Seorang dokter dan pasien yang fanatik terhadap obat merek dagang/paten dan tidak
mau diganti obat generik meskipun stok obatnya kosong.
Kasus 2
Seorang dokter menuliskan resep obat generik tetapi waktu ditebus pasiennya minta
obat paten.
Dari contoh ke-2 kasus tersebut yang menjadi inti permasalahnya ialah boleh atau tidak obat
dalam resep diganti ?
Peraturan Pemerintah no. 51 tahun 2009 pasal 24 tentang wewenang apoteker untuk
mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau
obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien.
Keputusan Menteri Kesehatan Nmor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang standar
pelayanan kefarmasian di apotek dalam hal imformasi obat.
Peraturan Menteri Kesehatan nomor HK.02.02/MenKes/068/2010 tentang Kewajiban
Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah pasal 7 :
Apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama
komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau
pasien.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/MenKes/Per/X/1993 pasal 15 ayat 2 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek yang berisi larangan apoteker untuk
mengganti obat generik yang ditulis pada resep dengan obat paten. Resiko dari
pelanggaran tersebut adalah dicabutnya surat izin apotek seperti yang tertuang dalam
Permenkes no 1332 tahun 2002 tentang perubahan atas Permenkes no 922 tahun 1993.
Tetapi bagaimana bila obat generik yang diresepkan belum tersedia di pasaran, sementara
obat patennya ada ?
Berdasarkan peraturan-peraturan di atas ada 3 unsur yang berperan dalam penggantian obat
yaitu dokter, apoteker, dan pasien.