Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

“HARGA DIRI RENDAH”

Disusun Oleh:

Mega Selviana

NIM: P07220217019

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


A. Pengertian
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti,
rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri (keliat, 2011). Harga diri rendah situasional merupakan
perkembangan persepsi negatif tentang harga diri sebagai respons seseorang
terhadap situasi yang sedang dialami. (Wilkinson, 2012).
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya
diri dan harga diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan(Herman, 2011).
Gangguan harga diri dapat dijabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap
diri sendiri, yang menjadikan hilangnya rasa percaya diri seseorang karena
merasa tidak mampu dalam mencapai keinginan. (Fitria, 2009).
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu
dimana individu mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya
sendiri dan kemampuan yang dimiliki, yang menjadikan hilangnya rasa
kepercayaan diri akibat evaluasi negatif yang berlangsung dalam waktu yang
lama karena merasa gagal dalam mencapai keinginan.
B. Etiologi
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat
terjadi secara :

1. Situasional

Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,


dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena
sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :

a. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik


yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan
(pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang
tidak tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai,
misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan,
berbagai tindakan tanpa persetujuan.
2. Kronik

Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian
sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat
ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan
jiwa. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab HDR adalah
kegagalan tumbuh kembang, misalnya sering disalahkan, kurang dihargai,
tidak diberi kesempatan dan tidak diterima dalam kelompok (Yosep, 2007).

C. Tanda dan gejala


1. Mengejek dan mengkritik diri.
2. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri.
3. Mengalami gejala fisik, misal : tekanan darah tinggi, gangguan
pengunaan zat.
4. Menunda keputusan.
5. Sulit bergaul.
6. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.
7. Menarik diri dari realitas, cemas, panik,cemburu, curiga, halusinasi.
8. Merusak diri : harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri
hidup.
9. Merusak atau melukai orang lain.
10. Perasaan tidak mampu.
11. Pandangan hidup yang pesimitis.
12. Tidak menerima pujian.
13. Penurunan produktivitas.
14. Penolakan terhadap kemampuan diri.
15. Kurang memperhatikan perawatan diri.
16. Berpakaian tidak rapi.
17. Berkurang selera makan.
18. Tidak berani menatap lawan bicara.
19. Lebih banyak menunduk.
20. Bicara lambat dengan nada suara lemah.
D. Patofisiologi
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan
kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart&Sunden, 1995).
Konsep diri terdiri atas komponen : citra diri, ideal diri, harga diri, penampilan
peran dan identitas personal. Respons individu terhadap konsep dirinya
berfluktuasi sepanjang rentang konsep diri yaitu dari adaptif sampai maladatif.
Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri
adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999). Sedangkan
harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan
tidak bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu sering gagal
maka cenderung harga diri rendah. Harga diri rendah jika kehilangan kasih
sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan
orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima penghargaan dari
orang lain.
Harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas,
destruktif yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah
tersinggung dan menarik diri secara sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan
ideal diri yang tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin
ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti :
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menaksirkan
kejadian yang mengancam.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jenis
transisi peran, yaitu :
a) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan
norma-norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri.
b) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c) Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan
sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh
kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan
dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan
keperawatan.

Sedangkan menurut hasil riset Malhi (2008, dalam Yosep, 2009),


menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita
seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai
tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya
hal ini menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Dalam
tinjauan Life Span Teori (Yosep, 2009), penyebab terjadinya harga diri rendah
adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal
sering gagal sekolah, pekerjaan dan pergaulan. Harga diri rendah muncul saat
lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya. 

E. Pathway
Resiko tinggi perilaku kekerasan

Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

Isolasi social : Menarik diri

Harga Diri Rendah

Koping individu tidak efektif


(gambar : pohon masalah)

F. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
1. Obat anti psikosis: Penotizin
2. Obat anti depresi: Amitripilin
3. Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam
4. Obat anti insomnia: Phneobarbital
2. Terapi modalitas
1. Terapi keluarga

Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi


masalah klien dengan memberikan perhatian

a. BHSP
b. Jangan memancing emosi klien
c. Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
d. Berikan kesempatan klien mengemukaan pendapat
e. Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan
masalah yang dialaminya
2. Terapi kelompok

Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau


aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan
keadaan klien karena masalah sebagian orang merupakan persaan dan
tingkah laku pada orang lain.

3. Terapi music

Dengan musik klien terhibur,rileks dan bermain untuk mengebalikan


kesadaran klien.

G. Komplikasi
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial:menarik
diri, isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak
fleksibel pada tingkah laku yang maladaptif, mengganggu fungsi seseorang
dalam hubungan sosial (DepKes RI, 1998, dalam Wijayaningsih, 2015:52).
Isolasi sosial menarik diri sering ditunjukan dengan perilaku antara lain:
Data Subjektif
a. Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan ataupun
pembicaraan.
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang
lain.
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain.
Data Objektif:
a. Kurang spontan dalam diajak bicara.
b. Apatis.
c. Ekspresi wajah kosong.
d. Menurun/tidak adanya komunikasi verbal.
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat bicara.

ASUHAN KEPERAWATAN
H. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan (Direja, 2011). Data-data tersebut dikelompokan menjadi

faktor predisposisi, presipitasi, penilaian, terhadap stresor, sumber koping,

dan kemampuan koping yang dimlilki klien. Data-data yang diperoleh

selama pengkajian juga dapat dikelompokan menjadi data subjektif dan

data objektif. Data subjektif merupakan data yang disampaikan secara

lisan oleh klien maupun keluarga klien melalui proses wawancara.

Sedangkan data objektif adalah data yang ditemukan secara nyata pada

klien melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat (Keliat,

Panjaitan & Helena, 2006).

Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :

a. Keluhan utama atau alasan masuk


Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau
dirawat di rumah sakit, apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa
yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini.
b. Faktor presdisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronik adalah
penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, ideal diri yang tidak realistis (Fitria, 2009).
c. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah
hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau
bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas
(Fitria, 2009).
d. Konsep diri

1) Gambaran diri : Persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh


yang disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak
disukai dan bagian yang disukai.
2) Ideal diri : Persepsi individu tentang bagaimana dia
seharusnya berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan,
atau nilai personal tertentu.
3) Harga diri : Penilai individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisis sebagai seberapa perilaku
dirinya dengan ideal diri.
4) Identitas : Prinsip pengorganisasian kepribadian yang
bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan,
konsentrasi, dan keunikan individu.
5) Peran : Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh
lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di
berbagai kelompok sosial.

I. Diagnosa Keperawatan (sdki)


a. Harga diri rendah kronis
Kode : D.0086
Kategori : psiologis
Subkategori : integritas ego
Definisi :
Harga diri rendah adalah evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak
berdaya yang berlangsung dalam waktu lama dan terus menerus.
Penyebab :
1. Terpapar situasi traumatis
2. Kegagalan berulang
3. Kurangnya pengakuan dari orang lain
4. Ketidakefektifan mengatasi masalah kehilangan
5. Gangguan psikiatri
6. Penguatan negatif berulang
7. Ketidaksesuaian budaya
Gejala dan Tanda :
(Mayor)
DS :
 Menilai diri negatif (mis. tidak berguna, tidak tertolong)
 Merasa malu dan bersalah
 Merasa tidak mampu melakukan apapun
 Meremehkan kemampuan mengatasi masalah
 Merasa tidak memilki kelebihan atau kemampuan positif
 Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
 Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
DO :
 Engan mencoba hal baru
 Berjalan menunduk
 Postur tubuh menunduk

(Minor)
DS :
 Merasa sulit konsentrasi
 Sulit tidur
 Mengungkapkan keputusasaan
DO :
 Kontak mata kurang
 Lesu dan tidak bergairah
 Berbicara pelan dan lirih
 Pasif
 Perilaku tidak asertif
 Mencari penguatan secara berlebih
 Bergantung pada pendapat orang lain
 Sulit membuat keputusan
b. Isolasi sosial
Kode : D.0121
Kategori : Relasional
Subkategori : interaksi social
Definisi :
Ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat, hangat, terbuka,
dan interdependen dengan orang lain.
Penyebab :
1. keterlambatan perkembangan
2. ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan
3. ketidaksesuaian minat dengan tahap perkembangan
4. ketidaksesuaian nilai-nilai dengan norma
5. perubahan penampilan social dan norma
6. perubahan penampilan fisik
7. perubahan status mental
8. ketidakadekuatan sumber daya personal (mis. disfungsi berduka,
pengendalian diri buruk).
Gejala dan tanda
(Mayor)
DS :
 merasa ingin sendirian
 merasa tidak aman ditempat umum
DO :
 menarik diri
 tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau
lingkungan
(Minor)
DS :
 merasa berbeda dengan orang lain
 merasa asyik dengan pikiran sendiri
 merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
DO :
 afek datar
 afek sedih
 riwayat ditolak
 menunjukkan permusuhan
 tidak mampu memenuhi harapan orang lain
 kondisi difabel
 tindakan tidak berarti
 tidak ada kontak mata
 perkembangan terlambat
 tidak bergairah
c. Defisit perawatan diri
kode : D.0109
kategori : perilaku
subkategori : kebersihan diri
Definisi :
Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
Penyebab :
1. gangguan musculoskeletal
2. gangguan neuromuskuler
3. kelemahan
4. gangguan psikologis dan atau psikotik
5. penurunan motivasi/minat
Gejala dan tanda
(Mayor)
DS :
 menolak melakukan perawatan diri
DO :
 tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ketoilet/berhias
secara mendiri
 minat melakukan perawatan diri kurang

d. Gangguan citra tubuh


kode : D.0083
kategori : psikologis
subkategori : integritas ego
Definisi :
Perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi fisik individu.
Penyebab :
1. perubahan struktur/bentuk tubuh (mis. amputasi, trauma, luka bakar,
obesitas, jerawat)
2. perubahan fungsi tubuh (mis. proses penyakit, kehamilan,
kelumpuhan)
3. perubahan fungsi kognitif
4. ketidaksesuaian budaya, keyakinan, atau sistem nilai
5. transisi perkembangan
6. gangguan psikososial
7. efek tindakan/pengobatan (mis. pembedahan, kemoterapi, terapi
radiasi).
Gejala dan tanda
(Mayor)
DS :
 mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
DO :
 kehilangan bagian tubuh
 fungsi/struktur tubuh berubah/hilang
(Minor)
DS :
 tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
 mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh
 mengungkapkan kekhwatiran pada penolakan/reaksi orang lain
 mengungkapkan perubahan gaya hidup
DO :
 menyembunyikan/menunjukkan bagian tubuh secara berlebihan
 menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian tubuh
 fokus berlebihan pada perubabahan tubuh
 respon nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh
 focus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
 hubungan social berubah
J. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan (NOC) dan Intervensi (NIC)
Keperawatan Kriteria hasil
(sdki)
Harga diri rendah NOC NIC
kronis  Body Image, disiturbed Self Estee Enhancement
Kode : D.0086  Coping, ineffective  Tunjukan rasa
Kategori : psikologis  Personal identity, percaya diri terhadap
Subkategori : disturbed kemampuan pasien
integritas ego  Health behavior, risk untuk mengatasi

 Self esteem situasional, situasi

low  Dorong pasien


Setelah dilakukan tindakan mengidentifikasi
keperawatan selama1 x 24 kekuatan dirinya
Jam, harga diri rendah tidak  Ajarkan keterampilan
terjadi  dengan : perilaku yang positif
Kriteria Hasil : melalui bermain
 Adaptasi terhadap peran, model peran,
ketunadayaan fisik : diskusi
respon adaptif klien  Dukung peningkatan
terhadap tantangan tanggung jawab diri,
fungsional penting jika diperlukan
akibat ketunadayaan  Buat statement positif
fisik terhadap pasien
 Resolusi berduka :  Monitor frekuensi
penyesuaian dengan komunikasi verbal
kehilangan aktual atau pasien yang negative
kehilangan yang akan  Dukung pasien untuk
terjadi menerima tantangan
 Penyesuaian psikososial baru
: perubahan hidup :  Kaji alasan-alasan
respon psikososial untuk mengkritik atau
adaptiv individu menyalahkan diri
terhadap perubahan sendiri
bermakna dalam hidup  Kolaborasi dengan
 Menunjukkan Penilaian sumber-sumber lain
pribadi tentang harga (petugas dinas social,
diri perawat spesialis
 Mengungkapkan klinis, dan layanan
penerimaan diri keagamaan)
 Komunikasi terbuka Counseling

 Mengatakan optimisme  Menggunakan proses


tentang masa depan pertolongan

 Menggunakan strategi interakftif yang

koping efektif berfokus pada


kebutuhan, masalah,
atau perasaan pasien
dan orang terdekat
untuk meningkatkan
atau mendukung
koping pemecahan
masalah
Coping Enhancement
Body Image
enhancement
Isolasi social NOC NIC
Kode : D.0121  Social interaction skills Socialization
Kategori : relasional  Stress level enhacement
Subkategori : interaksi  Sosial support  Fasilitasi dukungan
social  Post-Trauma Syndrome kepada pasien oleh
keluarga, teman dan

Setelah dilakukan tindakan komunitas

keperawatan selama1 x 24  Dukung hubungan

Jam, isolasi social tidak dengan orang lain

terjadi  dengan : yang mempunyai


Kriteria Hasil : minat dan tujuan
 Iklim sosial keluarga : yang sama
lingkungan yang  Dorong melakukan
mendukung yang aktivitas sosial dan
bercirikan hubungan dan komunitas
tujuan anggota keluarga  Berikan uji
 Partisipasi waktu luang : pembatasan
menggunakan aktivitas interpersonal
yang menarik,  Berikan umpan balik
menyenangkan, dan tentang peningkatan
menenangkan untuk dalam perawatan dan
meningkat kesejahteraan penampilan diri atau
 Keseimbangan pada aktivitas lain
perasaan : mampu  Hadapkan pasien
menyesuaikan terhadap pada hambatan
emosi sebagai respon penilaian, jika
terhadap keadaan memungkinkan
tertentu  Dukung pasien untuk
 Keparahan kesepian : mengubah
mengendalikan lingkungan seperti
keparahan respon emosi, pergi jalan-jalan dan
sosial atau eksistensi bioskop
terhadap isolasi.  Fasilitasi pasien yang
 Penyesuaian yang tepat mempunyai
terhadap tekanan emosi penurunan sensory
sebagai respon terhadap seperti penggunaan
keadaan tertentu kacamata dan alat
 Tingkat persepsi positif pendengaran
tentang status kesehatan  Fasilitasi pasien
dan status hidup untuk berpartisipasi
individu dalam diskusi dengan
 Partisipasi dalam group kecil
bermain, penggunaan  Membantu pasien
aktivitas oleh anak usia mengembangkan atau
1-11 tahun untuk meningkatkan
meningkatkan keterampilan sosial
kesenangan, hiburan, interpersonal
dan perkembangan  Kurangi stigma
 Meningkatkan hubungan isolasi dengan
yang efektif dalam menghormati
perilaku pribadi, martabat pasien
Interaksi sosial dengan  Gali kekuatan dan
orang, kelompok, atau kelemahan pasien
organisasi dalam berinteraksi
 Ketersediaan dan sosial
peningkatakan
pemberian aktual
bantuan yang andal dari
orang lain
 Mengungkapkan
penurunan perasaan atau
pengalaman diasingkan

Defisit perawatan NOC NIC :


 Self care : Activity Self Care assistane :
diri
of Daily Living ADLs
Kode : D.0109 (ADLs)  Monitor kemempuan
Kategori : perilaku klien untuk perawatan
Subkategori: Setelah dilakukan tindakan diri yang mandiri.
kebersihan diri keperawatan selama1 x 24  Monitor kebutuhan
Jam, defisit perawatan diri klien untuk alat-alat
tidak terjadi  dengan kriteria bantu untuk
hasil: kebersihan diri,
 Klien terbebas dari berpakaian, berhias,
bau badan. toileting dan makan.
 Menyatakan  Sediakan bantuan
kenyamanan sampai klien mampu
terhadap secara utuh untuk
kemampuan untuk melakukan self-care.
melakukan ADLs.  Dorong klien untuk
 Dapat melakukan melakukan aktivitas
ADLS dengan sehari-hari yang
bantuan normal sesuai
kemampuan yang
dimiliki.
 Dorong untuk
melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya.
 Ajarkan klien/
keluarga untuk
mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien
tidak mampu untuk
melakukannya.
 Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
 Pertimbangkan usia
klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

Gangguan citra NOC NIC


 Body image
tubuh Body image
Kode : D.0083  Self esteem enhancement
Kategori : psikologis Setelah dilakukan tindakan  Kaji secara verbal
Subkategori : keperawatan selama1 x 24 dan non verbal
integritas ego Jam, gangguan citra tubuh respon klien
tidak terjadi  dengan : terhadap
Kriteria Hasil : tubuhnya
 Body image positif  Monitor frekuensi
 Mampu mengkritik
mengidentifikasi dirinya
kekuatan personal  Jelaskan tentang
 Mendiskripsikan pengobatan,
secara faktual perawatan,
perubahan fungsi kemajuan dan
tubuh prognosis
 Mempertahankan penyakit
interaksi sosial  Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya
 Identifikasi arti
pengurangan
melalui
pemakaian alat
bantu
 Fasilitasi kontak
dengan individu
lain dalam
kelompok kecil

K. Daftar Pustaka
Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Fitria Nita. Dkk. 2013. Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial.
Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, B.A. 2006. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CNHM(basic
course). Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN(basic
course). Buku Kedokteran. Jakarta: EGC
Kusumawati, F. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Wilkinson A. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Buku Kedokteran :
EGC
Mulyono, Andri,.2013.
AsuhanKeperawatandenganHArgaDiriRendahdiaksesdarihttp://eprints.ums.ac
.id/25936/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf Pada 12 Juni 2018

Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah


Kariasa I Made, Jakarta: EGC.
Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi
dengan Keluarga. Jakarta : PT. Fajar Interpratama.
Stuart dan Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai