Topik : Imunisasi
Hari/tanggal : Jumat, 10 Juni 2016
Waktu : 60 menit
Tempat : Kantor Desa
Sasaran : Warga Masyarakat
Metode : Ceramah, Diskusi dan Tanya jawab
Media : Leaflet
Materi : Terlampir
Pemateri : Ely Kurniati S.ST, M. Keb
1. Suriani
2. Sumrah
3. Ulan Dani
Tujuan Umum :
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan masyarakat mengetahui tentang
pentingnya imunisasi
Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan masyarakat akan mampu :
1. Mengetahui defenisi imunisasi
Kegiatan Belajar :
No Tahap Kegiatan Waktu
1 Pendahuluan o Memberi salam terapeutik 2 menit
o Menjelaskan tujuan
o Kontrak waktu
imunisasi
Salam terapeutik
Evaluasi
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan :
1. 70 % peserta dapat menjelaskan Pengertian defenisi imunisasi
2. 70 % peserta dapat Menjelaskan manfaat imunisasi
3. 70 % peserta dapat Menjelaskan respon imunisasi
4. 70 % peserta dapat Menjelaskan waktu dan jenis imunisasi
IMUNISASI
Definisi
Kekebalan tubuh dapat dimiliki secara pasif maupun aktif. Keduanya dapat
diperoleh secara alami maupun buatan. Kekebalan pasif yang didapatkan secara alami
adalah kekebalan yang didapatkan transplasenta, yaitu antibodi diberikan ibu kandung
secara pasif melalu plasenta kepada janin yang dikandungnya. Sedangkan, kekebalan pasif
(buatan) adalah pemberian antibodi yang sudah disiapkan dan dimasukkan ke dalam tubuh
anak.
Kekebalan aktif dapat diperoleh pula secara alami maupun buatan. Secara alami,
kekebalan tubuh didapatkan apabila anak terjangkit suatu penyakit, yang berarti masuknya
antigen yang akan merangsang tubuh anak membentuk antibodi sendiri secara aktif dan
menjadi kebal karenanya. Sedangkan, kekebalan aktif (buatan) adalah pemberian vaksin
yang merangsang tubuh manusia secara aktif membentuk antibodi dan kebal secara
Istilah imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama. Imunisasi pasif adalah
suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif. Vaksinasi adalah imunisasi aktif
Adapun keuntungan yang didapat dari vaksinasi, yaitu : pertahanan tubuh yang
terbentuk oleh beberapa vaksin akan dibawa seumur hidup, cost-effective karena murah
dan efektif, dan tidak berbahaya (reaksi serius sangat jarang terjadi, jauh lebih jarang
daripada komplikasi yang timbul apabila terserang penyakit tersebut secara alami).
Selain keuntungan tersebut di atas, imunisasi juga memiliki dampak secara individu,
sosial, dan epidemiologi. Secara singkat, apabila anak telah mendapatkan imunisasi maka
80-95% diantaranya akan terhindar dari penyakit infeksi yang ganas. Kekebalan individu
ini akan mengakibatkan pemutusan rantai penularan penyakit dari anak ke anak lain atau
kepada orang dewasa yang hidup bersamanya. Inilah yang disebut keuntungan sosial
karena dalam hal ini 5-20% dari anak-anak yang tidak diimunisasi juga akan terlindung,
penyakit melalui program imunisasi sangat membantu mencari siapa target vaksinasi,
sehingga akan tepat sasaran dan lebih cepat menurunkan insidens penyakit. Upaya tersebut
Keuntungan lain, seiring angka kesakitan yang menurun, akan menurun pula biaya
pengobatan dan perawatan di rumah sakit. Selain itu, dengan mencegah seorang anak dari
penyakit infeksi yang berbahaya, berarti akan meningkatkan kualitas hidup anak dan
Sistem imun merupakan jaringan kerja kompleks dan interaksi berbagai sel tubuh
yang pada dasarnya bertujuan untuk mengenal dan membedakan antigen, serta
mengeliminasi antigen yang dianggap asing. Secara garis besar respon imun dibedakan
menjadi respon imun non-spesifik dan respon imun spesifik (Gambar 2.1). Respon imun
non-spesifik tidak ditujukan terhadap antigen tertentu sedangkan respon imun spesifik
ditujukan khusus untuk struktur antigen tertentu dan tidak dapat bereaksi terhadap struktur
antigen lain.
Respon imun non-spesifik (non-adaptif, innate immunity) diperankan oleh sel
makrofag, sel dendrit, neutrofil, dan polimorfonuklear lainnya, sel natural killer, sel-sel
jaringan tubuh (epitel, endotel, sel makrofag jaringan, fibroblast, keratinosit, dll); serta
berbagai produk seperti sitokin, interferon, kemokin, CRP, komplemen, dan lain-lain.
Respon imun non-spesifik dapat teraktivasi dalam beberapa menit atau jam setelah infeksi
dan pajanan antigen dan kemudian akan mengaktivasi sistem imun spesifik dalam hitungan
Dikutip dari Abbas, Lichtman, & Pillai : Basic Immunology: Functions and Disorders of
Respon imun terhadap mikroorganisme bermula pada jaringan non-limfoid dengan
pemeran utama makrofag dan sel dendrite. Aktivasi sel dendrit merupakan pencetus awal
yang menginisiasi respon imun primer. Selain mengikat antigen dengan reseptor
permukaan sel, sel dendrit juga secara aktif melakukan pinositosis dan menangkap antigen
soluble. Ikatan antara antigen dengan salah satu atau beberapa reseptor sel dendrit
menginisiasi tiga langkah awal respon imun yaitu pemrosesan antigen (antigen
processing), migrasi sel dendrit ke kelenjar limfe, dan maturasi sel dendrit.
Apabila antigen dapat dieliminasi oleh innate immunity, maka respon imun spesifik
tidak perlu terlibat lebih jauh. Sinyal sistem imun non-spesifik tetap disampaikan kepada
sistem imun spesifik sehingga pada infeksi berikutnya dapat member respon anamnestik
Sel dendrit bersama antigen akan menghasilkan sitokin dan kemokin serta influks sel
inflamasi. Sel dendrit tersebut akan migrasi ke kelenjar limfoid dan berinteraksi dengan sel
limfosit T dan sel limfosit B serta memulai respon imun spesifik. Sel T efektor dan
antibodi akan meninggalkan kelenjar limfoid, sebagian akan berada di sirkulasi dan akan
ke tempat inflamasi.
Jadwal imunisasi terbaru yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia
articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-idai-2014.html3
Rekomendasi imunisasi ini berlaku mulai 1 Januari 2014. Angka dalam kolom umur
tabel mencerminkan umur dalam bulan (atau tahun) mulai 0 hari sampai 29 hari ( atau 11
bulan 29 hari untuk tahun). Adapun hal-hal yang diperbaharui pada jadwal imunisasi 2014
1. Vaksin Hepatitis B. Paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan didahului
pemberian injeksi vitamin K1. Hal tersebut penting untuk mencegah terjadinya perdarahan
akibat defisiensi vitamin K. Bayi lahir dari ibu HbsAg positif, diberikan vaksin hepatitis B
dan HBIg pada ekstremitas yang berbeda, untuk mencegah infeksi perinatal yang beresiko
2. Vaksin Polio. Pada saat bayi lahir atau saat dipulangkan harus diberikan vaksin polio oral
(OPV-0). Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3 dan polio booster dapat diberikan
vaksin polio oral (OPV) atau inaktivasi (IPV), namun sebaiknya paling sedikit mendapat
3. Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum 3 bulan, optimal diberikan pada
umur 2 bulan. Apabila diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji antibodi.
4. Vaksin DTP. Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada umur 6 minggu. Dapat
diberikan vaksin DTwP atau DtaP atau kombinasi dengan vaksin lain. Untuk anak umur
lebih dari 7 tahun DTP yang diberikan harus vaksin Td, di booster setiap 10 tahun.
5. Vaksin Campak. Imunisasi campak menurut Permenkes No.42 tahun 2013, diberikan 3
kali pada umur 9 bulan, 2 tahun, dan pada SD kelas 1 (program BIAS). Untuk anak yang
telah mendapat imunisasi MMR umur 15 bulan, imunisasi campak umur 2 tahun tidak
diperlukan.
6. Vaksin Pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada umur 7-12 bulan, PCV diberikan 3
kali dengan interval 2 bulan; pada umur lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali. Keduanya perlu
dosis booster 1 kali pada umur lebih dari 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis
terakhir. Pada anak umur di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
7. Vaksin Rotavirus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, vaksin rotavirus
pentavalen diberikan 3 kali. Vaksin rotavirus monovalen dosis I diberikan umur 6-14
minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksin
rotavirus monovalen selesai diberikan sebelum umur 16 minggu dan tidak melampaui
umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen: dosis ke-1 diberikan umur 6-14 minggu,
interval dosis ke-2, dosis ke-3 diberikan pada umur kurang dari 32 minggu (interval
minimal 4 minggu).
8. Vaksin Varisela. Vaksin varisela dapat diberikan setelah umur 12 bulan, namun terbaik
pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada umur lebih dari 12 tahun,
tahun. Untuk imunisasi pertama kali (primary immunization) pada anak umur kurang dari 9
tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4 minggu. Untuk anak 6 – <36 bulan, dosis
0,25 mL.