7224 15522 1 SM PDF
7224 15522 1 SM PDF
WISMA
(Studi Kasus: Werdhapura Village Center, Kota Denpasar, Provinsi Bali)
ABSTRAK
Sampah merupakan salah satu masalah yang potensial di Provinsi Bali. Salah satu sumber sampah di
kawasan perkotaan terutama Denpasar adalah perkantoran dan wisma. Werdhapura Village Center
merupakan salah satu kawasan perkantoran dan wisma di Kota Denpasar. Manajemen Werdhapura
belum memiliki pengelolaan sampah yang terintegrasi. Oleh karena itu, perlu dibuat suatu rencana
pengelolaan sampah yang dimulai dengan melakukan penelitian mengenai timbulan dan komposisi
sampah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui timbulan dan komposisi sampah di
Werdhapura dan memperkirakan jumlah sampah yang berpotensi untuk dikelola. Penelitian dimulai
dengan survey dan wawancara mengenai sumber sampah dan kondisi eksisting dari pengelolaan
sampah di Werdhapura. Survey dilakukan dengan meninjau fasilitas tempat sampah, tempat
penampungan sementara, dan sumber-sumber sampah, sedangan wawancara dilakukan terhadap
manajemen Werdhapura. Timbulan dan komposisi sampah dihitung dengan metode SNI 19-3964-
3
1995. Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume timbulan sampah sekitar 4,6 m /hari dan beratnya
sekitar 302,3 kg/hari. Komposisi sampah (% berat) yang terbanyak adalah sisa makanan (26,43%),
kertas (18,55%), residu (14,64%), dan sampah organik (10,93%). Sekitar 47,51% dari total sampah di
Werdhapura berpotensi untuk didaur ulang yaitu sampah organik, sisa makanan, dan sampah kering.
ABSTRACT
Solid waste is one of the potential problems in Bali Province. One of the waste sources in urban areas
especially Denpasar is the office and hotel/inn/guesthouse. Werdhapura Village Center is one of the
office and hotel areas in Denpasar. Werdhapura management does not have an integrated waste
management. Therefore, it should be made an integrated waste management plan started by doing
study about waste generation and composition. The purpose of this study is to investigate the
generation and waste composition in Werdhapura and estimate the potential amount of waste that can
be managed. The study starts from surveys and interviews regarding the waste sources and existing
condition of waste management in Werdhapura. The surveys conducted by reviewing the trash
facilities, waste temporary site, and the sources of waste, while the interviews conducted to
Werdhapura Management. Waste generation and composition measured by using SNI 19-3964-1995
3
method. The result showed that waste generation is about 4.6 m /day of volume, and about 302.3
kg/day of weight. Waste composition (%weight) the most is food waste (26.43%), paper (18.55%),
residue (14.64%), and organic waste (10.93%). About 47.51% of total waste in Werdhapura was
potentially to recycle that is organic waste, food waste, and dry waste.
7
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 10 No.1 Maret 2013, ISSN 1907-187X
650 ton sampah padat kering siap pakai bila METODOLOGI PENELITIAN
ditambah pasokan sampah dari Kabupaten
Badung, Gianyar dan Tabanan (Partha, 2010). Kegiatan penelitian ini dimulai dari
Salah satu sumber sampah di perkotaan melakukan survey dan wawancara mengenai
terutama di Denpasar yang berasal dari sektor sumber sampah dan kondisi eksisting
non permukiman adalah perkantoran dan pengelolaan sampah yang dilakukan di
hotel/penginapan/wisma. Pengelolaan sampah Werdhapura Village Center. Survey/observasi
perlu melihat bagaimana aliran sampah terjadi. dilakukan dengan meninjau fasilitas tempat
Aliran sampah dimulai dari sumber sampah sampah, tempat pembuangan sampah
baik itu rumah tangga, perkantoran, maupun sementara (TPS), dan sumber-sumber
permukiman, kemudian ke tempat pengumpul sampah, sedangkan wawancara dilakukan
sementara (TPS) dan bermuara di tempat terhadap manajemen Werdhapura Village
pemrosesan akhir (TPA). Pengelolaan yang Center yaitu Balai Informasi Penataan Ruang
selama ini dilakukan adalah pengelolaan di (BIPR), manajemen kantor-kantor yang ada di
TPA, sedangkan masalah utama adalah pada Werdhapura yaitu Balai Pengembangan
sumber atau penghasil sampah. Oleh karena Teknologi Perumahan Tradisional Denpasar
itu pengelolaan sampah selain dilakukan di (BPTPT Denpasar), Satuan Kerja
TPA juga harus didukung pengelolaan sampah Pengembangan Penyehatan Lingkungan
di sumber. Pengelolaan sampah di sumber Permukiman Bali (PPLP Bali), Satuan Kerja
dimulai dari mengetahui terlebih dahulu Pengembangan Kinerja Penyediaan Air Minum
timbulan sampah dan komposisi sampah di Bali (PKPAM Bali), Satuan Kerja Penataan
sumber tersebut. Bangunan dan Lingkungan Bali (PBL Bali),
Werdhapura Village Center atau pusat petugas-petugas kebersihan di masing-masing
kawasan Werdhapura merupakan salah satu kantor dan wisma, pengelola kantin, serta
kawasan perkantoran yang ada di Kota pengelola wisma, ruang pertemuan, dan
Denpasar dimana kawasan ini juga dilengkapi restoran Wisma Werdhapura. Wawancara
dengan wisma. Manajemen yang ada di dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
Werdhapura Village Center sudah melakukan pengelolaan sampah yang dilakukan.
pengelolaan dalam hal penyediaan air bersih Setelah dilakukan survey dan wawancara,
dan air minum serta sanitasi dengan baik, dilakukan pengukuran timbulan dan komposisi
namun belum ada memiliki pengelolaan sampah dengan mengambil sampel dari kantor
sampah yang terpadu. Oleh karena itu perlu (BIPR, BPTPT, PPLP, PKPAM, PBL), kantin,
dilakukan atau disusun suatu rencana wisma, dapur, restoran, dan ruang terbuka
pengelolaan sampah terpadu untuk kawasan hijau (RTH) atau kebun. Untuk kantor, ruang
perkantoran dan wisma ini yang dimulai pertemuan, dan kantin, timbulan diukur
dengan melakukan kajian mengenai timbulan dengan mengukur semua sampah yang
dan komposisi sampah yang ada di dihasilkan masing-masing kantor. Sedangkan
Werdhapura, sehingga diharapkan konsep untuk wisma, karena jumlah kamar banyak,
yang disusun dapat diterapkan dan nantinya maka diambil sampel dengan cara menghitung
dapat menjadi acuan bagi kantor lain untuk dengan Raosoft Sample Size Calculator
mengelola sampahnya. Namun sebelum dengan margin error 10% dan derajat
menyusun rencana pengelolaan sampah kepercayaan 90% dimana jumlah sampel yang
tersebut, perlu dikaji terlebih dahulu mengenai diambil seperti pada Tabel 1. Pengukuran
timbulan dan komposisi sampah yang ada di timbulan sampah dilakukan dengan
Kawasan Perkantoran dan Wisma menggunakan metode SNI 19-3964-1995
Werdhapura karena belum ada kajian (Badan Standardisasi Nasional, 1995).
mengenai timbulan dan komposisi sampah di Pengukuran dilakukan selama 4 (empat) bulan
kawasan ini. Tujuan dari penelitian ini adalah dari Bulan Mei – Agustus 2012 dimana setiap
untuk mengetahui timbulan dan komposisi bulannya pengukuran dilakukan selama 6 hari
sampah yang ada di kawasan perkantoran dan untuk kantor dan kantin (Senin – Jumat, dan
wisma Werdhapura Village Center dan Senin), dan 8 hari untuk wisma, dapur,
memperkirakan jumlah sampah yang restoran, RTH (Senin – Senin). Alat yang
berpotensi untuk dikelola. Selanjutnya data digunakan dalam pengukuran timbulan adalah
mengenai timbulan, komposisi, dan perkiraan kantong plastik untuk membungkus sampah
potensi sampah yang dapat dikelola di yang akan ditimbang, bak pengukur volume
kawasan Werdhapura Village Center ini dapat sampah ukuran 40 liter dan 500 liter sesuai
digunakan sebagai acuan untuk penyusunan SNI 19-3964-1995, timbangan manual dan
rencana pengelolaan sampah di Werdhapura. digital, serta formulir pencatatan data sampah.
8
Made W.W., Pradwi S.A.P., Setyawati dan
Muhajirin
Timbulan dan Komposisi Sampah di Kawasan
Perkantoran dan Wisma
Tabel 1. Jumlah sampel pengukuran timbulan material (material balance) untuk melihat
sampah untuk wisma potensi daur ulang untuk masing-masing jenis
Nama Sampel Populasi Sampel sampah. Kesetimbangan massa sampah ini
Wisma: dihitung dengan mengalikan persentase
- Cottage tradisional 2 2 kemungkinan suatu jenis sampah tersebut
- Cottage executive 2 2 untuk didaur ulang dengan jumlah dari jenis
- Cottage suite 3 3
- Standard cottage 8 8
sampah tersebut baik dalam satuan kilogram
3
- Family standard 24 18 ataupun m . Jumlah sampah yang dapat
- Family bungalow I 15 13 didaur ulang dan yang tidak dapat didaur ulang
- Family bungalow II 4 4 tersebut disusun dalam sebuah bagan
- Siswa standard 46 28
kesetimbangan massa sehingga dapat
menunjukkan jumlah dan alur dimana sampah
Timbulan sampah dihitung dengan Rumus tersebut akan diproses.
1. Timbulan sampah yang sudah diolah
ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik
untuk memperlihatkan mengenai trend atau
HASIL DAN PEMBAHASAN
kecenderungan peningkatan timbulan sampah Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah
pada waktu / bulan dilaksanakan pengambilan di Werdhapura
data sehingga dapat dilihat waktu timbulan Berdasarkan hasil survey dan wawancara,
sampah maksimum dan minimum. Selain itu Fasilitas tempat sampah yang ada di
diukur dihitung pula densitas sampah dengan werdhapura berbeda-beda sesuai
menggunakan Rumus 2. Komposisi sampah manajemennya. Untuk di kamar wisma,
dihitung dengan memisahkan timbulan masing-masing kamar memiliki satu tempat
sampah sesuai jenisnya yaitu kertas, botol sampah kecil yang diletakkan di luar kamar.
plastik, botol kaca, kertas minyak, tisu, Tempat sampah tersebut berukuran kecil
sampah organik, sisa makanan, kantong sekitar 8 liter atau ukuran 20x20x20 cm .
3
plastik, kain, karet, logam, kayu, bahan Sedangkan untuk ruang pertemuan
berbahaya dan beracun (B3), dan residu. menggunakan tempat sampah berukuran 120
Setelah itu, jumlah masing-masing jenis liter. Di kantor Satker Cipta Karya (PKPAM,
diakumulasikan dengan jumlah jenis tersebut PPLP, PBL) tempat sampah yang digunakan
pada setiap bulan sampling sehingga adalah tempat sampah ukuran 120 liter,
diperoleh jumlah sampah total. Komposisi sementara di BPTPT memiliki tempat sampah
sampah adalah persentase dari jumlah yang berbeda yaitu tempat sampah terpilah
sampah masing-masing jenis dibagi dengan ukuran masing-masing 8 liter dan tempat
total sampah. Komposisi sampah ini juga sampah ukuran 20 liter. Selain tempat
ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. sampah, tersedia juga satu TPS untuk di
jumlah _ sampah BPTPT dan untuk wisma werdhapura. Kondisi
timbulan _ sampah = … (1)
jumlah _ hari _ sampling tempat sampah yang ada di Werdhapura
Village Center ini sebagian besar tidak
dimana:
timbulan sampah = jumlah sampah per hari
terpilah, artinya satu tempat sampah
3
dalam kg/hari atau m /hari; digunakan untuk menampung semua jenis
jumlah sampah = jumlah sampah (dalam kg sampah. Walaupun ada tempat sampah yang
3
atau m ) yang terhitung saat terbagi tiga jenis yaitu untuk organik (sisa
dilakukan sampling; makanan/kue, kulit buah, daun-daunan,
jumlah hari sampling = jumlah hari dilakukannya canang atau sesajen), anorganik (kertas, kotak
pengukuran dalam 1 bulan (6 makanan, gelas dan botol plastik, kaleng), dan
hari untuk kantor, 8 hari untuk residu (kertas tisu, puntung rokok, baterai,
wisma werdhapura) kertas minyak), namun sampah yang dibuang
m di tempat sampah tersebut tetap tercampur.
ρ = …………………………………………… (2)
v Selain itu tidak ada fasilitas pengangkutan
dimana: sampah seperti gerobak atau sejenisnya baik
3
ρ = densitas sampah (kg/m ) yang terpilah maupun tidak. Pengangkutan
m = berat sampah (kg) sampah di werdhapura dilakukan setiap dua
v = volume sampah dengan berat sebesar hari sekali dimana pengangkutan dilakukan
3
“m” (m ) oleh pengangkut sampah dari pihak swasta,
Berdasarkan data yang diperoleh, analisis bukan dari Dinas Pertamanan. Biaya
yang dilakukan adalah analisis kesetimbangan pengangkutan dibebankan kepada masing-
masing manajemen dengan jumlah yang
9
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 10 No.1 Maret 2013, ISSN 1907-187X
berbeda-beda. Untuk wisma werdhapura dan diperoleh dari penjualan sampah yang dapat
BIPR membayar sebanyak Rp. didaur ulang.
800.000,00/bulan, sedangkan satker cipta
karya membayar Rp. 200.000,00/bulan, dan Timbulan Sampah di Werdhapura
BPTPT membayar Rp. 100.000,00/bulan. Village Center
Pengelolaan sampah di werdhapura Pengukuran timbulan sampah dilakukan
sebelumnya pernah dilakukan di terhadap semua kantor di werdhapura yaitu:
depo/bangunan pengelolaan sampah yang BPTPT Denpasar, BIPR, Satuan Kerja Cipta
dibangun oleh satker PPLP di bagian belakang Karya yang terdiri dari 4 kantor berbeda dalam
dari kantor BIPR dan lobby hotel. Pengelolaan satu gedung kantor, dan operasional wisma.
sampah yang dilakukan adalah pengomposan, Pengukuran timbulan untuk wisma / kamar-
dimana di bangunan tersebut masih ada alat kamar yang ada di wisma dengan jumlah
pencacah sampah. Namun pelaksanaannya kamar yang diambil sampel untuk masing-
tidak berlangsung lama dan belum dilanjutkan masing jenis sesuai dengan yang ditampilkan
kembali sampai sekarang. Berdasarkan pada Tabel 1. Pengumpulan sampah untuk
kondisi ini, Werdhapura Village Center masing-masing sumber dilakukan oleh
sebenarnya dapat membuat suatu sistem petugas kebersihan masing-masing kantor dan
pengelolaan sampah terpadu dengan wisma, dimana sampah tersebut dikumpulkan
memanfaatkan bangunan pengelolaan ke dalam kantong sampah atau trash bag dan
sampah yang sudah ada dengan manfaat diletakkan di lokasi yang sudah ditentukan dan
dapat mengurangi biaya pengangkutan ditandai dengan nama sumber masing-masing
sampah, berkontribusi dalam pengurangan sampah. Sampah ini yang kemudian diukur
kuantitas sampah yang masuk ke TPA, serta oleh peneliti. Hasil dari pengukuran timbulan
ada kemungkinan tambahan penghasilan yang sampah ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Untuk faktor pemadatan (Fp) secara ada di werdhapura memiliki perbedaan volume
keseluruhan berkisar antara 0,69 – 1,37. Untuk yang tidak terlalu besar antara sebelum
kantor, Fp berkisar antara 0,8 – 1,37; dipadatkan dengan setelah dipadatkan.
sedangkan kantin antara 1,2 – 1,25; Berdasarkan Tabel 2, volume sampah dari
sementara wisma antara 0,69 – 1,00. Juni – Agustus mengalami peningkatan secara
3
Berdasarkan SNI 3242:2008, faktor berturut-turut dari sekitar 1,9 m /hari pada
3
pemadatan untuk permukiman secara umum bulan Juni sampai 4,6 m /hari pada bulan
sekitar 1,2 sehingga terdapat perbedaan Agustus. Sedangkan dari berat, pada Bulan
selisih faktor pemadatan antara 0,17 – 0,51. Juni berat sampah total sekitar 134,2 kg/hari,
Nilai ini menunjukkan bahwa sampah yang kemudian menurun menjadi 120,3 kg/hari
10
Made W.W., Pradwi S.A.P., Setyawati dan
Muhajirin
Timbulan dan Komposisi Sampah di Kawasan
Perkantoran dan Wisma
pada Bulan Juli untuk kemudian meningkat sisa makanan dan anorganik seperti
lagi pada Bulan Agustus menjadi 302,3 kertas/kotak makanan secara signifikan. Hal ini
kg/hari. Grafik fluktuasi jumlah sampah secara dapat dilihat pada Gambar 2 yang
total dari Bulan Juni – Agustus dapat dilihat menunjukkan timbulan sampah untuk ruang
pada Gambar 1. Sedangkan grafik fluktuasi pertemuan dimana terjadi peningkatan
jumlah sampah berdasarkan sumber dapat signifikan baik volume maupun berat pada
dilihat pada Gambar 2. Bulan Agustus.
Dari segi pengunjung wisma, berdasarkan
hasil wawancara, tingkat kunjungan yang
paling tinggi adalah pada bulan Mei dan bulan
Desember. Namun karena pada bulan tersebut
tidak dilakukan pengukuran sampah untuk
wisma, maka analisis akan dilakukan
berdasarkan hasil yang diperoleh dengan
anggapan bahwa jumlah sampah yang
dihasilkan per hari berada pada kisaran jumlah
sampah yang diukur. Selain itu, tingkat
Gambar 1. Timbulan sampah total di kunjungan terhadap wisma berdasarkan
Werdhapura Village Center dari Bulan Juni – wawancara dengan petugas wisma, saat ini
Agustus 2012 mengalami penurunan yang signifikan
Berdasarkan Gambar 1, peningkatan dibandingkan dengan sebelum tahun 2012.
volume sampah terjadi dari bulan Juni sampai Hal ini disebabkan karena mulai pertengahan
dengan Agustus, namun peningkatan pada tahun 2012, tarif wisma mengalami kenaikan
Bulan Agustus paling signifikan disebabkan menyesuaikan terhadap Peraturan Pemerintah
oleh adanya aktivitas di bulan puasa yaitu Nomor 38 Tahun 2012. Hal ini menyebabkan
pada pertengahan Bulan Juli sampai hasil pengukuran timbulan sampah pada tahun
pertengahan Agustus, dimana terjadi 2012 akan berbeda dengan kondisi
peningkatan penyewaan ruangan di sebelumnya, namun bisa dijadikan sebagai
Werdhapura atau tempat untuk pelaksanaan acuan untuk perkiraan timbulan sampah tahun
buka puasa bersama. Aktivitas ini berikutnya.
menghasilkan sampah jenis organik seperti
11
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 10 No.1 Maret 2013, ISSN 1907-187X
12
Made W.W., Pradwi S.A.P., Setyawati dan
Muhajirin
Timbulan dan Komposisi Sampah di Kawasan
Perkantoran dan Wisma
Komposisi Sampah
Gambar 3. Komposisi sampah dalam %
Komposisi sampah berdasarkan hasil
volume (kiri) dan dalam % berat (kanan)
pengukuran terlihat pada Tabel 6 dan
ditampilkan dalam % volume dan % berat.
Gambar 3 memperlihatkan grafik komposisi Jenis sampah yang digolongkan ke dalam
sampah berdasarkan % volume dan % berat. residu diantaranya seperti puntung rokok,
Berdasarkan Tabel 6, komposisi sampah dari plastik pembungkus makanan, tetrapack,
% volume, komposisi sampah yang paling styrofoam, tutup botol, kotak rokok, serta jenis
banyak adalah sampah kertas (38,46%), botol sampah lain yang tidak dapat diolah baik
plastik (15,88%), residu (14,64%), dan sampah dengan cara dikomposkan, didaurulang,
organik (10,93%). Sedangkan komposisi digunakan kembali, atau dengan cara lain
sampah (% berat) yang paling banyak adalah sehingga jenis sampah ini harus dibuang ke
sisa makanan (26,43%), kertas (18,55%) baik TPA.
berupa kertas HVS, koran, ataupun kotak Komposisi sampah di werdhapura jika
makanan, residu (16,83%), dan sampah dikategorikan ke dalam sampah organik,
organik (15,36%) seperti daun, janur, serta anorganik, dan residu adalah sebesar 41,79
sampah dari RTH. sampah organik, 41,37% anorganik, dan
16,84% residu. Jika dibandingkan dengan
Tabel 6. Komposisi sampah Tabel 3 untuk jenis sampah perkantoran
Komposisi Komposisi
(Puslitbang Permukiman) dimana sampah
Jenis Sampah organik sebesar 8,81% dan anorganik sebesar
Volume (%) Berat (%)
25,94% atau komposisi sampah kota
Kertas 38,46% 18,55% (Bukittinggi) dimana organik sebesar 70,97%
Botol plastik 15,88% 6,46% dan anorganik 29,03%, perbedaan komposisi
Botol kaca 0,08% 1,97%
sampah di Werdhapura cukup jauh. Selain
karena memang kondisi tiap lokasi akan
Kertas minyak 5,08% 2,40% berbeda dan menghasilkan komposisi sampah
Tissue 3,05% 6,72% yang berbeda, Werdhapura merupakan
Sampah kawasan perkantoran dan wisma sehingga
organik 10,93% 15,36% akan berbeda jenis sampah yang dihasilkan
Sisa makanan 3,27% 26,43% dengan kawasan yang hanya terdiri dari
Kantong perkantoran saja atau wisma saja apalagi
plastik 6,22% 2,74% dengan sampah kota.
Kain 0,17% 0,42%
Karet 0,17% 0,09% Kesetimbangan Massa Sampah
Logam 0,17% 0,01%
Kesetimbangan massa sampah dibuat
untuk melihat potensi daur ulang untuk
B3 0,39% 0,53% masing-masing jenis sampah. Berdasarkan
13
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 10 No.1 Maret 2013, ISSN 1907-187X
penelitian Purnama (2003), diperoleh tidak termasuk ke jenis sampah yang diterima
persentase daur ulang untuk masing-masing di lapak-lapak barang bekas. Sedangkan untuk
jenis sampah dimana hasil ini diperoleh dari kertas minyak dan tissue, dianggap tidak bisa
penelitian dan wawancara dengan pemulung didaur ulang berdasarkan hasil penelitian
dan pengrajin rumah tangga (Tabel 7). bahwa kertas pembungkus makanan tidak
Berdasarkan persentase tersebut, diperoleh dapat didaur ulang karena adanya lapisan
jumlah sampah yang dapat didaur ulang serta plastik serta kertas tissue dapat didaur ulang
residu yang dihasilkan dan perlu dibuang ke menjadi kertas tissue kembali namun sangat
TPA seperti terlihat pada Tabel 8. Berdasarkan jarang yang didaur ulang kembali, karena
hasil perhitungan, jumlah sampah yang masuk sifatnya yang mudah hancur (Wahyono, 2001).
diambil dari nilai volume sampah dan berat Hasil perhitungan pada Tabel 8
sampah total maksimum yaitu pada bulan menunjukkan bahwa sampah organik yang
agustus sebesar 4.639,9 liter/hari atau 4,64 dapat diolah menjadi kompos adalah 32,05
3
m /hari dan 302,32 kg/hari (Tabel 2). kg/hari, sedangkan sisa makanan yang bisa
dimanfaatkan adalah sekitar 55,14 kg/hari.
Tabel 7. Persentase sampah yang dapat Sisa makanan ini bisa dikomposkan dengan
didaur ulang dari jenis-jenis sampah di komposter tanam atau dapat diberikan kepada
Kawasan Perumnas Monang-Maning, peternak sebagai makanan ternak. Jumlah
Denpasar total sampah kering yang dapat didaur ulang
Komponen % Daur Ulang adalah 56,45 kg/hari atau 18,67% dari total
Sampah Basah 69 sampah per hari. Jumlah total residu yang
Kain 25 harus dibuang ke TPA adalah 158,68 kg/hari
Kertas 50
atau 52,49% dari total sampah per hari.
Plastik 50
Logam 80 Selanjutnya dari hasil ini dibuat kesetimbangan
Kaca 65 massa sampah seperti pada Gambar 4. Dari
Aluminium 100 Gambar 4, total sampah yang masuk terdiri
Kayu 10 dari 41,80% sampah basah dan 58,20%
Foam - sampah kering. Sampah yang masih dapat
Karet 25
dimanfaatkan adalah sebesar 69% dari
Sumber: Purnama, 2003
sampah basah dan 32,08% dari sampah
kering. Sedangkan residu yang harus dibuang
Pada Tabel 8, terdapat beberapa jenis ke tempat pemrosesan akhir (TPA) sebanyak
sampah yang berbeda dengan jenis sampah 31% sampah basah dan 67,92% sampah
dari referensi (Purnama, 2003) yaitu botol kering. Sampah basah yang masih dapat
plastik, kertas minyak, tissue, B3, dan residu. dimanfaatkan dapat digunakan sebagai bahan
Untuk jenis sampah tersebut, peneliti kompos dan makanan ternak dimana di Bali
memberikan asumsi tersendiri mengenai yang masyarakatnya banyak memelihara
persentase potensi daur ulang. Botol plastik ternak sapi dan babi, maka sampah basah
diasumsikan 100% dapat didaur ulang karena seperti sisa makanan dapat digunakan
jenis sampah ini murni botol plastik yang dapat sebagai makanan ternak. Sedangkan untuk
dijual di lapak barang bekas. Sedangkan B3 sampah kering yang dapat dimanfaatkan
dan residu diasumsikan seluruhnya tidak dapat biasanya berupa barang lapak atau barang
didaur ulang karena sampai saat ini bekas yang dapat didaur ulang. Sampah ini
penanganan B3 di Bali belum ada secara dapat dijual ke Bandar lapak yang banyak
spesifik, sementara residu adalah sampah terdapat di Kota Denpasar dan dekat
yang tidak memiliki potensi daur ulang karena Werdhapura Village Center.
14
Made W.W., Pradwi S.A.P., Setyawati dan
Muhajirin
Timbulan dan Komposisi Sampah di Kawasan
Perkantoran dan Wisma
Berat Sampah
Komponen % Berat % Daur Ulang Daur Ulang (kg) Residu (kg)
(kg)
Logam 0,01% 0,03 80% (*) 0,03 0,01
B3 0,53% 1,59 0% (**) 0,00 1,59
Kayu 1,48% 4,46 10% (*) 0,45 4,02
Residu 16,83% 50,88 0% (**) 0,00 50,88
Jumlah 302,32 143,64 158,68
Persentase 47,51% 52,49%
Keterangan:
(*) = Purnama, 2003
(**) = asumsi
(***) = Wahyono, 2001
15
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 10 No.1 Maret 2013, ISSN 1907-187X
Peternak
Babi dan Bandar Lapak
Sapi
TPA
16
Made W.W., Pradwi S.A.P., Setyawati dan
Muhajirin
Timbulan dan Komposisi Sampah di Kawasan
Perkantoran dan Wisma
17