Bab 1. Sejarah Bahasa Indonesia
Bab 1. Sejarah Bahasa Indonesia
BAB I
SEPUTAR BAHASA INDONESIA
Indonesia. Dengan begitu, jauh sebelum tahun 683 M Bahasa Melayu telah
digunakan dalam pemerintahan. Untuk memberi nama pada bahasa yang tidak
mempunyai bukti sejarah tersebut (sebelum bahasa orang India masuk ke
Nusantara), diberi nama bahasa Melayu Purba.
Seperti diketahui kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan nasional pertama
yang memliki wilayah yang luas. Pada abad ke-12, wilayah kekuasaan Sriwijaya
meliputi Sumatera, Sri Lanka, semenanjung Melayu, Jawa Barat, Sulawesi,
Maluku, Kalimantan, dan Philipina. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim
yang memiliki armada perkapalan untuk perdagangan. Untuk mempermudah
hubungan, mereka menggunakan bahasa Melayu.
Untuk membuktikan penggunaan bahasa Melayu sebagai alat komunikasi
di wilayah pulau Jawa, ada dua prasasti yang menggunakan bahasa Melayu Kuno.
Pertama di daerah Kedu, Jawa Tengah, yang terkenal dengan prasasti Gondasuli
tahun 832 dan . Di samping itu adanya penyebaran yang luas terhadap bahasa
Melayu dapat dilihat adanya bermacam-macam dialek di daerah. Misalnya dialek
Melayu Ambon, Larantuka,, Kupang, Jakarta, Manado, dan sebagainya.
Dalam catatan Tiongkok dikabarkan adanya pengembara-pengembara
Tiongha yang bertahun-tahun tinggal di kota-kota Sriwijaya. Mereka mnyebut-
nyebut menggunakan bahasa Kwu'un lun. Musafir I Tsing yang belajar di
Sriwijaya pada abat ke-7 juga mempergunakan bahasa itu. Bahasa Kwu'un lun
yang dimaksud tidak lain adalah bahasa Melayu Kuno.
Tepatnya pada tahun 1356 telah ditemukan prasasti yang bahasanya prosa
diselingi puisi. Kenyataan tersebut membuktikan bahwa bahasa Melayu tidak
hanya digunakan dalam komunikasi dalam kehidupan sehari-hari, tetapi dipakai
dalam bahasa kesusastraan dan kebudayaan.
2. Bahasa Melayu pada Masa Kerajaan Malaka
Pada abad 14 Sriwijaya bukan lagi pusat kekuasaan, perniagaan, dan
kebudayaan, melainkan sudah pindah di tanah semenanjung dengan pusat di
Malaka. Kesultanan Malaka (1402 - 1511) adalah sebuah kesultanan yang
didirikan oleh Parameswara, seorang putera Sriwijaya yang melarikan diri dari
perebutan Palembang oleh Majapahit. Pada 1402, dia mendirikan sebuah ibu kota
4
baru, Melaka yang terletak pada penyempitan Selat Malaka. Pada 1414, dia
berganti menjadi seorang Muslim dan menjadi Sultan Malaka.
Bersamaan dengan itu pula keislaman rajanya diikuti oleh rakyatnya.
Sudah bisa dipastikan Malaka menjadi pintu gerbang sersebarnya agama Islam di
seluruh Asia Tenggara bersama-sama dengan lajunya perdagangan. Dengan
pesatnya perkembangan perdadangan dan tersebarnya agama Islam, berkembang
pula bahasa Melayu sebagai sarana komunikasi di antara mereka.
Dengan masuknya agama Hindu pada masa Sriwijaya dan Islam pada
masa kerajaan Malaka, bahasa Melayu mempunyai warna baru. Tepatnya pada
abad XIV-XVII didapati banyak hasil kesusastraan lama dalam bentuk pelipur
lara, hikayat, dongeng-dongeng, dan sebagainya. Dalam kesusastraan lama
tersebut bahasa Melayu menerima unsur-unsur dari luar untuk memperkaya
dirinya, yaitu bahasa sansekerta dengan unsur-unsur Hindu dan dari Bahasa Arab-
Persia dengan unsur-unsur Islam.
3. Bahasa Melayu pada Masa Kolonial
Pada tahun 1511 kerajaan Malaka jatuh di tangan Portugis. Malaka
diserang pasukan Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque pada 10
Agustus 1511 dan berhasil direbut pada 24 Agustus 1511. Ketika bangsa Portugis
datang di pulau ini, mereka sudah mendapati bahasa Melayu sebagai bahasa
perantara (lingua franca). Hal ini dibuktikan dengan adanya kamus Maleische
Woorden-lijst, daftar kata-kata dalam bahasa Melayu. Kamus ini disusun oleh
Pigafetta, seorang bangsa Portugis yang menumpang eskader Magelhaens pada
tahun 1522, setelah ia mengunjungi Tidore. Kesimpulannya, berarti sebelum itu
bahasa Melayu sudah tersebar sampai di kepulauan Maluku.
Tahun 1596 empat kapal Belanda debawah pimpinan Cornelis de
Houtman tiba di Banten. Mereka di sambut dengan tangan terbuka. Bagi Banten
semakin banyak kapal berlabuh semakin banyak keuangan kerajaan. Persaingan
dagang tinggi karena banyak pedagang Eropa yang datang di Nusantara.
Persaingan juga terjadi antar pedagang Belanda. Karena itu Belanda mendirikan :
VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie).
5
Pada tahun 1926 dari Jong Java ada keinginan untuk memilih salah satu
bahasa daerah sebagai bahasa persatuan. Dengan adanya bahasa nasional dapat
dipakai sarana penghubung pemuda-pemidi di seluruh Indonesia. Sementara itu,
pemuda-pemuda Sumatra, seperti terungkap dalam konggres II Jong Sumatra,
sudah berkeinginan bahasa Melayu Riau digunakan sebagai bahasa persatuan.
Dengan satu tujuan dari seluruh pemuda dan pemudi Indonesia yang berkeinginan
kuat untuk mempersatukan guna mencapai cita-cita kemerdekaan, akhirnya
menerima bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.
Tepatnya pada tanggal 28-10-1028 pemuda-pemudi Indonesia berhasil
menyelenggararan Konggres Pemuda di Jakarta yang merupakan peristiwa yang
monumental dalam tonggak sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Peristiwa itu
yang populer dengan nama Sumpah Pemuda. Tiga butir pernyataan para pemuda
tersebut seperti terungkap di bawah ini:
1. Kami putra-putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu –
Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu – Bangsa
Indonesia.
3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan – Bahasa
Indonesia.
Dari uraian di atas dapat digarisbawahi bahwa bahasa Melayu mampu
menjadi bahasa Indonesia karena memiliki sifat-saifat sebagai berikut: pertama,
bahasa Melayu sebelum masa Sriwijaya sudah menjadi bahasa perantara (lingua
franca) di antara ssuku-suku di Indonesia. Kedua, bahasa melayu memiliki sifat
demokratis, bisa menerima unsur-unsur bahasa baik dari asing maupun daerah,
baik dalam struktur maupun khasanah kosa-kata. Ketiga, terbukti dari prasasti-
prasasti, bahasa Melayu telah berabat-abat menjadi bahasa kesusastraan,
kebudayaan, dan pemerintahan.
Lalu apakah perbedaannya bahasa melayu dengan bahasa Indonesia,
seperti yang digunakan sekarang ini? Seperti dicetuskan dalam Konggres
Bahasa Indonesia II di Medan, yaitu : "bahwa asal bahasa Indonesia ialah
7