Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

Disusun oleh:
Gabriella Jesslyn Evania
406182058

Pembimbing :
AKBP dr. Faozan, Sp. M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SEMARANG
PERIODE 20 MEI – 30 JUNI 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya, Penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Keratitis Pungtata
Superfisial” dengan baik dan tepat waktu.

Adapun laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir Kepanitraan
Klinik Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara di RS Bhayangkara
Prof. Awaloedin Djamin Semarang periode 20 Mei – 30 Juni 2019 dan untuk menambah
informasi bagi Penulis dan pembaca tentang keratitis pungtata superfisial dan tatalaksananya.

Penulis sangat bersyukur atas terselesaikannya tugas ini. Pada kesempatan ini penulis
ingin berterima kasih kepada:

1. Direktur RS Bhayangkara Prof. Awaloedin Djamin Semarang yang telah memberikan


kesempatan kepada penulis untuk menjalankan Kepnitraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara di RS Bhayangkara.
2. AKBP dr. Faozan, Sp.M sebagai kepala SMF dan pembimbing Kepanitraan Klinik Ilmu
Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara di RS Bhayangkara.
3. dr. Hayati, Sp.M sebagai pembimbing Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Tarumanagara di RS Bhayangkara.
4. Dokter, staf dan perawat RS Bhayangkara.
5. Rekan-rekan anggota Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara di RS Bhayangkara.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata,
Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat.

Semarang, 30 Mei 2019

Penulis

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 2


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

STATUS PASIEN
Dokter Muda

Tanda tangan
Nama Dokter muda Gabriella Jesslyn Evania

NIM 406182058

Tanggal 28 Mei 2019

Rumah Sakit RS Bhayangkara Semarang

Gelombang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019

Nama Pasien Tn. MR

Umur 28 tahun

Alamat Semarang

Jenis Kelamin Laki – laki

Pekerjaan Pekerja proyek bangunan

Agama Islam

Pendidikan SMA

Status Pernikahan Sudah Menikah

No. RM 19-05-182236

Diagnosis OD Keratitis Pungtata Superfisial

ANAMNESIS (Autoanamnesa dari pasien pada Selasa 28 Mei 2019, pukul 11.00 WIB di Poli
Mata RS Bhayangkara Prof. Awaloedin Djamin Semarang)
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 3
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

Keluhan Utama Mata kanan terasa mengganjal


Mata kanan merah, berair, mengeluarkan sekret, kelopak terasa
Keluhan Tambahan
bengkak, nyeri dan kadang pandangan kabur
Pasien datang dengan keluhan mata kanan terasa mengganjal
sejak 1 minggu SMRS. Mata terasa mengganjal seperti terdapat
benda asing (debu dan pasir). Pada awalnya mata sangat merah,
namun semakin hari berangsur sedikit memudar. Keluhan juga
disertai dengan rasa perih pada mata. Pandangan pasien kadang
terasa kabur disertai mata berair. Kadang mata mengeluarkan
sekret yang sedikit kental. Semakin hari, keluhan makin terasa
sampai ke kelopak mata yang disertai rasa bengkak. Karena
keluhan juga disertai bengkak pada kelopak mata, mata kanan
cenderung menutup, karena membuat keluhan menjadi lebih
reda.
Riwayat Penyakit Pasien juga mengeluh kelopak mata terasa seperti timbul
Sekarang benjolan.
Pasien sudah berusaha mengobati mata dengan obat tetes mata
yang didapat dari warung. Namun keluhan tidak kunjung
membaik, malah cenderung semakin parah.
Pasien merasa keluhan dikarenakan faktor lingkungan
pekerjaannya yang berada di proyek pembangunan. Sehingga
mata mudah terkena pasir maupun debu. Pasien tidak pernah
menggunakan pelindung mata berupa kacamata saat bekerja.
Pasien biasanya menggunakan motor untuk berkendara.
Tidak ada keluhan pada mata kiri pasien.
Keluhan lain seperti sakit kepala, demam, trauma, penglihatan
ganda disangkal pasien.
Riwayat Penyakit  Pasien tidak memiliki riwayat keluhan serupa seperti ini.
Dahulu  Pasien tidak memiliki riwayat menggunakan kacamata dan
lensa kontak.

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 4


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

 Pasien tidak memiliki riwayat infeksi herpes dan tidak tau


apakah sudah pernah terkena cacar, atau infeksi berupa bintil-
bintil sekitar mata maupun seluruh tubuh
 Riwayat operasi mata sebelumnya disangkal.
 Riwayat trauma mata disangkal.
 Riwayat diabetes melitus disangkal.
 Riwayat hipertensi disangkal.
 Riwayat alergi obat dan makanan disangkal.
 Riwayat penggunaan obat-obatan (OAT, Kortikosteroid)
tertentu secara rutin disangkal pasien.
Riwayat Penyakit  Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa
Keluarga seperti pasien.
 Tidak ada teman kerja pasien yang mengalami keluhan serupa
seperti pasien.
 Pasien setiap hari bekerja sebagai pekerja proyek bangunan
dan tidak pernah menggunakan alat pelindung mata.
Kebiasaan /
 Setiap harinya pasien naik motor jika hendak berpergian.
Lingkungan
 Pasien merupakan perokok aktif sejak SMA hingga sekarang,
sehari dapat menghabiskan 1 bungkus.
 Riwayat minum alkohol, dan penggunaan obat-obat terlarang
disangkal.

ANAMNESIS SISTEM
Dalam batas normal
1. Cerebrospinal

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 5


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

Dalam batas normal


2. Cor

Dalam batas normal


3. Respirasi / Pulmo

Dalam batas normal


4. Abdomen

Dalam batas normal


5. Urogenital

6. Extremitas / Dalam batas normal

Musculoskeletal

KESIMPULAN ANAMNESIS
Telah diperiksa pasien bernama Tn. MR berusia 28 tahun dengan keluhan mata kanan
terasa mengganjal.
Dari anamnesis didapatkan:
 Keluhan utama: Mata kanan terasa mengganjal sejak 1 minggu SMRS.
 Keluhan tambahan: Mata kanan merah, berair, mengeluarkan sekret, kelopak terasa
bengkak, nyeri dan kadang pandangan kabur. Mata kanan cenderung menutup untuk
meredakan keluhan.
 Riwayat kebiasaan: Pasien setiap hari bekerja sebagai pekerja proyek bangunan dan
tidak pernah menggunakan alat pelindung mata. Setiap harinya pasien naik motor jika
hendak berpergian. Pasien merupakan perokok aktif sejak SMA hingga sekarang,
sehari dapat menghabiskan 1 bungkus

TANDA-TANDA VITAL
Tekanan Darah : 120/80 mm/Hg
Frekuensi Nadi : 89x/menit, regular, isi cukup

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 6


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

Frekuensi Napas : 20x/menit, regular, abdominotorakal


Suhu : 36,8 C

PEMERIKSAAN SUBJEKTIF (Dilakukan pada Selasa, 28 Mei 2019, pukul 11.00 WIB)
Pemeriksaan OD OS Penilaian
Dikerja-kan Tidak

Visus Jauh 0,8 F2 0.8 F1 √


Refraksi √
Koreksi √
Visus Dekat √
Proyeksi sinar √
Persepsi Warna (Merah,

Hijau)
PEMERIKSAAN OBJEKTIF (Dilakukan pada Selasa, 28 Mei 2019, pukul 11.00 WIB))
Pemeriksaan OD OS Penilaian
Dikerja- Tidak
kan
1. Posisi mata
Ortoforia (0°) Ortoforia (0°) √
2. Gerakan bola mata Simetris Simetris

3. Lapang pandang Tidak ada Tidak ada



penyempitan. penyempitan.
4. Kelopak mata S I S I
(Superior et Inferior)
 Benjolan - - - - √
 Edema √ - - - √
 Hiperemis - - - - √
 Ptosis √ - - - √
 Lagophthalmos - - - - √

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 7


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

 Ectropion - - - - √
 Entropion - - - - √
5. Bulu mata
 Trikiasis - - √
 Madarosis - - √
 Krusta - - √
6. Aparatus Lakrimalis
a. Sakus lakrimal
 Hiperemis - - √
 Edema - - √
 Fistel - - √
Punctum lakrimal
 Eversi - - √
 Discharge - - √
7. Konjungtiva
K. Bulbi
 Warna Hiperemis Transparan √
 Vaskularisasi Injeksi siliar - √
 Nodul - - √
 Edema - - √
K. Tarsal Superior
 Hiperemis - + √
 Folikel - - √
 Papillae - - √
 Korpus alienum - - √
K. Tarsal Inferior
 Hiperemis - + √
 Folikel - - √
 Papillae - - √
 Korpus alineum - - √
8. Sklera
 Warna Putih Putih √
 Inflamasi - - √
9. Kornea
 Kejernihan Sedikit keruh Jernih √

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 8


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

 Ukuran 11 mm 11 mm √
 Permukaan Rata Rata √
 Limbus Arcus senilis (-) Arcus senilis (-) √
 Infiltrat - - √

 Defek - - √
 Edema - - √
10.Bilik Mata Depan
 Kedalaman Cukup Cukup √
 Hifema - - √
 Hipopion - - √
11.Iris
 Warna Coklat Coklat √
 Sinekia - - √
 Iridodenesis - - √
 Neovaskularisasi - - √
12.Pupil
 Ukuran 3 mm 3 mm √
 Bentuk Bulat Bulat √
 Tepi Rata Rata √
 Simetris Simetris Simetris √
 Refleks direk + + √
 Refleks indirek + + √
13.Lensa
 Kejernihan Jernih Jernih √
 Luksasio - - √
 Afakia - - √
 IOL - - √
14.Reflek fundus - - √
15.Reflek makula √

16.Korpus vitreum √
17.Optic disc
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 9
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

 Bentuk √
 Batas √
 Warna √
 C/D Ratio √
18.Perbandingan A/V √
19.Retina
 Perdarahan √
 Eksudat √
 Ablasio √
 Sikatriks √
 Neovaskularisasi √
20.Tekanan intra
okuler

KESIMPULAN PEMERIKSAAN

Slit lamp dengan fluoresensi OD

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 10


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

OD OS
VOD: 0,8 F2 VOS: 0,8 F1
Pemeriksaan objektif : injeksi siliar pada Pemeriksaan objektif: dalam batas normal
konjungtiva bulbi, kornea tampak sedikit
keruh

RESUME
Telah diperiksa pasien bernama Tn. MR berusia 28 tahun dengan keluhan mata kanan terasa
mengganjal.
1. Dari anamnesis didapatkan:
 Keluhan utama: Mata kanan terasa mengganjal sejak 1 minggu SMRS.
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 11
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

 Keluhan tambahan: Mata kanan merah, berair, mengeluarkan sekret, kelopak terasa
bengkak, nyeri dan kadang pandangan kabur. Mata kanan cenderung menutup untuk
meredakan keluhan.
Riwayat kebiasaan: Pasien setiap hari bekerja sebagai pekerja proyek bangunan dan tidak
pernah menggunakan alat pelindung mata. Setiap harinya pasien naik motor jika hendak
berpergian. Pasien merupakan perokok aktif sejak SMA hingga sekarang, sehari dapat
menghabiskan 1 bungkus
2. Dari pemeriksaan fisik:
1. Tanda-tanda vital: dalam batas normal
2. Dari pemeriksaan subjektif:
o VOD: 0,8 F2
o VOS: 0,8 F1
3. Dari pemeriksaan objektif:
o OD
 Pemeriksaan objektif: injeksi siliar pada konjungtiva bulbi, kornea tampak
sedikit keruh
o OS
 Dalam batas normal

DIAGNOSIS KERJA
OD Keratitis Pungtata Superfisial e.c. infeksi bakteri
DIAGNOSIS BANDING
Keratokonjungtivitis
Uveitis
Ulkus kornea

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kultur jaringan atau cairan mata


Pewarnaan Gram
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 12
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

Laboratorium darah

TERAPI FARMAKOLOGI
1. Chloramfenicol eye drop 6 x 1 OD
2. Tobramicin 0.3% eye drop 4 x 1 OD
3. Carboxylmethyll cellulose sodium 0,5% eye drop 4 x 1 OD
4. Asam Mefenamat 500 mg tab 3 X tab 1

TERAPI NON-FARMAKOLOGI
Verband, kompres hangat, kacamata pelindung, irigasi benda asing

EDUKASI
1. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit keratitis (penyebab, tanda & gejala,
penanganan, komplikasi)
2. Penggunaan obat secara teratur sesuai anjuran dokter
3. Kontrol untuk memantau perjalanan penyakit
4. Hindari menggosok mata
5. Jaga kebersihan ringan & mata

PROGNOSIS OD
o Ad visam : dubia ad bonam
o Ad vitam : ad bonam
o Ad sanationam : dubia ad bonam
o Ad fungtionam : dubia ad bonam
o Ad kosmetikam : dubia ad bonam

PROGNOSIS OS
o Ad visam : ad bonam

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 13


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

o Ad vitam : ad bonam
o Ad sanationam : ad bonam
o Ad fungtionam : ad bonam
o Ad kosmetikam : ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Kornea


Kornea merupakan jaringan transparan serta avaskular di bagian tengahnya dan merupakan
organ refraksi kuat yang membelokkan sinar masuk ke dalam mata.1 Kornea menutup satu per
enam bagian dari bola mata.2 Karena terletak paling depan, kornea memiliki kekuatan dioptri
terbesar yaitu 42.25 D, yang merupakan 74% dari seluruh kekuatan dioptri bola mata. 1 Rata-rata
ukuran ketebalan kornea pada dewasa muda adalah 550µm dan diameter kornea sekita 11,7 mm
secara horisontal dan 10,6 mm secara vertikal.3 Kornea adalah struktur yang sangat sensitif,
struktur ini diinervasi oleh nervus optalmikus (saraf kranialis 1), dengan sedikit rangsangan
seperti benda asing seperti debu akan merangsang mata mengedip, merangsang pengeluaran air
mata, bahkan nyeri.2

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 14


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

Secara makroskopik, area pinggiran kornea dapat dikenali dengan limbus. Limbus
merupakan daerah peralihan dari sklera ke kornea. Kornea melekat dengan sklera pada bagian
limbus, pada bagian ini terdapat depresi yang bernama sulkus sklera. 3 Struktur limbus sendiri
terdiri dari lapisan sel punca pluripoten yang berperan pada regenerasi epitel kornea. Pada limbus
terdapat arteri sirkulus limbus, pembuluh darah yang tumbuh secara radier, yang berperan
memberikan nutrisi kepada kornea bagian perifer dikarenakan kornea adalah struktur lapisan
yang avaskular komplit.1,2 Inflamasi pada kornea dan struktur mata di dalamnya ditandai dengan
pelebaran pembuluh darah ini.1
Secara mikroskopis, lapisan histologis kornea dapat dibagi menjadi lima lapisan yaitu lapisan
epitel, membran bowman, lapisan stroma, lapisan membran descemet, dan lapisan endotel.1

Gambar 2.1 Gambaran Histologi Kornea3


1. Epitel Kornea
Terdiri dari 5-6 lapis sel epitel skuamosa bertingkat tak berkeratin, lapisan ini menyusun
sekitar 10% dari ketebalan kornea(50-90 mikron). 1 Sel pada permukaan paling luar
memiliki mikrovili yang berfungsi sebagai tempat lapisan air mata dan musin melekat. 4
sel epitel pada bagian basal merupakan lapisan germinal epitel dan bermitosis saat proses
regenerasi. Sel ini akan berdiferensiasi dan bermigrasi ke arah permukaan luar yang
nantinya akan apotosis dan dilepas pada lapisan air mata. 1 lapisan yang telah
berdiferensiasi akan membentuk tautan antarsel yang kuat, berperan penting dalam fungsi

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 15


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

nutrisi, kejernihan dan proteksi kornea. Sel pada lapisan basal melekat kuat pada lapisan
bowman dibawahnya dan berperan dalam keteraturan epitel kornea.
2. Membran Bowman
Membran bowman adalah massa aselular hasul kondensasi kolagen tipe 1 dan 3.
Ketebalan membran bowman adalah kurang lebih 12 mikron. Struktur ini cukup resisten
terhadap infeksi dan cedera, tetapi sekali mengalami kerusakan, struktur ini tidak mampu
melakukan regenerasi.1
3. Stroma
Merupakan lapisan kornea paling tebal. Stroma menyusun sekitar 90% dari kornea (500
mikron). Tersusun atas keratosit dan matriks ekstraselular, dengan matriks paling
banyuak tersusun atas fibril kolagen tipe 1. Fibril kolagen tersusun dalam banyak lapisan
dan terletak salin sejajar satu sama lain. Susunan antar fibril kolagen dibantu dengan
kondroitin sulfat dan keratan sulftan, hal ini membantu agar jarak menjadi sangat teratur
sehingga memungkinkan terjaganya tranmisi cahaya, termasuk kurvatura kornea serta
sifat-sifat optik kornea.1,4
4. Membran Descemet
Merupakan lamina basal dari sel endotel dengan ketebalan kurang lebih 12 mikron pada
orang dewasa. Struktur ini sangat resisten terhadap bahan kimia, trauma, infeksi, proses
patologik, dan degradasi enzim. Membran descemet mempunyai kemampuan untuk
melakukan regenerasi sepanjang hidup, hal ini dibuktikan dengan ukuran yang bertambah
pada prenatal sampai pada post natal dan terus bertambah sampai ukuran maksimal 11-12
mikron.1,3
5. Lapisan Endotel Kornea
Endotel bekerja sama dengan membran descemet menjadi struktur penting untuk
mengatur kadar air pada kornea. Kadar air harus terjaga untuk menjaga kejernihan dari
kornea. Endotel tersusun atas sel selapis berbentuk heksagonal yang memiliki kompleks
tautan antarsel kuat (tight junctions), berfungsi sebagai barier terhadap cairan humor
akuos, dan sebagai pompa metabolik yang tersebar di seluruh permukaan dalam kornea
untuk memasukkan nutrisi serta mengeluarkan cairan berlebihan dari stroma. Endotel
manusia tidak memiliki kemampuan untuk membelah.
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 16
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

Kejernihan kornea dijaga oleh keseimbangan antara sistem pompa endotel, tekanan
intraokular dan evaporasi permukaan mata. Humor akuos serta tekanan intraokular yang
normal akan membuat cairan serta nutrisi masuk kedalam kornea, namun sel endotel
yang memiliki sistem pompa ini akan menarik air keluar dari stroma kornea. Epitel yang
intak akan menjaga agar cairan tidak masuk secara berlebihan ke dalam stroma sehingga
kornea dapat bersifat relatif dehidrasi dengan kadar cairan 78% sehingga susunan
kolagen stroma dapat memiliki ketebalan dan jarak antar-fibril kolagen yang seragam.
Hal ini diperlukan untuk mengaga status system refraksi korena sehingga sinar masuk
dapat tetap difokuskan pada retina.1
Nutrisi jaringan kornea diperoleh dari pembuluh darah limbus, humor akuos
dibelakangnya dan lapisan air mata di depannya. Regio limbus memiliki arcade vaskular
yang terbentuk dari anastomosis antara arteri siliaris antrior dengan cabang-cabang arteri
karotis eksterna. Persarafan kornea berasal dari nervus trigeminus (N.V), dengan ujung-
ujung saraf sensorik yang berasal dari nervus siliaris longus yang membentuk plexus
subepitel. Densitas ujung-ujung saraf sensorik pada kornea merupakan yang paling tinggi
kerapatannya dibandingkan jaringan tubuh lainnya.1

2.2 Keratitis
2.2.1 Definisi
Keratitis merupakan suatu inflamasi yang terjadi pada kornea. Hal ini dapat
terjadi akibat infeksi oleh mikroorganisme maupun akibat non-infeksi karena porses
autoimun. Jika kornea mengalami luka akibat trauma, infeksi atau inflamasi akan terjadi
gangguan pada integritas jaringan kornea sehingga terjadi kekeruhan yang bersifat
permanen pada umumnya. Keratitis dapat mengancam penglihatan bahkan pada kasus
yang berat dapat mengakibatkan kerusakan bola mata.1

2.2.2 Patofisiologi Keratitis


Inflamasi pada kornea ditandai dengan edema lokal atau difus nonspesifik yang
menyebabkan hilangnya transparansi korena. Reaksi vaskular awal terhadap inflamasi
kornea adalah hiperemia perilimbal lokal yang dapat meluas hingga ke sekeliling limbus.

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 17


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

Sel inflamasi seperti leukosis dan makrofag berasal dari pembuluh darah limbus
superfisial atau profunda. Leukosit akan bermigrasi ke tempat awal stimulus inflamasi
melalui jalur interlamelar dan menyebabkan iregularitas struktur lamela kornea. Migrasi
awal sel inflamasi mengandung sel leukosit polimofonuklear (PMN) intalamelar yang
muncul dalam 8-12 jam setelah terjadinya lesi atau luka kornea. Dalam 12-16 jam,
makrofag yang bermigrasi (fagosit) akan muncul dari limbus, disertai makrofag jaringan
yang berasal dari sel stroma; sel-sel ini mulai memfagositosis mikroorganisme dan
produk inflamasi. Dalam tahap penyembuhan inflamasi, neovaskularisasai kornea terjadi
sebagai respons terhadap beberapa faktor seperti edema kornea, infiltrasi selular, nekrosis
jaringan, perubahan pH, proses oksidatif enzim sel inflamasi. Perluasan vaskularisasi
bervariasi sesuai dengan berat, durasi, serta luas fokus inflamasi.1
Rasa nyeri yang terjadi pada keratitis ini disebabkan oleh stimulasi ujung-ujung
saraf sensorik nervus trigeminus cabang siliaris di lapisan subepitel kornea. Pada infeksi
tertentu, inflamasi dapat menurunkan sensasi rasa nyeri kornea seperti pada keratitis
herpes simpleks (HSV), yang mengalami rasa nyeri ringan hanya pada tahap awal.
Fotofobia juga dapat terjadi pada inflamasi kornea akibat terjadinya kontraksi iris yang
mengalami inflamasi. Selain itu terjadinya dilatasi pembuluh darah iris sebagai refleks
terhadap iritasi pada cornal nerve ending.1
2.2.3 Epidemiologi
Berdasarkan data WHO (World Health Organization) yang diambil pada tahun
1995-2011, kebutaan akibat penyakit di kornea merupakan penyebab kebutaan kelima
terbanyak didunia setelah katarak, galukoma, degenerasi makula dan kelainan refraksi. Di
negara berkembang dengan iklim tropis, kebutaan kornea menempati urutan kedua
sebagai penyebab kebutaan dan penurunan tajam penglihatan setelah katarak.1 menurut
Riskesdas tahun 2013, terdapat 2 penyebab kebutaan tersering pada penduduk Indonesia
untuk populasi usia ≥ 6 tahun adalah karena kekeruhan pada kornea dan disusul oleh
katarak. Dimana kekeruhan lensa memiliki prevalensi 5,5 persen dan katarak 1,8 %.
Prevalensi tertinggi kekeruhan kornea ditemukan di Bali (11,0%), diikuti oleh DI
Yogyakarta (10,2%) dan Sulawesi Selatan (9,4%).1,5
2.2.4 Manifestasi Klinis
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 18
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

Gejala paling sering pada kasus keratitis adalah mata merah disertai penurunan
ketajaman penglihatan. Biasanya penurunan ketajaman penglihatan berupa buram
berkabut. Pada saat terjadi inflamasi pada kornea, keluhan yang muncul biasanya berupa
rasa nyeri yang hebat dan sensitivitas berlebihan pada cahaya, hal ini disebut sebagai
fotofobia. Kadang-kadang keluhan juga akan disertai dengan mata berair. Umumnya
keluhan tidak akan disertai dengan sekret pada mata, kecuali pada kasus ulkus bakteri
yang purulen.1
Tingkat keparahan kasus biasanya ditentukan dengan penyebab mendasar dan
kondisi kornea yang mendasari. Umumnya pada pemeriksaan fisik akan ditemukan
injeksi konjungtiva dan sklera. Pada saat pemberian fluoresein apabila positif, maka lesi
akan terwarnai. Dengan pemberian fluoresein, lesi superfisial maupun yang lebih dalam
pada stroma dapat terlihat. Dapat dengan maupun tanpa hipopion pada bilik mata depan
dan blefarospasme. Riwayat penyakit dan kondisi sistemik seperti diabetes, AIDS,
keganasan dan lain-lain sangat penting dalam penentuan diagnosis. Riwayat trauma
maupun penggunaan kontak lens biasanya akan memperlihatkan benda asing, erosi atau
infiltrat di kornea. Juga dapat ditanyakan riwayat penyakit kornea berulang, hal ini
berkaitan dengan keratitis herpes simpleks. Penggunaan obat tetes mata secara terus
menerus yang mengandung kortikosteroid juga dapat ditanyakan, hal ini sebagai faktor
yang memperberat pada infeksi bakteri maupun jamur. Selain itu pada pemeriksaan fisik,
juga perlu diperhatikan apakah ada kelainan struktur atau malposisi dari kelopak mata.1
Penegakan diagnosa keratitis dapat dilakukan dengan bantuan pemeriksaan
penunjang berupa kultur jaringan atau cairan mata, biopsi, laboratorium darah. Selain itu
juga dapat dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan bantuan pewarnaan gram dan
giemsa untuk menentukan organisme penyebab khususnya bakteri. Untuk etiologi karena
virus, Acanthamoeba,dan jamur dapat dilakukan pemeriksaan Polymerase Chain
Reaction(PCR).
2.2.5 Klasifikasi Keratitis
Keratitis berdasarkan etiologinya dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Infeksi
a. Keratitis bakteri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 19
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

b. Keratitis jamur
c. Keratitis viral
d. Keratitis Acanthamoeba
2. Non-infeksi
a. Infiltrat dan ulkus marginal
b. Ulkus morgen
c. Keratokonjungtivitis fliktenular
d. Keratitis neurotropik
e. exposure keratitis
a. Keratitis Bakteri
Keratitis bakteri dapat mengancam penglihatan. Gambaran khas keratitis bakteri
adalah perkembangannya yang cepat, destruksi kornea dapat terjadi dalam 24-48 jam
pada berberapa virulen tertentu. Berbagai bakteri dapat menyebabkan keratitis jenisnya
berbeda antara negara maju dan negara berkembang. Di negara maju, golongan
Staphylococcus merupakan penyebab utama keratitis bakteri, dengan penyebab terbanyak
adalah Staphylococcus epidermidis atau Staphylococcus koagulase negatif. Di negara
berkembang, Pseudomonas sp. menjadi penyebab terbanyak, khususnya berkaitan dengan
trauma dan penggunaan lensa kontak.1
Klasifikasi bakteri penyebab keratitis terbagi atas:1
 Gram negatif aerob/batang fakultatif anaerob antara lain Pseudomonas, Escherichia,
Klebsiella, Serratia, Proteus, Actinobacillus, Haemophillus
 Batang gram negatif anaerob : Bacteroides, Fusobacterium
 Coccus gram negatif dan coccobacilli (aerob) : Neisseria, Moraxella, Acinetobacter
 Coccus gram positif aerob dan atau fakultatif anaerob : Micrococcus, Staphylcoccus,
Streptococcus, Pediococcus, Aerococcus
 Coccus gram positif anaerob : Peptostreptococcus
 Batang gram positif : Bacillus, Clostridium
 Actinomyces dan organisme yang terkait : Corynebacterium, Propionibacterium,
Actinomyces, Arachnia, Bifidobacterium, Mycobacterium, Nocardia, Streptomyces

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 20


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

Sebagian besar organisme yang dibiakkan dari infeksi kornea berasal dari spesies
flora normal di kelopak mata, kulit periokular, sakus konjungtiva atau saluran hidung.
Permukaan bola mata selalu terpajan pada sejumlah bakteri, tetapi hanya sedikit yang
dapat mengakibatkan infeksi kornea karena berbagai mekanisme pertahanan alami
tubuh melindungi permukaan mata dari agen infeksi. Palpebra berfungsi sebagai
barrier atau pelindung fisik untuk melindungi masuknya bakteri ke dalam bola mata.
Lapisan musin air mata juga bersifat sebagai sawar protektif mekanik. Tirai air mata
memiliki peran bakterisidal atau bakteriostatik karena kandungan immunoglobulin,
komplemen, dan berbagai enzim seperti lisozim, laktoferin, betalisin, dan
seruloplasmin, yang dapat melawan bakteri. Flora normal yang berada di permukaan
bola mata berada dalam kondisi seimbang untuk membantu mencegah pertumbuhan
organisme eksogen.1
Patogenesis keratitis bakteri dimulai dengan menempelnya bakteri. Sejumlah
bakteri tertentu seperti Neisseria gonorrhoeae, Corynebacteria diphteriae, Shigella
dan Listeria akan melakukan penetrasi langsung melalui epitel kornea yang intak,
tetapi sebagian besar bakteri tidak memiliki kemampuan ini. Setelah menempel pada
permukaan epitel kornea, bakteri selanjutnya menginvasi stroma yang difasilitasi oleh
proteinase yang mampu menghancurkan membran basal serta matriks ekstraselular.
Enzim matrix metalloproteinase yang disekresikan dalam bentuk inaktif oleh
keratosit stroma akan teraktivasi pada infeksi bakteri.1
Invasi bakteri juga difasilitasi oleh sejumlah eksotoksin seperti fosfolipase (pada
Pseudomonas aeruginosa), hemolisin, dan eksotoksin A. Pada saat bakteri
menginvasi jaringan yang lebih dalam, terjadi penghentian respons imun host.
Berberapa bakteri dengan kapsul polisakarida juga mempunyai komponen
imunosupresif yang dapat mengganggu fagositosis. Protease dan elastase bakteri
dapat menyebabkan kerusakan kornea yang berat. Protease berperan dalam
patogenesis keratitis dengan menghancurkan membran basal, laminin, proteoglikan,
matriks ekstraselular, dan kolagen. Eksotoksin dan endotoksin bakteri sanggup
bertahan di kornea untuk waktu yang cukup lama sehingga tetap menyebabkan
kerusakan setelah kematian bakteri.1
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 21
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

b. Keratitis Jamur
Jamur dapat ditemukan dimana pun dan kadang menjadi flora normal eksternal
bola mata. Tetapi, infeksi jamur umumnya terjadi akibat trauma yang berhubungan
dengan material yang bersifat organik seperti kayu, tumbuhan, padi, dan lainnya. Jamur
masuk melalui defek epitel yang diakibatkan oleh trauma atau riwayat pembedahan
sebelumnya. Jamur berkembang biak dan berpenetrasi dengan cepat ke stroma bahkan
sampai endotel, yang akan terlihat sebagai plak endotel. Jamur di jaringan stroma
menyebabkan reaksi inflamasi dan nekrosis. Jika jamur sudah menembus bilik mata
depan hingga iris atau lensa, eradikasi jamur menjadi lebih sulit dilakukan. Jamur juga
mengeluarkan enzim protease seperti pada bakteri.1
Insidens keratitis jamur tinggi di daerah tropis, dengan insidens lebih tinggi terjadi
pada penderita yang bekerja di pertanian, pengguna lensa kontak, serta pada penggunaan
kortikosteroid topikal yang lama. Ulkus jamur bersifat indolen, memiliki infiltrat dan
ulkus keabuan dengan batas iregular, sering disertai hipopion, reaksi inflamasi yang
hebat, dan kadang terdapat lesi satelit. Seringkali terdapat plak endotel yang disertai
dengan reaksi bilik mata depan yang hebat, dan abses kornea yang dapat berlanjut hingga
terjadi perforasi.1
Terdapat 2 jenis keratitis jamur yaitu keratitis yang disebabkan jamur filamentosa
dan ragi/yeast. Golongan jamur filamentosa antara lain adalah Fusarium sp., Aspergillus
sp., sedangkan golongan ragi antara lain adalah Candida sp.. Jamur filamentosa
umumnya ditemukan pada pasien dengan riwayat trauma yang berkaitan dengan
tumbuhan atau pengguna lensa kontak, sedangkan jenis ragi umumnya terjadi pada pasien
dengan riwayat penyakit kornea sebelumnya, pembedahan kornea, atau penggunaan obat
imunosupresif jangka panjang seperti kortikosteroid.1

c. Keratitis Virus
Keratitis Herpes Simplex
Infeksi Herpes Simplex Virus (HSV) di mata berdasarkan awitannya dibagi
menjasi infeksi primer dan rekuren. Infeksi primer umumnya bermula atau disebabkan

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 22


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

oleh herpes labialis (HSV tipe I). umumnya terjadi pada kelompok usia anak atau remaja.
Manifestasi klinis berupa blefarokonjungtivitis dengan gambaran vesikel pada kulit
kelopak, disertai konjungtivitis yang jarang sekali disertai keratitis. Virus kemudian
hidup laten di ganglion siliaris.1
Keratitis rekuren diakibatkan oleh teraktivasinya virus yang laten di ganglion
siliaris, yang kembali masuk ke akson di saraf akhir perifer di kornea akibat faktor atau
kondisi tertentu seperti rangsangan sinar matahari, trauma, pembedahan, suhu tubuh yang
abnormal, menstruasi, infeksi atau stress emosional. Berdasarkan letak lesi, keratitis
rekuren terbagi atas tipe epitelial dan stromal.1
Keratitis epitelial rekuren umumnya bermanifestasi secara klinis sebagai ulkus
dendritik atau geografik. Gambaran ulkus dendritik adalah lesi linear bercabang dengan
bulbus terminal, dan batas epitel yang membengkak serta mengandung virus hidup. Lesi
ini dapat meluas hingga ke lapisan membran basal. Ulkus dendritik yang meluas disebut
ulkus geografik. Ulkus dendritik atau geografik dapat sembuh sempurna tanpa jaringan
parut, tetapi umumnya lebih sering terjadi jaringan parut yang menurunkan tajam
penglihatan, bergantung pada letak lesi terhadap aksis visual.1
Keratitis stromal rekuren dapat disebabkan oleh infeksi ataupun proses imunologi.
Keratitis yang bersifat nekrotikans umumnya terjadi akibat infeksi virus di stroma,
sedangkan keratitis stromal yang bersifat imunologik merupakan hasil dari reaksi
antibodi terhadap antigen virus, yang dimediasi komplemen. Gambaran klinis HSV
stromal umumnya terlihat sebagai edena stroma tanpa adanya infiltrat. Hal ini juga terjadi
oleh karena adanya sel-sel inflamasi di endotel (endotelitis). Pathogenesis yang pasti
masih belum diketahui, namun diduga reaksi pada lapisan endotel merupakan reaksi
imunologik berdasarkan adanya keratik presipitat dan iritis.1
Pemeriksaan serologis menunjukkan bahwa sebagian besar orang dewasa pernah
terpajan pada virus ini. Sebagian besar infeksi HSV di kornea disebabkan oleh HSV tipe
1 (herpes labialis), tetapi berberapa kasus pada anak dan dewasa memperlihatkan
penyebab HSV tipe 2 (herpes genitalis). Kerokan lesi epitel keratitis HSV akan
memperlihatkan multinucleated giant cells. Pada sebagian besar kasus, diagnosis
ditegakan berdasarkan gambaran klinis ulkus dendritik atau geografik, yang disertai
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 23
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

penurunan atau hilangnya sensasi kornea. PCR digunakkan untuk mengidentifikasi HSV
secara akurat.1
Keratitis Varicella-Zoster
Infeksi VZV (Varicella-Zoster Virus) terjadi dalam dua bentuk, yaitu bentuk
varicella atau primer dan bentuk herpes zoster atau rekuren. Manifestasi yang dapat
terjadi pada mata akibat virus varicella lebih jarang terjadi dibanding herpes zoster yaitu
herpes zoster oftalmika (HZO). Pada varicella, lesi mata dapat ditemukan berupa bintik
dipalpebra dan margo palpebra. Pada HZO, akan terlihat lesi kulit dermatomal (makula,
papaul, vesikel, pustule dan krusta) diarea sebaran nervus trigeminal. Tanda Hutchinson
terlihat sebagai lesi kulit di ujung samping atau pangkal hidung. Keterlibatan kornea
terjadi jika erupsi kulit berasal dari cabang nasosiliaris dan biasanya berupa keratouveitis.
Lesi dapat berupa defek epitel, penurunan sensitivitas kornea atau inflamasi okular
dilapisan kornea manapun.1
Keratitis VSV biasanya diawali dengan lesi epitel, kemudian ke stroma dan uvea
anterior hingga terjadi kerusakan pada stroma akibat edema dan infiltrate selular ringan.
Pada VZV yang parah dapat terjadi sklerokeratitis.1
Pengobatan pada HZO dapat diberikan secara intravena dan oral, khususnya pada
pasien dengan immunocompromised. Dosis asiklovir yang diberikan secara oral adalah 5
x 800 mg untuk sehari dan diberikan selama 10-14 hari, valasiklovir 3 x 1 gr per hari
untuk 7-10 hari atau famsiklovir 3 x 500 mg untuk 7-10 hari. Terapi dimulai dalam 72
jam setelah keluar bitnik dikulit.1
d. Keratitis Acanthamoeba
Protozoa yang hidup bebas dan tumbuh dengan subur dalam air yang mengandung
bakteri dan materi organik yang dapat menyebabkan keratitis adalah Achantamoeba.
Infeksi kornea yang terjadi berkaitan dengan pemakaian lensa kontak, termasuk lensa
hydrogel silikon atau penggunaan lensa kontak tigid yang dibiarkan bermalam atau juga
bisa disebabkan oleh paparan air atau tanah yang terkontaminasi.1
Pasien akan mengeluhkan nyeri yang hebat sampai ke kepala, mata merah dan
fotofobia. Gambaran klinisnya berupa ulkus kornea indolen, infiltrat perineural dan
stromal ring infiltrat pada kasus yang lebih parah.1
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 24
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

e. Keratokonjungtivitis Flikten

Flikten adalah akumulasi limfosit, monosit, makrofag dan neutrophil yang


terlokalisasi dikonjungtiva, limbus atau kornea. Kondisi ini pertama kali muncul di
limbus, tetapi jika berulang maka akan melibatkan konjungtiva bulbi dan korena. Flikten
kornea umumnya unilateral dan kaya akan vaskularisasi. Keratokonjuntivitis fliktenular
merupakan respons hipersensitivitas lambat terhadap antigen Staphylococcus aureus,
penyakit tuberculosis dan helmintiasis. Flikten yang tidak diterapi akan sembuh spontan
10-14 hari. Kortikosteroid topikal dapat mengurangi inflamasi dan durasi penyakit serta
mengurangi pembentukan vaskularisasi dan jaringan parut di kornea.1

f. Keratitis Neurotropik

Gangguan atau kerusakan pada nervus trigeminus di perfier akibat trauma,


pembedahan, tumor, inflamasi atau penyebab lainnya dapat menyebabkan anestesi kornea
disertai hilangnya refleks berkedip. Pada keratitis neurotropik tahap awal terdapat edema
epitel difus yang kemudian akan mengalami kematian sehingga terbentuk ulkus. Oleh
karena hilangnya sensai kornea, keratitis neurotropik menyebabkan rasa tidak nyaman
minimal, sehingga menyebabkan peningkatan risiko infeksi.1

Tatalaksana paling efektif adalah menjaga mata tetap tertutup dengan eyelid taping
atau dengan melakukan tarsorafi atau menginduksi ptosis dengan memberikan injeksi.
Jika terjadi infeksi korena sekunder maka harus di berikan terapi antibiotoik yang sesuai.1

g. Exposure Keratitis

Exposure keratitis dapat terjadi apabila kornea tidak terjaga kelembabannya dengan
baik dan tidak tertutup sempurna oleh palpebra. Hal ini biasanya terjadi pada
eksoftalmus, ektoprion floppy lid syndrome, hilangnya bagian palpebra akibat trauma,
ketidakmampuan menutup mata seperti pada Bell’s palsy. Bagian kornea yang tidak
tertutup kelopak akan kering selama tidur sehingga ulkus umumnya terbentuk pada
sepertiga inferior kornea. Exposure keratitis umunya bersifat steril kecuali jika terjadi

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 25


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

infeksi sekunder. Tatalaksana ditujukkan untuk melindungi dan melembabkan seluruh


permukaan kornea serta mencegah terjadinya infeksi.1

h. Keratitis Pungtata
Keratitis pungtata adalah keratitis yang terkumpul pada daerah membran bowman
dengan infiltrat membentuk bercak-bercak halus. Hal penyebab tidak spesifik, dapat
disebabkan oleh moluskum kontagiosum, akne rosasea, herpes simpleks, herpes zoster,
blefaritis neuroparalitik, infeksi virus, vaksinia, trakoma, trauma radiasi, dry eyes,
trauma, lagoftalmus, keracunan obat seperti neomisin, tobramisin, dan bahan pengawet
lainnya.
a. Keratitis pungtata superfisial
Radang pada kornea berupa multiple, keil, dipermukaan kornea akibat infeksi
bakteri, defisiensi vitamin B2, infeksi virus herpes, trauma kimia dan sinar UV.
Keluhan yang muncul akan berupa sakit, mata merah, silau, rasa kelilipan. Tata
laksana dapat diberikan air mata buatan, tobramisin tetes mata, dan sikloplegik.
Pengobatan tergantung penyebabnya.
b. Keratitis pungtata superfisial Thygeson
Merupakan bentuk yang jarang terjadi. Bentuk kelainan bulat atau lonjong, warna
putih abu-abu merupakan kelompok butir-butir terletak menonjol ditengah
kornea. Penyebabnya tidak diketahui dan diduga disebabkan oleh virus. Gejala
terletak superfisial dan dapat nampak dengan fluoresen. Keluhan ringan berupa
fotofobia dan gangguan penglihatan. Pengobatan berupa air mata buatan,
kortikosteroid. Dapat kambuh dalam waktu yang lama.
c. Keratitis pungtata subepitel
Keratitis tekumpul didaerah membran bowman. Pada keratitis biasanya bilateral
dan berjalan kronis tanpa terlihat gejala kelainan konjungtiva ataupun tanda akut
yang biasanya terjadi pada dewasa muda.

2.2.6 Tatalaksana

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 26


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

Tatalaksana dilakukan untuk eradikasi penyebab infeksi secara agresif dengan obat
tetes maupun oral. Beratnya kerusakan oleh infeksi bakteri dan reaksi inflamasi, biasanya
pasien keratitis harus segera dirujuk ke dokter spesialis mata. Pemberian terapi antibiotik
biasanya disesuaikan dengan kuman penyebab, sehingga dibutuhkan pemeriksaan lebih
lanjut dengan fasilitas yang lebih lengkap. Tetes mata sikloplegik dapat digunakan untuk
mengurangi fotofobia.1
2.2.7 Komplikasi
Komplikasi tersering pada keratitis adalah tumbuhnya jaringan parut. Dengan
adanya tumbuhnya jaringan parut, hal tersebut dapat menyebabkan penurunan tajam
penglihatan ringan sampai berat. Hal ini juga bergantung pada letak lesi terhadap aksis
visual. Keratitis infeksi yang tidak ditangani secara baik dapat meluas mencapai seluruh
bagian kornea. Hal tersebut dapat mengakibatkan perforasi kornea sehingga dapat
meningkatkan risiko masuknya infeksi pada bagian dalam bola mata. Dengan itu dapat
mengakibatkan hilangnya fungsi penglihatan serta integritas bola mata karena terjadi
endoftalmitis atau panoftalmitis.1

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 27


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

RINGKASAN DAN PEMBAHASAN KASUS

I. Ringkasan
Telah diperiksa pasien bernama Tn. MR berusia 28 tahun dengan keluhan mata kanan terasa
mengganjal.
Dari anamnesis didapatkan:
 Keluhan utama: Mata kanan terasa mengganjal sejak 1 minggu SMRS.
 Keluhan tambahan: Mata kanan merah, berair, mengeluarkan sekret, kelopak terasa
bengkak, nyeri dan kadang pandangan kabur. Mata kanan cenderung menutup untuk
meredakan keluhan.
Riwayat kebiasaan: Pasien setiap hari bekerja sebagai pekerja proyek bangunan dan tidak
pernah menggunakan alat pelindung mata. Setiap harinya pasien naik motor jika hendak
berpergian. Pasien merupakan perokok aktif sejak SMA hingga sekarang, sehari dapat
menghabiskan 1 bungkus
Dari pemeriksaan fisik:
Tanda-tanda vital: dalam batas normal
Dari pemeriksaan subjektif:
o VOD: 0,8 F2
o VOS: 0,8 F1
4. Dari pemeriksaan objektif:
o OD
 Pemeriksaan objektif: injeksi siliar pada konjungtiva bulbi, kornea tampak
sedikit keruh
o OS
 Dalam batas normal

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 28


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

OD OS
VOD: 0,8 F2 VOS: 0,8 F1
Pemeriksaan objektif : injeksi siliar pada Pemeriksaan objektif: dalam batas normal
konjungtiva bulbi, kornea tampak sedikit
keruh

II. Pembahasan
A. Diagnosa Kerja
Diagnosa kerja keratitis pungtata superfisialis ec. Corpus alienum dapat ditegakkan sebagai
berikut:

Rekam Medis/Status Pasien Teori Keratitis Pungtata Superfisial


Anamnesis: Tanda dan gejala:
Mata mengganjal Mata merah √
Mata merah Hiperlakrimasi √
Maat berair Nyeri √
Mata nyeri Sensasi benda asing √
Pandangan kabur Fotofobia √
Fotofobia Blefarospame √
Mata cenderung menutup-berkedip

Riwayat: Faktor risiko seperti riwayat trauma √,


Keluhan seperti ini (-) penyakit kornea sebelumnya, pembedahan
Trauma debu pasir dilingkungan kerja (+) kornea, lensa kontak, penggunaan obat
Operasi mata (-) kortikostreoid dan seringnya terpapar UV √
Lensa kontak (-)
Penggunaan obat-obatan tertentu (-)
Sering terpapar matahari (+)

 Sesuai dengan teori

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 29


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan Fisik:


VOD: 0,8 F2 Penurunan Visus √
Hiperemis √
Injeksi siliar (+),
Injeksi konjungtiva dan sklera √
Edema stroma X
Lipatan membrane descement X
Uveitits anterior X
Hipopion X

 Sesuai dengan teori


Pemeriksaan Fisik Tambahan: Pemeriksaan Fisik Tambahan:
Infiltrat pada kornea. Keratitis Pungtata Superfisial
 Etiologi: infeksi bakteri, virus, sinar
UV, dry eye
 Kekeruhan atau infiltrat berada di
permukaan lensa, multipel dan kecil-
kecil
 Tes flouresennya (+)

B. Tatalaksana
Tatalaksana utama untuk pasien dengan keratitis terutama keratitis pungtata superfisial ec.
susp. infeksi bakteri dapat dibagi menjadi 3 yaitu terapi farmakologi, non-farmakologi dan
edukasi. Untuk terapi farmakologi, dapat diberikan terapi Chloramfenicol Eye drop,
Tobramicin 0.3% eye drop, levofloksasin 0,5% eye drop, Carboxylmethyll cellulose sodium
0,5% eye drop sebagai pelumas mata dan analgesik sistemik berupa asam mefenamat. Verbant
dapat di lakukan sebagai terapi non-farmakologi. Dan untuk edukasinya, perlu dijelaskan
mengenai penyakit yang diderita pasien yaitu keratitis dari penyebab, tanda dan gejala,
penangan serta komplikasi yang mnungkin akan terjadi, petunjuk penggunaan obat dan cara
mencegah penularannya.

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 30


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

KESIMPULAN

Keratitis merupakan suatu inflamasi yang terjadi pada kornea. Hal ini disebabkan oleh
infeksi oleh mikroorganisme maupun akibat non-infeksi karena proses autoimun. Jika kornea
mengalami luka akibat trauma, infeksi atau inflamasi akan terjadi gangguan pada integritas
jaringan kornea sehingga terjadi kekeruhan yang bersifat permanen pada umumnya. Bahkan
dapat menyebabkan kerusakan bola mata pada kasus-kasus yang berat.
Gejala yang biasa dikeluhkan pasien dengan diagnosa keratitis berupa hiperlakrimasi, foto
fobia, penglihatan kabur, mata merah, nyeri, blefarospasme dan injeksi pada konjungtiva dan
sklera. Penglihatan kabur atau buram yang dikeluhkan pasien biasanya adalah buram berkabut.
Tatalaksana keratitis dilakukan untuk mengeradikasi bakteri penyebabnya secara agresif.
Pemberian obat antibiotika empiris dan berspektrum luas dapat menjadi pilihan tetes mata atau
oral untuk pasien dengan keratitis. Pemberian tetes mata siklopegik juga merupakan pengobatan
tambahan untuk mencegah komplikasi dan mengurangi fotofobia yang dirasakan pasien.

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 31


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

DAFTAR PUSTAKA
1. Sitorus RS R, Sitompul R, Widyawati S, Bani A. Buku ajar oftalmologi. Pertama. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2017.

2. Moore LK, Dalley FA. Clinically Oriented Anatomy. 7th ed. Philadelpia; 2014.

3. Riordan-Eva P, Cunningham E. Vaughan & Asbury’s general opthalmology. 18th ed. United
States: Mc Graw Hill Education Lange; 2011.

4. Bwoling B. Kanski’s clinical ophthalmology a systemic approach. 8th ed. Philadelpia:


Elsevier; 2016.

5. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2013;

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 32


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 20 Mei – 30 Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai