FORMAT OUTLINE
BAB I
A. Latar Belakang
Paragraf I bayi baru lahir belum sepenuhnya stabil dalam mengendalikan
suhu tubuh serta kemampuan bayi yang belum sempurna dalam
memproduksi panas maka bayi sangat rentan untuk mengalami
hipotermi
Paragraf II Ide pokok paragraf
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018, secara
global sekitar 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi lahir mengalami
Hipotermi, hampir 1 juta (27,78%) bayi ini meninggal. Menurut
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi
hipotermia adalah sebesar 7%. Kejadian hipotermi terjadi pada
92,3% bayi batu lahir, lebih dari 50% mengalami moderat
hipotermi, risiko ini meningkat pada 24 -72 jam pertama
kehidupannya (Kemenkes RI, 2018). Prevalensi hipotermi di
Provinsi Bali belum diketahui, namun penelitian Pratiwi (2017) di
Sanglah Bali menunjukkan 47% kejadian hipotermi pada bayi yang
tidak dilakukan IMD.
Paragraf III Dampak hipotermi pada bayi baru lahir dapat mengakibatkan
proses metabolik dan fisiologi melambat. Kecepatan pernafasan
dan denyut jantung sangat melambat, tekanan darah rendah dan
kesadaran menghilang. Bila keadaan ini terus berlanjut dan tidak
mendapatkan penanganan maka dapat menimbulkan kematian pada
bayi baru lahir
Paragraf IV Ide pokok paragraf
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah perubahan suhu
tubuh bayi baru lahir agar tidak terjadi hipotermi adalah
pemantauan suhu tubuh bayi secara tepat dan teliti, mengusahakan
suhu kamar optimal atau pemakaian selimut hangat, lampu
penghangat, incubator, metode kangguru dan metode skin to skin.
Cara skin to skin ini dapat dilakukan pada saat pelaksanaan inisiasi
menyusu dini (IMD). Inisiasi menyusu dini dilakukan segera
setelah bayi lahir, kemudian dikeringkan kecuali kedua telapak
tangan bayi, kemudian bayi diletakkan didada ibu untuk skin to
skin selama minimal satu jam. Dada ibu merupakan stabilisator
suhu yang dapat mengatur dan menghangatkan suhu tubuh bayi
yang beresiko kedinginan karena adaptasi dengan udara luar
kandungan pasca bersalin. Ini berarti, dengan IMD resiko
kehilangan panas (hipotermi) pada bayi baru lahir dapat
mengurangi angka kematian, serta banyak manfaat lain seperti,
bayi menjadi lebih tidak stres, mendapatkan bakteri baik dari kulit
ibu, serta merangsang kontraksi pada ibu sehingga dapat
mengurangi perdarahan pada ibu.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pelaksanaan
inisiasi menyusui dini dengan risiko kejadian hipotermi pada bayi baru lahir di Rumah
Sakit Surya Husadha
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pelaksanaan inisiasi menyusui dini di Rumah Sakit Surya Husadha.
b. Mengidentifikasi risiko kejadian hipotermi pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Surya
Husadha
c. Menganalisis hubungan pelaksanaan inisiasi menyusui dini dengan risiko kejadian
hipotermi pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Surya Husadha
2
C. Manfaat
BAB II
Berupa mapping (pemetaan) bentuk keterkaitan teori yang digunakan.
A. Konsep hipotermia pada bayi baru lahir
1. Pengertian bayi baru lahir
2. Pengertian hipotermia
3. Termoregulasi pada Bayi Baru Lahir
4. Epidemiologi
5. Faktor-faktor penyebab hipotermia pada bayi baru lahir
6. Mekanisme hipotermi pada bayi baru lahir
7. Dampak hipotermia
8. Diagnosis dan klasifikasi hipotermi
9. Penatalaksanaan hipotermi
10. Pencegahan hipotermia
A. BAB IV
1. Jenis rancangan penelitian yang digunakan (jenis penelitian, metode pendekatan,
dan jenis design)
Jenis penelitian ini adalah analisis observasional, Pendekatan yang digunakan adalah
penelitian cross sectional yaitu variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek
penelitian diukur dan dikumpulkan secara simultan, sesaat dalam satu kali waktu (dalam
waktu yang bersamaan), pada studi ini tidak ada follow up
2. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah. semua bayi baru lahir di Rumah Sakit Surya
Husadha.rata-rata perbulan sebanyak 60 ORANG
3. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah bayi baru lahir di Rumah Sakit Surya Husadha..
Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, sebagai
berikut :
a. Kriteria Inklusi
3
4. Besar sampel
Besar sampel dalam penelitian ini di tetapkan berdasarkan besar kecilnya jumlah sampel
dan ketersediaan subjek dari penelitian itu sendiri, penentuan besar sampel menggunakan
rumus Slovin (Nursalam, 2016), sebagai berikut :
N
n = 1+ N ( d )2
Keterangan :
n = besar sampel
N = besar populasi
d = tingkat kesalahan (d = 0,05 )
Besar sampel dapat dihitung sebagai berikut :
n= 60
1 + 60 (0,05)2
n= 60
1 + 60 (0,0025)
n= 60
1 + 0,155
n= 60
1,15
n = 52 = 17
Setelah dihitung dengan menggunakan rumus diatas maka besar sampel dalam
penelitian ini adalah sebanyak 25 orang.
5. Teknik Sampling
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik nonprobability sampling jenis
“purposive sampling” atau suatu tehnik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di
antara populasi sesuai dengan yang di kehendaki peneliti
6. Definisi operasional