Anda di halaman 1dari 2

D.

Diagnosis Pemeriksaan fisik payudara, pada pemeriksaan fisik payuda harus dikerjakan dengan sangat
teliti dan tidak boleh kasar dan keras. Tidak jarang palpasi yang keras menimbulkan
petechienecchymoses dibawah kulit. Orang sakit dengan lesi ganas tidak boleh berulang ulang diperiksa
oleh dokter atau mahasiswa karena kemungkinan penyebaran. Pertama lakukan dengan cara Inspeksi
(periksa pandang), hal ini harus dilakukan pertama dengan tangan disamping dan sesudah itu dengan
tangan keatas, selagi pasien duduk. Kita akan melihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik dibawah kulit
akjbat pembesaran tumor jinak atau ganas di bawah kulit. Perlu diperhatikan apakah kulit pada suatu
tempat menjadi merah,misalnya olch mastitis karsinoma. Edema kulit harus diperhatikan pada tumor
yang terletak tidak jauh dibawah kulit. Kita akan melihat jelas edema kulit seperti gambaran kulit jeruk
(peaud'orange) pada kanker payudara. Kemudian lakukan Palpasi (periksa raba), ibu harus tidur dan
diperiksa secara sistematis bagian medial lebih dalam dengan jari-jari yang harus ke bagian lateral.
Palpasi ini harus meliputi seluruh payudara, dari parasternal kearah garis aksilla belakang, dan dari
subklavikular kearah paling distal. Setelah palpasi payudara selesai, dimulai dengan palpasi aksilla dan
supraklavikular. Untuk pemerilsan aksilla orang sakit harus duduk, tangan aksilla yang akan diperlukan
dipegang oleh pemeriksa, dan dokter pemeriksa mengadakan palpasi aksilla dengan tangan yang
kontralateral dari tangan si penderita. Misalnya kalau aksilla kiri orang sakit yang akan diperiksa, tangan
kiri dokter mengadakan palpasi. (Rukiyah, 2013)

E. Pentalaksanaan Menurut Rukiyah, (2013) penanganan yang dilak ukan yang sangal penting adalah
dengan mencegah terjadinya payudara bengkuk antara lain: 1. Susukan bayi segera setelah lahir 2.
Susukan bayi tanpa dijadwal 3. Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek. 4.
Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan ISV 5. Laksanakan
perawatan payudara setelah melahirkan 6. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara berikan
kompres dingin dan hangat dengan handuk secara bergantian kiri dan kanan 7. Untuk memudahkan bayi
mengisap atau menangkap puting susu berikan kompres sebelum menyusui 8. Untuk mengurangi
bendungan di vena dan pembuluh getah bening dalam payudara lakukan pengurutan yang di mulai dari
putting ke arah korpus mamae 9. Ibu harus rileks, pijet leher dan punggung belakang F. Perawatan
Payudara 1. Bila ibu menyusui bayinya : a. Susukan sesering mungkin b. Kedua payudara disusukan c.
Kompres hangat payudara sebelum disusukan d. Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan
menyusui e. Sangga payudara f Kompres dimhin pada payudara diantara waktu menyusui R. Bila di
perlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam h. Lakukan evaluasi selama 3 hari untuk
mengevaluasi hasilnya

2. Bila ibu tidak menyusui bayinya: a. Sangga payudara b. Kompres dingin pada payudara untuk
mengurangi pembengkakan dan rasa sakit c. Bila di perlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap
4 jam d. Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara (Saifuddin, 2013) G. Komplikasi
Menurut Mochtar, (2012) komplikasi dari bendungan ASI adalah sebagai berikut : 1. Mastitis Peradangan
pada payudara di sebabkan kuman, terutama bakteri stafylococcus aereus melalui peredaran darah.
Penanganan dari mastitis adalah bila terjadi mastitis pada payudara yang sakit, penyusuan bayi di
hentikan, dan secara lokal dilakukan kompres dan pengurutan ringan dan penyongkong payudara ,bila
panas berikan obat anti panas dan analgetika. 2. Abses Payudara Terjadi sebagai komplikasi mastitis
akibat meluasnya peradangan, sakit ibu tampak lebih parah, payudara lebih merah, mengkilat benjolan
tebal sekeras mastitis, tetapi lebih penuh atau bengkak berisi cairan. Penangan dari abses payudara
biasanya dilakukan insisi radial sejajar dengan jalannya duktus aktiferus. Pasang pipa (drain) agtau
tamponade untuk mengeringkan nanah. Dan dilakukian USG untuk mengidentifikasi adanya cairan yang
terkumpul, kemudian cairan ini dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai
diagnostik sekaligus terapi, bahkan mungkin diperlukan asoirasi jarum secara serial. Pada abses yang
sangat besar terkadang diperlukan tindakan bedah atau operasi.

Anda mungkin juga menyukai