Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH STUDI KIMIA

“Efek Ketiadaan P upuk Hay ati terhadap Mikroba dan Tanah dalam
Sistem Pertanian Berkelanjutan”

Dosen Pengampu : Hj. Sri Mulyati, Ir., M.M

Disusun Oleh :

Muhammad Rinaldi Pratama

444119061

Agribisnis 1-C

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun
pikiran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Efek Ketiadaan P upuk Hay ati terhadap Mikroba dan Tanah dalam
Sistem Pertanian Berkelanjutan” Tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan, akan


tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bias teratasi. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepadai bu Hj. Sri
Mulyati, Ir., M.M selaku dosen Kimia Umum, atas bimbingan, pengarahan, dan
kemudahan yang telah diberikan kepada penulis dalam pengerjaan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan


makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan dari pembaca sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Serang, 25 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1

BAB II..........................................................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................3

2.1 Pengertian Pupuk Hayati.....................................................................................3

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Pupuk Hayati......................................4

2.3 Perkembangan Penggunaan Pupuk Hayati di Indonesia.....................................6

2.4 Efek Ketiadaan Pupuk Hayati.............................................................................9

2.4.1Efek Terhadap Biota Tanah..........................................................................9

2.4.2Efek Terhadap Sifat-sifat Tanah.................................................................10

2.4.3Efek Terhadap Pertumbuhan Tanaman......................................................11

2.4.4Efek Terhadap Biaya Produksi...................................................................12

2.4.5Efek Terhadap Sistem Pertanian Berkelanjutan.........................................13

BAB III.......................................................................................................................14

PENUTUPAN............................................................................................................14

3.1 Kesimpulan........................................................................................................14

3.2 Saran..................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pupuk Hayati (Biofertilizer) merupakan sekelompok fungsional
mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam tanah,
sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Penggunaan pupuk hayati dinilai
memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan penggunaan pupuk
anorganik, serta penggunaan pupuk hayati ini ramah lingkungan sehingga
dapat diaplikasikan dalam rangka mewujudkan system pertanian
berkelanjutan. Mengingat bahwa penggunaan pupuk anorganik yang
dilakukan secara terus menerus akan merusak struktur tanah. Oleh karena
itu penggunaan pupuk hayati sangat penting untuk menjaga kesehatan
tanah dan menghindari kerusakan tanah serta meningkatkan ketersediaan
unsur hara bagi tanaman.

apat hidup di dalam tanah karena adanya bahan organic di dalam


tanah, karena bahan organic ini berperan sebagai sumber karbon yang akan
menjadi energi bagi mikroba. Semakin banyak kandungan bahan organic di
dalam tanah maka aktivitas mikroba di dalam tanah akan semakin baik.
Tidak semua unsur hara di dalam tanah sudah tersedia bagi tanaman,
terdapat beberapa unsur hara yang masih terikat sehingga dibutuhkan
mikroba untuk merombaknya.

Penggunaan pupuk hayati dapat memberikan manfaat bagi aktivitas


mikroba, bagi kualitas tanah serta bagi pertumbuhan tanaman yang
selanjutnya akan berefek pada sistem pertanian berkelanjutan. Dengan
pertimbangan tersebut pupuk hayati dapat memberikan manfaat yang
kompleks dan akan membantu dalam meningkatkan produktivitas
pertanian. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai “Efek Ketiadaan
Pupuk Hayati terhadap Mikroba dan Tanah dalam Sistem Pertanian
Berkelanjutan”.

MK Biefertilisasi | 1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pupuk hayati (biofertilizer)?
2. Apa kelebihan dan kekurangan penggunaan pupuk hayati jika
dibandingkan dengan penggunaan pupuk anorganik?
3. Bagaimana perkembangan penggunaan pupuk hayati di Indonesia?
4. Bagaimana efek ketiadaan pupuk hayati baik untuk aktivitas
mikroba, kualitas tanah, tanaman, terhadap biaya produksi
serta bagi system pertanian berkelanjutan?

MK Biefertilisasi | 2
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian pupuk
hayati, kelebihan dan kekurangan penggunaan pupuk hayati dibandingkan dengan
penggunaan pupuk anorganik, perkembangan penggunaan pupuk hayati di
Indonesia, serta efek ketiadaan pupuk pupuk hayati terhadap aktivitas
mikroba, kualitas tanah dan tanaman, serta efeknya terhadap system pertanian
berkelanjutan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pupuk Hayati


Istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua kelompok fungsional mikroba tanah
yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam tanah, sehingga dapat tersedia bagi tanaman.
Pemakaian istilah ini relatif baru dibandingkan dengan saat penggunaan salah satu jenis pupuk hayati
komersial pertama di dunia yaitu inokulan Rhizobium yang sudah lebih dari 100 tahun yang lalu. Pupuk
hayati didefinisikan sebagai inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk menambat
hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman. Memfasilitasi tersedianya
hara ini dapat berlangsung melalui peningkatan akses tanaman terhadap hara misalnya oleh cendawan
mikoriza arbuskuler, pelarutan oleh mikroba pelarut fosfat, maupun perombakan oleh fungi, aktinomiset
atau cacing tanah. Penyediaan hara ini berlangsung melalui hubungan simbiotis atau nonsimbiotis.
Kelompok mikroba simbiotis ini terutama meliputi bakteri bintil akar dan cendawan mikoriza.
Penambatan N2 secara simbiotis dengan tanaman kehutanan yang bukan legum oleh aktinomisetes
genus Frankia di luar cakupan buku ini. Kelompok cendawan mikoriza yang tergolong ektomikoriza juga di
luar cakupan baku ini, karena kelompok ini hanya bersimbiosis dengan berbagai tanaman kehutanan.
Kelompok endomikoriza juga hanya cendawan mikoriza vesikuler abuskuler, yang banyak
mengkolonisasi tanaman-tanaman pertanian.

Sejumlah bakteri penyedia hara yang hidup pada rhizosfir akar (rhizobakteri) disebut sebagai
rhizobakteri pemacu tanaman (plant growthpromoting rhizobacteria/PGPR). Kelompok ini
mempunyai peranan ganda di samping menambat N2, juga menghasilkan hormon tumbuh (seperti
IAA, giberelin, sitokinin, etilen, dan lain-lain), menekan penyakit tanaman asal tanah dengan
memproduksi siderofor glukanase, kitinase, sianida dan melarutkan P dan hara lainnya.
Sebenarnya tidak hanya kelompok ini yang memiliki peranan ganda (multifungsi) tetapi juga
kelompok mikroba lain seperti cendawan mikoriza. Cendawan ini selain dapat meningkatkan
serapan hara, juga dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit terbawa tanah,
meningkatkan toleransi tanaman terhadap kekeringan, menstabilkan agregat tanah, dan sebagainya,
tetapi berdasarkan hasil-hasil penelitian yang ada peranan sebagai penyedia hara lebih menonjol
daripada peranan-peranan lain. Pertanyaan yang mungkin timbul ialah apakah multifungsi
suatu mikroba tertentu apabila digunakan sebagai inokulan dapat terjadi secara bersamaan.

FNCA Biofertilizer Project Group (2006) mengusulkan definisi pupuk hayati sebagai substans
yang mengandung mikroorganisme hidup yang mengkolonisasi rizosfir atau bagian dalam
tanaman dan memacu pertumbuhan dengan jalan meningkatkan pasokan ketersediaan hara
primer dan/atau stimulus pertumbuhan tanaman target, bila dipakai pada benih,permukaan tanaman,
atau tanah.Pengertian pupuk hayati pada buku ini lebih luas daripada istilah yang dikemukakan oleh
Subha
Rao (1982) dan FNCA Biofertilizer Project Group (2006). Mereka hanya membatasi istilah pupuk
hayati pada mikroba, sedangkan istilah yang dipakai pada buku ini selain melibatkan mikroba
juga makrofauna seperti cacing tanah.Bila inokulan hanya mengandung pupuk hayati mikroba,
inokulan tersebut dapat juga disebut pupuk mikroba (microbial fertilizer). Fungsi dari pupuk
hayati :

a. Soil Regenarator = Pembangkit kembali kehidupan tanah


b. Feeding the soil that feed the plant = memberikan makanan pada tanah
selanjutnya tanah akan memberi makanan pada tanaman.

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Pupuk Hayati

Dalam kondisi pertanian yang sudah semakin maju ini sangat


mengkhawatirkan. Tanah yang rusak akibat pengaruh dari penggunaan pupuk
kimia yang berlebihan dan juga tidak seimbang, kemudian juga rotasi tanaman
yang terus menerus mengakibatkan kejenuhan pada tanah itu sendiri. Sehingga
para petani perlu memperhatikan lahannya dengan mengimbangi penggunaan
pupuk hayati, dilain hal pupuk hayati memiliki kekurangan dan kelebihannya.
Adapun kekurangannya nya sebagai berikut.
a. Makhluk Hidup yang bisa mati, sehingga Pupuk hayati tidak bisa disimpan
dalam jangka waktu lama (lebih dari 2 tahun)
b. Tidak bisa diaplikasikan bersamaan dengan pupuk kimia atau pestisida
c. Seiring dengan waktu, populasi mikroba yang ada dapat menurun (mati),
sehingga mengurangi kualitas

Sedangkan kelebihan Pupuk Hayati antara lain sebagai berikut.


a. Menyuburkan tanah
Pupuk hayati mengandung mikroorganisme yang dapat mendegradasi bahan
organik sehingga mampu menyediakan unsur hara yang dapat diserap tanaman
dan menghasilkan enzim alami dan vitamin yang bermanfaat untuk
meningkatkan kesuburan tanah. bandndafasa
b. Meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah
Pupuk hayati mengandung mikroorganisme lokal (indegenous) unggul. Setiap
aplikasi pupuk hayati akan meningkatkan populasi dan aktivitas
mikroorganisme ‘baik’ dalam tanah. Mikroorganisme aktif yang terkandung
dalam pupuk hayati mampu mensuplai Nitrogen untuk tanaman, melarutkan
senyawa Phosfat (P) dan melepaskan senyawa Kalium (K) dari ikatan koloid
tanah, mengurai residu kimia dan mengikat logam berat, menghasilkan zat
pemacu tumbuh alami (Giberellin, Sitokinin, Asam Indol Asestat),
menghasilkan asam amino, enzim alami dan vitamin serta menghasilkan zat
patogen sebagai pestisida hayati. Mikroorganime yang ditambahkan dalam
tanah dapat membantu proses penggemburan tanah dan mengubah zat
menjadi bentuk yang dapat diserap oleh tanaman. Penggunaan pupuk
hayati dapat meningkatkan simbiosis mutualisme antara tanaman dan
mikroorganisme yang menguntungkan.
Semakin sering mengaplikasikan pupuk hayati ke tanah menyebabkan tanah
makin subur dan menyebabkan pemupukan menjadi hemat.
c. Meningkatkan daya serap tanah terhadap air
Penggunaan pupuk hayati secara tepat akan menyebabkan tanah menjadi
gembur. Tanah yang gembur akan memiliki pori-pori lebih banyak guna
menyalur dan menyimpan air tanah untuk kebutuhan tanaman. Pada saat
musim kemarau, tanah mampu menyediakan air.Sementara pada musim hujan,
tanah mampu menahan air sehingga resiko erosi dan banjir dapat
dikurangi.
d. Menyediakan hara mineral bagi tanaman
Pupuk hayati mengandung unsur hara alami berimbang yang dibutuhkan oleh
mikroba tanah dan tanaman.Pupuk hayati mengandung mikroorganisme
unggul yang memiliki kemampuan untuk mengubah unsur hara yang tidak
dapat diserap tanaman menjadi unsur hara yang tersedia untuk tanaman.
e. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pertanian
Penggunaan pupuk hayati dengan segala kemampuan dan kelebihan yang
dimiliki oleh mikroorganisme yang dikandungnya dapat meningkatkan
kualitas dan kuantitas produksi tanaman pertanian sekaligus menghemat biaya
produksi.
f. Meningkatkan daya tahan tanaman
Kandungan hormon tumbuh alami dalam pupuk hayati dapat
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan hama.
Kehadiran jamur Trichoderma dan Aspergillus mampu mengatasi beberapa
jenis serangga hama dan patogen penyebab busuk akar.
g. Menghasilkan produk sehat dan ramah lingkungan
Pupuk hayati diproduksi menggunakan bahan baku alami yang diproses secara
modern sehingga tidak meninggalkan residu kimia pada tanaman dan aman
untuk dikonsumsi. Produk yang dihasilkan dari lahan yang diaplikasikan
dengan pupuk hayati lebih sehat, enak dan segar karena bebas residu kimia
dan tidak berbahaya buat dikonsumsi. Produk sayuran yang diproduksi
menggunakan pupuk hayati EvaGROW biasanya lebih tahan lama jika
disimpan pada suhu ruang maupun di dalam suhu dingin.Aplikasi pupuk
hayati secara kontinu tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan aman
buat petani yang mengaplikasikannya.
h. Menghemat Biaya
Penggunaan pupuk dan pestisida kimia pada lahan pertanian bukan saja
menyebabkan kerusakan pada tanah, tapi dapat menambah beban produksi,
karena mahalnya pupuk dan pestisida kimia. Penggunaan pupuk hayati dan
memadukannya dengan pupuk dasar kompos/ pupuk organik membuat biaya
yang dikeluarkan petani lebih kecil.
Penggunaan pupuk hayati dapat mengurangi bahkan menghilangkan
penggunaan pupuk kimia (Urea, NPK, TSP dan lain-lain). Pada aplikasi
pertanian organik, pupuk kimia tidak digunakan sama sekali, sehingga dapat
menghemat biaya. Di samping itu penggunaan pestisida kimia harus
ditiadakan, sehingga
beban petani untuk pengadaan pupuk dan pestisida kimia dapat dikurangi
hingga 100%.

2.3 Perkembangan Penggunaan Pupuk Hayati di Indonesia

Kontribusi pupuk hayati di Indonesia tersebut masih relatif rendah


dibandingkan potensinya. Potensi bakteri penambat N (simbiotik dan
nonsimbiotik) dapat dimanfaatkan untuk mensuplai kebutuhan N tanaman hingga
75 %, mikroba pelarut P (bakteri dan jamur) berperan penting dalam
meningkatkan ketersediaan P hingga 50%. Kendala utama dalam pemanfaatan
pupuk hayati berkaitan erat dengan: (1) keefektifan pupuk hayati tidak
langsung terlihat (2) ketersediaan pupuk hayati masih terbatas, (3) pengetahuan
maupun pemahaman masih rendah. (Simarmata dan Joy, 2012). Pupuk hayati
penambat nitrogen (simbiotik maupun non simbiotik) perlu mendapat perhatian
khusus agar dapat meningkatkan ketersediaan nitrogen bagi tanaman. Bakteri
pembentuk bintil akar (nodula) pada tanaman legum telah mampu mensuplai
kebutuhan tanaman sekitar 75 – 90%, sedang yang non simbiotik umumnya sekitar
25% (Simanungkalit et al, 2006, Simarmata, 2011). Hingga saat ini teknologi
yang dikembangkan masih terfokus pada teknologi tradisonil (traditionally
biotechnology) untuk menjaring isolat unggul. Pemanfaatan bioteknologi
moderen pada tanaman non legum mampu membentuk nodula yang dikenal
dengan “paranodule” sehingga dapat meningkatkan kemampuan fiksasi N
(Kenedy et al., 1992 & 1997, Bruulsema, 2007).
Hasil penelitian terbaru memperlihatkan bahwa penggunaan pupuk
hayati majemuk (konsorsium penambat N, pelarut P dan penghasil
fitohormon) dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman padi, jagung dan tanaman sayuran dengan
signifikan (Simarmata et al.,2010; Singh dan Purohit, 2011). Pupuk hayati
cendawan mikoriza ternyata mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman. Cendawan mikoriza arbusklar (endomikoriza) dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman semusim maupun tanaman tahunan,
sedangkan ektomikoriza umumnya hanya terdapat pada tanaman tahunan.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa bibit bermikoriza pada program
penghijauan atau regevetasi areal tambang tumbuh lebih baik dibandingkan
dengan bibit tanpa mikroriza (Setiadi, 2004; Sieverding, 1981; Brudrett, 1998 &,
2008 dalam Simarmata dan Joy, 2012). Data penggunaan pupuk hayati masih
terfokus pada program pemerintah melalui proyek intensifikasi, khusus
tanaman kedelai. Data memperlihatkan bahwa penggunaan pupuk hayati legin
terus menurun, jika pada tahun 1990-an sudah digunakan sekitar 20 ton, saat ini
hanya sekitar 2 – 5 ton. Perkembangan penggunaan inokulan Legin tiap tahun
sejak tahun 1981-1995 (Tabel 2.3.1)
Tabel 2.3.1 Penggunaan inokulan Legin berbahan aktif penambat N symbiotik
(Bradyrhizobium japonicum) diperkaya dengan bakteri pelarut fosfat.
* perkiraan
(Sumber : Saraswati et al.,1998 dalam Simarmata dan Joy, 2012).

Kementan pada tahun 2010 meluncurkan program pemulihan


kesuburan lahan sawah berkelanjutan (PKLSB) dengan memberi paket bantuan
pupuk hayati berupa konsorsium pupuk hayati penambat N dan pelarut P dan
mikroba perombak jerami (dekomposer) yang dikenal dengan program
Biodekomposer di Provinsi (Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawah Timur,
Di Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, dan Sumatera Barat).
Program ini secara langsung dapat mendorong baik pengembangan industri
pupuk hayati maupun penelitian tentang teknologi pupuk hayati di Indonesia.
Bila pupuk hayati digunakan dengan dosis 400 – 2.000 g per hektar, maka
potensi pasar pupuk hayati di Indonesia sangat besar, baik untuk lahan kering
maupun lahan sawah. Inokulan dapat diproduksi dalam bentuk padat maupun
cair (solid or liquid biofertlizers). Pupuk hayati yang sangat potensial untuk
dikembangkan secara komersial di Indonesia antara lain adalah kelompok:
1. Penambat N simbiotik: (a) bakteri pembentuk nodula dengan tanaman
legum: Rizhobium, Sinorhizobium (Ensifer), Bradyrhizobium rhizobium, (b)
bakteri yang besimbiosis dengan tanaman Azolla, (c) bakteri pembentuk
nodula pada batang (stem nodulation bacteria), (d) blue green algae, (d)
bakteri penambat N nonsimbiotik (Azotobacter dan Azospirillum),
2. Mikroba pelarut fosfat dan pelarut kalium
3. Mikroba penghasil fitohormon (PGPR) dan mikroba penghasil siderofor
4. Cendawan Mikoriza (Endo mikoriza dan ektomikoriza)
5. Mikroba Perombak Bahan organik (Dekomposer)
6. Mikroba yang berperan ganda (multifungsi) yaitu sebagai penyedia hara,
pemacu tumbuh dan agen hayati

Belum berkembangnya pemanfaatan pupuk hayati di Indonesia berkaitan


dengan (1) efektivitas pupuk hayati, (2) kurangnya informasi dan peranan
pupuk hayati dalam meningkatkan produktivitas tanah maupun tanaman, (3)
kemudahan dalam memperoleh produk dengan harga yang terjangkau. Bila pupuk
hayati mampu mensubstitusi pupuk anorganik dan meningkatkan produksi
dan keuntungan usaha tani dengan signifikan, dapat diharapkan bahwa
penggunaannya secara massal akan terwujud.

Tabel 2.3.2 Estimasi potensi penggunaan pupuk hayati di Indonesia

No Tanaman Kebutuhan Formulasi


(ton/tahun)
1 Padi Sawah 10.000 – 15.000 konsorsium BNF + MPF
2 Padi Gogo 400 – 500 konsorsium BNF + MPF
3 Kacang Kedelai 200 – 300 Bradyrhizobium japonicum + MPF
4 Kacang Lainnya 100 – 200 Sinorhizoium + BPF
5 Jagung 3.000 – 5.000 Konsorsoium BNF + MPF
6 Tanaman sayuran 4.000 – 5.000 Konsorsoium BNF + MPF +
agen Hayati
7 Tanaman 10.000 – 15.000 Konsorsoium BNF + MPF +
Perkebunan Mikoriza + Agen Hayati
8 Tanaman HTI & 5.000 – 10.000 Konsorsoium BNF + MPF +
Reboisasi Mikoriza + agen hayati
9 Tanaman Hias 1.000 – 2.000 Konsorsoium BNF + MPF +
Mikoriza + agen hayati
Total 33.700-52.900
Catatan: (1) BNF = penambat nitrogen, MPF = mikroba pelarut fosfat,
(2) perkiraan didasarkan pada luas areal dan menggunakan inokulan murni dengan
dosis rendah.

Tabel 2 . 3 . 3. Estimasi kebutuhan inokulan mikroba pengurai bahan organik (dekomposer)


di Indonesia
No Kelompok Limbah Kebutuhan (ton/tahun) Formulasi
1 Limbah Pertanian (Jerami, 50.000 – 100.000 Konsorsium dekomposer
Jagung, dan lainnya)
2 Industri Pertanian (kelapa sawit 30.000 – 50.000 Konsorsium dekomposer
dan HTI)
3 Limbah Organik Perkotaan 50.000 – 100.000 Konsorsium dekomposer
4 Limbah Peternakan 20.000 - 30.000 Konsorsium Dekomposer
Total 150.000 – 280.000
(Sumber : Simarmata dan Joy, 2012)
2.4 Efek Ketiadaan Pupuk Hayati

Setiap tanaman memerlukan sekurangnya 16 unsur atau zat untuk


pertumbuhannya. Dari 16 unsur tersebut, tiga unsur (C, O, H) diperoleh dari udara
dan air, sedangkan 13 unsur lainnya diperoleh dari tanah (N, P, K, Ca, Mg, S, Cl,
Fe, Mn, Cu, Zn, B, Mo). Untuk memenuhi ke-13 unsur tersebut, hanya enam
unsur yang diambil tanaman dalam jumlah besar, yang disebut dengan unsur
makro, yaitu N, P, K, S, Ca, dan Mg. Unsur hara utama yang banyak dibutuhkan
tanaman tetapi jumlah atau ketersediaanya sering kurang atau tidak mencukupi di
dalam tanah ialah N, P, dan K. Oleh karena itu, untuk memenuhi kekurangan
ketersediaan unsur-unsur tersebut di dalam tanah, ketiga unsur ini
ditambahkan dalam bentuk pupuk.
Saat ini aplikasi pupuk hayati merupakan alternatif ramah lingkungan yang
sedang berkembang diaplikasikan di dunia pertanian. Aplikasi pupuk hayati
terbukti berdampak baik terhadap pertumbuhan tanaman hingga hasil
produksinya. Pengaplikasian pupuk hayati dapat menjadikan unsur-unsur yang
tidak tersedia karena terikat dalam koloid tanah, menjadi tersedia. Hal ini
disebabkan kerana aktifitas mikroba dalam pupuk hayati yang dapat melepas
khelat unsur-unsur yang terikat dalam koloid tanah.
Pupuk hayati sebagai kegiatan mikrobiologis bukanlah pupuk biasa (kimia
anorganik) yang secara langsung meningkatkan kesuburan tanah dengan
menambahkan nutrisi ke dalam tanah. Pupuk hayati atau mikrobiologis
menambahkan nutrisi melalui proses alami, yaitu fiksasi nitrogen atmosfer,
menjadikan fosfor bahan yang terlarut, dan merangsang pertumbuhan
tanaman melalui sintesis zat-zat yang mendukung pertumbuhan tanaman.
Mikroorganisme dalam pupuk hayati mengembalikan siklus nutrisi alami
tanah dan membentuk material organik tanah. Melalui penggunaan pupuk
hayati, tanaman yang sehat dapat ditumbuhkan sambil meningkatkan
keberlanjutan dan kesehatan tanah. Petani perlu kembali memanfaatkan
pupuk hayati sebagai solusi tepat untuk meminimalkan dampak buruk
penggunaan pupuk kimia selama ini yang terbukti telah menimbulkan
berbagai penyakit degeneratif (diabetes melitus, hipertensi, dll). Lalu
bagaimana efek yang ditimbulkan apabila petani tidak mengaplikasikan pupuk
hayati? Tentu akan berdampak baik terhadap biota tanah, sifat-sifat tanah,
pertumbuhan tanaman, biaya produksi, bahkan terhadap sistem pertanian
berkelanjutan. Berikut ini pemaparan mengenai efek-efek yang ditimbulkan
akibat ketiadaan pupuk hayati.

2.4.1 Efek Terhadap Biota Tanah

Mikroba memiliki peranan yang sangat penting bagi tanaman.


Hampir seluruh proses penyerapan hara tanaman dibantu oleh mikroba,
misalnya terdapat mikroba yang berperan dalam menambat N dari
udara, seperti Azosprillium sp, Azotobacter sp, Rhizobium sp, atau ada pula
mikroba dalam pupuk hayati yang berperan dalam pelarutan hara P,
contohnya Aspergillus sp dan Penicillium sp.
Mikroorganisme aktif yang terkandung dalam pupuk hayati mampu
mensuplai Nitrogen untuk tanaman, melarutkan senyawa Phosfat (P)
dan melepaskan senyawa Kalium (K) dari ikatan koloid tanah, mengurai
residu kimia dan mengikat logam berat, menghasilkan zat pemacu
tumbuh alami (Giberellin, Sitokinin, Asam Indol Asestat), menghasilkan
asam amino, enzim alami dan vitamin serta menghasilkan zat patogen
sebagai pestisida hayati.

Ketiadaan pupuk hayati dalam pengaplikasiannya dari segi


ketersediaan biota tanah akan berdampak tidak adanya agen hayati yang
berperan untuk merombak bahan organik di dalam tanah. Hal ini akan
mengakibatkan terjadinya penurunan kandungan C organik, dimana C
organik ini merupakan sumber energi bagi mikroba yang terdapat di dalam
tanah untuk melakukan aktivitasnya, seperti proses penyerapan unsur hara,
dan pelepasan unsur- unsur hara yang terikat di dalam koloid tanah.

2.4.2 Efek Terhadap Sifat-sifat Tanah

Pupuk hayati merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam
upaya memperbaiki kesuburan tanah. Penggunaan pupuk hayati tidak akan
meninggalkan residu pada hasil tanaman sehingga aman bagi kesehatan
manusia. Selain itu penggunaan pupuk hayati dapat meningkatkan
kesehatan tanah, menumbuhkan jasad renik (mikroba), menggemburkan
tanah, dan menumbuhkan hewan (cacing), sehingga dapat memacu
pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi tanaman.
Ketiadaan pupuk hayati juga akan berdampak buruk bagi kesehatan
tanah. Apabila tanah tidak diaplikasikan pupuk hayati, maka tanah akan
kekurangan mikroba yang dapat melepas unsur-unsur hara yang terikat
di dalam tanah, sehingga tanah akan kekurangan unsur hara. Hal ini
mengakibatkan tanah membutuhkan unsur hara tambahan untuk menyuplai
unsur hara yang tidak tersedia, yaitu dengan menggunakan pupuk anorganik
dengan dosis yang lebih tinggi. Penggunaan pupuk anorganik dengan dosis
yang terlalu tinggi akan merusak tanah, baik strukturnya, tingkat
kesuburanya, bahkan kesehatan tanahnya. Penggunaan pupuk anorganik
yang dilakukan secara terus-menerus juga mengakibatkan terjadinya
pemadatan tanah sehingga akan sulit ditembus oleh perakaran. Selain
itu mikroorganisme yang terdapat di dalam pupuk hayati dapat
mendegradasi bahan organik sehingga mampu menyediakan unsur hara
yang dapat diserap tanaman dan menghasilkan enzim alami dan vitamin
yang bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah. Sehingga bila
kekuranga pupuk hayati maka akan menyebabkan tidak adanya
mikroorganime dalam tanah yang dapat membantu proses penggemburan
tanah dan mengubah zat menjadi bentuk yang dapat diserap oleh tanaman.
Hal ini tentu akan berdampak pula terhadap proses pertumbuhan
tanaman.
2.4.3 Efek Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Penambahan pupuk organik seperti pupuk kompos, pupuk kandang,


pupuk organik cair merupakan tindakan perbaikan lingkungan tumbuh
tanaman yang dapat meningkatkan efisiensi pupuk, meningkatkan
produktivitas. Pupuk hayati atau biofertilizer merupakan pupuk yang
mengandung 9 konsorsium mikroba yang bermanfaat bagi pertumbuhan
tanaman agar menjadi lebih baik. Mikroba yang digunakan yaitu
Azotobacter sp, Azospirillum sp, Pseudomonas sp, Aspergillus sp,
Penicillium sp dan Streptomyces sp.

Pemberian pupuk sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan


tanaman. Apabila diberikan dalam jumlah yang berlebihan merupakan
pemborosan dan bahkan dapat menyebabkan keracunan. Sedangkan
pemberian dosis yang kecil tidak memberikan pengaruh yang
signifikan. Tersedianya unsur hara dalam jumlah yang cukup dan
seimbang untuk pertumbuhan tanaman, menyebabkan proses pembelahan,
pembesaran dan pemanjangan sel akan berlangsung cepat yang
mengakibatkan beberapa organ tanaman tumbuh cepat Unsur N dapat
menaikkan pertumbuhan dengan cepat dan mendorong produksi dari
jaringan sekulen yang lunak, jaringan sekulen yang peka terhadap
kerusakan mekanis dan serangan penyakit.
Contohnya pada percobaan tanaman kedelai dengan menggunakan
pupuk hayati Golden Harvest. Penelitian ini dilaksanakan dengan perlakuan
berbagai konsentrasi pupuk hayati yaitu P0:Tanpa pupuk Golden Harvest,
P1:2,5 ml Golden Harvest / L air, P2:5 ml Golden Harvest / L air,
P3:7,5 ml Golden Harvest / L air, P4:10 ml Golden Harvest / L air
Hasil analisis ragam terhadap tinggi tanaman bisa dilihat bahwa
pemberian konsentrasi tanpa pupuk hayati golden harvest tingginya
tidak begitu menonjol bila dibandingkan dengan pemberian pupuk
hayati.
Pemberian pupuk hayati merupakan upaya memperbaiki kondisi
lingkungan tanaman dalam hal penyediaan unsur hara, menetralkan pH
tanah dan mengaktifkan zat renik maupun mikroorganisme dalam
tanah, sehingga tanah menjadi gembur dan subur. Pupuk hayati
mengandung unsur hara makro dan mikro sehingga mampu
menyediakan dan meningkatkan
nutrisi dan mineral yang sangat diperlukan oleh tanaman. Oleh sebab
itu, ketiadaan mikroba ini akan berdampak bagi pertumbuhan tanaman
karena dengan minimnya aktivitas mikroba didalam tanah maka unsur
hara yang tersedia akan lebih sedikit sehingga dapat menghambat proses
pertumbuhan tanaman. Dampak selanjutnya adalah akan menurunkan
kualitas dan kuantitas hasil tanaman.

2.4.4 Efek Terhadap Biaya Produksi

Efisiensi pemupukan merupakan hal yang sangat penting bagi pelaku


usaha pertanian mengingat tingkat kehilangan yang tinggi akibat
proses- proses yang terjadi di dalam tanah seperti aliran permukaan,
pencucian, evaporasi, fiksasi, dan imobilisasi. Semakin tingginya biaya
produksi pupuk menyebabkan biaya produksi tanaman pun semakin
tinggi sehingga pendapatan petani pun menurun, apabila jumlah pupuk
yang diperlukan banyak maka biaya yang dikeluarkan pun akan lebih
banyak. Penggunakan pupuk hayati menjadi solusi dalam mengatasi
masalah tersebut karena dapat mengoptimalkan penyerapan hara oleh
tanaman serta menyediakan hara tersedia lebih banyak bagi tanaman
dengan mengurangi dosis pupuk sintetis yang diberikan. Berdasarkan
penelitian Goenadi (1995), aplikasi bakteri dalam pupuk hayati mampu
menurunkan dosis pupuk anorganik hingga 50% pada tanaman pangan.
Maka pupuk hayati memiliki pengaruh yang besar terhadap biaya
produksi serta keberlangungan usaha pertanian.
Pupuk hayati bersumber dari bahan baku terbaharui serta dapat
menurunkan jumlah input pupuk sintetis yang diperlukan sehingga efesien
dalam meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan
produktivitas pertanian. Tanpa adanya pupuk hayati kecenderungan jumlah
pemupukan akan tetap banyak dengan biaya yang tinggi dan apabila tanah
sudah rusak maka dibutuhkan biaya yang tinggi pula untuk melakukan
perbaikannya. Ketiadaan pupuk hayati memiliki efek besar terhadap
biaya produksi. Oleh karena itu, pupuk hayati sangat diperlukan karena
selain dapat menurunkan dosis pupuk anorganik, juga dapat memperbaiki
dan menjaga kesehatan dan kualitas tanah.
Dengan melakukan pemupukan berimbang misalnya dengan
menggunakan pupuk organic, anorganik dan pupuk hayati secara
bersamaan maka akan menghasilkan efek yang lebih optimal bagi
kebutuhan unsur hara tanaman sehingga dapat menurunkan biaya
produksi pula dibandingkan dengan penggunaan pupuk organic atau
pupuk anorganik saja. Dengan ketiadaan pupuk hayati maka biaya
produksi akan banyak karena tidak adanya mikroba yang mengurai unsur
hara yang terikat sehingga dibutuhkan unsur hara tambahan untuk
mensuplai ketersediaan hara seperti pupuk anorganik. Dosis pupuk
anorganik yang dibutuhkannya pun akan lebih banyak dan
membutuhkan biaya yang tinggi.
2.4.5 Efek Terhadap Sistem Pertanian Berkelanjutan

Upaya yang dapat dilakukan dalam sistem pertanian bekelanjutan


untuk mencapai renewable input yaitu dengan memelihara kesehatan
tanah (termasuk kualitas tanah) melalui proses biologi seperti penambahan
pupuk hayati, kemudian pengurangan penggunaan pupuk sintetis pun
harus dilakukan agar tanah tidak jenuh dengan bahan kimia yang dapat
merusak sifat fisik dan kimia tanah. Demi mencapai suatu sistem yang
berkelanjutan dalam pertanian, menjaga keberlangsungan kaidah-kaidah
hayati yang mendukung rantai daur ulang yang terjadi di alam antara
organisme produsen, konsumen, pengurai, serta melibatkan secara
proporsional penyediaan unsur hara dan pengendalian hama dan penyakit
tanaman yang sinergis dengan kaidah hayati merupakan hal yang sangat
penting dan harus dilakukan. (Rasti Saraswati, tidak ada tahun)
Pupuk hayati merupakan salah satu komponen teknologi pertanian
yang ramah lingkungan. Tanpa adanya pupuk hayati, sistem pertanian
berkelajutan tidak akan berjalan karena tanah membutuhkan
mikroorganisme hidup untuk mendaur ulang tanah dan membantu
menyediakan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman dan membantu .
Pemberian pupuk hayati pun dapat meningkatkan efisiensi pemupukan
dalam meningkatkan dan/atau menjaga kesuburan dan kesehatan tanah.
Saraswati et al. (2004) menggolongkan fungsi mikroba secara umum
menjadi 4 fungsi, yaitu: 1) meningkatkan ketersediaan unsur hara
tanaman dalam tanah, 2) sebagai perombak bahan organik dalam tanah
dan mineralisasi unsur organik, 3) bakteri rizofosfir-endofitik berfungsi
memacu pertumbuhan tanaman dengan membentuk enzim dan
melindungi akar dari mikroba patogenik, dan 4) sebagai agensia hayati
pengendali hama dan penyakit dan tanaman. Berbagai reaksi kimia dalam
tanah juga terjadi atas bantuan mikroba tanah. Jadi, pupuk hayati
memiliki pengaruh yang besar terhadap sistem pertanian berkelanjutan.
Salah satu penyebabnya yaitu dengan penggunaan pupuk anorganik yang
dilakukan secara terus-menerus maka menyebabkan kerusakan tanah
sehingga kesehatan tanah tidak terjamin lagi sedangkan tanah yang
kesehatannya terganggu akan sulit diperbaharui lagi. Hal ini dapat
menghambat dalam mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan.
BAB III
PENUTUPA
N

3.1 Kesimpulan

Istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua kelompok
fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam tanah,
sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Fungsi dari pupuk hayati antara lain sbagai
pembangkit kembali kehidupan tanah serta memberikan makanan pada tanah
selanjutnya tanah akan memberi makanan pada tanaman.
Penggunaan pupuk hayati memiliki kekurangan dan kelebihan. Adapun
kekurangannya yaitu pupuk hayati mengandung makhluk hidup yang bisa mati,
sehingga tidak bisa disimpan dalam jangka waktu lama (lebih dari 2 tahun), tidak
bisa diaplikasikan bersamaan dengan pupuk kimia atau pestisida, populasi mikroba
yang ada dapat menurun (mati). Sedangkan kelebihan pupuk hayati antara lain
dapat menyuburkan tanah, meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah,
meningkatkan daya serap tanah terhadap air, menyediakan hara mineral bagi
tanaman, meningkatkan daya tahan tanaman, menghasilkan produk sehat dan
ramah lingkungan serta dapat menghemat biaya produksi.
Adapun efek ketiadaan mikroba terhadap biota tanah yaitu tidak adanya agen
hayati yang berperan untuk merombak bahan organik di dalam tanah.
Sedangkan bagi kualitas tanah ketiadaannya mengakibatkan ketersediaan unsur
hara lebih sedikit akibat adanya beberapa unsur hara yang terikat. Bagi
pertumbuhan tanaman ketiadaan mikroba berdampak karena minimnya aktivitas
mikroba didalam tanah maka unsur hara yang tersedia akan lebih sedikit sehingga
dapat menghambat proses pertumbuhan tanaman, yang selanjutnya akan
menurunkan kualitas dan kuantitas hasil tanaman. Efek ketiadaan mikroba
terhadap biaya produksi yaitu ketiadaan mikroba yang minim dapat
menyebabkan terbatasnya ketersediaan unsur hara yang tersedia sehingga
dibutuhkan unsur hara tambahan misalnya pupuka anorganik, pupuk anorganik
dengan dosis tinggi dapat menyebabkan biaya produksi meningkat. Sedangkan
efek ketiadaan mikroba untuk sistem pertanian berkelanjutan yaitu apabila tanah
telah mengalami kerusakan akibat penggunaan pupuk anorganik yang terus-
menerus maka akan berdampak pada kesehatan tanah. Tanah yang sakit akan
menghambat dalam mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan.

3.2 Saran

Adapun rekomendasi yang kami berikan mengingat dari uraian di atas yaitu
penggunaan pupuk hayati ini sangat diperlukan terutama untuk mewujudkan sistem
petanian berkelanjutan, karena penggunaan pupuk hayati ini merupakan cara yang
ramah lingkungan dan memiliki banyak kelebihan. Pupuk hayati dibutuhkan untuk
merombak bahan organic dan untuk merombak unsur hara yang terikat di
dalam tanah sehingga suplai unsur hara akan terpenuhi. Penggunaan pupuk
anorganik sebaiknya dikurangi karena apabila digunakan secara terus-menerus
dapat berdampak negative bagi kualias tanah, apabila tanah sudah rusak maka akan
sulit diperbaharui sehingga tidak akan bisa dimanfaatkan lagi secara
berkepanjangan. Salah satu rekomendasinya dapat diaplikasikan penggunaan
pemupukan berimbang misalnya dengan penggunaan pupuk organic dan pupuk
hayati sehingga suplai hara akan lebih baik serta biaya produksinya dapat lebih
rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Antonius, Sarjiya., Dwi Agustiyani. 2011. Pengaruh Pupuk Organik Hayati yang
Mengandung Mikroba Bermanfaat terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Panen Tanaman Semangka serta Sifat Biokimia Tanahnya pada Percobaan
Lapangan di Malinau-Kalomantan Timur. Dalam http://journal.unair.ac.id/
diakses pada 10 Maret 2015 pukul 20.30 WIB.

Garsoni, Sonson. 2009. Biofertilizer. Bandung : PT. Cipta Visi Sinar Kencana.
Ginting, R.C.B., Simanungkalit, R.D.M., D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D.Setyorini,
dan W. Hartatik. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. BBSDLP. Tersedia
di http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/juknis/pupuk%20organik.pd
f Diakses pada 2 Maret 2015
Hartatik,Wiwik.2013.Pupuk Kandang dan Pupuk Hayati. Tersedia di
http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/04pupuk%20
kandang.pdf diakses pada tanggal 15 – maret 2015
Maspray.2013.Kelebihan dan Kekurangan Pupuk Hayati.tersedia
di
http://www.gerbangpertanian.com/2013/01/kelebihan-dan-kekurangan-
agensia-hayati.html diakses pada tanggal 15 – maret 2015
Saraswati, R., T. Prihartini, dan R.D. Hastuti. 2004. Teknologi Pupuk Mikroba
Untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan dan Keberlanjutan Sistem
Produksi Padi Sawah. P. 169-189. Dalam: Fahmuddin Agus et al. (eds.)
Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklomat. Bogor.

Saraswati, Rasti. tt. Teknologi Pupuk Hayati untuk Efisiensi Pemupukan dan Keberlajutan
Sistem Produksi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Yang diakses
melalui
http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/68%20-

%20Rasti%20Saraswati%20%20Teknologi%20Pupuk%20Hayati%20untuk%20Efisi ensi
%20Pemupukan.pdf pada tanggal 15 Maret 2015
Simanungkalit, R.D.M., D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D.Setyorini, dan W. Hartatik.
2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. BBSDLP. Tersedia di
http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/juknis/pupuk%20organik.pd
f Diakses pada 2 Maret 2015
Simanungkalit, R.D.M. 2006. Prospek pupuk organik dan pupuk hayati di
Indonesia. BBSDLP.Tersediadi
http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/juknis/pupuk%20organik.pd
f Diakses pada 2 Maret 2015

Simarmata, tualar, Benny Joy, Nana Danapriatna. 2012. Peranan Penelitian Dan
Pengembangan Pertanian Pada Industri Pupuk Hayati (Biofertilizers). Tersedia di
http://blogs.unpad.ac.id/tualar/files/2011/03/Peranan-Litbang-dalam-Industri-
Pupuk-hayati.pdf. Diakses pada 15 Maret 2015

Soverda,Nerty.2011.Respon Tanaman Kedelai (Glycine Max (L.) Merill)


Terhadap Pemberian Berbagai Konsentrasi Pupuk Hayati. Tersedia di
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=11965&val=876 diakses pada tanggal
15 – maret 2015
Ultragen.2013.Pupuk organic vs Pupuk Hayati. Tersedia di
http://ultragen.co.id/organik/pupuk-organik-vs-pupuk-hayati/ diakses
pada tanggal 15 – maret 2015

Anda mungkin juga menyukai