. Bakteri ini
perlu sel inang untuk berkembang biak berukuran 0,3 hingga 1
mikrometer dan panjang 1 hingga 8 mikrometer. Bakteri ini di
temukan pada manusia, binatang amadilo dan pada tempat-tempat
tertentu seperti pada tumbuhan Sphagnum moss. (A.Sandjaja, 2014).
3. Epidemiologi
Sumber infeksi kusta adalah penderita dengan banyak basil yaitu tipe
Multibasiler (MB). Cara penularan belum diketahui secara pasti, hanya
berdasarkan anggapan yang klasik ialah melalui kontak langsung yang
lama dan erat antara kulit. Anggapan kedua adalah secara inhalasi
sebab M Leprae masih bisa hidup dalam beberapa hari dalam droplet.
Masa tunas kusta bervariasi, 40 hari sampai 40 tahun. Kusta
menyerang semua umur, anak-anak sampai dewasa. Faktor sosial
ekonomi memegang peran, makin rendah sosial ekonomi makin subur
STIKes Faletehan
7
4. Klasifikasi
WHO (1982) yang kemudian disempurnakan pada tahun 1997 dalam
mengklasifikasikan penderita kusta hanya dibagi dalam 2 tipe yaitu:
Paucibacillary (PB) dan Multibacillary (MB). Dasar klasifikasi ini
adalah negatif dan positifnya basil tahan asam (BT) dalam skin
smear.
STIKes Faletehan
8
STIKes Faletehan
9
Keterangan :
Kata keterangan seharusnya 1. Cacat tingkat 0 berarti tidak ada cacat.
sejajar garis dengan point 2. Cacat tingkat 1 adalah cacat yang disebabkan oleh kerusakan
1,2,3 saraf sensorik yang tidak terlihat seperti kehilangan rasa raba
pada telapak tangan dan telapak kaki. Cacat tingkat 1 pada
telapak kaki beresiko terjadinya ulkus plantaris.
3. Cacat tingkat 2 berarti cacat atau kerusakan yang terlihat.
STIKes Faletehan
10
6. Patofisiologi Kusta
STIKes Faletehan
11
STIKes Faletehan
12
b. Host
Manusia merupakan reservoir untuk penularan kuman
seperti Mycobacterium Tuberculosis dan Morbus Hansen, kuman
tersebut dapat menularkan pada 10-15 orang. Menurut penelitian
pusat ekologi kesehatan (1991), tingkat penularan kusta di
STIKes Faletehan
13
c. Environment
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host baik
benda mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang
terbentuk akibat interaksi semua elemen-elemen termasuk host
yang lain. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik,
lingkungan fisik terdiri dari keadaan geografis (dataran tinggi atau
rendah, persawahan dan lain- lain), kelembaban udara, suhu,
lingkungan tempat tinggal. Adapun lingkungan non fisik meliputi
sosial (pendidikan, pekerjaan), budaya (adat, kebiasaan turun
temurun), ekonomi (kebijakan mikro dan local) dan politik (suksesi
kepemimpinan yang mempengaruhi kebijakan pencegahan dan
penanggulangan suatu penyakit).
Enter sekali lagi
B. Pendidikan Kesehatan.
STIKes Faletehan
14
STIKes Faletehan
15
2. Perlindungan khusus
a. Pemberian imunisasi
b. Isolasi penderita penyakit
c. Pengendalian tempat-tempat tercemar
3. Diagnosis dini
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin
b. Pengawasan terhadap penyakit-prnyakit tertentu
c. Pemberian pelayanan kesehatan yang tepat
d. Meningkatan keteraturan pengobatan terhadap penderita
4. Pembatasan cacat
a. Pencegahan terhadap komplikasi kecacatan
b. Perbaikan fasilitas kesehatan yang dapat menunjang dan
mengurangi faktor resiko
c. Penyempurnaan pengobatan sehingga tidak menimbulkan
komplikasi
5. Pemulihan / Rehabilitasi.
a. Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan
mengikutsertakan masyarakat
b. Penyuluhan dan usaha-usaha berkelanjutan yang harus
dilakukan setelah sembuh dari penyakit
c. Mengusahakan tempat rehabilitasi khusus sehingga penderita
yang telah cacat mampu mempertahankan diri
d. Pendidikan kesehatan serta pemberian motivasi hidup
STIKes Faletehan
16
1. Kata-kata
STIKes Faletehan
17
2. Tulisan
3. Rekaman
4. Radio
5. Film
6. Televisi
7. Pameran
8. Field trip
9. Demonstrasi
10. Benda tiruan
7. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar, pengetahuan manusia
diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2011).
STIKes Faletehan
18
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi
STIKes Faletehan
19
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih
di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi –
formulasi yang ada.7
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian – penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria – kriteria yang
ada (Notoatmodjo, 2011).
Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan -
tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2007).
STIKes Faletehan
21
b. Intelegensi
c. Lingkungan
d. Sosial budaya
STIKes Faletehan
22
e. Pendidikan
f. Informasi
STIKes Faletehan
23
2. Sumber kepustakaan
Kita telah mengetahui bahwa di dalam perpustakaan
tersimpan berbagai bahan bacaan dan informasi dan
berbagai disiplin ilmu dari buku, laporan – laporan
penelitian, majalah, ilmiah, jurnal, dan sebagainya.
3. Sumber informasi lapangan
Sumber informasi akan mempengaruhi bertambahnya
pengetahuan seseorang tentang suatu hal sehingga
informasi yang diperoleh dapat terkumpul secara
keseluruhan ataupun sebagainya. (Rahmahayani 2010).
g. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut
dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber
pengetahuan atau pengalaman itu suatu cara memperoleh
kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi
pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo,
1997 dalam Rahmahayani, 2010).
STIKes Faletehan
24
A. Kerangka konsep
B. Definisi Operasional
STIKes Faletehan
25
Tabel 3.1
Definisi Operasioanal
50%)
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah sebuah pertanyaan tentang hubungan yang diharapkan antara dua
variable atau lebih yang di uji secara empiris. Biasanya hipotesis terdiri dari
pertanyaan terhadap adanya atau tidak adanya hubungan antara dua variabel,
yaitu variable bebas (Independen) dan variable terkait (dependen) (Notoatmojo,
2005).
STIKes Faletehan
26
STIKes Faletehan
27
METODE PENELITIAN
3 spasi
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis Quasi Experimant dengan “pre dan post test
group design” yaitu penelitian yang dilakukan terhadap suatu kelompok sebanyak
dua kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Pengukuran yang
dilakukan sebelum eksperiment (O1) disebut pre test dan pengukuran sesudah
eksperimen (O2) disebut post test. Perbedaan O1 dan O2 yakni O1-O2 diasumsikan
merupakan efek dari treatment atau eksperimen (Arikunto, 2005).
Skema 4.1
Bentuk rancangan penelitian
(Pendidikan Kesehatan)
O1 X O2
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
STIKes Faletehan
28
1. Populasi
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Metode penelitian sampel dalam
penelitian ini menggunakan tekhnik consecutive sampling. Dimana
pengambilan sampel ini dilakukan dengan memilih sampel yang memenuhi
kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel
terpenuhi. (Hidayat, 2012). Dalam menentukan jumlah sampel penelitian
yang dibutuhkan, digunakan perhitungan menurut Hidayat (2011) sebagai
berikut:
n=
Keterangan:
n = Besar sempel yang diperlukan
N = Besar populasi
d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan yaitu 0,1
P = Porporasi kejadian, jika tidak jika tidak diketahui porporasinya,
ditetapkan 0,5
Z(1-a/2)² = Nilai Z pada derajat kemaknaan (ditentukan 95%=1,96)
STIKes Faletehan
29
D. Kriteria Inklusi
E. Pengumpulan Data
STIKes Faletehan
30
Tes (pengumpulan data) dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu
pre-test dan post-test. Pre-test dilakukan sebelum pendidikan kesehatan
dilakukan. Pre-test ini data awal tingkat pengetahuan masyarakat sebelum
materi pendidikan kesehatan diberikan. Setelah proses pendidikan kesehatan
dilakukan, maka masyarakat diuji kembali dengan post-tes. Pengumpulan
data dalam penelitian ini dimulai dengan pre-test yang dilakukan sebelum
memberikan materi pendidikan kesehatan, kemudian post-test yang diberikan
antara 3 kali dalam 2 minggu setelah dilakukan pendidikan kesehatan dengan
jenis dan soal yang sama. Sehingga dapat dilihat peningkatan pengetahuan
masyarakat tentang pengetahuan tentang kusta dibandingkan dengan sebelum
diberikan pendidikan kesehatan. Kemudian, jawaban responden dari test
tersebut diberikan sekor yaitu nilai 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk
jawaban salah atau ganda atau tidak diisi.
STIKes Faletehan
31
F. Uji Instrument
Uji instrument dilakukan dengan uji validitas dan reabilitas terhadap kuesioner
yang di susun, karena pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang dibuat peneliti
belum baku. Uji ini akan dilakukan pada masyarakat di Desa maja Kabupaten
Lebak wilayah kerja Puskesmas DTP Maja pada bulan Januari tahun 2016.
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur (Notoatmojo, 2005). Uji validitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tehnik korelasi “product moment” yang rumusnya
sebagai berikut:
TIDAK RATA PADA
SATU GARIS INI,
DIPERBAIKI
SAMPAI KE
BAWAH R=
Keterangan
N = Besar populasi
X = Pertanyaan
STIKes Faletehan
32
Y = Sekor total
XY = Sekor pertanyaan dikali skor total
Keputusan uji
Bila r hitung > r table Artinya variabel valid
Uji validitas akan dilakukan di Desa Maja Kabupaten Lebak wilah kerja
Puskesmas DTP maja kepada 20 orang responden. Uji validitas ini
menggunakan system komputerasi pengolahan data dengan menggunakan
teknik product moment of correlation. Instrument yang diuji terdiri dari
pertanyaan tentang pengetahuan masyarakat 20 pertanyaan tentang
penyakit kusta serta tanda dan gejalanya 14 pertanyaan. Pada uji validitas
didapatkan nilai r tabel sebesar 0,444. Untuk instrument pengetahuan
dinyatakan valid dengan nilai terendah 0,604.
2. Uji Reliabilitas
STIKes Faletehan
33
1. Editing : mengecek alat penelitian yang telah terkumpul, hal-hal yang ditinjau
kembali adalah: kelengkapan identitas responden, kelengkapan jumlah
angket dan kelengkapan isi atau jawaban responden pada angket. Bila terjadi
kekurangan maka angket dikembalikan kepada responden untuk dilengkapi.
2. Coding: memberikan kode untuk tiap variabel yang diteliti sebagai data dan
kode untuk tiap responden sesuai jumlah responden sesuai jumlah responden.
H. Analisa Data
Data tahap ini data dengan teknik analisa kuantitatif diolah dengan analisis
kuantitatif. Pengolahan data sejak pemasukan data sampai analisis disamping
menggunakan rumus juga menggunakan bantuan system komputerisasi yaitu
program perangkat lunak (software) pengolahan data.
1. Analisa univariat
Dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umunya dalam
analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel
STIKes Faletehan
34
2. Analisa Bivariat
Untuk menghitung efektifitas atau kemaknaan pre test dan post test dari
penyuluhan tersebut, maka digunakan uji beda dua mean dependen atau uji T
dependen (paired sample test), dengan tujuan untuk menguji perbedaan mean
antara dua kelompok data dependen, yaitu responden yang sama diukur dua
kali (pre dan post). Adapun rumus dari uji T dependen ini adalah :
STIKes Faletehan