Anda di halaman 1dari 12

RESUME

Perekonomian Indonesia
Tentang
Investasi

Disusun Oleh :
Kelompok 8
WAHYUDI RAMADHAN 1713060232
VIVI ALDATIA 1713060189
DIAN NAZRIA SARI 1713060233

Dosen Pembimbing:
Anggi Putri Kurniadi, SE., ME

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
1440 H / 2019 M
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada seluruh hamba-Nya, terutama kepada penulis.
Sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah Perekonomian Indonesia dengan materi Investasi. Shalawat dan salam penulis
kirimkan buat junjungan umat yaitu Nabi Muhammad saw yang telah meninggalkan dua
pedoman hidup yaitu Al-Qur’an dan Sunnah yang akan menuntun umat manusia untuk
memperolah kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Semoga dengan makalah yang pemakalah buat ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan
diharapkan kritik serta saran untuk melengkapi makalah ini, karena makalah yang pemakalah
susun ini jauh dari kata sempurna, maka diharapkan kepada pembaca sekalian agar bisa
melengkapi makalah ini melalui kritik yang mendukung.

Hormat Kami,

Pemakalah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori ekonomi mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran pemerintah untuk
membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk
mengganti dan terutama menambah barang-barang modal yang akan digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa di masa yang akan datang.
Investasi merupakan salah satu komponen yang penting dalam GNP. Investasi
memiliki peran penting dalam permintaan agregat. Pertama bahwa pengeluaran
investasi lebih tidak stabil apabila dibandingkan dengan pengeluaran konsumsi
sehingga fluktuasi investasi dapat menyebabkan resesi. Kedua, bahwa investasi sangat
penting bagi pertumbuhan ekonomi serta perbaikan dalam produktivitas tenaga kerja.
Pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada tenaga kerja dan jumlah stok capital.

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam topik kali ini adalah
1. Bagaimanakah Konsep Teoritis Investasi?
2. Bagaimanakah Kondisi Investasi di Indonesia?
3. Bagaimanakah Analisis Tren PMA dan PMDN di Indonesia?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari permasalahan yang akan dibahas adalah
1. Untuk mengetahui Konsep Teoritis Investasi.
2. Untuk mengetahui Investasi di Indonesia.
3. Untuk mengetahui Bagaimanakah Tren PMA dan PMDN di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Teoritis Investasi
Investasi, yang lazim disebut juga penanaman modal atau bentuk modal, merupakan
komponen kedv cua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Istilah investasi dapat
diartikan sebagai pengeluaran yang dilakukan investor atau penanam modal atau perusahaan
untuk membeli barang modal dan perlengkapan produksi demi menambah kemampuan
memproduksi barang serta jasa yang tersedia dalam perekonomian.
Menurut sadono sukirno, 2008: 122, faktor-faktor penting yang menentukan tingkat
investasi adalah tingkat keuntungan yang di ramalkan akan diperoleh, suuku bungan, ramalan
mengenai keadaan ddimasa yang akan datang, kemajuan teknologi, tingkat pendapatan
nasional dan perubahanya dan keuntunganya yang diperoleh perusahaan.
William F. Sharpe (2005:1) menyatakan bahwa “investasii pada umumnya dapat
digolongkan menjadii dua entuk yaitu real asset dan financial asset. Real asset secara umum
meliputi aset berwujud seperti tanah, bangunan dan mesin. Sedangkan financial asset adalah
investasi berupa valas, deposito berjangka, serta saham dan obligasi yang di perdagangkan di
pasar uang maupun pasar modal.
Menurut Mankiw (Indra, 2010:3) jenis pengeluaran investasi terdiri dari:
a. Investasi tetap bisnis (business fixed investment): mencakup peralaltan dan
struktur yang dibelii perusahaan untuk proses produksi.
b. Unvestasi residensial (residential investment): mencakup rumah baru untuk
tempat tinggal dan disewakan.
c. Investasi persediaan inventory inventment): mencakup barang-barang yang
disimpan perusahaandi gudang, termasuk bahan-bahan persediaan, barang dalam
proses produksi dan barang jadi.
Dalam jangka panjang pertumbuhan investasi berpengaruh pada bertambahnya stok
capital dan selanjutnya menaikan produktivitas.
1. Teori Neo Klasik
Menekankan pentingnya tabungan sebagai sumber investasi. Investasi dipandang
sebagai salah satu penggerak utama pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Makin cepat
perkembangan investasi ketimbang laju pertumbuhan penduduk, makin cepat perkembangan
volume stok kapital rata-rata per tenaga kerja. Makin tinggi rasio kapital per tenaga kerja
cendrung makin tinggi kapasitas produksi per tenaga kerja. Tokoh Neo Klasisk, Sollow dan
Swan memusatkan perhatiannya pada bagaimana pertumbuhan penduduk, 17 akumulasi
capital, kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan
ekonomi (Arsyad, 2010: 88-89).
2. Teori Harrod-Domar.
Teori ini, mempertahankan pendapat dari para ahli ekonomi sebelumnya yang merupakan
gabungan dari pendapat kaum klasik dan Keynes, dimana beliau menekankan peranan
pertumbuhan modal dalam menciptkan pertumbuhan ekonomi. Teori ini memandang bahwa
pembentukan modal dianggap sebagai pengeluaran yang akan menambah kemampuan suatu
perekonomian untuk menghasilkan barang dan atau jasa, maupun sebagai pengeluaran yang
akan menambah permintaan efektif seluruh masyarakat. Dimana apabila pada suatu masa
tertentu dilakukan sejumlah pembentukan modal, maka pada masa berikutnya perekonomian
tersebut mempunyai kemapuan utnuk menghasilkan barangbarang dan atau jasa yang lebih
besar (Sadono, 2007: 256-257).
Penanaman modal dalam negeri (PMDN) adalah kegitan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah RI oleh Investor atau penanam modal dalam negeri dengan
menggunakan modal dalam negeri.sedangkan penanaman modal asing (PMA) adalah
kegiatan mananam modal untuk melakukan usaha di wilayah RI oleh penanam modal asing
sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.
Investasi langsung (direct investment) berarti perusahaan dari negara penanam modal
secara thhe facto atau the jure melakukan pengawasan aset (aktiva)yang ditanamkan di
negara pengimpor modal dengan cara investasi.
Investasi tidak langsung (indirect investment) lebih dikeanal sebagai investasi
portofolio atau rentiler yang sebagian besar terdiri dari penguasaan atas saham yang dapat
dipindahkan (yang dikeluarkan atau dijamin oleh pemerintah atau negara pengimpor modal),
dan atas saham atau surat utang oleh warganegara dari berbagai negara lain.
Menurut pasal 3 ayat 1 UU Nomor 25 Tahun 2007 bahwa penanaman modal
diselenggarakan berdasarkan azas:
a. Kepastian hukum
b. Keterbukaan
c. Akuntabilitas
d. Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara.
e. Kebersamaan.
f. Efesiensi berkeadilan.
g. Berkelanjutan.
h. Berwawasan lingkungan.
i. Kemandiriaan
j. Keseimbangan kemajuan kkesatuan ekonomi nasional.
Menurut pasal 3 ayat 2 UU Nomor 25 Tahun 2007 bahwa tujuan penyelenggaraan
penanaman modal anatara lain:
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
b. Menciptakan lapangan kerja.
c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan.
d. Meningkkatkan kemampuan daya saing dunia saing dunia usaha nasional.
e. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional.
f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan.
g. Mengelola ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan
dana yang berasal baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

B. Kondisi Investasi di Indonesia


Tak bisa dipungkiri, kegiatan investasi mempunyai posisi yang sangat krusial dalam
usaha-usaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan proses pemulihan krisis ekonomi di
Indonesia. Pengalaman beberapa tahun belakangan ini memperlihatkan pemulihan
perekonomian yang hanya ditopang sektor konsumsi ternyata tak membawa penciptaan
lapangan kerja yang memadai. Angka pengangguran yang tinggi dapat menciptakan
kerawanan sosial yang tak sehat. Oleh karenanya, kebijakan-kebijakan dalam rangka
pemecahan masalah pengangguran tak boleh bertentangan dengan kebijakan-kebijakan dalam
rangka perbaikan iklim investasi. Jika kita ingin masalah pengangguran pada umumnya (dan
masalah jobless recovery pada khususnya) dapat terselesaikan, kita harus menarik kembali
investasi, baik asing maupun domestik, ke perekonomian kita.
Oleh sebab itu, kita juga harus memulihkan sektor investasi agar pertumbuhan angkatan
kerja yang sekitar dua juta orang per tahun dapat diimbangi dengan penyediaan lapangan
kerja, sehingga masalah pengangguran yang memiliki potensi gangguan stabilitas dan
keamanan cukup tinggi dapat dihindari. Kebijakan-kebijakan sektor investasi harus dapat
menarik para investor untuk melakukan kegiatan usaha di Indonesia, tapi kebijakan ini jangan
sampai mengorbankan hak-hak pekerja. Sebaliknya, kebijakan-kebijakan di bidang
ketenagakerjaan harus memberikan perlindungan kepada pekerja, tapi kebijakan-kebijakan
tersebut jangan sampai membuat iklim investasi menjadi lebih tak menarik untuk para
investor potensial. Terjadinya fenomena jobless recovery membuktikan bahwa eksternalitas
pasar tenaga kerja masih menjadi isu besar di Indonesia. Efek pihak ketiga (third-party
effects), atau eksternalitas (externalities), adalah efek baik atau buruk atas aktor-aktor yang
tak secara langsung terlibat dalam kegiatan-kegiatan produksi dan konsumsi. Robert E. Lane,
pelopor ilmu psikologi politik, mengemukakan bahwa sumber utama kebahagiaan, atau
kepuasaan pribadi, seringkali dianggap sebagai eksternalitas. Beberapa contoh eksternalitas
yang menjadi sumber kebahagiaan adalah lapangan pekerjaan (employment), jaminan kerja
(work security), karir yang menjanjikan, kenyamanan kerja (work enjoyment), dan bahkan
pengasahan keahlian (skills).
Salah satu strategi untuk mengatasi masalah tersendatnya investasi di Indonesia adalah
pemerintah perlu mempercepat proses penyederhanaan sistem pengurusan perizinan
investasi. Dari dua alternatif penyederhanaan yang ada yakni, proses pengurusan perizinan
satu atap atau sistem pengeluaran perizinan melalui jalur departemen-departemen teknis perlu
segera dilakukan studi mendalam tentang kelemahan-kelemahan dan keunggulan-keunggulan
masing-masing pilihan. Yang berlaku selama ini, proses penentuan apakah calon investor
dimasukkan dalam daftar hitam, proses pendaftaran calon investor, dan proses pengeluaran
izin untuk investor masih dilakukan di instansi yang terpisah. Perlu secepatnya dipelajari,
apakah sistem ini memberikan output yang optimal, dan apakah penyederhanaan dalam
prosedur dapat dilakukan sehingga bentuk prosedur, jumlah prosedur, dan waktu yang
dibutuhkan dalam penerbitan izin dapat diperbaiki secara signifikan. Agar diperoleh hasil
yang obyektif dan komprehensif, dalam melakukan studi ini pemerintah sebaiknya
melibatkan berbagai instansi terkait, seperti Kantor Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian, Departemen Perdagangan, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM),
Departemen Keuangan (termasuk Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai), dan Departemen Luar Negeri dan mengikutsertakan peran publik, yang bisa diwakili
oleh lembaga swadaya masyarakat dan lembaga penelitian independen. Pemerintah pun perlu
mengeluarkan kebijakan-kebijakan investasi yang menarik investor untuk menanamkan
investasinya tak hanya di pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan, tapi juga di pulau-pulau
lainnya, termasuk di pulau-pulau di Indonesia bagian timur. Data-data BKPM menunjukkan
penanaman modal dalam negeri (PMDN) selama ini terkonsentrasi di pulau Jawa, Sumatera,
dan Kalimantan. Sedangkan penanaman modal asing biasanya hanya terpusat di pulau Jawa
dan Sumatera.
Tahun 2019, Indonesia Masih menjadi negara tujuan investasi walaupun investasi
diprediksikan menurun di tahun 2019, Indonesia tetap dinobatkan sebagai “Negara Tujuan
Terbaik Investasi Kedua di Dunia 2018”. Gelar tersebut diberikan karena iklim investasi di
Indonesia yang dirasa ramah bagi para investor. Tahun 2019, Indonesia mungkin bersaing
ketat dengan Filipina yang menjadi negara tujuan investasi terbaik pertama di dunia. Artinya,
Indonesia kalah satu poin dengan Negara Filipina. Meski begitu, investasi tetap berjasa bagi
pembangunan, pendidikan, dan pertumbuhan perekonomian di Indonesia.

C. Analisis Trend Investasi Atas PMA Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Potret perekonomian indonesia ditinjau dari penanaman modal dalam negeri (PMDN)
berdasarkan analisis growtth dapat dilihat pada tabel berikut:
PMDN (Jutaan
Tahun Growth (%) Share (%) Kuadrat
US $ )
1998 60.199,80 - 5,89 III
1999 51.738,80 -14,05 5,06 III
2000 92.410,40 78,61 9,04 I
2001 61.953,20 -32,96 6,066 II
2002 25.307,60 -59,15 2,47 III
2003 48.487,70 91,59 4,74 IV
2004 36.782,20 -24,14 3,6 III
2005 550.577,40 37,511 4,95 IV
2006 20.788,40 -58,9 2,03 III
2007 34.878,70 67,78 3,41 IV
2008 20.3633,20 -41,62 1,99 III
2009 37.7998,90 85,62 3,7 IV
2010 60.626,60 60,39 5,993 IV
2011 76.0001,60 25,36 7,43 I
2012 92.182,10 21,29 9,01 I
2013 128.150,59 39,,02 12,53 I
2014 124.403,42 -2.92 12,16 II
Total 1.022.650,51 273,43 100
Rata- 60.155,991 17,09 5,88
rata

Berdasarkan jenisnya investasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu: Pertama, investasi
pemerintah, adalah investasi yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Pada umumnya investasi yang dilakukan oleh pemerintah tidak dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan; Kedua investasi swasta, adalah investasi yang dilakukan oleh
sektor swasta nasional yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ataupun investasi
yang dilakukan oleh swasta asing atau disebut Penanaman Modal Asing (PMA). Investasi
yang dilakukan swasta bertujuan untuk mencari keuntungan dan memperoleh pendapatan
serta didorong oleh adanya pertambahan pendapatan. Jika pendapatan bertambah
konsumsipun bertambah dan bertambah pula effective demand. Investasi timbul diakibatkan
oleh bertambahnya permintaan yang sumbernya terletak pada penambahan pendapatan
disebut induced investment.
Dana investasi swasta menurut asalnya terdiri dari dua 2 macam, yaitu: PMA
(Penanaman Modal Asing), jenis investasi yang sumber modalnya berasal dari luar negeri,
sedangkan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) ialah jenis investasi yang sumber
modalnya berasal dari dalam negeri.
Penanaman Modal Asing (PMA) adalah salah satu upaya untuk meningkatkan jumlah
modal untuk pembangunan ekonomi yang bersumber dari luar negeri.
Salvatore (1997) menjelaskan bahwa PMA terdiri atas:
1. Investasi portofolio (portfolio investment), yakni investasi yang melibatkan
hanya aset-aset finansial saja, seperti obligasi dan saham, yang
didenominasikan atau ternilai dalam mata uang nasional. Kegiatan-kegiatan
investasi portofolio atau finansial ini biasanya berlangsung melalui
lembagalembaga keuangan seperti bank, perusahaan dana investasi, yayasan
pensiun, dan sebagainya.
2. Investasi asing langsung (Foreign Direct Investment), merupakan PMA yang
meliputi investasi ke dalam aset-aset secara nyata berupa pembangunan
pabrik-pabrik, pengadaan berbagai macam barang modal, pembelian tanah
untuk keperluan produksi, dan sebagainya. Wiranata (2004) berpendapat
bahwa investasi asing secara langsung dapat dianggap sebagai salah satu
sumber modal pembangunan ekonomi yang penting. Semua negara yang
menganut sistem ekonomi terbuka, pada umumnya memerlukan investasi
asing, terutama perusahaan yang menghasilkan barang dan jasa untuk
kepentingan ekspor. Di negara maju seperti Amerika, modal asing (khususnya
dari Jepang dan Eropa Barat) tetap dibutuhkan guna memacu pertumbuhan
ekonomi domestik, menghindari kelesuan pasar dan penciptaan kesempatan
kerja. Apalagi di negara berkembang seperti Indonesia, modal asing sangat
diperlukan terutama sebagai akibat dari modal dalam negeri yang tidak
mencukupi. Untuk itu berbagai kebijakan di bidang penanaman modal perlu
diciptakan dalam upaya menarik pihak luar negeri untuk menanamkan
modalnya di Indonesia.
Dalam upaya untuk menarik minat investor asing menanamkan modalnya di
Indonesia, pemerintah terus meningkatkan kegiatan promosi, baik melalui pengiriman utusan
ke luar negeri maupun peningkatan kerjasama antara pihak swasta nasional dengan swasta
asing. Sementara itu, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sebagai badan yang
bertanggung jawab dalam kegiatan penanaman modal terus mengembangkan perannya dalam
menumbuhkan investasi.
Masuknya PMA di Indonesia diatur oleh pemerintah dalam UU No 1 Tahun 1967
tentang penanaman modal asing dan dilengkapi serta disempurnakan oleh UU No 11 Tahun
1970 juga tentang penanaman modal asing. UU itu didukung oleh berbagai kemudahan yang
dilengkapi dengan berbagai kebijakan dalam paketpaket deregulasi. Hal ini dimaksudkan
untuk lebih menarik investasi didalam memenuhi kebutuhan sumber-sumber pembiayaan
pembangunan. Sementara itu, rencana PMA yang disetujui pemerintah adalah nilai investasi
proyek baru, perluasan, dan alih status, yang terdiri atas saham peserta Indonesia.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Investasi adalah penempatan uang atau dana dengan harapan untuk
memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut. Selain
itu, tujuan sesorang melakukan investasi yaitu, untuk menghasilkan sejumlah uang.
Ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain: Untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa depan, Mengurangi risiko inflasi,
Dorongan untuk mngehamat pajak.
Dan juga jika kita melakukan investasi, ada 5 proses yang perlu diperhatikan
yaitu, penetuan tujuan investasi, penetuan kebijakan investasi, pemilihan strategi
portofolio, pemilihan aset dan pegukuran dan evaluasi kinerja portofolio.

Daftar Pustaka

Tambunan, T. (2006). Iklim Investasi di Indonesia: Masalah, Tantangan dan


Potensi. Artikel dalam www. kadin-indonesia. or. id.
Malisa, M., & Fakhruddin, F. (2017). Analisis investasi langsung di Indonesia. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Ekonomi Pembangunan, 2(1), 116-124.

Anda mungkin juga menyukai